Oleh :
2015
1. Formula baru
a. bentuk sediaan steril seperti obat terapi protein,
Protein terapeutik merupakan molekul protein yang memiliki aktivitas sebagai
obat sehingga dapat digunakan untuk keperluan klinis. Sejak penemuan insulin
pada tahun 1920, perkembangan penelitian dan produksi protein terapeutik
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Saat ini lebih dari 130 protein atau
peptida telah disetujui oleh Food and Drug Administration untuk digunakan
dalam kepentingan klinis dan sebanyak 95 protein diantaranya diproduksi
menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan produksi protein
rekombinan adalah : pengetahuan mengenai pemilihan sistem ekspresi untuk
memperoleh protein terapeutik dengan sifat dan aktivitas sesuai harapan;
penyesuaian dengan regulasi dari badan berwenang untuk tujuan komersialisasi;
penguasaan berbagai metode untuk karakterisasi dan purifikasi protein serta
pengetahuan mengenai status permasalahan terkini dari protein terapeutik dan
pemecahannya untuk melakukan pengembangan melalui modifikasi protein.
Saat ini, pemenuhan kebutuhan protein terapetik di Indonesia masih tergantung
pada impor sehingga tingginya harga dan ketersediaan merupakan masalah yang
tidak bisa dihindari. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Kami bermaksud
menyelenggarakan seminar dan pelatihan mengenai protein terapeutik. Acara
tersebut ditujukan untuk melakukan langkah awal bersama antara berbagai pihak
untuk mencapai kemandirian bangsa dalam produksi protein terapeutik.
PROTEIN TERAPEUTIK: insulin, interferon, albumin serum manusia, hormon
pertumbuhan manusia, aktivator plasminogen jaringan, antithrombin, faktor
pembekuan darah, limfokin, faktor nekrosis tumor, dismutase superoksida, dan
gonadotropin manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Produk Steril
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya ini termasuk sediaan
parenteral, mata dan irigasi. Sediaan parenteral merupakan sediaan yang unik
diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit
atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh.
Ada 3 alasan produk dibuat steril, diantaranya produk tersebut saat digunakan
tidak melewati saluran pencernaan dan saluran pernapasan melainkan
melewati pembuluh darah, jaringan atau organ; Produk bagian-bagian
tersebut tidak terdapat sistem penghalang (barrier) tubuh terhadap kuman
sehingga produk yang masuk harus steril; Untuk tetes mata/ salep mata harus
dibuat steril untuk mencegah kerusakan pada mata seperti radang/ infeksi
kornea mata, karena mata adalah organ yang sensitif.
Kerugian :
dokter
dan
hanya
dilakukan
oleh
perawat
yang
berpengalaman.
2. Persyaratan sediaan parenteral
Sediaan parenteral hanya dapat memeberikan kerja yang optimal jika
memenuhi persyaratan berikut :
- Kandungan bahan obat yang terdapat dalam sediaan parenteral harus
sama yang tertera dalam etiketdan tidak terjadi pengurangan kualitas
dan kuantitas selama penyimpanan, baik dari kerusakan secara kimia
-
maupun fisika
Wadah yang digunakan pada sediaan parenteral harus sesuai
sehingga wadah tersebut bukan hanya menjaga sterilitasnya saja
tetapi juga mencegah terjadinya interaksi antara bahan obat dengan
Untuk memperoleh keadaan steril, maka udara dalam ruang perlu disaring
dengan menggunakan HEPA (High Efficiency Particulate Air) filter agar
terbuka tidak ada udara yang masuk membawa debu dan mikroorganisme
Jumlah pekerja dalam ruangan harus secukupnya saja, karena gerakan
mikroorganisme
dan
efek
maksimum
pada
panjang
lipid mikroorganisme
Formaldehida, mekanisme kerjanya dengan cara menginaktivasi
dengan
cara
membunuh
Kuku karyawan yang bertugas di daerah bersih dan daerah steril harus
dipotong secara teratur.
(eye liner), bulu mata palsu, cat kuku, semprot rambuut, dan pemakaian
deodorant aerosol berlebihan.
-
Milik pribadi seperti kunci, dompet, uang logam, rokok, korek api,
pensil, sapu tangan, arloji, lap kertas, dan sisir tidak boleh di bawa ke
ruangan bersih.
Bila bagian manapun dari baju ruang bersih rusak, robek atau kotor
selama melakukan kegiatan operasional, karyawan bersangkutan harus
mengembalikan baju tersebut ke tempat ruang ganti pakaian dan
menggantikan bagian yang rusak tersebut.
Tidak boleh ada bagian kulit diantara sarung tangan dan pakaian terusan
yang terpapar. Bila tercemar sarung tangan harus dicuci dan dibilas
dengan larutan desinfektan yang disediakan.
Tidak seorang pun yang sakit terutama yang menderita gangguan perut
atau pernafasan diperkenankan memasuki ruangan atau daerah steril.
Tidak boleh ada pakaian untuk ruang steril yang digunakan kedua
kalinya tanpa dicuci ulang dan disterilkan ulang.
