Penawaran umum atau sering juga disebut go public adalah kegiatan penawaran saham atau
efek lainnya yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual
saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal
dan Peraturan Pelaksanaanya. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan ingin go public dan
menjual sahamnya kepada masyarakat, yaitu antara lain :
1.
Meningkatkan modal dasar perusahaan
2.
Memungkinkan pendiri untuk diversifikasi usaha
3.
Mempermudah usaha pembelian perusahaan lain (ekspansi)
4.
Nilai perusahaan
5.
mengurangi utang.
Adapun keuntungan dari Perusahaan yang Go Public adalah:
1. Perusahaan dapat meningkatkan Likuiditas dan memungkinkan para pendiri
perusahaan untuk menikmati hasil yang mereka capai. Dan semakin banyak investor
yang membeli saham tersebut, maka semakin banyak modal yang diterima
perusahaan dari investor luar.
2. Para pendiri perusahaan dapat melakukan diversifikasi untuk mengurangi resiko
portofolio mereka.
3. Memberi nilai suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat dinilai dari harga saham
dikalikan dengan jumlah lembar saham yang dijual dipasaran.
4. Perusahaan dapat melakukan merger ataupun negosiasi dengan perusahaan lainnya
dengan hanya menggunakan saham.
5. Meningkatkan potensi pasar. Banyak perusahaan yang merasa lebih mudah untuk
memasarkan produk dan jasa mereka setelah menjadi perusahaan Go Public atau Tbk.
Tetapi harus kita ketahui juga bahwa ada kerugian dari Perusahaan yang Go Public, yaitu:
1. Laporan Rutin. Setiap perusahaan yang go public secara periodik harus membuat
laporan kepada Bursa Efek Indonesia, bisa saja per kuartal atau tahunan, tentu saja
untuk membuat laporan tersebut diperlukan biaya.
2. Terbuka. Semua perusahaan go public pasti transparan dan sangat mudah untuk
diketahui oleh para kompetitornya dari segi data dan management nya.
3. Keterbatasan kekuasaan Pemilik. Para pemilik perusahaan harus memperhatikan
kepentingan bersama para pemegang saham, tidak bisa lagi melakukan praktek
nepotisme, kecurangan dalam pengambilan keputusan dan lainnya, karena perusahaan
tersebut milik publik.
4. Hubungan antar Investor Perusahaan terbuka harus menjaga hubungan antara
perusahaan dengan para investornya dan di informasikan mengenai perkembangan
dari perusahaan tersebut.
5. Biaya laporan yang meningkat, untuk perusahaan yang sudah going public setiap
kuartal dan tahunnya harus menyerahkan laporan-laporan kepada regulator. Laporanlaporan ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil.
6. Pengungkapan (disclosure), beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan
dengan ide pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi yang
dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing, sedang pemilik enggan
SAHAM
Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham dibedakan menjadi:
a. Saham Biasa (common stock)
Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti
pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan.
Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagaian pendapatan tetap /
deviden dari perusahaan serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita
perusahaan. Orang yang memiliki saham suatu perusahaan memiliki hak untuk ambil
bagian dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak suara yang dimilikinya
berdasarkan besar kecil saham yang dipunyai. Semakin banyak prosentase saham
yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol
operasional perusahaan.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih dibanding
hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen lebih
dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham biasa seperti hak
suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusahan sekuat
tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.
Pemegang saham biasa tentunya memiliki resiko yang lebih besar, namun mereka
juga dapat memperoleh pengembalian yang lebih tinggi pula dari investasi mereka.
Diluar batasan yang ada dalam anggaran dasar perusahaan, ada hak2 dasar tertentu
yang dimiliki setiap pemegang saham biasa. Hak2 tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memberikan suara dalam pemilihan direksi dan menentukan kebijakan tertentu suatu
perusahaan.
Hak suara. dalam banyak kasus, pemegang saham tidak memiliki hak untuk memilih
direksi, tetapi hak suara dapat diberikan untuk situasi tertentu. Misalnya, beberapa
pemegang saham preferen diberikan hak suara dalam perusahaan jika perusahaan
tidak dapat membayar deviden.
Jadi dapat disimpulkan perbedaan antara saham preferen dengan saham biasa:
1. Pada saham biasa mendapatkan hak untuk memilih direksi dan kebijakan tertentu,
sedangkan preferen tidak (kecuali dalam situasi tertentu).
