Anda di halaman 1dari 10

ABSTRACT

SUNSCREEN
Hannan Khairu Anami1 , Melia Juwita Adha1 , Neni Setianingsih1, Nurmauli1 , Rahmania Eka
Sagita1 , Dwi Astuti Chandrakirana2
Sunscreen is a product of protection against skin damage due to excessive sunlight exposure
and specially formulated to filter ultraviolet rays of the sun. Sunscreen is classified into
systemic and topical sunscreen. Topical sunscreen divided into physical sunscreen, chemical
sunscreen and combinations both of them. The ability of a sunscreen to protect skin against
the effects of exposure to sunlight is expressed by the term Sun Protection Factor (SPF). The
selection of sunscreen based on the level of skin sensitivity from exposure to UV rays. Side
effects from using of sunscreen is irritant contact dermatitis, allergic contact dermatitis,
photocontact dermatitis, phototoxic dermatitis and urticaria.
Keyword: sunscreen, ultraviolet

2
ABSTRAK
TABIR SURYA
Hannan Khairu Anami1 , Melia Juwita Adha1 , Neni Setianingsih1, Nurmauli1 , Rahmania Eka
Sagita1 , Dwi Astuti Chandrakirana2
Tabir surya merupakan produk perlindungan terhadap kerusakan kulit akibat paparan sinar
matahari yang berlebihan dan diformulasikan secara khusus untuk menyaring paparan sinar
ultraviolet matahari. Tabir surya diklasifikasikan menjadi tabir surya sistemik dan topikal.
Tabir surya topikal terbagi menjadi tabir surya fisik, tabir surya kimia dan kombinasi.
Kemampuan suatu tabir surya untuk melindungi kulit terhadap efek buruk pajanan sinar
matahari dinyatakan dengan istilah Sun Protection Factor (SPF). Pemilihan tabir surya
dilakukan berdasarkan tingkat sensitivitas kulit manusia terhadap paparan sinar UV. Efek
samping penggunaan tabir surya antara lain adalah dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak
alergi, dermatitis fotokontak alergi, dermatitis fototoksik dan urtikaria.
Kata kunci : Tabir surya, ultraviolet

Coresponding Author: 1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, 2Bagian Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru.

3
TABIR SURYA
Hannan Khairu Anami1 , Melia Juwita Adha1 , Neni Setianingsih1, Nurmauli1 , Rahmania Eka
Sagita1 , Dwi Astuti Chandrakirana2
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Riau-RSUD Arifin Achmad
PENDAHULUAN
Setiap tahun, sekitar 1 juta orang didiagnosis menderita kanker kulit dan sekitar
10.000 orang meninggal akibat melanoma maligna. Kebanyakan kanker kulit terjadi pada
area tubuh yang paling sering terpapar sinar matahari seperti wajah, leher, kepala dan
punggung tangan. Efek yang membahayakan radiasi matahari terutama disebabkan oleh
ultraviolet (UV) yang masuk dalam spektrum elektromagnetik yang dapat dibedakan menjadi
3 regio ultraviolet A (UVA) pada panjang gelombang 320-400 nm, ultraviolet B (UVB) pada
panjang gelombang 290-320 nm, dan ultraviolet C (UVC) dari 200-290 nm. Radiasi UVC
disaring oleh atmosfer sebelum mencapai bumi. Radiasi UVB tidak disaring secara sempurna
oleh lapisan ozon dan bertanggungjawab terhadap kerusakan akibat sunburn. Radiasi UV di
permukaan bumi sekitar 90-99% adalah UVA dan 1-10% UVB.1
Radiasi UVB secara primer menyebabkan fotokarsinogenesis akibat interaksi
langsung dengan DNA seluler dan pembentukan dimer subsekuen cyclobutanepyrimidine dan
thymineglycols, namun terdapat beberapa bukti bahwa UVA juga berperan dalam
fotokarsinogenesis ini. Konsekuensi utama akumulasi radiasi UVA adalah pembentukan
spesies oksigen reaktif yang dapat memicu kanker.2
Tabir surya merupakan produk perlindungan terhadap kerusakan kulit akibat paparan
sinar matahari yang berlebihan dan diformulasikan secara khusus untuk menyaring paparan
sinar ultraviolet matahari, sehingga tidak seluruh UV tersebut dapat berpenetrasi ke dalam
kulit. Tabir surya bekerja dengan membaurkan, memantulkan atau menyerap secara efektif
cahaya matahari, terutama daerah emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga
dapat mencegah gangguan kulit karena sinar matahari dan melindungi struktur serta fungsi
kulit dari cahaya matahari.3,4
Penggunaan tabir surya merupakan kebiasaan yang sering dilakukan untuk
menyediakan proteksi terhadap efek samping radiasi UV. Dengan fakta ini, saat ini telah
dibuat tabir surya dalam berbagai bentuk produk seperti pelembab, krim, lotion, shampoo dan
preparat rambut dan kulit lainnya. Penggunaan reguler produk-produk ini dapat membantu
menurunkan efek membahayakan radiasi ultraviolet. Namun, dibutuhkan senyawa tabir surya

