Pembuatan Amoniak
Pembuatan Amoniak
P PT Petrokimia Gresik
BAB III
PABRIK AMONIAK
: Gas
Tekanan
: 19,3 kg/cm2.g
Temperatur
: 15,6 C
: 8941,2 Kcal/Ncum
Berat Molekul
: 19,659
: 25 ppmV
Komponen (% mol)
: CH4
= 85,78
C2H6
= 3,73
iC4H10
= 0,52
nC4H10
= 0,63
iC5H12
= 0,19
nC5H12
= 0,16
C6
= 0,09
C7
= 0,20
N2
= 1,59
: 99,9 % berat
: 0,5 % berat
: 5 ppm berat
Temperatur (C)
: Ke Unit Urea
= 30
Ke Unit ZA
=1
26
P PT Petrokimia Gresik
: Ke Unit Urea
= 20
Ke Unit ZA
=4
: 99,7 % vol.
Komponen inert
: 0,3 % vol.
Moisture
: Saturated
Temperatur
: 35 C
Tekanan
: 1,8 kg/cm2g
27
P PT Petrokimia Gresik
dilangsungkan
pada
temperature
tinggi
(3710C)
untuk
28
P PT Petrokimia Gresik
gas sintesis dan larutan benfield dalam absorber berupa lapisan unggun.
Reaksi yang terjadi :
H2O + CO2 + K2CO3 2KHCO3
b. CO2 stripper
CO2 yang terabsorb dalam larutan benfield dilucuti oleh steam dalam
kolom stripper. Absorben yang bebas CO2 akan digunakan kembali di
absorber. Reaksi yang terjadi :
2KHCO3 K2CO3 + H2O + CO2
c. Methanator
Sisa CO2 dan CO yang tidak hilang lewat absorber akan dikonversi
menjadi metana dengan bantuan katalis nikel. Reaksi yang terjadi :
CO + 3H2 CH4 + H2O
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
Kadar keluaran CO2 dan CO kurang dari 10 ppm.
3. Sintesis Amonia
Sebelum diumpankan dalam ammonia converter gas sintesis dikompresi
terlebih dahulu. Reaksi yang terjadi di dalam ammonia converter adalah :
N2 + 3H2 2NH3 + Q
Reaksi ini merupakan reaksi eksotermis yang akan berlangsung optimum pada
kondisi operasi tertentu.
4. Proses Pendinginan / Refrigeration
Amonia yang terbentuk direfrigerasi, sehingga terbentuk NH 3 cair yang
didistribusikan ke Pabrik Urea, ZA I dan ZA III sebagai bahan baku.
5. Purge Gas Recovery
Proses ini dilakukan untuk memperoleh kembali gas-gas yang dapat
dimanfaatkan kembali, yaitu : H2 dan amonia.
Proses pembuatan amonia dengan Steam Methane Reforming dari MW
Kellog, secara ringkas dapat dilihat pada Gambar II-1.
29
P PT Petrokimia Gresik
Gas alam
Desulfulizer
Steam
BFW
Udara
Shift converter
NH3 cair
refrigerator
CO2 removal
Methanator
Ammonia converter
Compressor
Gambar II-1
30
P PT Petrokimia Gresik
Gas alam dengan kondisi 18,3 kg/cm2 dan 16oC masuk ke unit amonia
dan dialirkan ke knock out drum (144-F). Di sini terjadi pemisahan fraksi berat
hidrokarbon. Aliran gas dimasukkan dari samping drum kemudian dilewatkan
suatu demister pad untuk menahan fraksi berat hidrokarbon yang terbawa.
Aliran gas akan naik ke atas menuju proses selanjutnya. Liquid hidrokarbon
akan dibuang. Aliran gas yang sudah dipisahkan dari fraksi berat hidrokarbon
dibagi menjadi dua, satu aliran ke feed gas compressor (102-J) dan yang lain ke
fuel gas. Gas yang dimasukkan ke feed gas compressor dimaksudkan untuk
menaikkan tekanannya menjadi 45,7 kg/cm2 dan 103oC.
