Finish
Finish
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial. Pneumonia seringkali diawali oleh infeksi virus yang kemudian
mengalami komplikasi menjadi infeksi bakteri. Pneumonia masih menjadi penyebab
utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun. Sekitar 156 juta
episode baru setiap tahun di seluruh dunia, dimana 151 juta episode di negara
berkembang. Sebagian besar kasus terjadi di India (43 juta), Cina (21 juta) dan
Pakistan (10 juta), dengan insidensi tinggi tambahan di Bangladesh, Indonesia dan
Nigeria (6 juta masing-masing). Dari semua kasus masyarakat, 7-13% cukup parah
untuk mengancam jiwa dan membutuhkan perawatan di rumah sakit.1
World Health Organization (WHO) memperkirakan di negara berkembang
kejadian pneumonia anak-balita sebesar 151,8 juta kasus pneumonia per tahun, sekitar
8,7% (13,1 juta) diantaranya pneumonia berat.2 Pneumonia merupakan penyakit yang
menjadi masalah diberbagai negara terutama dinegara berkembang termasuk
indonesia. Insiden pneumonia pada anak <5 tahun dinegara maju adalah 2-4 kasus/100
anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20 kasus/100 anak/ tahun. Berbagai
mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan bakteri.
S.pneumonia merupakan penyebab tersering pnemonia bakterial pada semua
kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun.
Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak
kurang dari 3 tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikrorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal
lain (aspirasi, benda asing), dimana proses peradangannya ini menyebar dan
membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula
mengenai bronkiolus terminal. 2,3
2.2
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu
1-24 bulan
2-5 tahun
6-18 tahun
pertussis
RSV, streptococcus pneumonia, hemofilus influenza
Mycoplasma pneumonia, chlamidia pneumonia, streptococcus
pneumonia, respiratory virus
bawah
Adanya napas cepat dan tidak
tarikan
Pneumonia berat
dinding
dada
bagian
bawah kedalam
Adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam
Tidak ada napas cepat dan tidak
< 2 bulan
Bukan pneumonia
Pneumonia berat
Sumber : Ditjen P2PL, Depkes RI. 2007. Bimbingan Keterampilan Tatalaksana Pneumonia Balita
2.4
nutrisi (malnutrisi), BBLR ( 2500), tidak mendapat ASI yang adekuat, tidak
mendapat imunisasi, berat badan lahir rendah (BBLR), tingginya pajanan terhadap
polusi udara, kepadatan hunian. Faktor predisposisi lain diantaranya paparan asap
rokok secara pasif, defisiensi zink, bersamaan dengan penyakit lain (diare, penyakit
jantung, asma). Faktor risiko lain pengetahuan orangtua, defisiensi vitamin A, polusi
udara.1
2.5
Patogenesis
Sebagian besar pneumonia timbul akibat aspirasi mikroorganisme yang
infeksius atau penyebaran langsung kuman dari saluran nafas bagian atas. Hanya
sebagian kecil merupakan akibat sekunder dari viremia dan bakteriemia. 2
Virus masuk dan menginvasi saluran nafas kecil dan alveoli, umumnya mengenai
banyak lobus. Pada infeksi virus ditandai lesi awal berupa kerusakan silia epitel
dengan akumulasi debris kedalam lumen. Respon inflamasi awal adalah infiltrasi sel
sel mononuklear ke dalam submukosa dan perivaskular. Sejumlah kecil sel sel PMN
akan didapatkan di dalam saluran nafas kecil, bila proses ini meluas dengan adanya
sejumlah debris dan mukus serta sel sel inflamasi yang meningkat dalam saluran nafas
kecil maka akan menyebabkan obstruksi baik parsial maupun total. Respon inflamasi
ini akan diperberat dengan adanya edema submukosa yang mungkin bisa meluas ke
dinding alveoli. Respon inflamasi ini dapat mengakibatkan terjadinya denudasi
(pengelupasan) epitel, maka dari itu pneumonia pada anak merupakan predisposisi
terjadinya pneumonia bakterial karena rusaknya barier mukosa.