4
yang efisien yang digunakan dalam formulasi kosmetik. 5 Kerja tabir surya biasanya
diekspresikan oleh sun protection factor (SPF) yang didefinisikan sebagai energi UV yang
dibutuhkan untuk menimbulkan minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi
dibagi dengan energi UV yang dibutuhkan untuk menimbulkan MED pada kulit yang tidak
dilindungi.1
KLASIFIKASI TABIR SURYA
Tabir surya digunakan secara sistemik dan topikal. Perlindungan secara sistemik
mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain belum terbukti mempunyai kemampuan
mencegah terbakar surya. Beberapa tabir surya sistemik yang digunakan antara lain beta
karoten, beberapa antioksidan misalnya asam askorbat dan vitamin E, dan klorokuin.6
Betakaroten merupakan zat yang terkandung dalam beberapa bahan alami dan dapt
dijumpai dalam tomat, wortel, lada hijau, dan jeruk, serta bersifat nontoksik. Betakaroten
menyerap sinar dalam spektrum sinar kasat mata (360-500 nm) dan memiliki daya absobsi
maksimal pada 450-475 nm. Penggunaan betakaroten dianjurkan untuk menghindari reaksi
fotosensitivitas yang disebabkan sinar kasat mata (400-760 nm), biasanya ditujukan pada
penderita dengan kadar porfirin yang abnormal. Efek protektif betakaroten nampak setelah
pemberian selama 6-8 minggu. Mekanisme proteksi beta karoten belum diketahui.
Klorokuin dan kuinakrin, suatu obat anti malaria, dikatakan mempunyai efek tabir
surya lemah. Klorokuin menghambat sinar spektrum UVA, UVB dan sinar kasat mata dengan
dengan panjang gelombang 222, 328 dan 343 nm, sedangkan kuinakrin 280, 424 dan 444 nm.
Suplemen vitamin E sampai saat ini masih kontroversial, beberapa ahli menyatakan
bahwa

vitamin

dalam

bentuk

-tocopherol

acetate

mempunyai

kemampuan

menghancurkan radikal bebas dan mencegah pembetukan radikal bebas lainnya, sehingga
diperkirakan mempunyai efek fotoproteksi. Namun demikian ternyata efek fotoproteksi pada
pemberian suplemen vitamin E tersebut tidak berbeda bermakna dibandingkan tanpa
suplemen. (Sawitri R. Uji banding penggunaan asam kojik 4% dengan hidrokuinon pada
penderita melasma. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2000. )
Sedangkan tabir surya topikal berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi 3 macam:
1
2
3

Tabir surya fisik


Tabir surya kimiawi
Tabir surya kombinasi
Tabir surya fisik mengandung substansi aktif yang memantulkan dan menghamburkan

sinar surya karena sifat-sifat fisik dan partikelnya. Tabir surya fisik bekerja efektif pada

5
spektrum sinar UV-A, UV-B dan sinar tampak. Bahan tabir surya fisika adalah zink oksida,
titanium oksida, magnesium silikat (talk), barium sulfat, kaolin, ferioksida, red veterinary
petrolatum. Secara kosmetik, tabir surya fisik kurang disukai walaupun dapat digunakan
misalnya dalam alas bedak.6
Tabir surya kimiawi bekerja secara aktif melalui reaksi fotokimiawi, yaitu dengan
menyerap gelombang tertentu. Lebih disukai karena tidak berwarna. Digolongkan menjadi
tiga: golongan PABA (para amino benzoic acid) dan derivatnya, non PABA dan kombinasi.6
1