Kompressor ini
31
P PT Petrokimia Gresik
Proses reforming adalah reaksi antara gas alam dengan steam yang
dilewatkan katalis Ni, mengasilkan H2, CO dan CO2. Pada Primary Reformer
(101 B), gas dan steam dicampur, dipanaskan dan dilewatkan katalis untuk
mengasilkan H2, reaksi ini terjadi di dalam radiant tube yang berisi katalis
Nikel. Radiant tube tersusun atas tube yang disusun menjadi 4 header dengan
56 tube pada masing-masing header. Gas H2 yang dihasilkan digunakan untuk
memproduksi amonia pada seksi sintesis. Gas yang sudah di desulfurisasi
diinjeksi dengan MPS. Steam juga membantu mencegah terjadinya cooking
pada katalis jika ratio dijaga diatas 3,1 : 1. Kenaikkan ratio steam terhadap gas
alam akan mempengaruhi penurunan kandungan metana dan menaikkan
kandungan H2 yang dihasilkan. Akan tetapi menaikkan ratio steam diatas 3,1 : 1,
membutuhkan lebih banyak panas, sehingga ratio steam dan gas yang paling
optimum untuk PT Petrokimia Gresik adalah 3,2 : 1. Mixed feed ini memerlukan
pemanasan awal pada Mixed Feed Preheat Coil (101-B) sampai temperatur
621oC. Hal ini dilakukan agar reaksi lebih mudah terjadi, apabila tanpa
pemanasan awal reaksi akan membutuhkan panas reaksi yang lebih besar dan
bisa menyebabkan umur radiant tube lebih pendek, temperatur radiant tube
yang diharapkan adalah 827oC dengan batasan temperatur 935oC. Dua reaksi
yang terjadi adalah endotermik dan eksotermik :
CH4 + H2O + panas CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2 + panas
Reaksi overall adalah endotermik yang memerlukan panas, maka radiant tube
ini dibalut dengan nickel alloy untuk menahan temperatur. Gas yang dihasilkan
mempunyai komposisi sebagai berikut :
H2
: 65,76%
N2
: 0,58%
CO
: 10,23%
CO2
: 11,26%
CH4
: 12,17%
32
P PT Petrokimia Gresik
Gas yang bereaksi melalui tube akan keluar melalui bagian bawah tube dan
disatukan dalam sebuah pipa besar yang disebut riser. Dari riser dikirim ke
Secondary Reformer (103-D).
Pada Primary Reformer (101-B) terdapat forced dan induced draft fans.
Forced draft fans diperlukan untuk menyediakan udara untuk pembakaran fuel
gas. Induced draft fans diperlukan untuk menghilangkan produk pembakaran
atau flue gas. Udara luar dihisap oleh blower dan dialirkan ke daerah
pembakaran 101-B. Udara pembakaran dari forced draft (101-BJ1) dipanaskan
terlebih dahulu dalam air preheater pada 101-B. Flue gas panas mengalir ke
bawah melalui radiant section box. Flue gas memberikan kenaikkan panas pada
coil yang dapat digunakan untuk heater aliran. Flue gas dingin meninggalkan
convection section pada temperatur 149oC lalu dibuang ke atmosfer dengan
Induced Draft Fans (101 BJ2).
Pada Process Air System, udara diambil dari atmosfer oleh Kompresor
(101-J) yang sebelumnya masuk melalui Filter Udara (101-JL1). Kompresor
yang digunakan merupakan kompresor sentrifugal yang digerakkan oleh high
pressure condensing turbine dengan tekanan 123 kg/cm2. Udara kemudian
dikompresi dan mengalami pemanasan untuk digunakan dalam Secondary
Reformer sekaligus menyediakan N2 untuk sintesis amonia. Sebelum masuk
preheater udara dicampur dengan sedikit HPS (High Pressure Steam) untuk
mencegah back flow dari reformer. Di dalam kompresor udara dipanaskan
hingga 621oC melalui steam preheater coil dan tekanannya menjadi 38 kg/cm2 .
Proses yang terjadi dalam Secondary Reformer (103 D) adalah
penambahan udara pada proses reaksi gas. Hal ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan N2 untuk produksi amonia. Oksigen yang ditambahkan bereaksi
dengan hidrogen dan menyediakan panas yang dibutuhkan pada reaksi
reforming. Secondary Reformer adalah suatu bejana tekan yang dilapisi batu
tahan api, dilengkapi jacket water dan berisi katalis Ni 34,8 m3 yang diperlukan
pada reaksi. Penyangga katalis terdapat di bagian bottom dari vessel khusus,
berbentuk dome dan dilapisi batu tahan api. Penyangga katalis ini adalah
Laporan Praktek Kerja di PT Petrokimia Gresik
Jurusan Teknik Kimia UNS
33
P PT Petrokimia Gresik
alumina sphere diameter 25mm dan 50mm. Penyangga katalis dan katalis
disupport oleh arched brick dome yang berada dibagian bawah secondary
reformer.
