TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP DASAR FRAKTUR
2. Pengertian
a
Fraktur
Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan
menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and
Documentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan
dalam buku Luckman and Sorensens Medical Surgical Nursing.
Platting
Adalah salah satu bentuk dari fiksasi internal menggunakan plat yang
Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun
ukuran, tapi mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang
paling luar disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan
saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang
kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks.
Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang
kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang disusun dalam
unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri atas
kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari
matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut
Lakunae (didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem
kelihatan seperti lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat
sepanjang tulang panjang dan di dalamnya terdapat pembuluh darah dan
saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman. Pembuluh darah
inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa
metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari
sistem Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari
tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut
Tulang Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk
sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone
marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses
hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak
dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism
Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah
tulang baru. Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks.
Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang dengan menyerap
kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat
oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini
dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan
substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi
nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan
pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium
organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan
aliran darah dalam tulang antara 200 400 ml/ menit melalui proses
vaskularisasi tulang (Black,J.M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna.
D,1995).
b
Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya
bundar dan sering menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995).
Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan, diafisis, periosteum,
dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat
menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang
rawan menutupi seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah
pergerakan, karena tulang rawan sisinya halus dan licin. Diafisis adalah
bagian utama dari tulang panjang yang memberikan struktural tulang.
Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang panjang antara
epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang
selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan penutup tulang
sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis (Black, J.M,
et al, 1993)
Tulang Humerus
Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung
atas), korpus, dan ujung bawah.
1) Kaput
Fungsi Tulang
1) Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
2) Tempat mlekatnya otot.
3) Melindungi organ penting.
4) Tempat pembuatan sel darah.
5) Tempat penyimpanan garam mineral.
(Ignatavicius, Donna D, 1993)
4. Etiologi
1)
Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka
5. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka
terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur,
periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan
tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)
a.
Komplikasi fraktur
1) Komplikasi Awal
a)
Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma
yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
b)
Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan
yang terlalu kuat.
c)
d)
Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e)
Avaskuler Nekrosis
Shock
Shock
terjadi
karena
kehilangan
banyak
darah
dan
Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi
sesuai
dengan
waktu
yang
dibutuhkan
tulang
untuk
Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah
6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c)
Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya
tingkat
kekuatan
dan
perubahan
bentuk
b.
1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang
atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2). Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
a)
b)
Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
c)
c.
d.
e.
b)
c)
f.
g.
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
b.
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c.
d.
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan
ancaman sindroma kompartement.
7. Dampak Masalah
Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diatas, masalah klien yang
mungkin timbul terjadi merupakan respon terhadap klien terhadap enyakitnya.
Akibat fraktur terrutama pada fraktur hunerus akan menimbulkan dampak
baik terhadap klien sendiri maupun keada keluarganya.
a Terhadap Klien
1) Bio
Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang
terkena trauma, peningkatan metabolisme karena digunakan untuk
penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi melebihi
kebutuhan biasanya terutama kalsium dan zat besi
2) Psiko
Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari
fraktur, perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi rawat inap dan
harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta tuakutnya terjadi
Terhadap Keluarga
Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota
keluarganya terkena fraktur adalah timbulnya kecemasan akan keadaan
klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan sembuh total. Koping
yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat disini
sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga. Selain tiu,
keluarga harus bisa menanggung semua biaya perawatan dan operasi
klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga.
Masalah-masalah diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang
masalah juga bisa timbul saat klien pulang dan tentunya keluarga harus
bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien. Hal ini tentunya menambah
beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik dalam keluarga.
7.
Penatalaksanaan Kedaruratan
1.
Segera stlh cedera, px berada dlm keadaan, bingung, tdk menyadr adanya
fraktur, dan berusaha berjalan dgn tungkai yg patah. Maka bila dicurigai
adanya fraktur, penting utk mengimobilisasi bagian tubuh segera sblm px
dipindahkan.
2.
3.
4.
Nyeri sehubungan dgn fraktur sangat berat dan dpt dikurangi dgn
menghindr gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian
yg memadai sangat penting utk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh
fragmen tulang.
5.
7.
8.