PABA dan derivatnya


Termasuk tabir surya yang paling efektif dan banyak digunakan, terutama pada
spektrum sinar UV-B. PABA merupakan senyawa oliakromatik dengan inti cincin
benzene. Besarnya daya absorbsi tergantung pada banyaknya ikatan rangkap cincin
benzene maupun rantai karbon yang membentuk ester. PABA mempunyai absorbsi
pada panjang gelombang 250-320 nm dengan puncak 288 nm. PABA dan derivatnya
mempunyai SPF bervariasi antara 4-15.

2. Non PABA
Tabir surya golongan ini selain bekerja pada spektrum UV-B juga pada UV-A.
Misalnya pada golongan bensofenon, sinamat, salisilat, dan atranilat. Daya proteksi
golongan non PABA lebih rendah dibandingkan dengan golongan PABA dan
derivatnya.
3. Kombinasi
Kombinasi beberapa bahan aktif dapat meninggikan SPF di samping memperlebar
rentang spektrum sinar surya yang ditapis, misalnya kombinasi antara derivat PABA
dan bensofenon dapat meningkatkan SPF 10-15.
POTENSI TABIR SURYA DAN SUN PROTECTION FACTOR
Kemampuan suatu tabir surya untuk melindungi kulit terhadap efek buruk pajanan
sinar matahari dinyatakan dengan istilah Sun Protection Factor (SPF). Besarnya SPF
ditentukan berdasarkan perbandingan antara minimal erythema dose (MED) kulit yang diolesi
tabir surya dengan MED kulit, yang tidak diolesi tabir surya.1,6
MED ditentukan dengan melihat adanya respon eritem berbatas tegas, oleh karena itu
istilah SPF lebih ditujukan pada perlindungan terhadap sinar yang eritematogenik, yaitu sinar
UV-B. sedangkan terhadap sinar UV-A dikenal istilah Ultraviolet A Protection Factor
(APF).1,6
Kemampuan tabir surya bukan hanya tergantung dari SPF namun juga dari
substansinya. Substansitiviti adalah kemampuan dari tabir surya untuk melindungi kulit pada
saat latihan fisik yang lama, berkeringat, dan berenang.13

6
1. Sweat resistant : melindungi hingga 30 menit pada saat berkeringat banyak
2. Water resistant : melindungi hingga 40 menit pada saat terpapar air secara terusmenerus
3. Waterproof : melindungi hingga 80 menit pada saat terpapar air secara terusmenerus
PABA dan turunannya terbukti lebih resisten pada saat berkeringat dan/atau terpapar
air daripada tabir surya kimia lainnya.13
CARA PEMILIHAN TABIR SURYA
Tabir surya yang ideal ialah tabir surya yang memiliki SPF tinggi, toleransi yang baik
terhadap kulit, secara kosmetik dapat diterima masyarakat, tidak toksik, perlindungan efektif
terhadap sinar UV-A maupun UV-B, stabil, water resistant dan murah.7
Pemilihan tabir surya berdasarkan tingkat sensitivitas kulit manusia terhadap paparan
sinar UV dibedakan menjadi enam tipe menurut Fitzpatrick, yaitu:8
Tipe I

sangat sensitif terhadap UV


mudah terbakar
sukar terjadi hiperpigmentasi
diperlukan SPF 25 atau lebih
pada orang Kaukasia (Welsh, Skotlandia, Irlandia)

Tipe II

sangat sensitif terhadap UV


mudah terbakar
terjadi hiperpigmentasi ringan
diperlukan SPF 15
pada orang Kaukasia dengan kulit yang tipis, rambut terang, dan mata biru.

Tipe III

sensitif terhadap UV
dapat terbakar tetapi ringan
terjadi hiperpigmentasi ringan
diperlukan SPF 15
pada orang Kaukasia berambut gelap dan kulit orang Asia rata-rata.