Gerakan tubuh yang tidak perlu harus dihindari di dalam ruang steril
karena hal tersebut akan meningkatkan penyebaran partikel dan
mikroba secara signifikan.
Karyawan dari Bagian Perawatan Mesin atau mereka yang melakukan
tugas lain di ruang steril harus memenuhi peraturan tentang hygiene
Penutup kaki.
Pakaian Pelindung
1. Baju Kerja
Bebas tiras/serta.
Bebas tiras/serat.
3. Pelindung
rambut
4. Masker
Bebas tiras/serat.
Dapat menyaring partikel secara maksimal.
Bebas tiras/serat.
2. Sepatu
5. Sarung
Tangan
secara maksimal.
-
Bebas bedak/serbuk.
Tenunan kain yang rapat untuk mengurangi tembusan debu dan partikulat
yang berasal dari pemakai dan pakaian dalam.
Tepi pakaian yang kasar disegel dengan pemanasan atau dilipat ke dalam.
Benang jahit yang digunakan terbuat dari bahan yang tidak melepaskan
serat.
yang
dapat
melekatkan
debu
dan
kemudian
menyebarkannya ke lingkungan.
-
di bawah ini :
KELAS
PAKAIAN
A
B
C
D
E
SERAT
10
25
50
75
175
kelas kebersihan pada airlock atau jalan masuk dan ruang ganti, Contoh:
Jalan masuk dari Kelas D terhubung dengan airlock Kelas C, yang kemudian
menuju ke ruang ganti Kelas B untuk menuju ke ruang bersih Kelas B. Ruang
ganti hendaklah mempunyai ukuran yang cukup untuk kenyamanan berganti
pakaian dan dilengkapi dengan cermin sehingga personil dapat memeriksa
dan memastikan pengenaan pakaian yang benar sebelum meninggalkan ruang
ganti. (Dirjen POM, 2014)
Membuka dan menutup pintu harus dilakukan dengan perlahan-lahan.
Berjalan tergesa-gesa, berlari dan berbicara yang tidak perlu dalam ruangan
steril harus dihindari.
D. Peralatan
Peralatan Umum (Dirjen POM, 2001)
Otoklaf
Suatu otoklaf digunakan untuk sterilisasi cara panas basah dimana uap air
dihasilkan dalam bentuk tekanan uap jenuh. Otoklaf dapat digunakan bila
seluruh kinerja dan pengujian terhadap kebocoran sebagaimana dianjurkan
oleh pembuat otoklaf bersangkutan telah dilaksanakan dengan hasil yang
memuaskan. peralatan yang terdapt pada otoklaf diantaranya:
1. Rongga sterilisasi
-
Hendaklah diadakan saluran masuk yang cukup agar uap air dapat
didistribusi secara efektif ke dalam rongga.
2. Pintu
-
Pintu tidak dapat dibuka bila tekanan dalam rongga belum mencapai
0,15 kg/cm2(bar) atau lebih kecil.
Packing seal hendaklah terbuat dari jenis yang tahan terhadap uap air
dan vakum.
mempertahankan suhu
Jaket hendaklah diisi dengan bahan isolasi tahan panas seperti wol gelas
yang dapat lepas.
4. Lori, rak dan penunjang hendaklah dibuat dari baja tahan karat.
Penempatan rak hendaklah cukup jarak terhadap dasar otoklaf agar
kondensar dapat mengalir.
5. Otoklaf hendaklah dilengkapi dengan :
-
2. Rongga dalam, saluran udara masuk, pintu dan kipas hendaklah terbuat
dari baja tahan karat agar mudah dibersihkan tidak melepaskan partikel
dan tahan terhadap penimbulan karat.
3. Terminal-terminal elemen panas hendaklah dapat bertahan padasuhu 20 C
di atas suhu tertinggi yang akan dioperasikan. Udara yang dipanaskan
hendaklah disirkualsikan ke seluruh isi rongga oven sehingga dicapai suhu
merata selama siklus operasi sterilisasi.
4. Oven dapat dilengkapi dengan sutu sistem pendingin yaitu dengan
memasang spiral pendingin pada kotak elemen pemanas. Oven hendaknya
mempunyai dua pintu. Mekanisme membuka dan menutup pintu
hendaklah dikontruksi sedemikian rupa sehingga:
Kedua pintu tidak dapat dibuka serentak.
Pintu tidak dapat dibuka selama proses sterilisasi berlangsung.
Packing seal pintu hendaklah kedap udara bila pintu-pintu dalam
posisi tertutup.
5. Lori dan rak terbuat dari baja tahan karat dan dirancang bangun
sedemikian rupa sehingga tersedia cukup ruangan anatar rak yang satu
dengan yang lain maupun dengan sisi rongga untuk mencapai distribusi
panas yang merata pada muatan.
6. Oven hendaklah dilengkapi dengan penghubung thermocouple, alat
pencatat suhu termostat, alat pencatat waktu proses dan alat penunjuk
tekanan. Hendaklah dipasang alat pencatat suhu dengan sekurang
kurangnya10 titik kontrol untuk pemantauan secara teratur.