9.
merupakan
tahap
awal
dan
landasan
dalam
proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalahmasalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada
tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Pengumpulan Data
1)
Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa
nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan
lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
(2)
(3)
(4)
kronik
dan
juga
diabetes
menghambat
proses
penyebab
masalah
muskuloskeletal
dan
kurang
merupakan
faktor
predisposisi
masalah
Anna, 1991)
(4) Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya
tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur
serta penggunaan obat tidur (Doengos. Marilynn E, 1999).
(5) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua
bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan
klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang
perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan
klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk
terjadinya
fraktur
dibanding
pekerjaan
yang
lain
gangguan.begitu
juga
pada
kognitifnya
tidak
Donna D, 1995).
10) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan
dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan
fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien
bisa tidak efektif (Ignatavicius, Donna D, 1995).
11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi.
Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak
klien (Ignatavicius, Donna D, 1995).
2) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokalis). Hal ini perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada
kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah
yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah
tanda-tanda, seperti:
(a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
(b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan,
sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
(c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
(a) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.
(b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris,
tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
(c) Leher
meningkat,
pada
riwayat
reguler
atau
penyakit
tidaknya
klien
yang
(2) Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
(3) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(l) Abdomen
(1) Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
(2) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
(3) Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
(4) Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
(m)Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada
kesulitan BAB.
b) Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal
terutama mengenai status neurovaskuler. Pemeriksaan pada
sistem muskuloskeletal adalah:
(1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(a) Cictriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
(b) Cape au lait spot (birth mark).
(c) Fistulae.
(d) Warna
kemerahan
atau
kebiruan
(livide)
atau
hyperpigmentasi.
(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal
yang tidak biasa (abnormal).
(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
(g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
(2) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
suhu
disekitar
trauma
(hangat)
dan
kelembaban kulit.
(b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi
atau oedema terutama disekitar persendian.
(c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan
(1/3 proksimal,tengah, atau distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan
yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain
itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan,
maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
konsistensinya,
pergerakan
terhadap
dasar
atau
melakukan
pemeriksaan
feel,
kemudian
menggunakan
sinar rontgen
(x-ray).
Untuk
kegunaan
diakibatkan fraktur.
(4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek
karena trauma yang berlebihan.
(5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya
infeksi pada tulang.
(6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
(Ignatavicius, Donna D, 1995)
b. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dan dianaisa
untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya
dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif dan data objektif, dan
kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.
2. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan
Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik aktual
maupun
potensial.
Perawat
memakai
proses
keperawatan
dalam
tirah
baring
RASIONAL
dan Meningkatkan
stabilitas,
meminimalkan
gangguan
akibat
perubahan posisi.
2. Bila terpasang gips/bebat, sokong Mencegah gerakan yang tak perlu
fraktur
dengan
gulungan
bantal
selimut
mempertahankan
posisi
netral.
3. Evaluasi
pembebat
resolusi edema.
terhadap Penilaian
kembali
pembebat
perlu
traksi
Pearson, Russel)
(Buck,
Dunlop, aksis
panjang
mengatasi
mempercepat
tulang
fraktur
tegangan
tulang
otot
reunifikasi
dan
untuk
fragmen
fraktur.
integritas
eksternal.
7. Kolaborasi
pelaksanaan
foto.
b. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pertahankan
imobilasasi
RASIONAL
bagian Mengurangi
nyeri
dan
mencegah
aliran
balik
vena,
mengurangi edema/nyeri.
4. Lakukan
tindakan
meningkatkan
untuk Meningkatkan
umum,
sirkulasi
penggunaan
kelelahan otot.
teknik Mengalihkan perhatian terhadap nyeri,
RASIONAL
sirkulasi
darah
dan
perlunya
keketatan bebat/spalk.
3. Pertahankan
letak
tinggi Meningkatkan
penyesuaian
kontraindikasi
obat
edema
vena
kecuali
dan
pada
sindroma kompartemen.
4. Berikan
drainase
antikoagulan Mungkin
diberikan
sebagai
upaya
warna
kulit
dengan
sisi
yang
normal.
RASIONAL
perfusi.
pemberian
keadaan
tromboemboli.
Kortikosteroid
telah
menunjukkan
keberhasilan
untuk
PaO2
dan
peningkatan
menunjukkan
gangguan
takipnea,
dispnea
dan
tahap awal.