Pneumonia bakterial terjadi oleh karena inhalasi atau aspirasi patogen,terjadi melalui
penyebaran hematogen. Terjadi proses pneumonia tergantung interaksi antara bakteri
dan ketahanan system imunitas. Ketika bakteri dapat mencapai alveoli maka akan
ditangkap oleh lapisan cairan epithelial yang mengandung opsonin dan respon tubuh
akan membentuk antibody immunoglobulin G spesifik. Dari proses ini terjadi
fagositosis oleh makrofag alveolar dan sebagian kecil kuman akan dieliminasi melalui
perantaraan komplemen. Mekanisme seperti ini terutama penting untuk kuman yang
tidak berkapsul seperti Streptococcus pneumonia. Ketika mekanisme ini tidak dapat
merusak bakteri didalam alveolar maka leukosit PMN dengan aktifitas fagositnya akan
direkrut dengan perantaraan sitokin sehingga terjadi terjadi proses inflamasi. Hal ini
mengakibatkan terjadinya kongesti vascular dan edema yang luas dan hal ini
merupakan karakteristik pneumonia oleh karena pneumokokus. 4
2.6
Diagnosis
a. Anamnesis
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:2
b.
Pemeriksaan fisik
Penilaian keadaan umum, kesadaran, frekuensi nafas, dan nadi
Demam dan sianosis
Gejala distress pernafasan: takipnea, retraksi subkostal, batuk, krepitasi,
lobar, suara nafas menghilang dan perkusi pekak menunjukkan adanya efusi.
Ronki basah halus dan suara nafas bronkial mempunyai sensitivitas 75% dan
Pada pemeriksaan laboratorium tes darah rutin terdapat peningkatan sel darah
putih (White blood Cells, WBC) biasanya didapatkan jumlah WBC 15.000 40.000/mm3. Jika disebabkan oleh virus atau mikoplasma jumlah WBC dapat
normal atau menurun.
Tatalaksana
Pada pasien pneumonia dilakukan rawat inap apabila:3
Bayi:
Anak:
Terapi Antibiotik
Dosis
Frekuensi
Relative
Keterangan
Penisilin G
50.000
Tiap 4 jam
cost
Rendah
S. pneumonia
unit/kgBB/kali
dosis
tunggal
maks.
Ampisilin
4.000.000 unit
100
Tiap 6 jam
Rendah
Kloramfenikol
mg/kgBB/hari
100
Tiap 6 jam
Rendah
7
Ceftriaxone
mg/kgBB/hari
50
1x/hari
Tinggi
mg/kgBB/kali
dosis
Cefuroxime
H. influenza
Tiap 8 jam
Tinggi
mg/kgBB/kali
Clindamycin
Eritromisin
tunggal
maks 2 gram
50
dosis
S. pneumonia
S. pneumonia
H. influenza
tunggal
maks 2 gram
10
Tiap 6 jam
Rendah
Grup
mg/kgBB/kali
streptococcus,
dosis
S. aureus, S.
tunggal
maks. 1,2 gr
10 mg/kg/kali Tiap 6 jam
dosis
Rendah
tunggal
maks 1 gram
pneumonia
S. pneumonia,
chlamidia
pneumonia,
mycoplasma
pneumonia
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama/No.MR
: An KNH/882165
Umur
: 2 bulan
Ayah/Ibu
: Indil/Isum
Suku
: Minang
Alamat
Tgl Masuk
: 02/03/2015
ALLOANAMNESIS
Diberikan oleh : Ibu pasien
Keluhan Utama: Sesak napas yang semakin memberat sejak 1 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
1 minggu SMRS ibu pasien mengeluhkan pasien tampak sesak napas. Sesak
napas hilang timbul dan berulang. Sesak napas lebih berat pada pagi hari, saat
pasien tidur terlentang dan merasa lebih nyaman jika pasien digendong, karena
sesak pasien juga tampak lebih cepat lelah saat menyusui. Lama pasien
menyusui 3 menit, kemudian berhenti dan baru menyusui lagi. Keluhan
sesak napas ini disertai batuk tidak berdahak, muntah tidak ada, pilek tidak
ada, napas terdengar berbunyi saat sesak. Jika sesak sangat hebat bibir tangan
Riwayat Kehamilan :
Suhu
Nadi
Nafas
: 36,7 C
: 130 x/i
: 48 x/I dengan O2 nasal 2L/menit
