Anda di halaman 1dari 15

Hubungan Kebiasaan Minum Susu terhadap Status Gizi dan FaktorFaktor yang Berhubungan pada Siswa Sekolah Dasar

di Kelurahan Palmerah 1 Jakarta Barat Periode 3 - 23 September 2014


The Relationship Between Milk Consumption Habit with Nutritional
Status and Other Factors Related in Students at SDN 25 Pagi Palmerah 1
Period 03 - 23 September 2014
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

Oleh :
Andersen

Program Pendidikan Sarjana Kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, Oktober 2014

Hubungan Kebiasaan Minum Susu terhadap Status Gizi dan FaktorFaktor yang Berhubungan pada Siswa Sekolah Dasar
di Kelurahan Palmerah 1 Jakarta Barat Periode 3 - 23 September 2014
Andersen1, Suzan1, Manuain D.A1, Jaimon S1, Suryana M2
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Email : tabasco_sen@hotmail.com
Abstract
Milk consumption in Indonesian people is still low. Hence milk contains many substance that has
benefit for body growth specially body height. Milk consumption needed mainly for children in growth
period. This is a descriptive correlative study with cross sectional design. The subject of this study are
116 children. Subjects are students is Public Elementary School 25 Pagi Palmerah who taken from
two stage cluster sampling method. The height of the children were collected by measurement using
microtoise while habit of drinking milk and other factors related with it were collected using
questioner. The result of this study shows subject with sufficient drinking milk level are 53 children
and not sufficient are 63 children. Base on height for age, subjects within normal category are 82
children, stunting are 22 children and severe stunting are 9 children. Per capita income sufficient are
59 children. Level of parental education within high category are 12 persons, moderate are 65
persons and low level are 39 persons. School allowance within sufficient category are 42 persons and
not sufficient are 74 persons. The allocation of school allowance to buy milk within always
category are 12 persons, rarely category are 41 persons and never are 6 persons. Data analysis
shows that there are significant relationship between the habit of drinking milk with height for age
(p=0.002), significant relationship between per capita income of the family with the habit of drinking
milk (p = 0.000) and significant relationship between allocation of school allowance with habit of
drinking milk (p = 0.000). There are no significant relationship between level of parental education
with habit of drinking milk (p = 0.271) and no significant relationship between school allowance with
habit of drinking milk (p = 0.971).
Keywords: habit of drinking milk, height for age, parental education, parental income, school
allowance, allocation of school allowance.

Pendahuluan

22,1 liter, Malaysia 50,9 liter dan Thailand

Latar Belakang

30,7 liter.1,2

Konsumsi susu perkapita Indonesia

Menurut penelitian studi jangka

pada tahun 2013 berada pada 12,83 liter

panjang mengimplikasikan bahwa tinggi

per tahun meskipun bertambah di banding

atau pendeknya postur tubuh seseorang

tahun sebelumnya tetapi rata-rata tingkat

ditentukan oleh asupan gizi di masa lalu.

konsumsi ini lebih rendah dari tingkat

Buruknya asupan gizi mempengaruhi pola

Negara ASEAN lainnya yaitu Philipina

pertumbuhan anak.3

Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Dosen Pembimbing Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Menurut hasil South East Asia

(MDGs) 2015 yang di adopsi dari PBB

Nutritions Surveys (SEANUTS), sekitar

Tahun 2000. Berdasarkan penelitian, di

24,1 persen anak laki-laki dan 24,3 persen

provinsi DKI Jakarta prevalensi status gizi

anak perempuan Indonesia mengalami

umur 6-12 tahun (TB/U) adalah 14,9%

ukuran tubuh pendek atau stunting. Survei

termasuk kategori sangat pendek,19.2%

yang dilakukan terhadap lebih dari 7.000

termasuk kategori pendek dan 65,95

anak-anak Indonesia berusia 6 bulan

termasuk kategori normal. 21

hingga 12 tahun ini juga menunjukkan

Sedangkan di daerah Palmerah

sekitar 1 dari 3 balita Indonesia mengalami

Jakarta Barat belum pernah dilakukan

masalah

badan.