Temperatur gas inlet adalah 824oC, masuk secondary reformer. Udara
masuk pada top chamber pada suhu 610oC, udara yang masuk secondary
reformer disesuaikan dengan N2 yang dibutuhkan ,temperatur daerah
pembakaran adalah 1252oC , temperatur gas outlet 1005oC meninggalkan
bottom secondary reformer dan melewati Waste Heat Boiler (101 C). Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
2H2 + O2 2H2O + panas
CH4 + H2O + panas CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2 + panas
Di dalam secondary reformer semua oksigen habis dikonsumsi :
O2 + 2H2 2H2O + panas
Komposisi gas keluar secondary reformer :
H2
: 54,31%
N2
: 23,3%
CO
: 13,83%
CO2
: 7,93%
CH4
: 0,33%
Ar
: 0,3%
Gas sintesis yang keluar dari bottom secondary reformer pada temperatur
1005oC masuk ke sebagian shell side WHB (101 C). Gas keluar WHB dengan
temperatur 734oC.
34
P PT Petrokimia Gresik
: 59,74%
N2
: 20,54%
Laporan Praktek Kerja di PT Petrokimia Gresik
Jurusan Teknik Kimia UNS
35
P PT Petrokimia Gresik
CO : 0,3%
CO2 : 18,87%
CH4 : 0,29%
Ar
: 0,26%
Gas keluaran LTS Conventer (104-D2) harus dididinginkan untuk
Gas lalu masuk separation drum menuju proses Kondensat Sistem (102-F1).
Setelah itu gas baru masuk ke CO2 Absorber (101-E) pada temperatur 70oC.
III.4.2. Pemurnian Gas Sintesis (Penghilangan CO2)
36
P PT Petrokimia Gresik
a. CO2 absorber
Proses penyerapan CO2 dikerjakan di Absorber (101-E) dengan
melewatkan gas pada larutan benfield. CO2 Absorber (101-E) adalah tower yang
berpacking dengan tiga bed metalic packing dari carbon steel dan stainless steel
yang digunakan untuk memberikan kontak dengan baik antara raw synthesis
gas dengan larutan benfield. Di bagian atas terdapat sparger dari lean solution
benfield, diantara top bed dan middle bed terdapat sparger untuk semi lean
solution benfield, sedangkan sparger dari gas inlet terletak di bagian bawah bed
bottom. Terdapat demister pad pada bagian atas 101-E yang dipergunakan untuk
menangkap butiran air yang terikut gas keluar tower.
Gas CO2 harus dihilangkan untuk mencegah pencemaran katalis
conventer. Pemisahan sejumlah besar CO2 dari raw synthesis gas dilakukan
dengan absorbsi secara counter current dengan larutan benfield. Larutan
benfield adalah larutan yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut :
37
P PT Petrokimia Gresik
bicarbonate (KHCO3), larutan ini diperoleh dari 102 E melalui Flash Tank
(132-F) dan digunakan untuk penyerapan sebagian CO2 di 101-E.
3. Rich solution pada bagian bawah absorber yang telah sempurna menyerap
CO2 dan mengandung K2CO3 dengan presentase yang tinggi, dapat
diregenerasi kembali di CO2 Stripper (102-E).
Semua larutan disirkulasikan secara terus-menerus dengan sedikit make up jika
diperlukan.
Proses penyerapan CO2 dikerjakan di Absorber (101-E), yang reaksinya
sebagai berikut :
K2CO3 + CO2 + H2O 2KHCO3 + panas
DEA menyerap sisa CO2 , mengatur target operasi 0,06-0,1 % CO 2 pada gas
yang keluar CO2 Absorber (101-E). V2O5 membentuk lapisan pelindung pada
dinding dalam absorber dan dapat menurunkan korosi pada pipa-pipa, vesselvessel dan pompa-pompa.
Gas masuk CO2 Absorber (101-E) lalu naik keatas melewati dua bed
terbawah. Gas tersebut kontak dengan larutan semi lean benfield yang sudah
teregenerasi sebagian, dan pada kontak pertama ini sebagian besar CO 2 terserap
oleh larutan. Aliran gas yang sebagian besar CO 2 sudah terserap akan terus naik
ke atas melalui bed paling atas dan disini terjadi kontak dengan larutan lean
solution benfield yang turun kebawah. Pada kontak kedua ini sebagian besar
CO2 sisa terserap, dan gas keluar CO2 Absorber (101-E) pada 70oC dan masuk
Absorber KO Drum (102-F2). 102 F2 berfungsi untuk memisahkan larutan
benfield yang terikut aliran gas. Larutan dikeluarkan dari 102-F2 secara blow
down manual dan dikirim ke tanki pengumpul dan dijadikan chemical waste.
