Anda di halaman 1dari 9

20 Cara Menguatkan Iman Anda

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada


Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan Islam." (Ali Imran: 102)
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya, dan daripada keduanya Allah mengembangbiakkan lelaki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang denan
(menggunakan) nama-Nya kami saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu." (An-Nisa: 1)
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan, barangsiapa
menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapatkan
kemenangan yang besar."
Begitulah perintah Allah kepada kita agar kita bertakwa. Namun, iman
di dalam hati kita bukanlah sesuatu yang statis. Iman kita begitu
dinamis. Bak gelombang air laut yang kadang pasang naik dan kadang
pasang surut.
Ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu kita masih ada
dalam kebaikan, kita beruntung. Namun, bila ketika kondisi iman kita
lemah dan kondisi lemah itu membuat kita ada di luar koridor ajaran
Rasulullah saw., kita celaka. Rasulullah saw. bersabda, "Engkau
mempunyai amal yang bersemangat, dan setiap semangat mempunyai
kelemahan. Barangsiapa yang kelemahannya tertuju pada sunnahku, maka
dia telah beruntung. Dan, siapa yang kelemahannya tertuju kepada
selain itu, maka dia telah binasa." (Ahmad)
Begitulah kondisi hati kita. Sesuai dengan namanya, hati dalam bahasa
Arab qalbanselalu berubah-ubah (at-taqallub) dengan cepat. Rasulullah
saw. berkata, "Dinamakan hati karena perubahannya. Sesungguhnya hati
itu ialah laksana bulu yang menempel di pangkal pohon yang diubah oleh
hembusan angin secara terbalik." (Ahmad dalam Shahihul Jami' no. 2365)
Karena itu Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa agar
Allah saw. menetapkan hati kita dalam ketaatan. "Ya Allah Yang
membolak-balikan hati-hati manusia, balikanlah hati kami untuk taat
kepada-Mu." (Muslim no. 2654)
Hati kita akan kembali pada kondisi ketaatan kepada Allah swt. jika

kita senantiasa memperbaharui keimanan kita. Rasulullah saw. bersabda,


"Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara
kamu sekalian sebagaimana pakaian yang dijadikan, maka memohonlah
kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu." (Al-Hakim
di Al-Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-Shahihain no. 1585; Thabrany di
Al-Kabir)
Bagaimana cara memperbaharui iman? Ada 20 sarana yang bisa kita
lakukan, yaitu sebagai berikut.
1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran
Al-Qur'an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai
obat bagi hati manusia. "Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an sesuatu yang
menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Al-Isra': 82).
Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk
menyembuhkan hatinya melalui Al-Quran, "Caranya ada dua macam:
pertama, engkau harus mengalihkan hatimu dari dunia, lalu engkau harus
menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau harus
menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengerti an Al-Qur'an,
memikirkan dan memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan.
Engkau harus mengamati semua ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan
untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu pun akan sembuh."
2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur'an dan Sunnah
Al-Qur'an dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt.
Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya
akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Kekhusukan akan hadir mengisi
relung-relung hatinya.
Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui,
yang memiliki nama-nama yang baik (asma'ul husna). Dialah Al-'Azhim,
Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qawiyyu, Al-Qahhar,
Al-Kabiir, Al-Muth'ali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan hanya
kepada-Nya lah kita kembali.
Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, "Dan mereka
tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal
bumi dan seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit
digulung dengan tangan kanan-Nya." (Az-Zumar: 67)
3. Carilah ilmu syar'i
Sebab, Al-Qur'an berkata, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di

antara hamba-hamba- Nya ialah orang-orang yang berilmu." (Fathir: 28).


Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang mengantarkan kita pada rasa takut
kepada Allah.
Allah berfirman, "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu
tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang syariat yang
diturunkan Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana
tujuan akhir hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam
ibadah dan kuat imannya dalam aneka gelombang ujian ketimbang orang
yang jahil.
Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa
menjaga diri daripada orang yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman
dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk. Orang yang tidak
tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu tidak akan pernah punya rasa
rindu untuk meraihnya.
4. Mengikutilah halaqah dzikir
Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. "Bagaimana keadaanmu,
wahai Hanzhalah?" Hanzhalah menjawab, "Hanzhalah telah berbuat
munafik." Abu Bakar menanyakan apa sebabnya. Kata Hanzhalah, "Jika
kami berada di sisi Rasulullah saw., beliau mengingatkan kami tentang
neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala
sendiri. Lalu setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun
disibukkan oleh urusan istri, anak-anak, dankehidupan, lalu kami pun
banyak lupa."
Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata
Rasulullah, "Demi jiwaku yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata
kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam dzikir,
tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala
kamu dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, sa'atah, sa'atan,
sa'atan." (Shahih Muslim no. 2750)
Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para
sahabat sangat bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir.
"Duduklah besama kami untuk mengimani hari kiamat," begitu ajak Muadz
bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa melaksanakan hal-hal yang
diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Qur'an, membaca hadits, atau
mengkaji ilmu pengetahuan lainnya.
5. Perbanyaklah amal shalih
Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, "Siapa di antara kalian yang
berpuasa di hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Lalu Rasulullah

saw. bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk
orang sakit?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Lalu Rasulullah saw.
bersabda, "Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang
malainkan dia akan masuk surga." (Muslim)
Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias
menggunakan setiap kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Mereka
berlomba-lomba untuk mendapatkan surga. "Berlomba-lombalah kamu kepada
(mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi." (Al-Hadid: 21)
Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan
Allah swt., "Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada
akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan, pada
harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian." (Adz-Dzariyat: 17-19)
Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu
dengan amal-amal shalih, Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah
hadits qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahwa Allah berfirman,
"Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah
sehingga Aku mencintainya. " (Shahih Bukhari no. 6137)
6. Lakukan berbagai macam ibadah
Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa,
ibadah materi seperti zakat, ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada
juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti haji. Semua ragam
ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.
Puasa membuat kita khusyu' dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa
diawasi Allah). Shalat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib
kita kurang sempurna kualitasnya. Berinfak mengikis sifat bakhil dan
penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.
Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman
kita makin baru dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu
banyak pintu untuk masuk surga. Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa
yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari
pintu-pintu surga: `Wahai hamba Allah, ini adalah baik.' Lalu
barangsiapa yang menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia
dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa menjadi orang yang banyak
berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi
orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu
ar-rayyan. Barangsiapa menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah,
maka dia dipanggil dari pintu sedekah." (Bukhari no. 1798)

7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan su'ul khatimah


Rasa takut su'ul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan
senantiasa menjaga iman kita. Penyebab su'ul khatimah adalah lemahnya
iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang kedurhakaan. Sehingga,
ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu
mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.
8. Banyak-banyaklah ingat mati
Rasulullah saw. bersabda, "Dulu aku melarangmu menziarahi kubur,
ketahuilah sekarang ziarahilah kubur karena hal itu bisa melunakan
hati, membuat mata menangism mengingatkan hari akhirat, dan janganlah
kamu mengucapkan kata-kata yang kotor." (Shahihul Jami' no. 4584)
Rasulullah saw. juga bersabda, "Banyak-banyaklah mengingat penebas
kelezatan-kelezatan , yakni kematian." (Tirmidzi no. 230)
Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari
berbuat durhaka kepada Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang
keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, "Kunjungilah
orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu
terhadap hari akhirat." (Shahihul Jami' no. 4109)
Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas.
Saat berziarah kubur, bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati.
Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan daging, isi perut, lidah, dan
wajah. Tulang-tulang hancur.
Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita
menyegerakan taubat, membuat hati kita puas dengan apa yang kita
miliki, dan tambah rajin beribadah.
9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat
Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat.
Misalnya, surah Qaf, Al-Waqi'ah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba,
Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga hadits-hadits Rasulullah saw.
Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita
menyaksikan semua itu dan hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua
pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat, hari kebangkitan,
berkumpul di mahsyar, tentang syafa'at Rasulullah saw., hisab, pahala,
qishas, timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau
neraka; semua itu menambah tebal iman kita.