penelitian mengenai kebiasaan minum

dapat

susu dan status gizi pada anak-anak

mempengaruhi pertumbuhan fisik dan otak

Sekolah Dasar. Dilandasi masalah-masalah

anak

yang tersebut diatas, maka penelitian ini

pertumbuhan

Kekurangan

gizi

tinggi

pada

anak

serta menjadikan perkembangan

kognitif anak tidak bertumbuh optimal,

dilakukan

untuk

seperti anak menjadi kurus dan pendek.4

hubungan

kebiasaan

Berdasarkan

data

dari

melihat

gambaran

konsumsi

susu

Riset

terhadap status gizi serta hubungan faktor-

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun

faktor pada siswa SDN 25 PAGI di

2013, prevalensi pendek pada anak umur

Kelurahan Palmerah Jakarta Barat.

5-12 tahun secara nasional tahun 2013

Tujuan

adalah 30,7 persen, yang berarti terjadi

Penelitian

ini

secara

umum

peningkatan dibandingkan tahun 2010

bertujuan untuk mengetahui hubungan

(35,6%) dan 2007 (36,8%).20

kebiasaan konsumsi susu terhadap status

Status gizi anak merupakan satu

gizi pada siswa SD di Kelurahan Palmerah

dari delapan tujuan yang akan dicapai

1, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat

dalam

pada Periode 3 - 23 September 2014.

Millenium

Development

Goals

Adapun tujuan khususnya

1)

Palmerah I, Kecamatan Palmerah Jakarta

diketahuinya sebaran tingkatan kebiasaan

Barat mulai tanggal 17 September 2014,

minum susu, jenis kelamin, uang jajan,

pukul 08.00 12.00 WIB. Populasi target

alokasi uang jajan, pendidikan orangtua,

pada penelitian ini adalah

dan pendapatan orangtua pada siswa; 2)

SD di wilayah Kelurahan Palmerah 1,

diketahuinya hubungan kebiasaan minum

sedangkan

susu terhadap status gizi pada siswa; 3)

penelitian ini adalah semua anak SD di

diketahuinya

pendapatan

Kelurahan Palmerah 1 yang hadir pada

perkapita keluarga terhadap status gizi

periode 3 - 23 September 2014. Sampel

pada siswa; 4) diketahuinya hubungan

ditentukan menggunakan teknik multistage

uang saku anak terhadap status gizi pada

sampling dimana subjek penelitian telah

siswa; 5) diketahuinya hubungan alokasi

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

uang saku anak terhadap status gizi pada

Analisis

siswa; dan 6) diketahuinya hubungan

perangkat lunak komputer (SPSS 17),

faktor pendidikan orangtua terhadap status

dilakukan dengan analisis univariat untuk

gizi pada siswa.

melihat gambaran distribusi ferkuensi dari

hubungan

adalah

populasi

data

masingmasing

Metode Penelitian

semua anak

terjangkau

dengan

variabel

pada

menggunakan

penelitian.

Sedangkan, analisis bivariat dilakukan


Desain penelitian yang digunakan
adalah studi deskriptif dengan pendekatan
kros

sektional

mengenai

hubungan

kebiasaan konsumsi susu terhadap status


gizi dan faktor yang berhubungan pada
siswa SD kelas 1-6 SDN 25 PAGI
Kelurahan Palmerah I. Penelitian ini
dilakukan di SDN 25 PAGI Kelurahan

untuk melihat hubungan antara variabel


independen dan dependen. Uji statistik
dengan Chi Square dan Kolmogorovsmirnov dengan derajat kemaknaan 0,05
(5%).

Hasil dan Pembahasan

136 siswa. Tetapi dari 136 siswa tersebut,


terdapat 15 siswa yang tidak hadir dan

Hasil

tidak bersedia untuk mengisi kuesioner


Dari penelitian yang dilakukan di
SDN 25 Pagi Palmerah 1, Kelurahan
Palmerah 1, Kecamatan Palmerah, Jakarta
Barat pada Periode 3 - 23 September 2014,
dimana jumlah sampel yang didapat adalah

pada waktu penelitian dilakukan serta 5


anak yang mempunyai riwayat alergi susu
dan produknya sehingga tereksklusi. Maka
pada penelitian ini data yang didapat
sebanyak 116 siswa.

