Anda di halaman 1dari 5

FISIOLOGI - DIAN HUSADA

Sekresi hormone Ovarium


Perubahan yang terjadi selama pubertas, baik pemunculan karakter
seks primer maupun sekunder, semuanya diregulasi neurohormon. Ada
banyak hormon yang mengatur hal tersebut, dan cara kerjanya
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Secara garis besar terdapat tiga hirarki hormonal yang berperan
saat pubertas pada wanita yaitu (1) Gonadotopin-releasing hormone
(GnRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus, (2) Follicle-stimulating
hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior sebagai respons atas GnRH, dan (3) Estrogen
dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium sebagai respons atas
FSH dan LH.
1. Gonadotopin-releasing hormone (GnRH)
GnRH adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh hipotalamus, yang
menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisis anterior. Di
hipotalamus sendiri pengeluaran GnRH diatur oleh nukleus arkuata.
Neuron pada nukleus arkuata memiliki kemampuan untuk memproduksi
dan melepas gelombang GnRH ke hipofisis.
2. Gonadotopin
Gonadotropin pada wanita meliputi Follicle-stimulating hormone
(FSH) dan Luteinizing hormone (LH). Baik FSH dan LH disekresikan
oleh kelenjar hipofisis anterior pada usia antara 9-12 tahun.
Efek dari sekresi hormon tersebut adalah siklus menstruasi yang
terjadi pada usia sekitar 11-15 tahun. Periode ini dikatakan
pubertas sedangkan siklus menstruasi pertama disebut menarche.
FSH dan LH bekerja menstimulasi ovarium dengan berikatan pada
reseptor FSH dan reseptor LH. Reseptor yang teraktivasi akan
meningkatkan laju sekresi sel, pertumbuhan, dan proliferasi sel.
Aktivitas ini diperantarai oleh cAMP.

Follicle-stimulating hormone (FSH)


FSH merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein,
diproduksi di sel gonadotrop hipofisis, distimulasi oleh hormon
aktivin dan dihambat oleh hormon inhibin. FSH berfungsi dalam
pertumbuhan, perkembangan, maturasi saat pubertas, dan
reproduksi.
Pada wanita, FSH menstimulasi maturasi sel-sel germinal,
menstimulasi pertumbuhan folikel terutama pada sel-sel granulosa
dan mencegah atresia folikel. Pada akhir fase folikular kerja FSH
dihambat oleh inhibin dan pada akhir fase luteal aktivitas FSH
kembali meningkat untuk mempersiapkan siklus ovulasi berikutnya,
demikian seterusnya.
Kerja FSH juga dihambat oleh estradiol (estrogen) yang dihasilkan
oleh folikel matang sehingga menyebabkan folikel tersebut dapat
mengalami ovulasi sedangkan folikel lainnya mengalami atresia.

Luteinizing hormone (LH)


LH merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein
heterodimer, diproduksi di sel gonadotrop hipofisis dan kerjanya
tidak dipengaruhi oleh aktivitas aktivin, inhibin, dan hormon
seks.

Pada saat FSH menstimulasi pertumbuhan folikel, khususnya sel


granulosa, maka pengeluaran estrogen akan memicu munculnya
reseptor untuk LH. LH akan berikatan pada reseptornya tersebut
dan estrogen akan mengirim umpan balik positif untuk mengeluarkan
lebih banyak lagi LH. Dengan semakin banyaknya LH, maka akan
memicu ovulasi (pengeluaran ovum) dari folikel sekaligus
mengarahkan pembentukan korpus luteum. Korpus luteum yang
terbentuk akan menghasilkan progesteron yang berguna pada saat
implantasi.
3. Estrogen dan progestin
Estrogen
Pada wanita yang sedang tidak hamil, estrogen diproduksi di
ovarium dan korteks adrenal, sedangkan pada wanita hamil estrogen
juga diproduksi di plasenta. Ada tiga macam estrogen yang
terdapat dalam jumlah signifikan: -estradiol, estrone, dan
estriol. -estradiol banyak diproduksi di ovarium sedangkan
estrone lebih banyak diproduksi di korteks adrenal dan sel-sel
teka. Adapun estriol adalah turunan -estradiol dan estrone yang
sudah dikonversi di hati. Karena -estradiol memiliki potensi
estrogenik 12 kali lebih kuat dibanding estrone dan 80 kali lebih
kuat dari estriol, maka -estradiol dikatakan sebagai estrogen
mayor.
Efek dari estrogen adalah menstimulasi proliferasi seluler dan
pertumbuhan organ seks dan jaringan lainnya terkait reproduksi.
Berikut adalah efek estrogen secara spesifik:

