Anda di halaman 1dari 9

COATING (PELAPISAN)

Coating (pelapisan) adalah proses untuk melapisi suatu bahan dasar


(substrate) dengan maksud dan tujuan tertentu. Tujuan pelapisan (coating) adalah
memberi perlindungan pada material. Tingkat proteksi dari pelapisan tergantung
pada sistem keseluruhan dari pelapisan yang terdiri dari jenis pelapisan, substrat
logam dan preparasi permukaan. Walaupun demikian terdapat juga beberapa
fungsi yang lebih khusus dari coating (pelapisan) ini misalkan untuk memberikan
gaya apung negatif (negative buoyancy force), memberikan fungsi anti slip pada
permukaan substrat dan beberapa fungsi lainnya.
1)

Bahan Penyusun Coating (pelapisan)


Hal yang menentukan sifat-sifat suatu coating (pelapisan) adalah

komposisi dari coating (pelapisan) itu sendiri. Umumnya coating (pelapisan)


mengandung empat bahan dasar, yaitu pengikat (binder), aditif, solven dan
pigmen (zat pewarna). Sangatlah penting bagi formulator untuk memahami fungsi
dari bahan-bahan dasar ini dan mengetahui bagaimana mereka saling berinteraksi.
Bahan penyusun pelapisan berupa:
a) Binder (pengikat)
Binder (pengikat) berfungsi sebagai pengikat antar komponen coating dan
juga bertanggung jawab terhadap gaya adhesi coating terhadap substrat. Terdapat
banyak binder yang telah dikenal, diantaranya alkyd, vinyl, resin alam, epoxy, dan
urethane. Hal yang perlu diketahui tentang binder adalah bagaimana mereka
mengalami curing. Pada umumnya binder dapat mengalami curing dengan dua
cara. Pertama adalah melalui evaporasi solven. Binder yang mengalami curing
seperti ini disebut binder thermoplastik atau non-covertible. Kedua adalah lewat
reaksi kimia selama atau setelah proses pengecatan. Binder ini dikenal sebagai
binder thermosetting.
Selain itu, hal yang harus dipahami dari binder adalah viskositas. Karena
merupakan komponen utama dalam

coating, viskositas binder sangat

menentukan viskositas coating. Faktor utama yang menentukan viskositas binder

adalah berat molekularnya. Polimer yang mempunyai berat molekul tinggi akan
lebih viskos daripada berat molekul rendah. Ada dua cara untuk mengontrol
viskositas suatu coating, yaitu dengan memvariasi berat molekul binder atau dengan
menambahkan sejumlah solven.
b) Aditif
Aditif adalah senyawa-senyawa kimia yang biasanya ditambahkan dalam
jumlah sedikit, namun sangat mempengaruhi sifat-sifat coating (pelapisan).
Bahan-bahan yang termasuk aditif adalah surfaktan, alat anti endapan (antisettling agent), alat pencampur (coalescing agents), alat tahan pengulitan (antiskinning agents), katalis, defoamers, penyerapan cahaya ultraviolet (ultraviolet
light absorbers), alat dispersi, bahan pengawet (preservatives), pengering (driers)
dan plastisizers.
c) Solven
Kebanyakan coating (pelapisan) memerlukan solven untuk melarutkan
binder dan memodifikasi viskositas. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
penentuan solven adalah kemampuannya dalam melarutkan binder dan
komponen coating (pelapisan) yang lain. Prinsip kelarutan sangatlah sederhana,
yaitu like dissolves like. Artinya solven polar akan melarutkan senyawa yang
polar juga. Selain itu laju penguapan solven juga perlu diperhatikan. Solven yang
mempunyai tekanan uap tinggi sehingga menguap dengan cepat disebut fast atau
hot solvent, sedangkan yang lambat disebut slow solvent. Laju penguapan
mempengaruhi sifat-sifat coating (pelapisan) dan beberapa cacat dapat disebabkan
karena ketidak cocokan dalam pemilihan solven. Jika solven menguap terlalu
cepat, coating (pelapisan) tidak cukup waktu untuk membentuk lapisan halus dan
kontinu.
d) Pigmen (zat pewarna)
Zat pewarna (pigmen) merupakan pemberi warna dari coating (pelapisan).
Selain berfungsi dalam hal estetika, zat pewarna (pigmen) juga mempengaruhi
ketahanan korosi dan sifat fisika dari coating (pelapisan) itu sendiri. Zat pewarna
(pigmen) dapat dikelompokkan menjadi pigmen organik dan anorganik. Pigmen