Tabel 4.1. Tabel Sebaran Kebiasaan Konsumsi Susu terhadap Status Gizi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan
di SDN 25 Pagi Palmerah 1, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat pada Periode 03 - 23 September 2014.
Variabel
Kebiasaan minum susu
Baik
Kurang baik
Tidak baik
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Tinggi Badan Siswa
Tinggi
Normal
Stunting
Stunting berat
Pendidikan Orangtua
Tinggi
Sedang
Rendah
Pendapatan per Kapita
Layak
Tidak layak
Uang jajan
Rp 6000 per hari
< Rp 6000 per hari
Alokasi Uang Jajan
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah sama
sekali

Frekuensi

Persentase (%)

53 orang
54 orang
9 orang

45.7%
46.6%
7.8 %

47 orang
69 orang

40.5%
59.5%

21 orang
64 orang
22 orang
9 orang

18.1%
55.2%
19.0%
7.8 %

12 orang
65 orang
39 orang

10.3%
56.0%
33.6%

88 orang
28 orang

75.9%
24.1%

42 orang
74 orang

36.2%
63.8%

12 orang
41 orang
6 orang

10.3%
35.3%
54.3%

Tabel 4.2. Tabel Hubungan antara Kebiasaan Konsumsi Susu terhadap Status Gizi (Tinggi Badan Menurut
Umur) pada Siswa SDN 25 Pagi Palmerah 1, Kecamatan Palmerah pada Periode 03 - 23 September 2014.
Tinggi

Tinggi Badan Anak


Norma Stunting
Stuntin
l

Uji statistic

Ho

Chi square

0.000

Ho ditolak

g Berat

Kebiasaan Minum Susu


Baik
Kurang baik
Tidak baik

11 org

38 org

1 org

3 org

7 org

23 org

19 org

5 org

3 org

3 org

2 org

1 org

Tabel 4.3. Tabel Hubungan antara Faktor Pendapatan per Kapita, Pendidikan Orangtua, Uang Jajan dan Alokasi
Uang Jajan terhadap Status Gizi (Tinggi Badan Menurut Umur) pada Siswa SDN 25 Pagi Palmerah 1,
Kecamatan Palmerah pada Periode 03 - 23 September 2014.
Tinggi badan menurut umur
Tinggi

Normal

Stunting

Uji statistik

Ho

Kolmogorov

0.118

Ho

Stunting
Berat

Pendapatan per
kapita
Layak
Tidak

19 org

49 org

13 org

7 org

- Smirnov

2 org

15 org

9 org

2 org

Orangtua

4 org

7 org

1 org

Tinggi*
Sedang*
Rendah
Uang Jajan

11 org

40 org

8 org

6 org

6 org

17 org

13org

3 org

Rp 6000/ hari

6 org

26 org

7 org

3 org

Kolmogorov

< Rp 6000/ hari

15 org

38 org

15 org

6 org

- Smirnov

gagal
ditolak

Layak
Pendidikan
Kolmogorov

0.181

- Smirnov

Ho
gagal
ditolak

1.000

Ho
gagal
ditolak

Alokasi Uang Jajan


Sering *
Kadang *
Tidak pernah

1 orang

10 orang

1 org

9 orang

23 orang

7 org

2 org

11 orang

31 orang

14 org

7 org

* Baris dengan nilai terendah digabung.