TB
BB
Lila
: 51 cm
: 3,8
: 11 cm
Gizi
10
Lingkar Kepala
: 35 cm
Konjungtiva
Sklera
Pupil
Refleks cahaya
: Anemis (-/-)
: Ikterik (-/-)
: isokor, bulat, 2mm/2mm
: Langsung dan tidak langsung (+/+)
Bibir
Selaput Lendir
Palatum
Lidah
Gigi
KGB
: basah
: basah
: utuh
: tidak kotor
: karies (-)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auksultasi
(+/+)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auksultasi
Alat Kelamin
Ekstremitas
Status Neurologis
Pemeriksaan Laboratorium
Darah (02 februari 2015)
Hb
: 10,2 gr/dl
11
Ht
: 31,1 %
Leu : 11.600 /mm
Trom : 475.000/mm
MCV : 96,8 fL
MCH : 31,6 pg
MCHC: 32,6 g/dL
Kesan : Anemia normositik normokrom e.c penyakit infeksi akut
Urin
Feses
Radiologi
12
13
RR
: 58x/i dengan oksigen
Pulmo : gerakan dada kanan tertinggal, redup (+) ronkhi basah kasar (+) dan
vesikuler melemah diparu kanan
Hb
: 10,2 gr/dl
Ht
: 31,1 %
MCV : 96,8 fL
MCH : 31,6 pg
MCHC: 32,6 g/dL
Cor
Paru
14
Oksigen 2L
IVFD KAEN IB + KCL 10 meq 8ml/jam
Gentamisin 2 x10 mg IV
Meropenem 3x 150 mg IV
PCT 4x0,35 cc
Dexametason 3x1,5mg IV
:
ASI 25 ml/3jam
Tanggal
03/03/15
04/03/15
pneumonia
dengan
atelektasis paru
dextra, anemia
normositik
normokrom ec
Mata:konjungtiva anemis penyakit
(-/-), sklera ikterik (-/-)
infeksi akut
Thorax :
I= gerakan dada kanan
tertinggal,
P=Vokal fremitus sulit
dinilai
P=redup pada paru kanan
A=vesikuler
melemah
pada paru kanan, ronkhi
basah kasar (+)
Abdomen
:
tampak
cembung,nyeri tekan (-)
bising usus (+/+), timpani
Ekstremitas
:
akral
hangat, CRT < 2 detik,
edema (-)
pneumonia
dengan
atelektasis paru
P
-
IVFD KaEn 1B
KCL 10 meq 12 tp
Ceftriaxon IV 1x
mg
Ampicilin 4x10
IV
PCT 4x0,35 cc
Dexametason
3x1,5mg IV
Rencana dekomp
+ puasa 6 jam
IVFD KaEn 1B
KCL 10 meq 12 tp
Meropenem 3x
15
muntah (-)
05/03/15
RR : 48 x/menit
T : 36,7C
dextra, anemia
normositik
normokrom ec
Mata
:
konjungtiva penyakit
anemis (-/-), sklera ikterik infeksi akut
(-/-)
Thorax :
I= gerakan dada kanan
tertinggal,
P=Vokal fremitus sulit
dinilai
P=redup pada paru kanan
A=vesikuler
melemah
pada paru kanan, ronkhi
basah kasar (+)
Abdomen
:
tampak
cembung,nyeri tekan (-)
bising usus (+), timpani
Ekstremitas
:
akral
hangat, CRT < 2 detik,
edema (-)
Sesak
napas KU : tampak sakit berat
pneumonia
berkurang,
Kesadaran: alert
dengan
batuk
tidak HR : 120 x/menit
atelektasis paru
berdahak
(+), RR : 36 x/menit
dextra, anemia
muntah (-)
T : 36,1C
normositik
normokrom ec
Mata
:
konjungtiva penyakit
anemis (-/-), sklera ikterik infeksi akut
(-/-)
Thorax :
I= gerakan dada kanan
tertinggal,
P=Vokal fremitus sulit
dinilai
P=redup pada paru kanan
A=vesikuler
melemah
pada paru kanan, ronkhi
basah kasar (+)
Abdomen
:
tampak
cembung,nyeri tekan (-)
bising usus (+), timpani
Ekstremitas
:
akral
hangat, CRT < 2 detik,
edema (-)
mg IV
Gentamisin 2 x10
IV
Ranitidin 2x 4 mg
PCT 4x0,35 cc
Dexametason
3x1,5mg IV
Kultur darah
sensitif test
Pindah HCU
IVFD KaEn 1B
KCL 10 meq 12 tp
Meropenem 3x
mg IV
Gentamisin 2 x10
IV
Ranitidin 2x 4 mg
PCT 4x0,35 cc
Dexametason
3x1,5mg IV
16
06/03/15
07/03/15
Sesak
berkurang,
batuk berkurang
pneumonia
dengan
atelektasis paru
dextra, anemia
normositik
normokrom ec
Mata
:
konjungtiva penyakit
anemis (-/-), sklera ikterik infeksi akut
(-/-)
Thorax :
I= gerakan dada kanan
tertinggal
P=Vokal fremitus sulit