Hasil keluaran raw synthesis gas yang menuju 102-F2 mempunyai komposisi
sebagai berikut :
H2
: 73,59%
N2
: 25,30%
CO
: 0,37%
CO2
: 0,06%
Laporan Praktek Kerja di PT Petrokimia Gresik
Jurusan Teknik Kimia UNS
38
P PT Petrokimia Gresik
CH4
: 0,36%
Ar
: 0,32%
Setelah terjadi kontak dengan raw synthesis gas pada CO2 Absorber
(101-E) maka larutan benfield yang kaya CO2 tersebut terkumpul di bagian
bottom CO2 Absorber (101-E). Temperatur rich solution benfield pada bottom
CO2 Absorber (101-E) diharapkan 116oC. Larutan tersebut lalu ditarik dan
dilewatkan Hydraulic Turbine (107-JAHT) dimana larutan yang kaya CO 2 itu
diregenerasi sebagian oleh ekspansi ke tekanan yang lebih rendah. Kemudian
larutan yang kaya CO2 dialirkan ke Striper Feed Flash Drum (133-F) untuk
menghilangkan CH4, H2 ,dan hidrokarbon lainnya. Gas-gas yang diserap
tersebut mengalir ke Fuel Gas System (101-B).
b. CO2 stripper
Rich solution masuk ke Striper (102-E) pada temperatur 107oC. Striper
(102 E) terdiri dari empat bed dengan packing logam, dua bed yang di tengah
dianggap satu bed. Di bagian bawah dari bed tengah dan bottom terdapat cawan
tempat untuk menampung jatuhnya cairan dan di bagian top diatas bed berisi
tiga tray pencuci dan talang penangkap cairan yang terikut gas keluar. Bahan
baku packing terdiri dari carbon stell dan stainless slot ring. Stripping CO2
adalah menghilangkan CO2 yang telah terserap larutan benfield dengan cara :
stripping steam
penambahan panas
penurunan tekanan
Rich solution masuk ke bawah pada Striper (102-E) melalui dua top bed
dimana larutan tersebut akan bertemu dengan uap panas dari bagian bawah
tower, larutan benfield yang jenuh dengan CO2 diregenerasi oleh panas dan
stripping steam, sehingga potasium bikarbonat (KHCO3) berubah kembali
menjadi potasium karbonat (K2CO3). Reaksi regenerasi adalah sebagai berikut :
2KHCO3 + panas K2CO3 + H2O + CO2
39
P PT Petrokimia Gresik
40
P PT Petrokimia Gresik
ini panas dari quench dipindahkan ke CW. Larutan yang konsentrasinya rendah
ini ditarik dari talang tray secara gravitasi ke 111-C dan 113-C. Uap yang
dihasilkan 113-C pada pertukaran panas dengan gas keluaran LTS Conventer
(104-D2) dikembalikan ke bagian bottom Striper (102-E) sebagai stripping
steam. Bila dibutuhkan bisa diinjeksi dengan LPS ke bottom 102-E. CO2 vapor
meninggalkan 102-E pada temperatur 35oC dan tekanan 1,9 kg/cm2 dengan
komposisi sebagai berikut :
N2
: 0,02 %
H2
: 0,27 %
CO2
: 99,71 %
c. Methanator
Gas proses keluar dari pada CO2 Absorber (101-E) masih mengandung
0,1 % CO2 dan 0,37 % CO. Kandungan ini perlu dihilangkan karena merupakan
racun bagi katalis pada Ammonia Converter (105-D). Oleh karena itu, CO dan
CO2 perlu diubah menjadi methana (CH4) di Methanator (106-D), alasannya
karena CH4 tidak mempengaruhi reaksi pembentukan NH3 di Ammonia
Converter (105-D), CH4 hanya menjadi inert.