`

Kolmogorov
- Smirnov

0.583

Ho
gagal
ditolak

Pembahasan
A. Gambaran
Konsumsi

sedangkan yang perempuan sebesar 69


Sebaran
Susu,

Kebiasaan

Jenis

orang.
Berdasarkan tinggi badan terhadap

Kelamin,
umur, terlihat bahwa dari 116 anak,

Pendidikan Orangtua, Pendapatan


terdapat 21 anak dengan tinggi badan
per Kapita, Uang Jajan, dan Alokasi
percentil >85 atau termasuk katergori
Uang Jajan Siswa di SDN 25 Pagi
tinggi dan 9 anak di persentil < 5 atau
Palmerah 1
Berdasarkan kebiasaan konsumsi

termasuk kategori stunting berat. Hal

susu, terlihat bahwa dari 116 anak,

ini sesuai dengan hasil yang didapatkan

dengan kebiasaan minum susu yang

South East Asia Nutritions Surveys

baik sebesar 53 anak, sedangkan anak

(SEANUTS), sekitar 24,1 persen anak

dengan kebiasaan minum tidak baik

laki-laki

sebanyak 9 anak. Hal ini sesuai dengan

perempuan

data sebelumnya bahwa konsumsi susu

ukuran tubuh pendek atau stunting. Hal

perkapita Indonesia pada tahun 2013

tersebut dapat dipengaruhi status gizi

masih rendah. Penyebabnya karena

anak saat balita, karena tinggi badan

dapat

dipengaruhi status gizi masa lalu,

dipengaruhi

berbagai

faktor

dan

24,3

persen

Indonesia

mengalami

seperti pendapatan keluarga indonesia

sehingga

yang masih di bawah rata-rata sehingga

mempengaruhi

mempengaruhi daya beli, selain itu

anak.4
Berdasarkan tingkatan pendidikan

dapat

juga

dipengaruhi

status

anak

gizi

dapat

pertumbuhan

fisik

pendidikan
orangtua, terlihat bahwa dari 116

orangtua, dan sebagainya.


Berdasarkan jenis kelamin, terlihat

responden, dengan tingkat pendidikan

bahwa dari 116 responden, dengan jenis

tinggi sebesar 12 orang, dan tingkat

kelamin laki-laki sebesar 47 orang

pendidikan rendah sebesar 39 orang.


Berdasarkan pendapatan per kapita
keluarga,

terlihat

bahwa

dari

116

responden,

per

makanan untuk di sekolah dan jika

yang

tidak anak sebelumnya sudah sarapan

termasuk kategori layak sebesar 88

dirumah.
Berdasarkan alokasi uang jajan

kapita

dengan

keluarga

pendapatan
per

bulan

orang, sedangkan pendapatan per kapita


untuk membeli susu oleh siswa SDN 25
keluarga per bulan yang termasuk
Pagi Palmerah 1, tingkat alokasi uang
kateogri tidak layak sebesar 28 orang.
jajan yang

paling tinggi atau masuk

Hal tersebut dapat dikarenakan oleh


kategori selalu sebesar 12 orang,
penetapan pemerintah mengenai Upah
sedangkan tingkat alokasi uang jajan
Minimum Regional (UMR) Provinsi
paling rendah atau masuk kategori
khususnya DKI Jakarta adalah Rp
tidak pernah sama sekali sebesar 6
2,441,000. Sehingga didapatkan pada
orang. Hal ini bisa dipengaruhi oleh
penelitian ini pendapatan per kapita
ketersedian jenis makanan yang dijual
kebanyakan setiap keluarga termasuk
di

kantin

khususnya

susu

dan

kategori layak.
Berdasarkan uang jajan per hari

produknya, semakin banyak jenis susu

siswa SDN 25 Pagi Palmerah 1, dengan

dan produk yang di jual di kantin maka

uang jajan Rp 6000 per hari yang

semakin besar kemungkinan siswa akan

dikategorikan cukup sebesar 42 orang,

membeli

sedangkan uang jajan < Rp 6000 per

produknya.

berbagai

jenis

susu

dan

hari yang dikategorikan kurang sebesar


dapat

B. Hubungan antara Faktor Kebiasaan

dipengaruhi oleh jumlah pendapatan

Konsumsi Susu terhadap Status Gizi

keluarga, selain itu uang jajan anak juga

pada Siswa SDN 25 Pagi Palmerah 1.