dinilai
P=redup pada paru kanan
A=vesikuler
melemah
pada paru kanan, ronkhi
basah kasar (+)
Abdomen
:
tampak
cembung,nyeri tekan (-)
bising usus (+), timpani
Ekstremitas
:
akral
hangat, CRT < 2 detik,
edema (-)
Sesak
sudah KU : tampak sakit sedang pneumonia
berkurang,
Kesadaran: alert
dengan
batuk berkurang HR : 119 x/menit
atelektasis paru
RR : 24 x/menit
dextra, anemia
T : 36,5C
normositik
normokrom ec
Mata
:
konjungtiva penyakit
anemis (-/-), sklera ikterik infeksi akut
(-/-)
Thorax :
I= gerakan dada kanan
tertinggal
P=Vokal fremitus sulit
dinilai
P=redup pada paru kanan
A=vesikuler
melemah
pada paru kanan, ronkhi
basah kasar (+)
Abdomen : tampak datar,
nyeri tekan (-) bising usus
(+), timpani
Ekstremitas
:
akral
hangat, CRT < 2 detik,
edema (-)
IVFD KaEn 1B
KCL 4 tpm
Meropenem 3x
mg IV
Gentamisin 2 x10
IV
Ranitidin 2x 4 mg
PCT 4x0,35 cc
Dexametason
3x1,5mg IV
ASI/SF 25 ml/2 ja
IVFD KaEn 1B
KCL 4 tpm
Meropenem 3x
mg IV
Gentamisin 2 x10
IV
Ranitidin 2x 4 mg
PCT 4x0,35 cc
Dexametason
3x1,5mg IV
ASI/SF 25 ml/2 ja
17
08/03/15
09/03/15
IVFD KaEn 1B
KCL 4 tpm
Meropenem 3x
mg IV
Gentamisin 2 x10
IV
Ranitidin 2x 4 mg
PCT 4x0,35 cc
Dexametason
3x1,5mg IV
ASI/SF 25 ml/2 ja
IVFD KaEn
1B + KCL 4
tpm
Meropenem
3x 150 mg
IV
Gentamisin 2
x10 mg IV
Ranitidin 2x
4 mg IV
PCT 4x0,35
cc
Dexametaso
18
10/03/15
dinding
dada
simetris kiri dan
kanan
P=Vokal fremitus
sulit dinilai
P= sonor diseluruh
lapang paru
A=vesikuler (+/+)
Abdomen
:
tampak
datar,
nyeri tekan (-)
bising usus (+),
timpani
Ekstremitas : akral
hangat, CRT < 2
detik, edema (-)
Sesak dan batuk KU : tampak sakit sedang pneumonia
(-)
Kesadaran: alert
dengan
HR:104 x/menit
atelektasis paru
RR : 27 x/menit
dextra, anemia
T : 36,6C
normositik
normokrom ec
Mata: konjungtiva anemis penyakit
(-/-),
infeksi akut
sklera ikterik (-/-)
Thorax :
I= gerakan dinding dada
simetris kiri dan kanan
P=Vokal fremitus sulit
dinilai
P= sonor diseluruh lapang
paru
A=vesikuler
(+/+)
Abdomen : tampak datar,
nyeri tekan (-) bising usus
(+), timpani
Ekstremitas : akral hangat,
CRT < 2 detik, edema (-)
n 3x1,5mg
IV
ASI/SF 25
ml/2 jam
IVFD plug
Meropenem 3x 150
mg IV
Gentamisin 2 x10 mg
IV
Ranitidin 2x 4 mg IV
PCT 4x0,35 cc
Dexametason
3x1,5mg IV
ASI/SF 25 ml/2 jam
Menunggu
hasil
kultur
19
11/03/15
Tidak
keluhan
pneumonia
dengan
atelektasis paru
dextra, anemia
normositik
normokrom ec
penyakit
infeksi akut
IVFD plug
Meropenem 3x 150
mg IV
Gentamisin 2 x10 mg
IV
Ranitidin 2x 4 mg IV
PCT 4x0,35 cc
Dexametason
3x1,5mg IV
ASI/SF 25 ml/2 jam
hasil kultur :
selected organism
staphylococcus
hominis sp
pasien
diperbolehkan
pulang
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Anak perempuan usia 2 bulan masuk RSUD AA dengan keluhan utama sesak
napas yang semakin memberat sejak 1 minggu SMRS. Anamnesis didapatkan dari ibu
pasien sesak napas hilang timbul dan berulang. Sesak napas lebih berat pada pagi
hari, saat pasien tidur terlentang dan merasa lebih nyaman jika pasien digendong,
karena sesak pasien juga tampak lebih cepat lelah saat menyusui. Lama pasien
menyusui 3 menit, kemudian berhenti dan baru menyusui lagi. Keluhan sesak napas
ini disertai batuk tidak berdahak, muntah tidak ada, pilek tidak ada, napas terdengar
berbunyi saat sesak. Jika sesak sangat hebat bibir tangan dan kaki pasien tampak
membiru.