Uterus dan organ seks eksternal


Pada masa pubertas, estrogen diproduksi sekitar 20 kali lipat
lebih banyak dibanding masa prepubertas. Peningkatan kadar hormon
ini, bersamaan dengan penimbunan lemak, menyebabkan perubahanperubahan spesifik yaitu pembesaran ovarium, tuba fallopi, uterus
dan vagina.
Estrogen juga mengubah epitel vagina dari epitel kuboid menjadi
epitel bertingkat yang lebih resisten terhadap trauma dan
infeksi.

Tuba fallopi
Estrogen menyebabkan proliferasi jaringan pada lapisan mukosa
tuba fallopi. Selain itu estrogen juga meningkatkan jumlah dan
aktivitas sel-sel silia, yang penting dalam pergerakan ovum yang
telah difertilisasi.

Payudara
Estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stromal pada kelenjar
payudara, pertumbuhan sistem duktus, serta deposisi lemak.
Lobulus-lobulus dan alveoli berkembang menjadi lebih luas.

Sistem rangka
Estrogen menghambat aktivitas osteoklas sehingga mengurangi
penyerapan osteosit dan meningkatkan pertumbuhan tulang. Estrogen
juga menyebabkan penyatuan epifisis pada tulang-tulang panjang.
Diketahui bahwa efek estrogen pada wanita lebih kuat dibandingkan
efek testosteron pada pria, namun penghentiannya yang cepat
menyebabkan wanita cenderung lebih pendek dibanding pria.

Deposisi protein

Estrogen menyebabkan peningkatan protein total tubuh, hal ini


dibuktikan oleh keseimbangan nitrogen yang lebih positif setelah
pemberian estrogen. Namun jika dibandingkan dengan testosteron,
efek deposisi protein yang ditimbulkan oleh testosteron lebih
kuat dibandingkan estrogen.

Metabolisme tubuh dan deposisi lemak


Estrogen meningkatkan laju metabolik tubuh, namun lebih lemah
jika dibandingkan dengan efek yang sama oleh testosteron pria.
Selain itu estrogen juga meningkatkan jumlah lemak subkutan dan
mendeposisinya pada daerah-daerah tertentu seperti payudara,
bokong, dan paha sehingga memunculkan gambaran melekuk wanita
yang khas.

Distribusi rambut
Estrogen tidak memiliki efek besar terhadap pendistribusian
rambut. Adapun tumbuhnya rambut di daerah pubis dan aksila
merupakan peran dari androgen adrenal.

Kulit
Estrogen menyebabkan kulit wanita memiliki tekstur yang lembut
dan halus namun lebih tebal jika dibandingkan dengan kulit anakanak. Selain itu estrogen juga menyebabkan kulit menjadi lebih
vaskular. Hal ini sering diasosiasikan dengan peningkatan suhu
pada kulit dan perdarahan yang lebih banyak jika terjadi sayatan
pada kulit wanita dibandingkan dengan kulit pria.

Kesetimbangan elektrolit
Estrogen menyebabkan retensi air dan sodium oleh tubulus-tubulus
ginjal.
Progestin
Progestin terpenting adalah progesteron. Pada wanita yang sedang
tidak hamil, progesteron diproduksi oleh korpus luteum pada paruh
terakhir siklus ovarium. Fungsi progesteron berdasarkan organ
yang dipengaruhinya adalah:

Uterus
Fungsi terpenting progesteron adalah meningkatkan perubahan
sekretorik pada endometrium uterin selama paruh akhir siklus
seksual sehingga mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum.
Selain itu progesteron juga mengurangi frekuensi dan intensitas
kontraksi uterine, sehingga dengan demikian mengurangi risiko
terjadinya peluruhan ovum yang telah diimplantasi.