Setelah dilakukan uji statistic Chi-

74

orang.

diberikan

oleh

secukupnya
biasanya

Hal

saja,

akan

tersebut

orangtua
karena

hanya
orangtua

memberikan

bekal

Square, didapatkan adanya hubungan


yang

bermakna

antara

kebiasaan

konsumsi susu terhadap status gizi

antara kategori sedang dan tinggi

anak, dengan didapatkan nilai p = 0.000

menjadi kategori tinggi sehingga

yaitu lebih kecil dari 0,05 sehingga H0

dapat

ditolak. Hasil penelitian ini sama

Kolmogorov Smirnov, hasilnya tidak

dengan

terdapat

data

penelitian

yang

diperoleh

Hardinsyah

hubungan

uji

yang

statistik

bermakna

yang

antara pendidikan orangtua terhadap

kebiasaan

status gizi anak SD, dengan didapatkan

konsumsi susu berpengaruh terhadap

nilai d nilai p = 0.181 yaitu lebih besar

tinggi badan. Pada penelitian tersebut

dari 0,05 sehingga H0 gagal ditolak.

menjelaskan bahwa susu mengandung

Hasil penelitian ini berbeda dengan data

zat

bagi

yang diperoleh dari Susenas yang

pertumbuhan tulang dan pertumbuhan

diolah oleh BPS tahun 2005, yang

tinggi

menunjukkan

menunjukkan

gizi

dkk,

dari

dilakukan

bahwa

yang

badan

diperlukan

diantaranya

kalsium,

bahwa

pendidikan

protein dan insulin-like growth factor-1

orangtua yang semakin tinggi, semakin

(IGF-1). Kebiasaan minum susu yang

tinggi juga tingkat pengetahuan tentang

dimulai sejak waktu yang lalu, misalnya

pangan dan gizi sehingga konsumsi

balita, berkorelasi dengan tinggi badan

susu

yang lebih baik dibandingkan dengan

meningkat. Selain itu pada penelitian

kebiasaan minum susu yang baru

yang dilakukan oleh Cecep Komarudin

dimulai beberapa tahun terakhir.12


C. Hubungan antara Faktor Pendidikan

dan

dengan

olahan

judul

susu

semakin

faktor-faktor

yang

mempengaruhi konsumsi susu pada


Orangtua terhadap Status Gizi pada
remaja

menunjukkan

bahwa

Siswa SDN 25 Pagi Palmerah 1.


Setelah dilakukan uji statistik

pendidikan orangtua kelompok yang

Kolmogorov

mengkonsumsi susu lebih baik dari

Smirnov,

dimana

sebelumnya dilakukan penggabungan

kelompok yang tidak mengkonsumsi

tinggi saja seseorang akan mendapatkan

susu.15
D. Hubungan antara Faktor Pendapatan

status gizi yang baik. Perlu pengatahuan


yang

baik

pula

untuk

dapat

per Kapita terhadap Status Gizi pada


menggnakan pendapatan tersebut sebaik
Siswa SDN 25 Pagi Palmerah 1.
Setelah dilakukan uji statistik

mungkin. Sehingga pada penelitian ini,

Kolmogorov - Smirnov, tidak terdapat

tidak didapatkan hubungan bermakna

hubungan

yang

bermakna

antara

antara pendapatan terhadap status gizi.


E. Hubungan antara Faktor Uang Jajan

pendapatan per kapita dengan status


terhadap Status Gizi pada Siswa
gizi anak, dengan didapatkan nilai p=
0,118 yaitu lebih besar dari 0,05

SDN 25 Pagi Palmerah 1.