Berdasarkan anamnesis pasien didiagnosis kerja pneumonia. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan pasien sesak napas, Keluhan sesak napas ini disertai
batuk, Jika sesak sangat hebat bibir tangan dan kaki pasien tampak membiru. Hal ini
diperkuat dari usia pasien <5 tahun yang merupakan usia dengan insidensi terbanyak
terjadinya pneumonia pada anak. Pasien datang dengan keadaan umum tampak sakit
sedang dengan kesadaran alert. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak
sakit sedang disertai takipneu, tanda vital: suhu 36,6 C, nadi 142x/menit, RR
58x/menit. Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan gerakan dada kanan tertinggal,
redup pada paru kanan. Auskultasi pulmonal didapatkan ronki basah kasar pada
lapangan paru kanan dan penurunan suara paru. Dari hasil pemeriksaan fisik ini
memperkuat diagnosis pasien yaitu pneumonia. Hal ini sesuai dengan kriteria WHO
yang digunakan di Negara berkembang yaitu nafas cepat lebih dari 50 kali permenit
untuk anak usia 2 sampai dengan 12 bulan dan sesak nafas.
Berdasarkan kriteria
21
klasifikasi WHO maka termasuk kedalam pneumonia berat untuk anak usia 2 bulan
sampai 5 tahun yaitu terdapatnya takipneu, adanya gerakan dinding dada kanan
tertinggal dan pasien masih mau minum ASI, tidak ada kejang atau pun letargis serta
tidak malnutrisi.
atelektasis diparu dextra, atelektasis paru merupakan salah satu komplikasi pneumonia
yang terjadi akibat infeksi masuknya bakteri patogen kedalam saluran nafas bagian
bawah. Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan Hb; 10,2 g/dl, Ht;
31,1 %, leukosit; 11.600/mm, trombosit ; 475.000/mm, MCV; 96,8 fL, MCH ; 31,6 pg,
MCHC ; 32,6 g/dL . Diagnosis anemia normositik normokrom ditegakkan berdasarkan
hasil laboratorium darah rutin yaitu diperoleh hasil Hb ; 10,2, MCV ; 96,8 fL MCH ;
31,6 fL, MCHC ; 32,6 fL. Penatalaksanaan diruangan pada pasien ini yaitu diberikan
O2 2L/menit, IVFD KAEN 1B + KCL 10 meq 12 tetes/menit, Ceftriaxon IV 1x350
mg, Ampicilin 4x100mg IV, Paracetamol 4x0,35 cc, Dexametason 3x1,5mg IV. Dasar
tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang
sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan
intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam basa,
elektrolit dan gula darah.2 Intravenous fluid drop (IVFD) diberikan untuk cairan
maintenance yang berguna untuk mencukupi kebutuhannya. Pada pneumonia berat
atau pada asupan per oral yang kurang, diberikan cairan intravena dan dilakukan
balans cairan yang ketat. Antibiotik yang diberikan pada pasien ini sudah sesuai
anjuran pemberian antibiotik pada pneumonia berat yaitu dimana neonatus yang lebih
dari 2 bulan diberikan Ampisilin. Pada pasien ini diberikan antibiotik ampisilin
4x100mg IV yang merupakan lini pertama pengobatan pada pasien dengan pneumonia
dan ceftriaxon 1x350 mg IV. Ampisilin merupakan antibiotik broad spectrum tahan
22
asam dan lebih luas spektrum kerjanya yang meliputi banyak bakteri gram dan negatif.
Antibiotik intravena berupa ceftriaxon 2 x 350 mg diberikan pada pasien ini karena
pasien dicurigai adanya infeksi bakteri dan diberikan secara intravena karena pasien
tidak dapat menerima obat per oral atau termasuk dalam derajat pneumonia yang
berat. Pemilihan antibiotik pada pasien ini sudah tepat berdasarkan tatalaksana
pneumonia pada anak dari Infectious Diseases Society of America (IDSA) and the
Pediatric Infectious Diseases Society (PIDS) tahun 2013.11 Antibiotik gentamisin 2x10
mg IV diberikan karena keluhan batuk pada pasien tidak berkurang dan sesuai hasil
kultur dimana didapatkan hasilnya sensitive terhadap gentamisin yang juga merupakan
lini pertama pada pengobatan pasien dengan pneumonia dan meropenem. Antibiotik
yang diberikan pada pasien ini yaitu Meropenem 3x 150 mg IV.
Meropenem
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25