RASIONAL
perhatian,
sosial.
sirkulasi
otot,
darah
mempertahankan
mempertahakan
gerak
posis
fungsional
kemandirian
klien
hidrasi
adekuat,
Kalori
dan
protein
yang
cukup
f. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
tenun
kencang,
bantalan
kulit
terutama
penonjolan tulang dan area distal meningkatkan kelemasan kulit dan otot
bebat/gips.
4. Observasi
keadaan
penekanan
gips/bebat
RASIONAL
klien
infeksi
sekunderdan
atau
tetanus
mengatasi
untuk
infeksi.
mencegah
infeksi tetanus.
4. Analisa
hasil
laboratorium
lengkap,
(Hitung
LED,
Kultur
sensitivitas luka/serum/tulang)
Kultur
untuk
mengidentifikasi
kesiapan
klien
RASIONAL
mengikuti Efektivitas
program pembelajaran.
proses
pemeblajaran
partisipasi
dan
Ajarkan
tanda/gejala
klinis
yang Meningkatkan
kewaspadaan
klien
pembedahan
mungkin
2.
3.
dari
gas beracun di
amerika serikat.
Co atase hakikatnya akan berikatan secara kuat dengan hemoglobin,
dengan daya tarik 200-250 kali dari pada ikatan dengan oksigen dan blok
transportasi oksigen untuk jaringan vital. Gas yang meracuni jaringan,
merusak metabolisme seluler dan mencegah pembentukan oksigen untuk
jaringan dan organ vital. Pergeseran kurva disosiasi oksigen pada saat itu,
menjaga batas oksigen untuk hemoglobin ini dan menyebabkan hipoksia
jaringan dan akhirnya kematian dengan eksposur tinggi.
Keracunan penyebab hipoksia,gangguan perfusi jaringan, hipotensi
diinduksi oleh hipoksia, dan co binding untuk mioglobin jantung, yang
menekan
miokardium.
Keracunan
sel
sekunder
pada
kerusakan
(energi sel kami) gangguan fungsi merupakan penyebab pasien tetap koma
ketika tingkat carboxyhemoglobin telah menurun hingga nol. Kerusakan
persisten mitokondria menjelaskan manifestasi dari terjadinya keracunan itu
setelah hari exposure . Peroksidasi lipid otak memberikan sebuah hubungan
antara hipoksia dan toksisitas selular terkait untuk synptoms klinis dan
tingkat co. Dalam penelitian tercatat hal itu dapat mencegah peroksidasi lipid
pada otak, side effects associated dengan paparan untuk monoksida karbon
menjadi penurunan.
Gejala seperti flu sering berhubungan dengan keracunan co. Sakit
kepala, mengantuk, kelelahan, mual, muntah, kelemahan, dan pusing dapat
menyebabkan kegagalan dalam mendiagnosis pasien. Defisit neurologis
yang signifikan tersebut sebagai pengganti dalam berpikir, konsentrasi,
recall, dan kehilangan memori jangka pendek bisa merupakan hasil dari
paparan untuk tingkat non-fatal dari karbon monoksida.
Sumber dari co terjadi dimanapun bahan bakar fosil yang terbakar,
seperti sebagai tungku, exhauset automobile, heaters air panas, kompor gas,
heaters space, grills arang, mesin gasonline, dll.
Langkah pertama perawatan untuk karbon monoksida merupakan
oksigen 100% dengan a mask non-rebreather. Pasien dengan tanda manifest
darikeracunan serius (yaitu, perubahan status mental dari atau tanda
neurologis, ketidaksadaran, disfungsi cardiovascular, edema paru, atau
asidosis berat) yang diperlukan untuk terapi oksigen hiperbarik dalam enam
jam paparan.
Akut atau eksposur kronis penyebab macam efek samping neurologis
atau sequelae. ini variasi dari perubahan kognitif dan kepribadian, akinesia
psikis, parkinsonisme, ensefalopati psychotic, amnesia, apatisme, dementia,
bisu, cepat marah, inkotenensia urin dan tinja, gangguan kiprah, kelemahan
otot, dan gejala menyerupai dari penyakit mereka. Gejala ini mungkin akan
muncul dalam 2-30% dari pasien.
c.
faktor
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
healing.
