adalah berat molekularnya. Polimer yang mempunyai berat molekul tinggi akan
lebih viskos daripada berat molekul rendah. Ada dua cara untuk mengontrol
viskositas suatu coating, yaitu dengan memvariasi berat molekul binder atau dengan
menambahkan sejumlah solven.
b) Aditif
Aditif adalah senyawa-senyawa kimia yang biasanya ditambahkan dalam
jumlah sedikit, namun sangat mempengaruhi sifat-sifat coating (pelapisan).
Bahan-bahan yang termasuk aditif adalah surfaktan, alat anti endapan (antisettling agent), alat pencampur (coalescing agents), alat tahan pengulitan (antiskinning agents), katalis, defoamers, penyerapan cahaya ultraviolet (ultraviolet
light absorbers), alat dispersi, bahan pengawet (preservatives), pengering (driers)
dan plastisizers.
c) Solven
Kebanyakan coating (pelapisan) memerlukan solven untuk melarutkan
binder dan memodifikasi viskositas. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
penentuan solven adalah kemampuannya dalam melarutkan binder dan
komponen coating (pelapisan) yang lain. Prinsip kelarutan sangatlah sederhana,
yaitu like dissolves like. Artinya solven polar akan melarutkan senyawa yang
polar juga. Selain itu laju penguapan solven juga perlu diperhatikan. Solven yang
mempunyai tekanan uap tinggi sehingga menguap dengan cepat disebut fast atau
hot solvent, sedangkan yang lambat disebut slow solvent. Laju penguapan
mempengaruhi sifat-sifat coating (pelapisan) dan beberapa cacat dapat disebabkan
karena ketidak cocokan dalam pemilihan solven. Jika solven menguap terlalu
cepat, coating (pelapisan) tidak cukup waktu untuk membentuk lapisan halus dan
kontinu.
d) Pigmen (zat pewarna)
Zat pewarna (pigmen) merupakan pemberi warna dari coating (pelapisan).
Selain berfungsi dalam hal estetika, zat pewarna (pigmen) juga mempengaruhi
ketahanan korosi dan sifat fisika dari coating (pelapisan) itu sendiri. Zat pewarna
(pigmen) dapat dikelompokkan menjadi pigmen organik dan anorganik. Pigmen
anorganik contohnya adalah titanium dioksida dan besi oksida. TiO2 merupakan
pigmen putih yang paling banyak digunakan, biasanya untuk coating eksterior.
TiO2 mempunyai indeks refleksi yang tinggi dan stabil terhadap sinar ultraviolet
dari sinar matahari yang dapat pelapisan pengikat (binder coating). FeO2
merupakan pigmen merah yang digunakan untuk pelapisan awal (coating
primer) ataupun topcoat. Terdapat juga ekstender pigmen yang memberikan
sedikit pengaruh terhadap warna dan ketahanan korosi namun banyak
mempengaruhi sifat-sifat coating seperti kekentalan (densitas), aliran, kekerasan
(hardness) dan permeabilitas. Contohnya adalah kalsium karbonat, kaolin, talc
dan barium sulfat (barytes).
2)
maka harus disatukan dalam jumlah yang sesuai. Berikut ini adalah parameterparameter yang penting untuk formulasi pelapisan.
a) Konsentrasi volume pigmen (PVC)
Pigmen Volume Concentration (PVC) merupakan rasio volume pigmen
terhadap volume total binder dan pigmen. Dua jenis pelapisan dapat memiliki
nilai pigmen dan binder yang sama namun sangat berbeda nilai PVCnya. Secara
sederhana hal ini dapat dihasilkan dengan menggunakan pigmen dengan densitas
yang berbeda. Nilai PVC dimana terdapat jumlah pengikat yang tepat untuk
menghasilkan lapisan tipis permukaan secara sempurna untuk setiap partikel dari
zat pewarna (pigmen) merupakan nilai PVC kritis (CPVC). Di atas nilai CPVC,
tidak ada cukup pengikat untuk membasahi semua zat pewarna. Sedangkan di
bawah nilai CPVC, terdapat kelebihan pengikat. Beberapa sifat pelapisan dapat
secara signifikan dipengaruhi oleh variasi formulasi PVC.
b) Densitas, berat solid dan volume solid
Densitas, berat solid dan volume solid serta persentase pengikat (binder)
dan persentase zat pewarna (pigmen) seringkali disebut sebagai konstanta fisik dari
pelapisan. Densitas biasanya dinyatakan dalam satuan pound per gallon. Berat
solid pelapisan biasanya dalam bentuk persentase non volatile, merupakan berat
solid dibagi dengan berat total pelapisan (coating). Volume solid adalah
persentase volume material non-volatil. Kemudian persentase pengikat (binder)
dan persentase zat pewarna (pigmen) merupakan persentase pengikat dan zat
pewarna dalam pelapisan (coating).
c) Rasio zat pewarna (pigmen)/pengikat (binder)
Merupakan perbandingan berat pigmen terhadap berat pengikat. Lapisan
atas (Topcoat) biasanya memiliki pigmen/binder 1,0 atau kurang, sedangkan
primer coating mempunyai pigmen/binder 2-4. Coating gloss biasanya
mempunyai pigmen/binder yang lebih rendah daripada coating flat.