7. Suatu panel untuk pengawasan instrumen dan pemantauan siklus proses
hendaklah dipasang. Panel ini hendaklah dipasang padas uatu tempat yang
mudah dijangkau untuk perawatan dan perbaikan.
Filter seitz
Bagian dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit pada
dasar wadah besi. Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan filter
dapat dibuang setelah digunakan dan untuk masalah ini pembersihannya
berkurang. Efisiensi dari filter ini tergantung pada pengembangan serat
dan lapisan filter oleh air. Karena larutan alkohol pekat tidak
mengembang, filter ini tidak digunakan untuk mensterilkan larutan yang
mengandung alcohol dengan jumlah besar. Filter ini mampu dengan
kapasitas volume dari 30 ml hingga lebih 100 ml. Kerugian pertama dari
filter ini cenderung memberikan komponen magnesium pada filtrat.
Bahan alkalin ini dapat menyebabkan pengendapan dari alkaloid bebas
d.
e.
Filter Selas
Filter ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua larutan
yang tidak menyerang silika. Karena masing-masing partikel meliputi
filter semata-mata bersama selama proses manufaktur, ada bahaya kecil
partikel-partikel dari filter jauh dalam larutan.
f.
Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Ada pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen
tak berkaca dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.
E. Produksi
Preparat steril dibuat dengan persyaratan khusus dengan tujuan untuk
memperkecil resiko pencemaran mikroba, partikulat dan pirogen. Oleh
karenanya dalam pelaksanaan pembuatan, semua proses produksi harus
dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal terpenting dalam proses
pembuatan bentuk sediaan steril adalah keterampilan dan sikap dari personil
yang terlibat dalam proses pembuatan obat. Personil yang bekerja di area
bersih dan steril harus dipilih dengan seksama untuk memastikan bahwa
mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh disiplin, tidak
mengidap penyakit atau dalam kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan
bahaya bagi produk.
Secara garis besar, terdapat dua metode dalam pembuatan produk steril, yaitu
produk yang disterilisasi akhir (post sterization) dan produk tanpa sterilisasi
akhir (pembuatan secara aseptis). Perbedaan mendasar dari kedua metode ini,
adalah pada metode yang pertama (post sterization) dilakukan sterilisasi
produk setelah dimasukkan ke dalam wadah (vial atau ampul atau botol
penyimpanan
larutan,
penyaringan,
dan
pengsian
dilakukan
dilingkungan kelas C (kecuali jika ada resiko terhadap produk yang berada di
luar jangkauan, misalnya oleh karena kegagalan pengisian berjalan lambat,
maka pengisian harus dilakukan di lingkungan kelas A dengan latar belakang
kelas C), (Priyambodo, 2007)
Tahap-tahap dalam proses pembuatan bentuk sediaan steril adalah:
-
Pencampuran produk.
Penyaringan larutan.
Pengisian
Penyegelan
UV light
Raw water
R.O
softener
HE Micron filter
Active carbon
Mekanisme kerja Purified
water System
Purified water system merupakan sistem pengolaha air yang dapat
Air venting
dan gas) yang terdapat dalam air yang akan digunakan untuk produksi.
Air (Raw Water) pengolahan air dapat diperoleh dari PDAM (city water),
shallow well (sumur dangkal) dengan kedalaman 10 20 m, atau berasal
dari
deep water (sumur dalam) dengan kedalaman 80 150 m. Variasi
WFI storage tank
mutu dari pasokan air mentah (raw water) yang memenuhi syarat
ditentukan dari target mutu
airmonitor
yang akan diperlukan untuk pengolahan
TOC
air tersebut. Purified water system terdiri dari multimedia filter, carbon
filter, water softener, heat exchanger (HE). Micro Filter, Ultra filtration
(R.O = reverse osmosis) dan Electo DeIonization (EDI), (Priyambodo,
2007).
Multimedia filter.Multimedia filter berfungsi untuk menghilangkan
lumpur, endapan dan partikel-partikel yang terdapat pada raw water.
Multimedia filter terdiri dari beberapa filter dengan porositas 6-12 mm;
2,4-4,8 mm; dan 0,6-1,2 mm. flter filter ini tersusun dalam satu vessel
EDI
(tabung) dengan bagian bawah tabung diberikan dravel atau pasir sebagai
alas vessel (sehigga sering juga disebut sand filter (Priyambodo, 2007).
Active Carbon Filter.Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan
dengan menggunakan uap bertekanan tinggi atau karbon dioksida (CO 2)
yang berasal dari bahan yang memiliki day diabsorpsi yang sangat
tinggi.Biasanya digunakan dalam bentuk granular (butiran). Active
carbon berfungsi sebagai pretreatment sebelum proses deionisasi untuk
menghilangkan chlorine, chloramines, benzene, pestisida, bahan- bahan
organik, warna, bau dan rasa dalam air (Priyambodo, 2007).