Pengobatan terdiri dari sebuah kombinasi dari bedah, antibiotik, dan
terapi oksigen hiperbarik ajuvan telah tampil untuk penurunan kematian.
Terapi oksigen hiperbarik menghentikan produksi alpha-toksin dengan
peningkatan jaringan oksigenasi lebih besar 250 mmhg dan menghambat
pertumbuhan bakteri, demikian mengaktifkan tubuh penerima untuk
memanfaatkan mekanisme pertahanan yang ada.
e.
Dalam tekanan
merupakan
hipoksia
jaringan,dengan
hbo
berkurang.
Penerimaan Pencangkokan / Penutup Kulit
Tindakan oksigen hiperbarik (HBO):
a) Meningkatkan oksigenasi pada jaringan sedikit diperfusi
b) Meningkatkan angiogenesis
c) Meningkatkan respon penjamu
Terapi oksigen hiperbarik tidak dianjurkan untuk luka tanpa indikasi.
Luka dengan penerangan masa lalu dan sirkulasi mikro dapat mengambil
manfaat dari terapi oksigen hiperbarik.
Penerimaan cangkok kulit dan penutup perlu dirawat dalam waktu 4-6
jam dari pencangkokan untuk meningkatkan peluang bertahan hidup dengan
terapi hiperbarik tambahan. Kesulitan jaringan dalam kekurangan oksigen
untuk luka dapat menyebabkan kapiler memiliki cedera kembali dalam
jaringan, yang selanjutnya menurunkan suplai oksigen. Oksigen minimal 30-
Osteomyelitis kronik
Tindakan hiperbarik oksigen (HBO):
a) Oksigen meningkatkan kekakuan di tulang yang terinfeksi
b) Menambah antibiotik terapi
c) Merangsang neoangiogenesis dalam pembuluh darah dikompromikan
tulang infeksi kronis
Osteomyelitis kronik adalah infeksi kronis tulang yang berlangsung
selama jangka waktu lama, meskipun dengan iv antibiotik dan debridement.
Osteomyelitis kronis biasanya merupakan hasil dari kadar oksigen rendah
yang berada di lokasi luka, benda asing, hipo-perfusi, peradangan, gizi
buruk, perawatan luka tidak efektif, dan organisme resistensi antibiotik.
Faktor-faktor lain dapat terjadi pada kepatuhan pasien dan kondisi yang
berhubungan dengan kesehatan secara keseluruhan kurang.
Menurut penelitian, tingkat oksigen dalam tulang terinfeksi, terlalu
rendah untuk mendukung tahap penyembuhan luka. Ini juga telah
menunjukkan bahwa saat menambahkan terapi oksigen hiperbarik dengan
pengobatan setelah terapi konvensional telah gagal untuk menunjukkan
tanda-tanda perbaikan, kenaikan oksigen ditampilkan untuk meningkatkan
kemampuan
fagosit
untuk
membunuh
bakteri.
Epidermid
aureus,
k.
Pada klien dengan kondisi yang tidak terlalu buruk, bedah dan terapi
antibiotik telah cukup. Jika klien yang terinfeksi ini telah didiagnosa
2.
3.
4.
perempuan
Fasciitis nekrosis-pengendapan faktor penderita diabetes, alkoholisme,
penyalahgunaan obat parenteral, obesitas, mendasari penyakit vascular,
kurang nutrisi.
a) Infeksi deep berat, melibatkan para fasia superficial dan deep
b) Kecepatan penyebaran nekrosis seiring dengan fasia setelah
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
5.
a) Dilihat pada pasien pria atau wanita, dimulai dengan sakit genital di
luar kawasan skrotum atau vulva
b) Pada dasarnya ini gejala sama seperti lain dalam kategori nekrosis
fasciitis
l.
pertama dari cedera untuk hasil optimal. Tujuan dari terapi hiperbarik untuk
mencegah cedera reperfusi, mengurangi resusitasi fluida, penurunan ektensi
pada luka bakar, penurunan kebutuhan untuk bedah multiple untuk
debridement, tetap penurunan rumah sakit, dan telah tampil untuk penurunan
pada jaringan parut luka-luka bakar.