anorganik contohnya adalah titanium dioksida dan besi oksida. TiO2 merupakan
pigmen putih yang paling banyak digunakan, biasanya untuk coating eksterior.
TiO2 mempunyai indeks refleksi yang tinggi dan stabil terhadap sinar ultraviolet
dari sinar matahari yang dapat pelapisan pengikat (binder coating). FeO2
merupakan pigmen merah yang digunakan untuk pelapisan awal (coating
primer) ataupun topcoat. Terdapat juga ekstender pigmen yang memberikan
sedikit pengaruh terhadap warna dan ketahanan korosi namun banyak
mempengaruhi sifat-sifat coating seperti kekentalan (densitas), aliran, kekerasan
(hardness) dan permeabilitas. Contohnya adalah kalsium karbonat, kaolin, talc
dan barium sulfat (barytes).
2)

Konsep Formulasi Coating (Pelapisan)


Setelah menentukan komponen-komponen untuk pelapisan (coating),

maka harus disatukan dalam jumlah yang sesuai. Berikut ini adalah parameterparameter yang penting untuk formulasi pelapisan.
a) Konsentrasi volume pigmen (PVC)
Pigmen Volume Concentration (PVC) merupakan rasio volume pigmen
terhadap volume total binder dan pigmen. Dua jenis pelapisan dapat memiliki
nilai pigmen dan binder yang sama namun sangat berbeda nilai PVCnya. Secara
sederhana hal ini dapat dihasilkan dengan menggunakan pigmen dengan densitas
yang berbeda. Nilai PVC dimana terdapat jumlah pengikat yang tepat untuk
menghasilkan lapisan tipis permukaan secara sempurna untuk setiap partikel dari
zat pewarna (pigmen) merupakan nilai PVC kritis (CPVC). Di atas nilai CPVC,
tidak ada cukup pengikat untuk membasahi semua zat pewarna. Sedangkan di
bawah nilai CPVC, terdapat kelebihan pengikat. Beberapa sifat pelapisan dapat
secara signifikan dipengaruhi oleh variasi formulasi PVC.
b) Densitas, berat solid dan volume solid
Densitas, berat solid dan volume solid serta persentase pengikat (binder)
dan persentase zat pewarna (pigmen) seringkali disebut sebagai konstanta fisik dari
pelapisan. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan pound per gallon. Berat
solid pelapisan biasanya dalam bentuk persentase non volatile, merupakan berat

solid dibagi dengan berat total pelapisan (coating). Volume solid adalah
persentase volume material non-volatil. Kemudian persentase pengikat (binder)
dan persentase zat pewarna (pigmen) merupakan persentase pengikat dan zat
pewarna dalam pelapisan (coating).
c) Rasio zat pewarna (pigmen)/pengikat (binder)
Merupakan perbandingan berat pigmen terhadap berat pengikat. Lapisan
atas (Topcoat) biasanya memiliki pigmen/binder 1,0 atau kurang, sedangkan
primer coating mempunyai pigmen/binder 2-4. Coating gloss biasanya
mempunyai pigmen/binder yang lebih rendah daripada coating flat.
3)

Preparasi Coating (Pelapisan)


Kunci dari suatu lapisan ialah kemampuan untuk melekat pada permukaan

substrat. Permukaan substrat biasanya belum bisa langsung diberikan coating


(pelapisan), karena kualitas permukaan substrat yang rendah serta kemungkinan
adanya kotoran dan minyak dapat mengganggu sifat adhesive dari coating
(pelapisan). Oleh karena itu perlu dilakukan proses preparasi terlebih dahulu
sebelum dilakukan proses coating. Proses preparasi coating (pelapisan) ini terdiri
dari dua jenis, yaitu pembersihan secara kimiawi (chemical cleaning) dan
pembersihan secara mekanik (mechanical cleaning).
1) Chemical cleaning, yaitu proses pembersihan dengan menggunakan bahan
kimia. Cara pengaplikasiannya dapat diusapkan, disemprot, diuapkan, dan
dicelupkan. Ada beberapa jenis chemical cleaning, antara lain:
a) Emulsion cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan berbahan dasar
organic (surfactant) yang dapat membersihkan minyak seperti detergent
atau emulsifier.
b) Alkaline cleaning, yaitu dengan menggunakan larutan garam alkali untuk
membersihkan kotoran dan minyak . Larutan yang umum digunakan
antara lain sodium hydroxide (NaOH) dan sodium carbonate (Na2CO3).
Biasanya garam tersebut dilarutkan dengan air hangat sebanyak 80-40%.
Setelah proses alkaline cleaning, semua zat alkaline harus dibersihkan
dengan air atau uap agar tidak mengganggu kinerja coating.