Setelah dilakukan uji

sehingga H0 gagal ditolak. Hal ini tidak

Kolmogorov - Smirnov , hasilnya tidak

sesuai dengan data dari Susenas yang

terdapat

diolah

yang

antara faktor uang jajan terhadap tinggi

menunjukkan bahwa tingkat pendapatan

badan, dengan didapatkan nilai p = 1,00

berkorelasi erat dengan pangan dan

yaitu lebih dari 0,05 sehingga H0 gagal

gizi, dimana pada kelompok pendapatan

ditolak. Hal ini tidak sesuai dengan

tinggi, jenis susu yang dikonsumsi,

Napitu, bahwa semakin banyak uang

produk olahan susu dan makanan yang

saku yang dimilik

mengandung zat kalsium lainnya lebih

semakin baiknya kualitas makanan

besar.5

yang diperoleh. Perolehan uang saku

terdapat

BPS

tahun

Sedangkan
hubungan

2005

menurut

Berg,

antara

tingkat

sering

hubungan

menjadi

yang

statistic

bermakna

memungkinkan

suatu

kebiasaan,

pendapatan keluarga dengan status gizi.

sehingga anak diharapkan untuk belajar

16

mengelola dan bertanggungjawab atas

Sehingga secara tidak langsung akan

mempengaruhi

tinggi

badan

anak.

uang saku yang dimiliki. Sedangkan,

Tetapi tidak hanya dengan pendapatan

hasil penelitian yang dilakukan oleh

Cecep komarudin sesuai dengan hasil

dapat mencerminkan keadaan sosial

penelitian ini, dimana menunjukkan

ekonomi

bahwa uang jajan tidak mempengaruhi

keadaan sosial ekonomi yang baik akan

tinggi badan.

15

Bisa saja anak yang

contoh,

dengan

demikian

diikuti dengan konsumsi susu yang

mendapat uang jajan yang cukup hanya

semakin

baik.

Selain

itu,

pada

membeli makanan yang tidak banyak

penelitian yang dilakukan oleh Yunita

mengandung gizi tinggi.

Syafitri dkk dengan judul Kebiasaan


Jajan Siswa sekolah dasar menyatakan

F. Hubungan antara Faktor Alokasi

semakin besar alokasi uang saku untuk

Uang Jajan terhadap Status Gizi

membeli jajanan maka jumlah jenis

pada Siswa SDN 25 Pagi.


Setelah dilakukan uji

jajanan yang dibeli akan semakin besar


statistic
pula

maka

semakin

besar

juga

Kolmogorov - Smirnov , tidak terdapat


kemungkinan untuk membeli susu. 14
hubungan yang bermakna antara alokasi
uang jajan untuk membeli susu dengan
tinggi badan anak, dengan didapatkan
Simpulan dan Saran
nilai p = 0.583 yaitu kurang dari 0,05
Kesimpulan
sehingga H0 gagal ditolak. Hal ini
Dari

hasil

penelitian

yang

berbeda dengan penelitian Karlina,


dilakukan di SDN 25 Pagi Palmerah 1,
yang menunjukkan adanya hubungan
Kelurahan

Palmerah

1,

Kecamatan

positif yang sangat nyata antara alokasi


Palmerah, Jakarta Barat pada periode 3 uang untuk membeli susu dengan
23 September 2014 dengan pengukuran
jumlah susu yang dikonsumsi. Semakin
tinggi badan siswa dan kuesioner dapat
tinggi alokasi uang untuk membeli
disimpulkan bahwa dari total sampel 116
susu, semakin baik konsumsi susunya.
subyek, didapatkan hubungan bermakna
Alokasi uang untuk membeli susu juga

antara variabel kebiasaan konsumsi susu

yang mempunyai pendapatan yang tinggi

terhadap

belum

status

gizi

anak.

Hal

dikarenakan

seseorang

yang

mempunyai

kebiasaan

konsumsi

ini

sekarang
susu

akan mempunyai kebiasaan konsumsi

tentu

pendidikan

dan

pengetahuannya akan makanan bergizi


akan tinggi pula, dan sebaliknya.
Saran

dimasa lalu seperti saat bayi maupun saat

Dengan melihat hasil simpulan diatas,

balita, sehingga zat gizi yang diperlukan

maka ada beberapa saran dari peneliti

bagi pertumbuhan tulang dan pertumbuhan

yakni sebagi berikut :

tinggi badan diantaranya kalsium, protein

1. Untuk kepala puskesmas


Disarankan
supaya

dapat

dan insulin-like growth factor-1 (IGF-1)