Transportasi lebih jauh tidak disarankan. Dalam rangka perlakukan
pasien di sebuah kamar hiperbarik, kamar harus dalam fasilitas yang
m.
terpenuhi.
Masalah luka
Kebanyakan masalah hipoksia dan infeksi luka dapat menimbulkan
gagalnya respon untuk manajemen kedokteran dan bedah. Faktor-faktor di
atas lebih baik dikhususkan dalam terapi hbo. Selama evaluasi luka hypoxit
diberikan dalam penggunaan oximetry transkutan dan dapat mengidentifikasi
salah satu dari keduannya yang lebih merespon hbo. Asosiasi menyatakan 12
juta orang amerika terkena penyakit diabetes. Dari 50% - 70% penderita
diabetes mengalami amputasi nontraumatic dalam negeri ini. Untungnya,
HBO membantu untuk mengurangi jumlah ini. Dalam sebuah percobaan
klinis prospektif dan terkendali, baroni (diabetes care, 1987) mempelajari
pengaruh terapi hbo dalam manajemen masalah luka pada ekstremitas bawah
yang terkena penyakit diabetes. Dengan menggunakan hbo, tingkat amputasi
turun dari 40% - 11%. Sebuah studi berikutnya dengan oriani (dari
kedokteran hiperbarik, 1992) tampak pada peran hbo dalam gangren diabetes
di kaki. Di kelompok HBO yang harusnya di amputasi, disyaratkan 95%
pasien dapat sembuh, dan hanya 4,8% yang di amputasi. Di kelompok hbo
yang tidak di amputasi sebanyak 33% (p <0,001). Kajian terbaru oleh fagila
tentang sedikit kemungkinan secara acak pada operasi. Info studi enam
puluh delapan pasien diabetes hanya tiga (8,6%) pasien di kelompok
hiperbarik dan sebelas pasien (33%) dalam grup non-hiperbarik diterima
amputasi total. Perbedaan signifikan pada sebuah nilai-p dari 0,016. (fagila
e., et al diabetes care 1996; 19: 1338-1343) penggunaan ajuvan dari oksigen
hiperbarik
dapat
mengembalikan
sebuah
millieu
seluler
yang
dengan
abses
multiple
pada
lokasi
mendalam
atau
mendominasi, imun kompromi, dan tidak respon atau kerusakan lebih lanjut
meskipun standar bedah dan antibiotik perawatan pada terapi masalah pose
mayor:
Terapi hiperbarik adjuntive memiliki mungkin manfaat terapi
tambahan:
a) Konsentrasi oksigen bebas dapat menghambat floral yang mungkin
ditemukan dalam ica (anaerobik)
b) Terapi oksigen hiperbarik dapat
meredukasi
dalam
perifocal
pembengkakan otak
c) Peningkatan dari mekanisme pertahanan host
d) Merupakan manfaat dari kasus pada osteomylitis skull bersamaan
Pertimbangkan terapi oksigen hiperbarik dalam kondisi berikut:
a)
b)
c)
d)
Beberapa abses
Abses dalam lokasi deep atau dominan
Berkompromi host
Situasi dimana pembedahan merupakan kontraindikasi atau dimana para
Identitas :
nama, alamat, lahir, pekerjaan, pendidikan, dsb
2.
Keluhan utama :
1) DCS
2) Klinis
3) Kebugaran
3.
4.
5.
Pemeriksaan fisik
1)
Observasi TTV.
Mencakup suhu, detak jantung, tekanan darah, suara paru-paru, uji
otoscopic dan gula darah pada semua penderita IDDM
2)
3)
Neurologis
4)
Pernafasan
5)
Kardiovaskuler
6)
Pencernaan
7)
Perkemihan
6.
8)
Musculoskeletal
9)
Integumen
Observasi TTV.
2)
Ambang demam.
3)
4)
Auskultasi paru-paru
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
Semua zat yang mengandung minyak atau alkohol (yaitu, kosmetik, hair
spray, cat kuku, deodoran, lotion, cologne, parfum, salep) dilarang karena
berpotensi memicu bahaya kebakaran dalam ruang oksigen hiperbarik
2)
Pasien harus melepas semua perhiasan, cincin, jam tangan, kalung, sisir
rambut, dll sebelum memasuki ruangan untuk mencegah goresan akrilik
silinder dari ruang hiperbarik
3)
Lensa
kontak
harus
dilepas
sebelum
memasuki
ruang
karena
Alat bantu dengar harus dilepas karena memicu percikan listrik dalam
ruang.