Water Softener Filter. Water softener filter berisi resin anionik yang
berfungsi untuk menghilangkan dan/atau menurunkan kesadahan air
dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang menyebabkan tingginya
tingkat kesadahan air. Reverse Osmosis. Reverse osmosis merupakan
teknik pembatan air murni (purified water) yang dapat menurunkan
hingga 95% total dissolve solid (TDS) di dalam air. Reverse osmosis
terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron).
(Priyambodo, 2007).
EDI(Electroniv De-Ionization). EDI merupakan perkembangan dari ion
exchange system dimana sebagai pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga
elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik
searah sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung secara terus
menerus tanpa perlu regenerasi. Setelah melewati EDI, selanjutnya
purified water yang dihasilkan ditampung didalam tangki penampungan
(storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place), dan
looping
system
dan
siap
didistribusikan
ke
sistem
produksi.
(Priyambodo, 2007).
Looping system. CPOB terkini mensyaratkan bahwa air yang digunakan
untuk proses produksi haru disirkulasi selama 24 jam. Untuk itu, dalam
purified water system sehingga dapat memungkinkan air tersebut
tersirkulasi selama 24 jam. Pada sistem ini harus dilengkapi dengan TOC
(Total Organic Carbon) monitor untuk memantau jumlah senyawa karbon
yang terdapat di dalam air. Senyawa senyawa karbon tersebut dapat
berasal dari bangkai kuman (bakteri) yang mati pada saat proses
pengolahan air ini.
Water For Injection(WFI).Pengolahan air untuk injeksi berasal dari
purified water system yang selanjutnya digunakanberasal dari purified
water yang selanjutnya dilakukan distilasi (penyulingan) dengan terlebih
dahulu melewati lampu UV untuk membunuh bakteri. Sesuai dengan
persyaratan CPOB yang terbaru proses destilasimenggunakan 6 (enam)
kolom destilasi, artinya air yang digunakan untuk produk produk steril
tersebut mengalami enam kali proses destilasi. Dengan unit ini diperoleh
ir untuk injeksi yang memenuhi persyaratan Water For Injection (WFI).
Selanjutnya WFI yang dihasilkan kemudian disimpan dalam storage tank
pada suhu 70o-80oC sebelum didistribusikan untuk produk steril
(Priyambodo, 2007).
3. Pembersihan/Pencucian Dan Sterilisasi Peralatan
Alat dan wadah yang akan digunakan dalam pemrosesan suatu
produk steril harus benar-benar bersih, tidak berdebu, dan tidak bersekat.
Beberapa alat yang canggih sekarang telah dilengkapi dengan
pembersihan di tempat (cleaning in place/CIP). Pembersihan ini
menggunakan tekanan tinggi yang dilakukan secara otomatis di dalam
peralatan tersebut. Selanjutnya, alat dan wadah untuk pemrosesan produk
steril, dilakukan sterilisasi dengan cara yang sesuai (Priyambodo, 2007).
Wadah, peralatan dan komponennya yang telah dicuci hendaklah
disterilisasi dalam waktu lebih lama daripada 4 jam setelah dicuci,
kecuali proses sterilisasi yang mencakup juga proses depirogenesis di
mana pelaksanaan proses sterilisasi boleh dilakukan dalam waktu paling
lama 8 jam seterlah proses pencucian. Namun kondisi demikian
hendaklah divalidasi (Dirjen POM, 2001).
Wadah, peralatan dan komponennya yang telah dicuci dan
disterilisai hendaklah dijaga agar tidak tercemar kembali oleh partikel
dan mikroba. Barang yang telah disterilkan hendaklah diberi tanggal
sterilisasinya, disimpan dalam lemari yang dilengkapi dengan sinar ultraviolet atau di bawah aliran laminar. Wadah, peralatan dan komponen
hendaklah digunakan dalam waktu paling lama 3 hari (72 jam) setelah
proses sterilisasi. Kondisi ini hendaklah divalidasi (Priyambodo, 2007).
4. Pencucian Dan Sterilisasi Wadah (Ampul)
Tutup karet (untuk Infus) dicuci dengan pengocokan mekanik
dalam suatu tangki yang berisi larutan deterjen panas (misalnya 0,5%
natrium pirofosfat) yang dilanjutkan dengan pembilasan menggunakan
air untuk injeksi (WFI), selanjutnya disterilkan dalam autoclave.
Sedangkan untuk botol infus, dalam proses produksi di industri farmasi
dicuci dan disterilkan dalam satu rangkaian alat/mesin otomatis dengan
ban berjalan (Priyambodo, 2007).
5. Pencampuran Produk
Produk harus dicampur pada kondisi lingkungan tertentu (lihat
pada bagian Proses Pembuatan sebelumnya). Hal terpenting dalam
proses pencampuran ini adalah ketelitian dalam proses pencampuran.
Urut-urutan pencampuran sangat berdampak terhadap hasil produk yang
diinginkan. Perhatian khusus harus diberikan untuk mencapai dan
menjaga homogenitas larutan, dengan cara menjaga suhu larutan
(Priyambodo, 2007).