3)
pelapisan (coating) untuk menempel pada material substrat. Jika daya adhesive
tidak kuat maka selain pelapisan (coating) tidak menempel dengan baik, hal ini
dapat juga memberi kesempatan kepada udara lembab masuk ke celah antara
coating dan substrat yang menyebabkan kontaminasi. Ada beberapa jenis daya
ikatan (adhesive) antara coating dengan material substrat, antara lain:
a) Daya ikat mekanik (mechanical adhesion), yaitu daya ikat yang terjadi karena
ikatan secara mekanik (mechanical interlocking). Contohnya yaitu dengan
penggunaan pelapisan (coating) pada permukaan substrat yang kasar, seperti
penggunaan sand blast ataupun bahan abrasif sebelum proses pelapisan. Selain
itu bisa juga penggunaan pelapisan yang akan mengkerut ketika curing
sehingga akan membungkus material substrat dengan baik, seperti epoxy,
polyester, dan lain-lain.
b) Daya ikat kimia (chemical bonding adhesion), yaitu daya ikat yang terjadi
antara pelapisan (coating) dengan material substrat berupa ikatan atom.
Contohnya yaitu pada pelapisan (coating) zinc (seng) untuk melapisi baja,
atau yang biasa disebut galvanized steel. Zinc berikatan dengan baja
membentuk paduan intermetalik FeZn. Jenis ikatan ini adalah ikatan yang
paling kuat.
c) Daya ikat polar (polar adhesion), yaitu daya ikat yang terjadi karena gaya tarik
menarik material polar. Contohnya yaitu pelapisan (coating) organik, yang
banyak mengandung senyawa polar. Jenis ikatan ini tidak akan bekerja dengan
a) Dip Coating
Dip coating adalah suatu proses yang digunakan untuk pelapisan,
misalnya bahan semikonduktor. Pada proses pelapisan ini, biasanya di bagi
menjadi beberapa langkah. Perendaman (immersion), dimana substrat ini
direndam dalam larutan bahan lapisan pada kecepatan konstan. Kemudian startup, dimana
memberikan
Powder Coating
Powder Coating adalah Suatu proses pelapisan logam/benda kerja yang
dalam bentuk suspensi cair. Lapisan ini biasanya diterapkan elektrostatik dan
kemudian dipanaskan untuk memungkinkan agar serbuk mengalir dan membentuk
lapisan. Serbuk bisa thermoplastik atau polimer termoset. Hal ini biasanya
digunakan untuk membuat hard finish yang lebih keras dari cat konvensional.
Powder coating terutama digunakan untuk pelapisan logam, seperti "whiteware",
ekstrusi aluminium, dan mobil dan bagian-bagian sepeda. Teknologi baru
memungkinkan bahan lain, seperti MDF (medium-density papan serat), menjadi
serbuk dilapisi dengan menggunakan metode yang berbeda.
c)
Spin Coating
Spin coating dapat diartikan sebagai pembentukan lapisan melalui proses
pemutaran (spin). Bahan yang akan dibentuk lapisan dibuat dalam bentuk larutan
(gel) kemudian diteteskan di atas suatu substrat yang disimpan di atas piringan
yang dapat berputar, karena adanya gaya sentripetal ketika piringan berputar,
maka bahan tersebut dapat tertarik ke pinggir substrat dan tersebar merata. Selain
untuk penumbuhan bahan semikonduktor, teknik spin coating ini juga dapat
digunakan untuk mendeposisi lapisan tipis bahan lainnya seperti bahan polimer
maupun bahan keramik oksida.
d)
DAFTAR PUSTAKA
Iman, M., S. 2011. Pelapisan. Makalah Termodinamika. Banjar baru.
Juliansyah, A. 2012. Coating. Makalah Farmasi Industri. Bandung
Luppher, W. 2013. Macam-Macam Proses Coating.Makalah Unit Proses. Padang.
Santoso,
R.
2009.
Apa
Itu
Pelapisan
(Coating)
[Online].