Vitamin e
Vitamin e
Vitamin E
Vitamin E sering disebut sebagai vitamin pembangkit gairah kerana berperan dalam pembentukan hormon seks.
Ayam yang kekurangan vitamin E dapat malas dengan betina dan mental ayam kurang
Kelebihan vitamin E pada ayam akan menjadi pemarah karena meningkatkan tekanan darah.
Aman diberikan kepada ayam petarung vitamin E dengan dosis 15 IU sehari.
vitamin E dibutuhkan untuk fertilitas normal pada akalkun muda dan untuk daya prestasi reproduksi
untuk ayam petelur. Fungsi Vitamin E merupakan anti oksidan yang dapat melindungi sel dari
kerusakan. Vitamin E juga penting untuk kesehatan sel darah merah.
Sumber Vitamin E dapat ditemukan dalam berbagai makanan, seperti minyak nabati, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau, alpukat & gandum. Penyakit yang disebabkan akibat kekurangan vitamin E pada
ayam dewasa akan menurunkan daya tetas telur denagan nyata.
kesuburan (fertilitas) yang berkurang, kerentanan tinggi terhadap penyakit infeksi, berkurangnya
ketahanan terhadap stres dan ternak yang kurang sejahtera.
Menghadapi tekanan tertentu, kebutuhan vitamin E unggas bisa pula meningkat. Suplementasi
vitamin E menghadapi stres panas misalnya memberi efek bermanfaat, yakni menekan penurunan
produksi telur, kepadatan kulit telur dan efisiensi pakan.
Kesehatan dan Reproduksi
Dikemukakan, peranan vitamin E dalam sistem kekebalan tubuh unggas didasarkan pada
kemampuannya mencegah peroksidasi lipid oleh radikal peroksil lipid dalam membran.
Menghadapi E.coli, dosis suplementasi 300 mg/kg vitamin E dapat mengurangi tingkat kematian
unggas. Efek yang sama diperoleh dengan dosis 100300 mg/kg menghadapi colibacillosis,
coccidiosis dan listeriosis pada ayam kalkun. Vitamin E memperkuat kekebalan pada vaksinasi
terhadap Newcastle disease dan bronchitis. Juga dalam menghadapi penyakit atau kelemahan
lainnya.
Dalam sistem reproduksi, vitamin E yang cukup dalam diet induk menimbulkan efek jelas pada
turunannya. Vitamin E yang disimpan dalam hati disalurkan juga ke oocyte yang sedang
bertumbuh. Suplementasi vitamin E di atas kebutuhan minimum dapat memperbaiki ovulasi selama
fase akhir bertelur, menguatkan sistem kekebalan dan mencegah pengaruh negatif terhadap
produksi telur. Vitamin E mencegah terjadinya oksidasi dalam sperma, kuning telur dan saluran
embrionik. Kekurangan vitamin E menyebabkan merosotnya kesuburan, bertambahnya telur
berdaya tetas rendah, dan tingkat mortalitas embrionik lebih tinggi. Anak ayam dari induk yang
kekurangan vitamin E mengalami diathesis eksudatif ketika menetas.
Mutu Telur dan Daging
Peningkatan asupan vitamin E pada ayam petelur akan menaikkan kandungan vitamin E telur
sehingga nilai nutrisinya lebih baik. Suplementasi vitamin E pada ayam petelur pada dosis 400
mg/kg meningkatkan kandungan alpha-tocopherol kuning telurnya mencapai 477 mcg/g dibanding
144 mcg/g pada kontrol.
Proses oksidasi adalah penyebab bau dan perisa tidak enak pada daging dan produk olahannya.
Juga penurunan nilai nutrisi, warna dan penampilan serta hadirnya senyawa seperti oksida
kolesterol yang berbahaya bagi kesehatan konsumen. Suplementasi vitamin E pakan terbukti
mampu menjaga stabilitas oksidatif daging unggas. Cara suplementasi lebih efektif dibanding cara
penambahan vitamin E pada daging sesudah penyembelihan (post mortem).
Kemanjuran suplementasi meningkat selaras dengan peningkatan dosis dan jangka waktu
pemberian. Hasil studi menunjukkan suplementasi 225 mg/kg selama 3 minggu sebelum
penyembelihan setara dengan suplementasi 150 mg/kg dalam 32 hari sebelumnya. Setiap
penambahan vitamin E sebanyak 100 mg/kg dalam diet akan memperkaya kandungan vitamin E
pada daging sebesar 7% asupan yang direkomendasikan untuk manusia.
Suplementasi vitamin E dosis lebih tinggi mampu meningkatkan kualitas sensoris daging unggas.
Suplementasi vitamin E menahan penurunan pH daging unggas post mortem sehingga potensial
digunakan
mencegah
daging
menjadi
pucat,
lembek
dan
mengalami exudative
meat
syndrome (PSE). Penelitian lain menunjukkan rasa daging lebih baik bila suplementasi 160 mg/kg
dibanding 20 mg/kg. Perbaikan perisa (flavor) terjadi pada suplementasi 80 mg/kg hingga 160
mg/kg. Suplementasi 200 mg/kg terus-menerus dibanding 50 mg/kg meningkatkan secara signifikan
persepsi tekstur, berair (succulence), flavor dan tingkat penerimaan umum konsumen.
G. Litta dkk menyatakan efek suplementasi lebih tinggi memang tidak begitu menyolok pada daging
yang sangat segar, tetapi jelas terbukti pada daging yang disimpan selama 7-12 hari. Olson PS.