Tipe IV

kurang sensitif terhadap UV


dapat terbakar tetapi ringan
selalu terjadi hiperpigmentasi
diperlukan SPF 8

pada orang Kaukasia atau Mediterania, Indian, Hispanik, Timur Tengah, Asia dan
keturunan Afro-Amerika berkulit terang.

Tipe V

sensitifitasnya terhadap UV sedikit sekali


jarang terbakar
terjadi hiperpigmentasi yang jelas
diperlukan SPF 6
pada orang Asia, Hispanik, Timur Tengah, Afro-Amerika dan Indian

Tipe VI

tidak sensitif terhadap UV


tidak pernah terbakar
terjadi hiperpigmentasi (sangat hitam)
diperlukan SPF 2
pada orang Afrika dan Afro-Amerika.
Kulit orang Indonesia termasuk dalam tipe kulit yang ketiga dan memerlukan

penggunaan tabir surya dengan nilai SPF 15.


CARA PEMAKAIAN TABIR SURYA
Tabir surya digunakan dalam pengobatan dan pencegahan terhadap berbagai
dermatosis diantaranya adalah urtikaria solaris, eritema multiforme, melasma, lupus
eritematosus, rosasea, keratosis aktinik, xeroderma pigmentosum dan melanoma maligna. 6,10
Tabir surya harus digunakan 20-30 menit sebelum terkena paparan sinar matahari
sehingga produk tersebut memiliki kesempatan untuk berikatan dengan kulit. Misalnya
produk yang mengandung PABA digunakan dua jam sebelum paparan sinar matahari untuk
mencapai efek maksimal. Secara umum, pemakaian tabir surya harus diulangi setiap 2-3 jam
setelah pengolesan pertama. Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa perlindungan
terbaik dicapai jika tabir surya digunakan 15-30 menit sebelum terkena paparan sinar
matahari, dan dioleskan kembali 15-30 menit setelah terpapar sinar matahari. Penggunaan
ulang hanya dibutuhkan setelah aktivitas seperti berenang.7
Sebagian besar individu tidak menggunakan tabir surya dengan SPF yang cukup
untuk mencapai perlindungan yang adekuat sebelum terkena paparan sinar matahari.
Kebanyakan orang hanya memakai 20-50% dari tabir surya yang dibutuhkan untuk
memberikan perlindungan yang adekuat. Untuk melindungi permukaan kulit rata-rata orang
dewasa (1,73 m2), diperlukan sekitar 35 ml tabir surya. Untuk lengan, wajah dan leher
diperlukan + 3ml (1/2 sendok teh). Pada tungkai, dada dan punggung diperlukan + 6ml tabir

8
surya (>1 sendok teh). Penggunaan tabir surya yang adekuat (2 mg/cm 2) memberikan
perlindungan terhadap matahari yang lebih besar daripada menggunakan tabir surya dengan
SPF yang lebih tinggi dengan jumlah yang tidak adekuat.7
Pasien harus memilih tabir surya spektrum luas yang mengandung agen yang dapat
menyaring UVA dan UVB secara efektif dengan SPF 30 atau lebih. Tabir surya dengan SPF
15 menyaring sekitar 94% dari sinar UVB. Tabir surya dengan SPF 30 menyaring 97% UVB
dan menyaring 10% UVA.7
EFEK SAMPING TABIR SURYA
Pada beberapa orang pemakaian tabir surya dapat menyebabkan timbulnya efek
samping, misalnya dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi, dermatitis fotokontak
alergi, dermatitis fototoksik dan urtikaria. Dapat juga timbul miliaria, folikulitis dan akne.
Efek samping ini selain disebabkan oleh bahan aktifnya dapat juga disebabkan bahan
dasarnya. Bagi seseorang yang sensitif terhadap benzokain, prokain dan cat rambut (pphenylene diamine), dan sulfonamid jangan memakai tabir surya yang mengandung PABA
dan esternya. Orang tua yang memakai tabir surya dalam jangka waktu lama harus
diperhatikan adanya kekurangan vitamin D.6
Tabir surya yang mengandung amino benzoic acid dan esternya, sinamat dan
oxybenzone dapat menyebabkan dermatitis kontak atau reaksi fotosensitivitas. 9 Ada juga
laporan dari fotodermatitis kontak alergi dengan aminobenzoic acid, tetapi sensitivitas alergi
dengan PABA yang mengandung tabir surya ini jarang terjadi. 10,11 Amino benzoic acid secara
kimiawi mirip dengan obat-obat lain yang menyebabkan reaksi fotosensitivitas dan individu
yang memiliki fotosensitivitas tidak boleh menggunakan tabir surya yang mengandung
amino benzoic acid atau salah satu turunannya. Tabir surya yang mengandung oxybenzone
atau cinoxate direkomendasikan untuk individu dengan fotosensitivitas. Senyawa tambahan
lain pada tabir surya, seperti pewangi, pelembab, alkohol dan pengawet juga dapat
menyebabkan iritasi mata atau sensitisasi.7
Nitrosamin yang baru, yang dikenal dengan NPABAO ditemukan dalam tabir surya
tertentu yang mengandung Padimate-O sebagai bahan aktif. Nitrosamin sendiri bisa bersifat
karsinogenik, namun saat ini tidak pasti apakah nitrosamin ini terkandung dalam jumlah yang
cukup dalam tabir surya untuk menyebabkan terjadinya kanker.7
Zinc oxyde, bahan yang sering ditemukan dalam tabir surya fisik, dapat menyebabkan
iritasi gastrointestinal jika tertelan. Mual, muntah, dan diare dapat terjadi terutama karena
zinc. Gejala yang paling umum adalah mual dan muntah. Overdosis pada PABA atau esternya

