Beberapa anak autis tumbuh dengan menjalani kehiduypan normal atau mendekati normal. Anak
anak dengan kemunduran kemampuan bahasa di awal kehidupan, biasanya sebelum usia 3 tahun,
mempunyai resiko epilepsi atau aktivitas kejang otak. Selama masa remaja, beberapa anak
dengan autisme dapat menjadi depresi atau mengalami masalah perilaku.
Beberapa komplikasi y ang dapat muncul pada penderita autis antara lain (Kim, 2015):
1. Masalah sensorik
Pasien dengan autis dapat sangat sensitif terhadap input sensorik. Sensasi biasa dapat
menimbulkan ketidaknyamanan emosi. Kadang-kadang, pasien autis tidak berespon
terhadap beberapa sensai yang ekstrim, antara lain panas, dingin, atau nyeri.
2. Kejang
Kejang merupakan komponen yang sangat umum dari autisme. Kejang sering dimulai
pada anak-anak autis muda atau remaja.
3. Masalah kesehatan Mental
Menurut National Autistic Society, orang dengan ASD rentan terhadap depresi,
kecemasan, perilaku impulsif, dan perubahan suasana hati.
4. Tuberous sclerosis
Gangguan langka ini menyebabkan tumor jinak tumbuh di organ, termasuk otak.
Hubungan antara sclerosis tuberous dan autisme tidak jelas. Namun, tingkat autisme jauh
lebih tinggi di antara anak-anak dengan tuberous sclerosis dibandingkan mereka yang
tanpa kondisi tersebut.
Prognosis
Prognosa untuk penyandang autis tidak selalu buruk. Bagi banyak anak, gejala autisme
membaik dengan pengobatan dan tergantung pada umur.
dibutuhkan oleh penderita eautis walaupun umur bertambah, tetapi ada pula yang dapat bekerja
dengan sukses dan hidup mandiri dalam lingkungan yang juga mendukung (Gitayanti, 2010).
Pronosis anak autis dipengaruhi oelh beberapa faktor, yaitu (Gitayanti, 2010):
1. berat ringannya gejala atau kelainan otak
2. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat dimulainya
terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
3. kecerdasan, semakin cerdas anak tersebut, semakin baik prognosisnya.
4. Bicara dan Bahasa, 20% anak autis tidak mampu berbicara seumur hidup, sedangkan sisanya
mempuinyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang berbeda-beda.
5. terapi yang intensif dan terpadu
Sumber:
Gitayanti, H, Sylvia, D. Elvira. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
Kim, S. K. (2015). Recent update of autism spectrum disorders. Korean Journal of
Pediatrics, 58(1), 814. doi:10.3345/kjp.2015.58.1.8