meningkatkan

kegiatan

penyuluhan

dapat menunjang status gizi seseorang


tentang kebiasaan konsumsi susu pada
khususnya dalam penelitian ini adalah
anak-anak sekolah sebagai sarana yang
anak SD.
efektif
Sedangkan,

hubungan

agar

dapat

meningkatkan

variabel
kebiasaan konsumsi susu khususnya

lainnya tidak didapatkan hubungan yang


bagi kelompok anak dan remaja yang
bermakna seperti hubungan antara variabel
masih berada dalam masa pertumbuhan.
pendidikan,

variabel

pendapatan

per
Hal ini dapat dibantu oleh komponen

kapita, variabel uang jajan dan alokasi


sekolah yang berkaitan seperti melalui
uang jajan terhadap status gizi anak.
UKS
Banyak

faktor

yang

sehingga

hubungan

dan

dokter

kecil.

Jika

penyuluhan

ini

mempengaruhi
memungkinkan

berbagai

variabel
dilakukan juga pada kelompok umur

tersebut tidak bermakna terhadap status


dewasa

muda

terutama

orangtua,

gizi, salah satunya karena variabel satu


sehingga kebiasaan konsumsi susu pada
dengan variabel lainnya tidak saling
keluarga makin terinternalisasi didalam
mendukung. Sebagai contoh seseorang
diri kelompok muda atau pun tua

2. Untuk peneliti yang ingin melakukan


penelitian lanjutan
a. Keterbatasan dalam

agar memberikan dukungan dalam


bentuk pelatihan dan penyediaan alat-

penelitian

ini
alat pengukuran dan pendanaan kepada

adalah peneliti hanya menggunakan alat


mahasiswa dalam melakukan suatu
ukur berupa kuesioner saja, tanpa
penelitian tentang masalah kesehatan
diikuti dengan pengamatan tentang
yang terjadi di lingkungan masyarakat
kebiasaan minum susu pada siswa
untuk memudahkan mahasiswa dan
Sekolah Dasar di Kelurahan Palmerah I,
meringankan beban biaya untuk suatu
sehingga

pendekatan

terhadap
penelitian.

permasalahan kebiasaan minum susu


Catatan: artikel ini disusun berdasarkan
kurang bisa terungkap serta dalam
penelitian yang telah dilakukan dengan
perolehan hasil yang lebih akurat akan
pembimbing dr. Melda Suryana, M.Epid
faktor-faktor yang berhubungan dengan
Daftar Pustaka
tinggi belum maksimal sehingga untuk
bisa memperoleh hasil penelitian yang
maksimal setidaknya butuh waktu yang

1. Budi Hartono, Hari Utami, Nova


Amanatullaili.
faktor

yang

Analisis faktormempengaruhi

konsumen dalam membeli produk


lebih sehingga responden dapat diberi
penyuluhan dan kemudian di observasi.
b. Peneliti juga disarankan untuk meneliti
tentang pengetahuan, sikap dan perilaku

susu pasteurisasi kabupaten kudus.


Buletin peternakan vol. 34(2): 123130, Juni 2010.
2. Enmo Ariningsih. Pengaruh FaktorFaktor Sosial Ekonomi Terhadap

pada orangtua atau anak SD terhadap


kebiasaan konsumsi susu.
c. Diharapkan agar menggunakan sampel
yang lebih besar agar didapatkan hasil
yang lebih signifikan dan representatif
pada penelitian berikutnya.
3. Bagi instansi pendidikan

Konsumsi

Susu

Dan

Produk

Olahan Susu. Pusat Analisis Sosial


Ekonomi dan Kebyakan Pertanian,
Bogor. 2012
3. Andrea S. Wiley.

Cow

milk

consumption, insulin-like growth


factor-i, and human Biology: a life
history approach. American journal

of human biology. Edisi Aug 2011.


Page 58,6
4. Siti hana, Kurang Gizi, Tubuh
Anak

Indonesia

Pendek,2013.

Diunduh dari :
http://gizi.depkes.go.id/kurang-

Effects of Whey and Casein. 2010.


11.