6. Penyaringan Larutan
Larutan harus disaring. Tujuan utama proses penyaringan adalah
penjernihan atau sterilisasi larutan. Secara prinsip, kedua tujuan ini
berbeda.Penjernihan diberi istilah pengkilapan dan larutan yang
dikilapkan membutuhkan penghilangan partikel-partikel kecil sampai
ukuran paling tidak 3 mikron. Sedangkan sterilisasi dimaksudkan untuk
menghilangkan partikel di bawah 3 mikron, termasuk menghilangkan
mikroorganisme hidup atau spora.Setelah penyaringan, larutan harus
dilindungi dari kontaminasi lingkungan sampai larutan tersebut tersegel
dalam wadah akhir. Untuk menjamin sterilisasi larutan yang akan difilling, dilakukan uji tes sterilisasi (Priyambodo, 2007).
7. Pengisian
Pengisian larutan steril, biasanya dilakukan secara otomatis dengan
mesin pengisi dan penyegelan, terutama untuk sediaan ampul. Mesinmesin pengisi harus didesain untuk dapat memberikan ketepatan volume.
Ketepatan volume dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain
kecepatan pengisian dan keseragaman ukuran botol Ampul. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah jangan sampai ujung jarum pengisi, yang
biasanya terbuat dari stainless steel, mengenai mulut Botol Infus,
karena dapat menyebabkan terjadi serpihan kaca yang dapat masuk ke
dalam Botol Infus yang sedang diisi. Selain itu, tekanan pada saat
pengisian juga perlu mendapat perhatian, karena botol kaca tidak
didesain untuk menahan tekanan tinggi (Rahman, 2009)
Bila ada pembilasan akhir digunakan air bebas pirogen, hendaklah wadah
dan komponen mesin yang akan bersentuhan dengan produk atau bahan
pengemas primer, dilewatkan melalui proses depirogenesis yaitu
pemanasan pada suhu 180 C selama 2 jam atau suhu 250 C selama
jam atau pada kondisi pemanasan lain yang telah divalidasi (Dirjen POM,
2001)
8. Penyegelan
Penyegelan ampul yang telah diisi, biasanya dilakukan segera
setelah diisi dengan menggunakan mesin filling and sealing otomatis
dalam satu rangkaian. penyegelan dilakukan dengan melelehkan bagian
gelas dari leher ampul sehingga membentuk segel yang disebut tip-seal
atau segel tarik atau pull-seal. penyegelan ampul dilakukan dengan
menggunakan nyala api gas oksigen (gas-oxygen flame) dengan suhu
tinggi. penyegelan harus dilakukan dengan hati-hati dan dijaga untuk
terjadiny distori segel tersebut (Rahman, 2009)
9. Pengemasan
Kemasan untuk sediaan steril haruslah steril, kedap udara, dan
tahan terhadap perubahan suhu. Apabila kemasan dimaksudkan untuk
pemakaian pada dosis ganda, maka kemasan tersebut haruslah dirancang
agar ia kembali menjadi kedap udara setelah dibuka dan ditutup kembali.
Kemasan sediaan steril harus inert, tidak bereaksi dengan bahan, dapat
disterilkan, dapat dibersihkan seperti kaca, plastik, aluminium atau
stainless steel. Kesesuaian antara wadah dan tutupnya serta tidak adanya
interaksi berbahaya antara wadah dengan sediaan (bahan aktif dan
tambahan) harus selalu diperhatikan dan diuji. Integritas kemasan setelah
pengisian dan selama penyimpanan harus selalu divalidasi. Validasi yang
Pengawasan
dilakukan
dengan
cara
mengambil
contoh
dan
injeksi
NaCl
sebagai
pengencer, gunakan
injeksi
yang
yang belum pernah digunakan untuk uji pirogen, adaptasikan kelinci tidak
boleh lebih dari tujuh hari dengan uji pendahuluan yang meliputi semua tahap
pengujian yang tertera pada prosedur, kecuali penyuntikan, kelinci tidak
boleh digunakan untuk uji pirogen lebih dari sekali dalam waktu 48 jam atau
sebelum 2 minggu setelah digunakan untuk uji pirogen bila menunjukkan
kenaikan suhu maksimal 0,6o atau lebih.
