bahwa
tingkat
ketaatan
rata-rata
minum
obat
untuk
dalam
pengembangan
sistem
penghantaran
obat
karena
misalnya
kurangnya
informasi
dengan
pengawasan,
konvensional, fluktuasi kadar obat dalam darah dapat diatasi dengan pemberian
obat leboh sering dengan tujuan agar kadar obat dalam darah dapat dipertahankan.
Akan tetapi, masalah ketidakpatuhan pasien dalam mengikuti aturan penggunaan
obat merupakan penyebab kegagalan terapi, oleh karena kadar obat dalam darah
tidak tercapai. Pada sediaan lepas lambat, frekuensi pemberian obat dapat
dikurangi dengan harapan kepatuhan pasien dapat ditingkatkan (Wijaya, 1994).
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk
melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya
pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel et al., 2005).
Dalam beberapa keadaan penyakit, bentuk sediaan obat yang ideal adalah mampu
memberikan jumlah obat untuk sampai ke reseptor (tempat aksi obat) dan
kemudian secara konstan dipertahankan selama waktu pengobatan yang
diinginkan. Pemberian obat dalam dosis yang cukup dan frekuensi yang benar
maka konsentrasi obat terapeutik steady state di plasma dapat dicapai secara cepat
dan dipertahankan dengan pemberian berulang dengan bentuk sediaan
konvensional peroral. Namun terdapat sejumlah keterbatasan dari bentuk sediaan
konvensional peroral (Collett and Moreton, 2002).
Adapun keterbatasan bentuk sediaan konvensional peroral adalah melepaskan
secara cepat seluruh kandungan dosis setelah diberikan, konsentrasi obat dalam
plasma dan di tempat aksi mengalami fluktuasi sehingga tidak mungkin untuk
mempertahankan konsentrasi terapetik secara konstan di tempat aksi selama
waktu pengobatan, fluktuasi konsentrasi obat dapat menimbulkan overdosis atau
underdosis jika nilai Cmax dan Cmin melewati jendela terapetik obat. Obat dengan
t1/2
pendek
membutuhkan
frekuensi
pemberian
lebih
sering
untuk
Untuk mengatasi kelemahan yang terjadi pada pemberian obat bentuk formula
biasa, maka telah dikembangkan beberapa formula obat dalam bentuk lepas
lambat. Tujuan dari pembuatan formula ini adalah agar kecepatan pelepasan obat
yang diinginkan tercapai dan efisiensi yang diperoleh juga akan lebih tinggi.
B
A
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta: UI Press.
Collett, J. & Moreton, C. 2002. Modified-release Peroral Dosage Form,
Pharmaceutics: The Science Of Dosage Form Design, Edisi II, Churchill
Livingstone, Edinburg-London-New York-Philadelphia-St Louis SydneyToronto, 289 305
Jantzen, G.M. & Robinson, J.R. 1996. Sustained and Controlled-Release Drug
Delivery Systems, dalam Banker, G.S., Rhodes, C.T. (eds), Modern
Pharmaceutics, Edisi III, Marcel Dekker Inc., New York-Basel-Hongkong,
575 609
Niven & Neil. 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta : ECG.
Shargel, L., Wu-Pong, & Yu, A. B. C. 2005. Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, Edisi V. Mc-Graw-Hill : Airlangga University Press.
Smet & Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT.Grasindo.
Welling P.G., 1997. Pharmacokinetics: Processes, Mathematics, and Applications.
2nd edition. Washington DC. p. 83
Wijaya, E. 1994. Perbandingan Kadar Teofilin dalam Plasma antara Tablet
Teofilin Lepas Lambat Uniphyllin Continus 300-400 mg dengan Sediaan
Biasa 150 mg. Jakarta : Universitas Indonesia.