9
jarang terjadi. Data toksikologi kebanyakan berasal dari hewan percobaan atau penggunaan
lama dosis besar terapeutik. Mual, muntah, dan kram perut serta rasa logam sering terlihat
dengan terapi oral.12
Penggunaan tabir surya ini lebih berhati-hati pada individu yang alergi terhadap salah
satu bahan tabir surya (misalnya, aminobenzoic acid / PABA).14
REFERENSI:
1. Dutra EA, Oliveira DAGC, Hackmann ERMK, Santoro MIRM. Determination of sun
protection factor (SPF) sunscreens by ultraviolet spectrophotometry. Brazilian journal
of pahrmaceutical sciences vol. 40 n. 3, jul./set., 2004.
2. Velasco MVR, Sarruf FD, Santos IMNS, Filho CAH, Kaneko TM, Baby AR. Broad
spectrum bioactive sunscreens. International journal of Pharmaceutics 363 (2008) 5057.
3. Kwon P. Sunscreens. The Permanente Medical Group. Inc. Dept. Of Dermatology,
Canada. 2003
4. Katz D. Sunscreens : Preparation and evaluation. United States. 2005
5. Balakrishnan KP, Narayanaswamy N. Botanical as sunscrees: Their role in the
prevention of photoaging and skin cancer. International Journal of Research in
Cosmetic Science 2011; 1 (1):1-12.
6. Harun ES. Peranan tabir surya di negara tropis. Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Surabaya; 1995; 6; 4; 25-31.
7. R Reena. CR Srinivas. Photoprotection. Indian J Dermatol Venereol Leprol. India;
2007; 73; 2; 73-9.
8. NOAH USA. National Organisation for Albinism & Hypopigmentation, Albinism
Information Bulletins - Sun Protection. England; 1999.
9. Norins AL. Sunscreens for Children. JAMA. 255(20):2809, 1986.
10. Council on Scientific Affairs. Harmful Effects of Ultraviolet Radiation. JAMA.
262(3):380-384, 1989.
11. DeSimone II EM. Sunscreen and Sunscreen Products. In the Handbook of
Nonprescription Drugs, tenth edition, Feldman EG, Davidson DE, eds., American
Pharmaceutical Association, Washington, DC. 575-587,1986.
12.
Ellenhorn MJ, McGuigan MA, Yokel RA, ed. Topical products. Poisindex
Information System. Micromedex, Inc. Exp. 6/2003.
13.
Lesters RS. Topical Formulary for the Pediatrician. Ped Clin of North
America. 30 (4); 749-50, 761-62, 1983.
14.
Medicine
Net.

Sunscreen

Topikal.

(http://www.medicinenet.com/sunscreens/page2.htm) diakses tanggal 10 Agustus


2012.

10

Anda mungkin juga menyukai