Sebelumnya gas dipanaskan di exchanger 114-C sehingga temperaturnya
menjadi 315oC. Gas masuk Methanator (106-D) pada temperatur 315oC dan
tekanan 36,2 kg/cm2. Methanator adalah vessel yang vertikal dan besar berisi
katalis Ni 26,7 m3 berbentuk spherical. Berfungsi untuk mengubah sejumlah
carbon oksida yang masih terbawa pada CO2 removal system menjadi metana
dan air. Gas masuk ke bagian atas Mehtanator (106-D) dengan melewati katalis
Ni dan keluar melewati bawah Methanator (106-D). Reaksi di dalam
methanator sangat eksotermis. Reaksi methanasi :
CO + 3H2 CH4 + H2O + panas
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O + panas
Kedua reaksi di atas sangat eksotermis, maka panas dalam vessel harus
dijaga maksimum 454oC. Temperatur reaksi yang tinggi akan mengurangi umur
41
P PT Petrokimia Gresik
dari katalis tetapi akan meningkatkan rate reaksi. Pada umumnya temperatur
operasi harus serendah mungkin tetapi cukup tinggi untuk mempertahankan CO2
yang keluar Methanator (106-D) lebih kecil dari 10 ppm. Gas keluar pada
temperatur 344oC dan didinginkan menjadi 37oC dengan mengalirkan secara seri
melalui Exchanger 114-C dan 115-C sebelum masuk ke Synthesis Gas
Compresor Suction Drum (104 F). Sebelum gas masuk ke 115-C, gas ditambah
dengan H2 dari unit PGRU. Total carbon oksida yang meninggalkan methanator
harus lebih kecil dari 10ppm karena CO dan CO 2 racun bagi katalis amonia
conventer dan dapat membentuk carbonate. Komposisi gas keluar metanator
adalah :
H2
: 73,23%
N2
: 25,65%
CH4
: 0,8%
Ar
: 0,32%
42
P PT Petrokimia Gresik
dan 115oC. Kemudian gas menuju Compressor First Stage Cooler 116-C pada
bagian shell side dan selanjutnya menuju ke tube side Ammonia Chiller (129-C),
gas didinginkan sampai 4oC dengan media pendingin CW kemudian masuk
Synthesis Gas Second Stage Separator 105-F2. Kondensat yang terbentuk
dipisahkan dari gas sintesis pada stage kedua 105-F2 untuk pemisahan kondensat
lebih lanjut. Lalu gas sintesis dilewatkan pada Molecular Sieve Dryer (109-D)
untuk memisahkan kadar air dan sisa CO2 dari gas sintesis. Kadar air dan CO 2
keluar dari 109-D kurang dari 1ppm. Selanjutnya gas masuk 103-J pada stage
ketiga lalu bergabung dengan recycle gas pada stage keempat dan keluar dari
stage empat pada tekanan 179 kg/cm2. Pada saat fresh feed dan gas recycle
digabung diharapkan konsentrasi NH3 pada aliran gas gabungan meninggalkan
103-J sekitar 1,67% mol. Gas sintesis keluar melewati Exchanger 121-C
dipanaskan sampai pada suhu 232oC sebagai pemanasnya adalah produk keluaran
105-D.
Dari 121 C gas sintesis dan inert menuju ke inlet Ammonia Conventer
(105-D). Ammonia Conventer (105-D) merupakan vessel horisontal. Desain
operasi Ammonia Conventer (105-D) adalah pada suhu 454-482oC dan tekanan
173-177 kg/cm2. Ammonia Conventer (105-D) terdiri dari 2 bed katalis promoted.
Dinding Amonia Conventer (105-D) dibuat rangkap dengan ruang antara yang
disebut anulus. Feed gas masuk dari bagian bawah 105-D mengalir melalui
anulus lalu menuju bagian atas untuk dipanaskan pada bagian Shell Interbed
Exchanger 122-C sampai 357oC dengan sumber panas yaitu produk dari 105-D
dari bed pertama. Dari Exchanger 122-C mengalir ke bed pertama. Setelah
meninggalkan bed pertama, sebagian gas yang telah bereaksi menuju ke
spasi/ruang antar bed dan gas didinginkan di bagian Tube Exchanger 122 C
sampai 382oC, kemudian masuk bed kedua. Kadar NH3 keluar dari bed terakhir
sebesar 17% , gas yang tidak terkonversi dikembalikan ke reaktor sebagai recycle.