Prosedur. Lakukan pengujian dalam ruang terpisah yang khusus untuk uji
pirogen dan dengan kondisi lingkungan yang sama dengan ruang
pemeliharaan, bebas dari keributan yang menyebabkankegelisahan. Kelinci
tidak diberi makan selama waktu pengujian.Minum dibolehkan pada tiap saat,
tetapi dibatasi pada saat pengujian.Apabila pengujian menggunakan termistor,
masukkan kelinci kedalam kotak penyekap sedemikian rupa sehingga kelinci
tertahan dengan letak leher yang longgar sehingga dapat duduk dengan
bebas.Tidak lebih dari 30 menit sebelum penyuntikan larutan uji, tentukan
suhu awal masing-masing kelinci yang merupakan dasar untuk menentukan
kenaikan suhu. Beda suhu tiap kelinci dalam satu kelompok tidak boleh lebih
1o dan suhu awal setiap kelinci tidak boleh lebih dari 39,8 o.Kecuali dinyatakan
lain pada masing-masing monografi, suntikkan 10 ml/kg bb, melalui vena tepi
telinga 3 ekor kelinci dan penyuntikan dilakukan waktu 10 menit. Larutan uji
berupa sediaan yang bila perlu yang dikonstitusi seperti yang tertera pada
masing-masing monografi dan disuntikkan dengan dosis seperti yang
tertera.Untuk uji pirogen alat atau perangkat injeksi, gunakan sebagai larutan
uji hasil cucian atau bilsan dari permukaan alat yang berhubungan langsung
dengan sediaan parenteral, tempat penyuntikan atau jaringan tubuh
pasien.Semua larutan harus bebas dari kontaminasi.Hangatkan larutan pada
suhu 37o + 2o sebelum penyuntikan. Rekam suhu berturut-turut antara jam ke1 dan jam ke-3 setelah penyuntikan dengan selang waktu.
Penafsiran hasil. Setiap penurunan suhu dengan nol. Sediaan memenuhi
syarat apabila tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu 0,5 o atau
lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5 o atau lebih.
Lanjutkan pengujian dengan menggunakan lima ekor kelinci. Jika tidak lebih
dari tiga ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu
0,5o atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih
dari 3,3o sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas pirogen.
Jumlah Produk
: 10.000 vial @ 4 ml
Tanggal Formulasi
: 16 November 2014
: DKL 1410500143 A1
No. Batch
: 05140305
pH sediaan
: 7,4
Wadah
: vial 4 ml
Karakteristik Wadah
No.
Kode
Bahan
1.
BCG-01
2.
MS-02
3.
4.
5.
6.
7.
8.
GN-03
AG-04
AS-05
KF-06
BAS-07
WF-08
Nama Bahan
Bacillus CalmetteGuerin Hidup
Magnesium Sulfat
Heptahidrat
Gliserin
Asparagin
Asam sitrat
Kalium Fosfat
Besi Ammonium Sitrat
WFI
Fungsi Bahan
Jumlah
Perdosis
PerBatch
Bahan aktif
1,5 mg
15 g
Nutrient
2 mg
20 g
Nutrient
Sumber nitrogen
pH adjust.
Pendapar
Pewarna
Pembawa
0,24 ml
16 mg
8 mg
2 mg
0,2 mg
ad 4 ml
2,4 L
160 g
80 g
20 g
2g
Ad 40 L
dalam tubuh manusia dengan disuntik ataupun dengan oral (diteteskan) untuk
membentuk kekebalan tubuh (imunitas) secara aktif.
Di Indonesia, industri yang yang memproduksi vaksin masih sangat sedikit
jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang merupakan salah satu
Negara dengan jumlah penduduk terbesar, sehingga banyak keuntungan yang
dapat diperoleh dari produksi vaksin tersebut. Keuntungan tersebut antara lain,
membantu pencegahan penyebaran penyakit dengan pembentukan antibodi
sesorang (sosial), kurangnya persaingan pasar (ekonomi), meningkatkan
pengetahuan teknologi untuk dapat bersaing di pasar internasional (edukasi).
Vaksin BCG (Bacilli Calmette-Guerin Cryodesiccatum) adalah sediaan
yang mengandung bakteri hidup yang diperoleh dari galur yang berasal dari basil
Calmette dan Guerin serta diketahui dapat melindungi manusia terhadap penyakit
tuberkolosis.Vaksin dibuat dengan sistem lot benih.Galur dipilih dan dipelihara
sedemikian rupa sehingga dapat mempertahankan stabilitas, memiliki kemampuan
membuat manusia peka terhadap tuberculin serta dapat melindungi hewan uji
terhadap tuber-kolosis dan relatif bebas dari patogenitas terhadap manusia dan
hewan uji.
Pada sediaan ini dibuat bentuk freeze-dried karena berdasarkan berbagai
pengujian dan penelitian, ternyata viability (kemampuan bertahan hidup) dari
bakteri ini lebih bagus dalam keadaan kering dibanding dalam bentuk cairnya.
Sehingga sediaan ini dibuat dalam bentuk freeze-dried. Selain itu, pada saat dalam
keadaan beku, bakteri tersebut tidak mati, melainkan dalam kondisi dorman atau
tidur.
Bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi vaksin BCG adalah
media pertumbuhannya. Media selektif yang sering digunakan untuk bakteri
ini, yakni :
1. Middlebrook 7H9. Namun medium ini penggunaannya lebih banyak di
lab, digunakan untuk isolasi dan tumbuhkan mycobacterium. Ini
merupakan mediaselektif, diffrensiasi sekaligus enrichmnet.