5)
6)
7.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
8.
2)
3)
4)
5)
6)
Pasien dirawat karena penyakit dekompresi, emboli gas arteri, atau edema
cerebral harus dilakukan penilaian neurologis.
7)
8)
9. Diagnosa Keperawatan :
1. Kecemasan releated untuk defisit pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik
dan prosedur perawatan
Krieria hasil :
Pasien dan/atau keluarga akan menyatakan :
1. Alasan untuk terapi oksigen hiperbarik
2. Tujuan terapi
3. Prosedur yang terlibat dengan terapi oksigen hiperbarik
4. Potensi bahaya dari terapi oksigen hiperbarik
Intervensi Keperawatan :
No.
INTERVENSI
1. Dokumentasikn pmahaman
px
RASIONAL
mengetahui pemahaman
/ Dengan
keluarga tntg pemikiran & tujuan terapi pasien tentang terapi HBO, kita dapat
HBO, prosedur yg terlibat & potensi mengukur
bahaya terapi HBO.
2.
pengetahuan
pasien.
Mengidentifikasi
hambatan Untuk
pembelajaran.
3.
tingkat
mengurangi
kecemasan
pasien.
Mengidentifikasi
kebutuhan
belajar Pasien
memahami
proses
dan
memberikan
kesempatan
5.
6.
Menjaga
pasien
dan/atau
7.
konfirmasi
umum.
2. Potensi cidera yang berkaitan dengan pasien transfer in/out dari ruang, ledakan
peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis.
Kriteria Hasil :
1. Pasien tidak akan mengalami cidera apapun.
Intervensi Keperawatan :
No.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Membantu pasien masuk dan keluar Memudahkan pasien dalam menjalani
dari ruang tepat.
2.
terapi HBO.
3.
kenyamanan pasien.
terjadinya
perubahan
4.
Mengikuti
kebakaran
prosedur
sesuai
kebijakan
dan
6.
segala
tindakan
sesuai
Diagnosa Keperawatan :
3. Potensi barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral
sehubungan dengan perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
Krieria hasil :
Tanda-tanda dan terjadinya tanda dari barotrauma akan diakui, ditangani, dan
segera dilaporkan.
Intervensi Keperawatan :
No.
INTERVENSI
RASIONAL
1.
besar
oksigen hiperbarik.
selama
mengalami
infeksi
serangan alergi.
2.
berusaha
untuk
membuka
tuba
4.
bertekanan terjadi.
tarif
dan
atau
dan
setelah
perawatan .
berikutnya).
Diagnosa Keperawatan
4. Potensial untuk pengiriman gas tidak memadai terapi yang berkaitan dengan
system pengiriman dan kebutuhan pasien/ keterbatasan
Kriteria hasil
Tanda dan gejala pengiriman oksigen yang tidak memadai akan diakui dan
dilaporkan segera.
Intervensi
1.menilai kondisi pasien, kebutuhan,
Rasional
1. Untuk mengidentifikasi keadaan
preferensi pasien
Wajah topeng
T bagian untuk pasien yang
bantuan ventilasi
2. memonitor respon pasien dengan
system pengiriman oksigen, termasuk
kemampuan mereka untuk mentolerir
system yang dipilih
tender.
3. Untuk fungsi kolaborasi perawat
tender dengan operator hiperbarik
tudung
b. Setelah perakitan periksa
kebocoran
Ventilator
a. Manajemen dokumen ET
manset dengan NS sebelum
turunnya.
b. Suction menjaga peralaatan
didekatnya dan siap untuk
digunakan ( suction sesuai
keabutuhan ).
c. Monitor dan volume tidal
dokumen pasien, laju
THBO.
a. Untuk pengkajian riwayat
penggunaan ventilator pada pasien
kemudian untuk dicocokkan sesuai
dengan penggunaan HBOT.
b. Untuk menghisap lender atau secret
yang menumpuk pada pasien.
c. Untuk mengidentifikasi keadaan
abnormal.