c) Pickling (Acid cleaning), yaitu dengan menggunakan larutan asam untuk


membersihkan scale dan korosi. Larutan asam yang biasa digunakan yaitu
asam sulfat (H2SO4) yang akan melarutkan oksida pada permukaan.
2) Mechanical cleaning, yaitu dengan menggunakan material abrasif untuk
menghilangkan kotoran pada permukaan. Proses mechanical yang digunakan
umumnya yaitu grinding, sand blasting, dan lain-lain. Kontaminan yang dapat
dibersihkan antara lain scale, produk korosi, maupun sisa coating sebelumnya
dengan mengikis permukaan material substrat tersebut.
4)

Sifat Adhesive Coating (Pelapisan)


Ketahanan pelapisan (coating) sangat dipengaruhi oleh kemampuan

pelapisan (coating) untuk menempel pada material substrat. Jika daya adhesive
tidak kuat maka selain pelapisan (coating) tidak menempel dengan baik, hal ini
dapat juga memberi kesempatan kepada udara lembab masuk ke celah antara
coating dan substrat yang menyebabkan kontaminasi. Ada beberapa jenis daya
ikatan (adhesive) antara coating dengan material substrat, antara lain:
a) Daya ikat mekanik (mechanical adhesion), yaitu daya ikat yang terjadi karena
ikatan secara mekanik (mechanical interlocking). Contohnya yaitu dengan
penggunaan pelapisan (coating) pada permukaan substrat yang kasar, seperti
penggunaan sand blast ataupun bahan abrasif sebelum proses pelapisan. Selain
itu bisa juga penggunaan pelapisan yang akan mengkerut ketika curing
sehingga akan membungkus material substrat dengan baik, seperti epoxy,
polyester, dan lain-lain.
b) Daya ikat kimia (chemical bonding adhesion), yaitu daya ikat yang terjadi
antara pelapisan (coating) dengan material substrat berupa ikatan atom.
Contohnya yaitu pada pelapisan (coating) zinc (seng) untuk melapisi baja,
atau yang biasa disebut galvanized steel. Zinc berikatan dengan baja
membentuk paduan intermetalik FeZn. Jenis ikatan ini adalah ikatan yang
paling kuat.
c) Daya ikat polar (polar adhesion), yaitu daya ikat yang terjadi karena gaya tarik
menarik material polar. Contohnya yaitu pelapisan (coating) organik, yang
banyak mengandung senyawa polar. Jenis ikatan ini tidak akan bekerja dengan

baik apabila terdapat zat pengotor di permukaan substrat seperti kotoran,


minyak, air, dan lain-lain.
5)

Macam-macam Proses Coating (Pelapisan)


Macam macam proses coating (pelapisan) terdiri dari 4 bagian yaitu;

a) Dip Coating
Dip coating adalah suatu proses yang digunakan untuk pelapisan,
misalnya bahan semikonduktor. Pada proses pelapisan ini, biasanya di bagi
menjadi beberapa langkah. Perendaman (immersion), dimana substrat ini
direndam dalam larutan bahan lapisan pada kecepatan konstan. Kemudian startup, dimana

substrat telah berada di dalam larutan untuk sementara waktu dan

mulai ditarik ke atas. Kecepatan menentukan ketebalan lapisan (penarikan lebih


cepat

memberikan

bahan pelapis yang

lebih tebal). Pengeringan, dimana

kelebihan cairan akan mengalir dari permukaan. Penguapan (evaporation), dimana


pelarut yang menguap dari cair, membentuk lapisan tipis. Pada proses dip coating
ini, kecepatan alat sangat berpengaruh pada tiap langkah yang dilalui. Untuk itu,
perlu diperhatikan dalam pengontrolan kecepatan gerak alat agar hasil pelapisan
bahan semikonduktor mencapai hasil yang sesuai dengan kebutuhan.
b)