2. Sauton media. Penggunaan media ini banyak di perusahaan vaksin untuk
produksi BCG. Sehingga pada formulasi vaksin BCG ini digunakan
medium Sauton. Komposisi medium tersebut, yakni :
1. K2PO4
0.5 g
2. MgSO4.7H2O
0.5 g
3. Citric Acid
2g
4. Ferric Amonium sitrate 0.05 g
5. Glycerol
60 mL
6. Asparagine
4g
7. Air
ad 1 L
Bahan baku vaksin diperoleh dari WHO berupa bibit bakteri. Quality
Control mengecek kode bakteri sebelum ditumbuhkan dalam media telur ayam
(embrio telur) dan mengecek ke hewan ternak (1 x uji coba). Untuk pengujian air
meliputi pH, kandungan mineral, kandungan logam, cemaran mikroorganisme,
kecepatan aliran, dan tersiklusasi selama 24 jam. Pengujian bahan baku (raw
material) dan bahan baku kimia dilakukan sesuai dengan Farmakope (FI, USP,
BP) atau standar lain yang dijadikan rujukan sesuai yang dibutuhkan misalnya CA
(Certificate of Analysis) dari bahan tersebut.
III.2 Proses Produksi
Semua bahan awal, baik bahan zat aktif dan bahan tambahan hendaknya
dilakukan pemeriksaan (proses preformulasi) meliputi ;
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
terdiri dari multi mediafilter, carbon filter, water softener, heat excharger, mikro
filter, ultra-filtration, dan elektrodionitation.
3. Pembuatan Vaksin
Proses produksi vaksin secara umum, meliputi empat tahap yakni :
a.
b.
c.
Testing, yaitu proses pengujian hasil produksi vaksin yang dilakukan oleh
QC berdasarkan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh BPOM, atau dilakukan
uji coba terhadap hewan-hewan percobaan khusus seperti marmut atau kelinci
untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan tersebut memenuhi standar
yang telah ditetapkan untuk dipasarkan.
d.
Filling and Sealling, proses pengisian vaksin dari hasil produksi yang
telah diterima (release) kedalam vial-vial ataupun wadah lain yang telah
disiapkan. Sealling adalah proses penyegelan vial-vial atau wadah yang
digunakan yang merupakan satu rangkaian dengan pengisian (filling).
1. Aeration
19. Effluent
2. Starter culture
3. Dried nutrients
4. Water
5. Pre-fermenter
6. Nutrient tank
7. Bacteri culture
8. Filter press
9. Nutrient solution
11. Additives
12. Separator
13. Mixing tank
14. Raw vaccine
15. Liquid
16. Freeze dryer
17. Steam
18. Continuous sterilizer
Vaksin dibuat dari biakan yang terpisah dari lot berih, tidak lebih dari 12
pasase. Basil dibiakkan di permukaan media biakan tidak lebih dari 10 hari atau
dibiakkan di dalam media yang sesuai tidak lebih dari 14 hari. Kultur BCG
disebarkan pada media pertumbuhan Sauton, kemudian dipanen dan dicampur
dengan bahan tambahan lainnya. Tahap akhirnya akan dilakukan liofilisasi
(freeze-dried). Konsentrasi vaksin yang dihasilkan adalah 8x105-32x105 colony
forming units(CFU). Dosis dewasa 0,1mL(=0,1mg BCG), setara dengan 4x 10516 x105 CFU perdosis bayi 0,05mL(=0,05mgBCG).
Untuk menghasilkan suatu vaksin yang aman, bermutu, dan berkualitas,
maka sebaiknya dilakukan proses pengujian pada setiap tahap pembuatan vaksin,
meliputi uji kesterilan, uji keamanan dan kestabilan, serta uji identifikasi. Setiap
tahap dalam proses pengujian dilakukan oleh QC dan QA.
5. Pencampuran Produk
Proses pencampuran dalam pembuatan vaksin ini semua dilakukan oleh
alat. Setelah kultur bakteri selesai dipanen, akan dicampurkan dengan media
pertumbuhan Sauton yang mengandung K2PO4, MgSO4.7H2O, asam sitrat,
besiamonium sitrat, Gliserol, asparagine, dan air. Setelah tercampur maka akan
diap untuk diliofilisasi (freeze-dried).
Produk harus dicampur pada kondisi lingkungan tertentu sama halnya
dengan produk steril. Hal terpenting dalam proses pencampuran ini adalah
ketelitian dalam proses pencampuran. Urutan pencampuran sangat berdampak
terhadap produk hasil yang diinginkan. Perhatian khusus harus diberikan untuk
mencapai dan menjaga homogenitas larutan.
6. Pengisian
Pengisian larutan steril, dilakukan secara otomatis dengan mesin pengisi dan
penyegelan. Mesin pengisi harus didesain untuk dapat memberikan ketepatan
volume. Ketepatan volume dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kecepatan pengisian dan keseragaman ukuran vial. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah jangan sampai ujung jarum pengisi yang biasanya terbuat dari
stainless steel mengenai mulut vial, karena dapat menyebabkan terjadi serpihan
kaca yang dapat masuk ke dalam vial yang sedang diisi. Selain itu, tekanan pada
saat pengisian juga perlu mendapat perhatian, karena botol kaca vial tidak
didesain untuk menahan tekanan tinggi.