Reaksi yang terjadi :
N2 + 3H2 2NH3 + panas
43
P PT Petrokimia Gresik
Masuk
Keluar
65,27
21,66
1,67
3,85
7,55
52,33
17,33
17,20
4,44
8,71
mol)
H2
N2
NH3
Ar
CH4
3. Proses Pendinginan / Refrigeration
Gas keluar dari Ammonia Conventer (105-D) pada suhu 459oC dan
tekanan 172 kg/cm2. Kemudian gas didinginkan oleh 5 exchanger berturut-turut
dan 2 drum pemisah. Maksud dari pendinginan adalah mendinginkan dan
mencairkan gas amonia.
44
P PT Petrokimia Gresik
Let down drum (107-F), amonia cair dari setelah mengalami penurunan
tekanan yang besar dari 172 kg/cm2 menjadi 16,9 kg/cm2 dikirim ke
Refrigerant System. Overhead gas-gas dari 107-F masuk ke Ammonia
Scrubber (103 E).
Pada Ammonia Unitized Chiller (120-C), terdiri dari 4 buah kompartement
chiller (120-CF1, 120-CF2, 120-CF3, 120-CF4) yang berisi amonia cair sebagai
refrigerant
dari
Ammonia
Refrigerant
(109-F).
Suhu
operasi
keempat
45
P PT Petrokimia Gresik
46
P PT Petrokimia Gresik
H2O
Oil
Suhu
:-
: 1oC
- Ke unit ZA
- Ke tangki penyimpanan
Tekanan
: 30oC
Ke unit urea
: -33oC
:-
Ke unit urea
: 20 kg/cm2
Ke unit ZA
: 4 kg/cm2
(104-E),
47
P PT Petrokimia Gresik
demister pad pada bagian outlet gas dan vortex breaker. Flash gas dari 107-F
sebagai umpan 103-E masuk ke bagian bawah. Gas tersebut naik ke atas dan
bertemu dan diserap dengan cairan yang berasal dari bottom 105-E yang telah
didinginkan di 141-C. Air penyerap masuk 103-E melewati 4 buah packed bed.
Gas meninggalkan bagian atas 103-E pada temperatur 37oC dan tekanan 7,5
kg/cm2, kemudian menuju 101-B sebagai fuel. Cairan dari bottom 103-E keluar
dengan temperatur 57oC dipompa dengan 140-J ke 141-C sebagai preheating
sampai 156oC lalu masuk 105-E. Larutan meninggalkan 103-E berkadar NH3
sebesar 12-15%.
Pada Ammonia Stripper (105-E), vessel berisi tiga buah packed bed,
dilengkapi demister pad pada bagian outlet gas dan vortex breaker. Aliran feed
dari 103-E dan 104-E dipanaskan menjadi 156oC di 141-C dengan larutan bottom
dari 105-E, lalu masuk ke bagian atas tower. Larutan NH3 encer turun ke bawah
kontak dengan aliran stripping steam dari reboiler 140-C . Bottom tray dilengkapi
dengan trap out pan ke reboiler 140-C, air yang tertinggal overflow ke bottom
tower yang direcycle ke 103-E dan 104-E. Uap amonia dari stripper
dikondensasikan di 127-C.
Hydrogen Recovery Unit (103-L), terdiri dari feed gas heater
menggunakan LPS sebagai pemanas, dua buah prisma separator pada tingkat satu
dan tujuh prisma separator pada tingkat dua. Prisma separator berbentuk seperti
shell and tube Heat Exchanger dengan serat membran berjumlah kira-kira 100000
buah seolah-olah sebagai pipanya. Serat ini berupa silinder berlubang yang terbuat
dari polimer Polysulfone. Gas dengan permeabilitas tinggi akan mendifusi ke
dalam serat dan masuk ke sisi dalam (pore) lalu mengalir berlawanan arah dengan
gas dari sisi luar (shell). Unit pemisah diletakkan vertikal sehingga gas non
permeabel akan mengalir ke atas sedangkan gas yang kaya H2 dengan tekanan
rendah akan mengalir ke bawah.103-L menerima off gas dari 104-E pada tekanan
168 kg/cm2. 103-L akan mengambil H2 untuk merecovery H2.
Bahan masuk
N2
H2
NH3
CH4
Ar
48
P PT Petrokimia Gresik
16,12
41,25
14,45
22,28
5,90
20,44
61,74
2,34
10,25
5,23
100
(inlet 105-E)
Bahan Keluar
1. Ammonia Stripper (outlet
N2
-
H2
-
NH3
99,5
CH4
-
Ar
-
48,78
16,36
22,42
10,44
6,4
87,42
3,23
2,95
3,69
92,63
1,86
1,82
5. Purge to fuel
45,08
20,30
24,62
10,01
105-E)