Powder Coating
Powder Coating adalah Suatu proses pelapisan logam/benda kerja yang

melapisilogam dengan cara menaburkan serbuk pelapisan diatas benda yang


dipanaskan sehingga serbuk cat tersebut mencair dan menempel pada benda yang
akan di lapisi. Kondisi benda/logam yang akan di lapisi harus memiliki titik leleh
lebih tinggi dibanding dengan serbuk pelapisanya. Powder coating juga
merupakan jenis lapisan yang diterapkan sebagai serbuk kering. Powder Coating
umumnya dipakai untuk melapisi permukaan logam seperti besi dan aluminium.
Untuk mencapai daya rekat yang maksimalmaka sebelum dilakukan pengecatan,
bahan yang akan dicat dibersihkan dan diberikan perlakuan tertentu. Agar cat
yang tadinya berupa powder atau serbuk bisa merekat dengan sempurna maka
harus melalui ovendengan suhu 160-220C.
Powder coating adalah jenis lapisan yang diterapkan sebagai serbuk kering.
Perbedaan utama antara cat cair konvensional dan powder coating adalah bahwa
powder coating tidak memerlukan pelarut untuk menjaga bagian binder dan filler

dalam bentuk suspensi cair. Lapisan ini biasanya diterapkan elektrostatik dan
kemudian dipanaskan untuk memungkinkan agar serbuk mengalir dan membentuk
lapisan. Serbuk bisa thermoplastik atau polimer termoset. Hal ini biasanya
digunakan untuk membuat hard finish yang lebih keras dari cat konvensional.
Powder coating terutama digunakan untuk pelapisan logam, seperti "whiteware",
ekstrusi aluminium, dan mobil dan bagian-bagian sepeda. Teknologi baru
memungkinkan bahan lain, seperti MDF (medium-density papan serat), menjadi
serbuk dilapisi dengan menggunakan metode yang berbeda.
c)

Spin Coating
Spin coating dapat diartikan sebagai pembentukan lapisan melalui proses

pemutaran (spin). Bahan yang akan dibentuk lapisan dibuat dalam bentuk larutan
(gel) kemudian diteteskan di atas suatu substrat yang disimpan di atas piringan
yang dapat berputar, karena adanya gaya sentripetal ketika piringan berputar,
maka bahan tersebut dapat tertarik ke pinggir substrat dan tersebar merata. Selain
untuk penumbuhan bahan semikonduktor, teknik spin coating ini juga dapat
digunakan untuk mendeposisi lapisan tipis bahan lainnya seperti bahan polimer
maupun bahan keramik oksida.
d)

Electroplating (electrochemical plating)


Electroplating (electrochemical plating) merupakan salah satu cara

pelapisan permukaan substrat yang berlangsung dalam larutan elektrolit. Substrat


berfungsi sebagai katoda. Anoda merupakan sumber yang nantinya berfungsi
sebagai bahan pelapis terhadap substrat. Arus searah (DC) dialirkan ke anoda
dan katoda. Larutan elektrolit yang digunakan dapat berupa larutan asam, basa
atau larutan garam. Arus searah akan mengalir melalui larutan ini sehingga
ion-ion dari anoda akan berpindah ke katoda. Untuk mendapatkan hasil optimum,
anoda dan katoda (substrat) yang digunakan harus pada kondisi bersih saat proses
electroplating mulai berlangsung.
Karakteristik Electroplating yaitu suhu kerja lebih rendah dari 1000C,
sehingga tidak menimbulkan distorsi atau perubahan struktur pada substrat dan
proses ini dapat diatur sedemikian sehingga dapat modifikasi kekerasan substrat,
internal stress dan sifatsifat lapisan. Umumnya untuk proses electroplating, tidak

semua energi listrik yang terbentuk digunakan untuk proses pelapisansubstrat,


tetapi sebagian energi tersebut digunakan untuk membebaskan hidrogen (H2) dari
substrat (katoda). Jumlah massa aktual yang menempel pada katoda dibagi dengan
jumlah massa teoritis yang terlepas dari anoda disebut efisiensi katoda (cathode
efficiency).

DAFTAR PUSTAKA
Iman, M., S. 2011. Pelapisan. Makalah Termodinamika. Banjar baru.
Juliansyah, A. 2012. Coating. Makalah Farmasi Industri. Bandung
Luppher, W. 2013. Macam-Macam Proses Coating.Makalah Unit Proses. Padang.
Santoso,

R.

2009.

Apa

Itu

Pelapisan

(Coating)

[Online].

https://airreverseosmosis. wordpress.com/. (Diakses pada tanggal 19 Maret


2015).
Saputri, V., K . 2012. Electroplating. Makalah Farmasi Industri. Bandung

Anda mungkin juga menyukai