Andrea Wiley. Milk and Child


Growth: Research in India and the
United

gizi-tubuh-anak-indonesia-pendek.
09 September 2014
5. Utami S. Hubungan

and Growth in Children: The

States

Anthropology
Program

antara

pengetahuan gizi ibu mengenai

Dept.

Human

Indiana

Of

Biology
University

Bloomington. 2004
12. Hardinsyah,

Evy

Damayanthi,

susu dan faktor lainnya dengan

Wirna Zulianti. 2008.

riwayat konsumsi susu selama

konsumsi susu dan kalsium dengan

masa usia sekolah dasar pada siswa

densitas tulang dan tinggi badan

kelas 1 SMP Negeri 1 02 dan SMPI

remaja. Jurnal gizi dan pangan.

PB Sudirman Jakarta Timur tahun

Edisi maret 2008 3(1): 43 48.


13. Cadogan J., Eastell R., Jones N.,

2009. Depok: FKM UI. Juli 2009.


6. de Onis M, Blssner M, Borghi E.

Barker M.. 2004. Milk Intake and

Prevalence and trends of stunting

Bone

among

Adolescent

pre-school

1990-2020

in

children

Public

in

Health

Nutrion. 2012.
7. Ganong, William F. Review of
Medical Physiology. Jakarta : EGC.
2005, p. 392-7.
8. Kyvik KO, Girard M, Tokuda F, et
al. Genetic and Environmental
Contributions to Weight, Height,
and BMI from Birth to 19 Years of

Hubungan

Mineral

Acquisition

Girls:

in

randomised,

controlled intervention trial. British


medical journal. Edisi

Nov 15,

2004; 315, 7118.


14. Yunita S., Hidayat S., Yayuk F.
Kebiasaan jajan siswa sekolah
dasar

(studi

kasus

di

Sdn

lawanggintung 01 kota bogor).


Jurnal gizi dan pangan. Edisi

Age: An International Study of

November. 2009.
15. Komarudin C. Faktor faktor yang

Over 12,000 Twin Pairs. Published:

mempengaruhi konsumsi susu pada

February 08, 2012 in PLOS ONE.


9. Wong Donna, et al. Buku Ajar

remaja. Fakultas Gizi Masyarakat

Keperawatan

Pediatrik.

Vol

1.

Jakarta : EGC. 2012, Hal; 181-182.


10.
Christian
Molgaard, Anni
Larnkjer, Karina Arnberg,. Milk

dan Sumber Daya keluarga Institut


pertanian Bogor. 2010.
16. Astuti RK, Irdawati. Hubungan
antara

status

sosial

ekonomi

keluarga dengan status gizi anak

usia sekolah di sdn godog I

ekonomiibu,

polokarto sukohardjo. Surakarta;

keluarga terhadap status gizi balita

2009.
17. Fatmalina

dan

pendapatan

di kecamatan simo, kabupaten


Febry.

Penetuan

kombinasi

makanan

jajanan

tradisional

harapan

untuk

boyolali. Universitas Sebelas Maret


2013
20. Badan

Penelitian

dan

memenuhi kecukupan energy dan

Pengembangan

protein anak sekolah dasar di kota

Kemenkes RI. Riset Kesehatan

Palembang. Semarang; 2006.


18. Info Kesehatan. 19 Makanan yang

Dasar.

Jakarta:

Kesehatan
Kementerian

mengandung kalsium tinggi selain

Kesehatan RI. 2013.


21. Yudesti I, Prayitno N. Perbedaan

susu, 26 Desember 2013. Diunduh

Status Gizi Anak SD kelas IV dan

dari

V di SD Unggulan dan SD Non

http://inkesehatan.blogspot.com/20

Unggulan di Kecamatan Makasar

13/12/19-makanan-mengandung-

dan Jakarta Timur Tahun 2012.

kalsium-tinggi.html, 23 September
2014.
19. Restu
pendidikan

N.Pengaruh
ibu,

tingkat
aktivitas

Jakarta. 2012.
22. Martini. Fundamentals of Anatomy
and Physiology. New Jersey:
Prentice Hall. 2001.

Anda mungkin juga menyukai