5. Diagnose Keperawatan
Kecemasan dan ketakutan yang berhubungan dengan perasaan kecemasan kurungan
terkait dengan ruang oksigen hiperbarik.
Kriteria hasil
Pasien akan mentolerir pengobatan oksigen hiperbarik.
Intervensi
1. Menilai pasien untuk setiap
Rasional
1. Untuk
mengidentifikasi
hiperbarik.
tentang
informasi
pelaksanaan
2. Melaksanakan
tindakan
pencegahan
yang
sesuai
mengurangi
kecemasan
pasien
berkeliling.
3. Selama
perawatan
kecemasan
HBOT.
2. Pemberian edukasi dan obat dapat
continemen,
termasuk:
Gelisah
Ketidakmampuan
3. Untuk
mengetahui
lebih
awal
pasien
untuk
tudung kepala.
Laporan perasaan tertutup atau
terjebak.
4. Menjalin kontak mata dengan
pasien.
5. Meyakinkan pasien bahwa dia
pemecahan
terlibat
dalam
masalah
perasaannya
atau
kecemasan
kurungan.
7. Member obat anti kecemasan
setiap perintah dokter hiperbarik
dan menilai efektifitas
pengobatan.
8. Memberitahukan
hiperbarik
terhadap
aman.
6. Pasien
atau
dokter
respon
dalam
problem
solving
akan
penunjang
pasien
anti
kecemasan,
langkah-langkah
dan
9. Sebagai
pertanggung
jawaban
E.
1.
Self Care ini memberi pengertian bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang
dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan
dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan sesuai
dengan keadaan sehat dan sakit. Model keperawatan ini berkembang sejak tahun
1959-2001.
Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada
dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas
kemampuan. Self Care didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan
keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan
mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan
dasar yang terdiri dari :
a. Air (udara) : pemeliharaan dalam pengambilan udara
b. Water (air) : pemeliharaan pengambilan air
c. Food (makanan) : pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan
d. Elimination (eliminasi) : pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi
e. Rest and Activity (istirahat dan kegiatan) : keseimbangan antara istirahat dan
aktivitas
f. Solitude and Social Interaction (kesenderian dan interaksi sosial) :
pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial.
g. Hazard Prevention (pencegahan risiko) : kebutuhan akan pencegahan risiko
pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat
h. Promotion of Normality
2.
deficit, dan nursing system. Teori self care mengembangkan self care requisites baik
yang universal, developmental, dan health deviation. Teori self care deficit
menjelaskan bahwa self care deficit muncul jika self care demand lebih besar
daripada self care agency, dan jika kondisi ini muncul diperlukan nursing agency,
sebagaimana pada bagan dibawah ini :
Self care
R
Condition 6.
ing factor
R
Conditioni
ng factor
Self care
agency
Self care
demand
<
Deficit
R
Conditioni
ng factor
R
Nursing
agency
Gambar 2.2 Bagan Model Orem
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
oleh
individu
itu
sendiri
dalam
memenuhi
serta
Compensatory
System)
Developmental
Health deviation
Pemahaman
terhadap penyakit
fraktur
(fraktur)
Nursing system
Totally
compensatory
nursing system
Kegawatan fraktur
Partially
compensatory
nursing system
Perawatan luka
HBO
Supportif/
edukatif
compensatory
nursing system
Panduan
Pelajaran
Dukungan
Peningkatan
jaringan
DAFTAR oksigen
PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2010.
Rencana
Asuhan
danendotel
Dokumentasi Keperawatan,
Memodulasi
nitrit
oxide sel
EGC, Jakarta,
Peningkatan pembentukan fibroblast
Hudak and Gallo. 2004. Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta.
Sintesis kolagen
Long, Barbara C. 2004. Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta.
Peningkatan perfusi
Mansjoer, Arif, et al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius
FKUI, Jakarta.
Penyembuhan luka
Price, Evelyn C, 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta
Daniel, R et all. 2010. Nursing Fudamental:Caring & Clinical Decisions Making.
2nd. Ed. New York : Delmar Cengage Learning
Skinner,Q.1985. The Return of Grand Theory in the Human Sciences.-:Cambridge
Tomey, A.M & Martha R.G. 2010. Nursing Theorist and Their Work
7th.Ed.Missouri:Elsevier Inc.