2. Deviden pada saham biasa tergantung kinerja perusahaan, kalau baik mereka akan
medapatkan keuntungan setimpal, bigitupun sebaliknya. Tapi untuk saham preferen
sudah ditetapkan devidennya.
3. Jika perusahaan gulung tikar atau dilikuidasi, dalam hal pengembalian investasi,
pemegang saham preferenlah yang diutamakan dibandingkan dengan pemegang
saham biasa.
4. Pada pemegang saham biasa diberi hak untuk memesan kembali, sehingga dapat
memelihara proporsi kepemilikan perusahaan, kalau preferen tidak.
Pentingnya berinvestasi
Mengapa kita perlu berinvestasi? Ada banyak alasan untuk ini, salah satunya adalah
persiapan masa depan sedini mungkin melalui persiapan perencanaan kebutuhan yang
disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Seperti kita tahu, sejalan dengan waktu
nilai mata uang bisa berkurang karena adanya inflasi, yaitu misalnya kenaikan harga barang
dan jasa. Inflasi inilah salah satu alasan utama mengapa kita perlu berinvestasi, baik atas dana
atau aset yang sudah ada atau yang akan kita miliki agar "nilai"-nya dapat dipertahankan dan
tentu saja diharapkan meningkat.
Dari uraian diatas dapat di tarik 4 hal utama alasan berinvestasi yaitu:
1. Adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum dapat terpenuhi.
2. Adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang telah dimiliki.
3. Adanya keinginan untuk menambah nilai aset yang sudah ada.
4. Adanya inflasi.
Pemilihan portofolio
Teori Portofolio Markowitz didasarkan atas pendekatan mean (ratarata) dan
variance (varian), dimana mean merupakan pengukuran tingkat return dan
varian merupakan pengukuran tingkat risiko. Teori Portofolio Markowitz ini
disebut juga sebagai mean-Varian Model, yang menekankan pada usaha
memaksimalkan
ekspektasi
return
(mean)
dan
meminimumkan
ketidakpastian/risiko (varian) untuk memilih dan menyusun portofolio optimal.
Markowitz mengembangkan Index Model sebagai penyederhanaan dari MeanVarian Model, yang berusaha untuk menjawab berbagai permasalahan dalam
penyusunan portofolio, yaitu terdapatnya begitu banyak kombinasi aktiva
berisiko yang dapat dipilih dan disusun menjadi suatu portofolio. Dari sekian
banyak kombinasi yang mungkin dipilih, investor rasional pasti akan memilih
portofolio optimal (efficient set). Untuk menentukan penyusunan portofolio
optimal dengan menggunakan Index Model, yang terutama dibutuhkan adalah
penentuan portofolio yang efisien, sebab pada dasarnya semua portofolio yang
efisien adalah portofolio yang optimal.
Portofolio optimal merupakan pilihan dari berbagai sekuritas dari portofolio efisien.
Portofolio yang optimal ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi
tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya, atau menentukan tingkat risiko yang
tertentu dan kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang rasional
akan memilih portofolio optimal ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan
mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko
portofolio.Dalam memilih portofolio yang optimal ada beberapa pendekatan yaitu:
a. Portofolio optimal berdasarkan preferensi investor
Portofolio optimal berdasarkan preferensi investor mengasumsikan hanya
didasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari portofolio secara
implisist yang menganggap bahwa investor mempunyai fungsi utility yang
sama atau berada pada titik persinggungan utiliti investor dengan
effiicient set.
b. Portofolio optimal berdasarkan model Markowitz
c.
return ekspektasi
tertentu dengan varian return (risiko) yang sama dengan nol, karena
variannya sama dengan nol, maka kovarian antara bebas resiko juga sama
dengan nol. Aktiva bebas risiko misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
karena variannya (deviasi standar ) = 0 kovarian antara bebas aktiva
bebas risiko dengan aktiva berisiko yang lainnya akan menjadi sama
dengan nol sebagai berikut; (jogiyanto, 2000: 195)
Model indeks ganda menganggap ada faktor lain selain IHSG yang dapat
mempengaruhi terjadinya korelasi antar efek. dalam upaya mengestimasi ekspekted
return, standar deviasi dan kovarian efek secara akurat model indeks ganda lebih
berpotensi sebab actual return efek tidak hanya sensitif terhadap perubahan IHSG atau
ada faktor lain yang mungkin mempengaruhi return efek, seperti tingkat bunga bebas
risiko. (Halim, 2003: 82).