Setelah larutan dimasukkan ke dalam vial, maka dilakukan proses liofilisasi,
sehingga sediaan tersebut berubah menjadi bentuk kering atau serbuk dan siap
untuk disegel.
III.5 Setelah Proses Produksi
Penyimpanan obat jadi yang siap dipasarkan berdasarkan persetujuan QA
diatur berdasarkan sistem FEFO.
Gudang terdiri dari gudang bahan baku, gudang produk kemas dan produk
solid. Gudang memiliki beberapa fasilitas yaitu pemadam api, pest control, insecto-cutor, plastic curtain dan air curtain. Produk jadi disimpan pada ruangan suhu
dingin (2-8C). Obat yang dikembalikan disimpan dalam area khusus.
Deskripsi
Vaksin BCG merupakan vaksin dalam bentuk beku kering yang mengandung
Komposisi
Tiap vial vaksin mengandung :
Bacillus Calmette Guerin hidup 1,5 mg
Pelarut mengandung :
Natrium klorida 0,9 %
Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit tuberkulosis.
Cara Penggunaan
Vaksin yang telah dilarutkan diberikan secara intradermal, sebanyak 0,05
mL untuk bayi dibawah usia 1 tahun. Kulit tidak boleh dibersihkan dengan
antiseptik. Vaksin dilarutkan dengan menambahkan seluruh isi ampul pelarut
(NaCl 0,9%) ke dalam vial vaksin. Seluruh pelet harus terlarut. Sebelum
pemberian suntikan, vaksin yang telah dilarutkan harus diamati secara visual. Jika
tampak benda asing maka vaksin harus dibuang.
Gunakan syringe dan jarum steril untuk setiap penyuntikan. Vaksin
BCG sensitif terhadap sinar ultraviolet, maka harus dilindungi dari sinar matahari.
Jika setelah dilarutkan tidak segera digunakan maka disimpan pada
suhu antara +2C s/d +8C, selama maksimal 3 jam.Tidak boleh di dalam freezer.
Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang telah disediakan. Jangan
gunakan pelarut dari jenis vaksin lain maupun produsen lain. Air untuk injeksi
juga tidak
bisa
digunakan.Menggunakan pelarut
yang
tidak
tepat
dapat
Efek Samping
Reaksi
lokal
yang
timbul
setelah imunisasi
BCG
adalah
wajar.
yang
kemudian
berubah menjadi
vesikel
kecil,
dan
kemudian menjadi sebuah ulkus dalam waktu 2 - 4 minggu. Reaksi ini biasanya
hilang dalam 2 5 bulan, dan umumnya pada anak-anak akan meninggalkan
bekas berupa jaringan parut dengan diameter 2 10 mm.
Jarang
sekali
nodus
dan
ulkus
tetap bertahan.
Kadang-kadang
imunisasi.Sangat
menjadi
jarang
sekali pembesaran
supuratif. Suntikan
yang
kelenjar
kurang
getah
hati-hati
Kontraindikasi
Defisiensi sistem kekebalan
Individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun simtomatis tidak boleh
menerima vaksinasi BCG.
Interaksi Obat
Tidak ada interaksi obat.
Penyimpanan
Vaksin BCG beku kering harus disimpan pada suhu antara +2C s/d
+8C. Vaksin dan pelarut harus ditransportasikan bersamaan. Pelarut tidak
boleh dibekukan, tetapi disimpan pada suhu kamar. Vaksin harus
dilindungi dari cahaya.
Masa daluarsa 1 tahun.
Vaksin BCG yang sudah dilarutkan, sebaiknya digunakan segera, paling
lambat 3 jam setelah dilarutkan, apabila masih bersisa maka harus
dimusnahkan
Kemasan
Dus @10 vial vaksin BCG + Dus @10 ampul pelarut (4 mL)
Dus @5 vial vaksin BCG + 5 ampul pelarut (4 mL)
DAFTAR PUSTAKA
1. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
2. Rowe RC, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6thEdition.
London: Pharmaceutical Press.
3. Dirjen POM. 2001. Pedoman cara Pembuatan Obat yang Baik, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta
4. Fatmawaty, Aisyah. Farmasi Industri. Universitas Hasanuddin: Makassar.
2010.
5. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Petunjuk
Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik.Jakarta :BPOM.
2006.
6. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Pedoman Cara
Pembuatan Obat Yang Baik, Guidelines On Good Manufacturing
Practice.Jakarta :BPOM. 2012.
7. http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/lookup.cfm
8. http://www.biofarma.co.id/files/compro.pdf.
9. Obayashi, Yoji M.D. Dried BCG Vaccine.WHO Palais Des Nations: Geneva.
1995.
10. Dixit, Shushank., P. K. Sharma., Kumar,Nitin.,Dudhe,Rupesh. GMP
regulation of BCG vaccine. Department of pharmaceutical Technology,Meerut
Institute of Engineering & Technology: Meerut, U. P., India. 2010.