10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam


Aisyah pernah berkata, "Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika
mereka melihat awan, maka mereka gembira karena berharap turun hujan.
Namun aku melihat engkau jika engkau melihat awan, aku tahu
ketidaksukaan di wajahmu." Rasulullah saw. menjawab, "Wahai Aisyah,
aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum
yang pernah diadzab dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat
adzab seraya berkata, `Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan
kepada kami'." (Muslim no. 899)
Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan,
jika melihat gerhana, terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu
Musa, "Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah saw. berdiri dalam
keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda
kiamat."
11. Berdzikirlah yang banyak
Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan
sebelum kita terbujur di kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa
kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah,
harus memperbanyak dzikirullah. "Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa."
(Al-Kahfi: 24) "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati
menjadi tentram." (Ar-Ra'd: 28)
Ibnu Qayim berkata, "Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa
mencair kecuali dengan dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati
kekerasan hatinya dengan dzikrullah."
12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya
Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat
dengan Allah. Sabda Rasulullah saw., "Saat seseorang paling dekat
dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah
doa." (Muslim no. 428)
Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang
mencerminkan ketundukan dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di
hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan kerendahan diri kepada Allah,
semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta kepada
Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.
13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk

Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat
saja. Banyak berangan-angan hanyalah memenjara diri dan memupuk
perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia hanyalah sesaat saja.
Allah swt. berfirman, "Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan
kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada
mereka adzab yang telah dijanjikan kepada mereka, niscaya tidak
berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya. "
(Asy-Syu'ara: 205-207)
"Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja
pada siang hari." (Yunus: 45)
14. Memikirkan kehinaan dunia
Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya,
itulah orientasi hidupnya. Jika di benaknya dunia adalah
segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk memperolehnya.
Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt.,
"Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya."
(Ali Imran)
Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw.,
"Sesungguhnya makanan anak keturunan Adam itu bisa dijadikan
perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari diri anak
keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah
bisa diketahui akan menjadi apakah ia." (Thabrani)
Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan
mencari orientasi ke hal yang lebih tinggi: surga dan segala
kenikmatan yang ada di dalamnya.
15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah
"Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya
itu dari ketakwaan hati." (Al-Hajj: 32)
"Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah,
maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya." (Al-Hajj: 30)
Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat,
atau waktu tertentu. Yang termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki
pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.; tempat-tempat suci
(Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan waktu-waktu tertentu
seperti bulan-bulan haram.

Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa


kecil. Sebab, banyak manusia binasa karena mereka menganggap ringan
dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw., "Jauhilah dosa-dosa kecil,
karena dosa-dosa kecil itu bisa berhimpun pada diri seseornag hingga
ia bisa membinasakan dirinya."
16. Menguatkan sikap al-wala' wal-bara'
Al-wala' adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada
sesama muslim. Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa
memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci kepada muslim dan amat
bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman kita
sangat lemah.
Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman
adalah hal yang bisa menghidupkan iman di dalam hati kita.
17. Bersikap tawadhu
Rasulullah saw. bersabda, "Merendahkan diri termasuk bagian dari
iman." (Ibnu Majah no. 4118)
Rasulullah juga berkata, "Barangsiapa menanggalkan pakaian karena
merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka
Allah akan memanggilnya pada hati kiamat bersama para pemimpin
makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara
pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya. "
(Tirmidzi no. 2481)
Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf sahabat
yang kayatidak beda dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.
18. Perbanyak amalan hati
Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya,
berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua
takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh dengan iman jika
diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati
seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara', dan mawas
diri. Inilah halawatul iman (manisnya iman)
19. Sering menghisab diri
Allah berfirman, "Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat)." (Al-Hasyr: 18)

Umar bin Khattab r.a. berwasiat, "Hisablah dirimu sekalian sebelum


kamu dihisab." Selagi waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal
kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup untuk mendapat ampunan dan
surga dari Allah swt.? Sungguh ini sarana yang efektif untuk
memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.
20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman
Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang
dimiliki seorang hamba. Rasulullah saw. berwasiat, "Iman itu dijadikan
di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaian yang
dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di
dalam hatimu."
Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah
hati kami dalam taat kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali
dengan pertolonganMu.

Anda mungkin juga menyukai