Tuba fallopi
Progesteron meningkatkan sekresi lapisan mukosa yang ada pada
tuba fallopi. Sekresi ini diperlukan untuk nutrisi ovum yang
telah difertilisasi sebelum mengalami implantasi.

Kelenjar payudara
Progesteron memicu perkembangan lobulus dan alveoli pada
payudara, menyebabkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar,
dan menjadi sekretorik. Namun progesteron tidak berperan dalam
sekresi ASI.
Progesteron juga menyebabkan pembesaran kelenjar payudara karena
peningkatan cairan di jaringan subkutan.
4. Hormon lain
Selain dari hormon yang sudah disebutkan di atas, terdapat hormon

lain yang juga berperan dalam pubertas. Namun tidak seperti


hormon di atas, hormon lain ini kurang/tidak mempengaruhi
perkembangan seks primer dan hanya mempengaruhi perkembangan
karakter seks sekunder.

Prolaktin
Pada perkembangan kelenjar payudara di masa pubertas, hormon
estrogen menstimulasi perkembangan duktus sedangkan progesteron
merangsang pembentukan lobulus-alveolus. Keduanya tidak ada
hubungannya dengan pengeluaran air susu. Maka untuk pengeluaran
air susu distimulasi oleh hormon ketiga, prolaktin.
Prolaktin merupakan hormon yang disekresikan oleh hipofisis
anterior. Fungsi dari prolaktin adalah menstimulasi ekskresi air
susu. Selama paruh pertama kehamilan, kelenjar payudara
sebenarnya telah siap untuk memproduksi air susu, namun dihambat
oleh estrogen dan progesteron kehamilan. Setelah kehamilan
selesai, barulah kelenjar payudara bisa memproduksi air susu.

Steroid adrenal
Steroid adrenal dihasilkan di korteks adrenal. Ada tiga hormon
steroid adrenal, yaitu (1) mineralkortikoid, terutama
aldoseteron, untuk kesetimbangan mineral, (2) glukokortikoid,
terutama kortisol, untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein, serta (3) hormon seks yang identik dengan yang
dihasilkan oleh gonad (ovarium pada wanita).
Pada wanita, hormon seks yang dihasilkan oleh korteks adrenal
ialah estrogen. Namun jumlahnya jauh lebih sedikit daripada
estrogen yang dihasilkan di ovarium sehingga tidak terlalu
bermakna. Selain itu, di korteks adrenal juga dihasilkan androgen
dehidroepiandrosteron (DHEA). Pada pria, DHEA ini tidak bermakna
karena dikalahkan oleh testosteron. Namun pada wanita (yang
kurang memiliki androgen), DHEA ini memiliki makna fisiologis
yaitu pertumbuhan rambut pubis dan aksila, pacu tumbuh pubertas
serta perkembangan dan pemeliharaan dorongan seks wanita.

Growth hormone (GH)


GH, selain berfungsi sebagai hormon pertumbuhan, juga memiliki
efek pada pubertas. GH menstimulasi diferensiasi sel granulosa
yang diinduksi oleh FSH, meningkatkan level IGF-1 di ovarium dan
meningkatkan respons ovarium terhadap gonadotropin

Insulin-like growth factor-1 (IGF-1)


IGF-1 meningkatkan efek gonadotropin pada sel granulosa dan
bekerja secara sinergis dengan GH untuk maturasi ovarium
postmenarche.

Insulin
Pada waktu pubertas terjadi lonjakan kadar insulin plasma.
Diketahui insulin memiliki korelasi positif kuat dengan IGF-1.
Referensi
1.
Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology.
11th ed. Pennsylvania: Elsevier Inc; 2006. p. 1011-22.
2.
Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem.
nd
2 ed. Jakarta: EGC; 2001. p. 633-732.

3.
Vander et.al. Human physiology the mechanism of body
function. 8th ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2001. p.
681-3.
4.
Ganong WF. Review of medical physiology. 20th ed. USA:
The McGraw-Hill Companies; 2001. p.505-6.

Anda mungkin juga menyukai