Anda di halaman 1dari 36

INTEGUMEN

Pengambilan air atau kehilangan air dari


dalam tubuh yang berjalan lamban
merupakan suatu kebutuhan bagi
binatang.
Hal ini seringkali didukung oleh produksi
lendir atau mucoprotein yang menutup
permukaan tubuh.
Pada artropoda, tubuhnya tertutup oleh
eksoskeleton atau integumen

Fungsi Integumen

Integumen mempunyai dua fungsi yang sangat


penting, yaitu : (a) sebagai pelindung otak,
syaraf-syaraf dan organ-organ yang lain dari
kerusakan mekanis dan (b) sebagai kerangka
untuk melekatnya otot-otot, dalam hal ini
fungsi integumen adalah sebagai eksoskelet.
Integumen juga berfungsi sebagai pelindung
organ bagian dalam dari gangguan
mikroorganisme dan zat-zat yang berbahaya.

Fungsi Integumen

Sebagai pelindung, integumen juga


memberikan perlindungan terhadap
penguapan yang berlebihan.
Fungsi integumen yang lain ialah sebagai
alat yang dapat mengadakan kontak
dengan lingkungan disekelilingnya, maka
dalam integumen juga terdapat hampir
semua alat-alat indera.

SUSUNAN INTEGUMEN
* MEMBRAN
DASAR
* EPIDERMIS
* KUTIKULA

Histologi Integumen

Meskipun fungsi integumen bermacam-macam,


tetapi susunan jaringan integumen sangat
sederhana.
Integumen hanya terdiri dari satu jaringan saja,
yaitu jaringan epidermis, yang dipisahkan dari
rongga badan (haemocoel) oleh suatu membran
tipis yang dinamakan membran basal.
Di antara sel-sel epidermis juga terdapat sel-sel
kelenjar kulit (dermal gland cell) dan oenosit oenosit (oenocytes).

Histologi Integumen

Membran basal merupakan lapisan tipis yang


memisahkan jaringan epidermis dengan
hemocoel, mempunyai ukuran ketebalan 0,5
mm dengan struktur amorf. Lapisan ini
mengandung mucopolysacharida netral yang
disekresikan oleh hemodit (haemocytes).
Fungsi membran basal yaitu memungkinkan
terjadinya transport hasil proses sekresi dan
proses penyerapan.

MEMBRAN DASAR :

LAPISAN TIPIS YANG MEMISAHKAN


EPIDERMIS DAN HEMOCOEL
MENGANDUNG
MUCOPOLYSACHARIDA NETRAL
YANG DISEKRESIKAN HEMOSIT
MEMUNGKINKAN TERJADINYA
TRANSPORT HASIL PROSES SEKRESI
DAN PROSES PENYERAPAN

Epidermis terdiri dari satu lapisan sel-sel


kelenjar epitelium yang aktif, yang dapat
menghasilkan kutikula.
Sel-sel ini mempunyai mikrofila-mikrofila
yang membesarkan permukaan membran
plasma.
Sel kelenjar kulit menghasilkan zat-zat
khusus untuk pembentukan lapisan luar
epikutikula.

Epikutikula mengandung lipid dan polifenol,


sehingga tahan terhadap air (merupakan lapisan
semen).
Kelenjar kulit membentuk suatu saluran yang
menembus seluruh kutikula (dalam tiap milimeter
persegi permukaan epidermis terdapat 80 sel
kelenjar kulit).
Oenosit merupakan sel-sel yang berukuran besar
dan lepas, berfungsi sebagai pembantu sel-sel
epidermis dalam memproduksi lilin.

EPIDERMIS :

SATU LAPIS SEL EPITELIUM YANG


AKTIF MENGHASILKAN KUTIKULA
TERDAPAT SEL KELENJAR KULIT
ZAT PENYUSUN EPIKUTIKULA :
LIPID & POLIFENOL
KEDAP AIR
TERDAPAT OENOSIT YANG
MENGHASILKAN LILIN
TERDAPAT SEL TRICHOGEN YANG
MENGHASILKAN SETAE

KUTIKULA :

EPIKUTIKULA: - LAPISAN SEMEN/


TEKTOKUTIKULA
- LAPISAN LILIN
- LAPISAN KUTIKULIN
- LAPISAN PROTEIN
EPIKUTIKULA
PROKUTIKULA : - EKSOKUTIKULA
- ENDOKUTIKULA

Gambar 3. Penampang memanjang kutikula serangga.


endokutikula; (b) eksokutikula; (c) epikutikula; (d) seta;
pore canal; (f) saluran kelenjar kulit; (g) membran basal;
sel epidermal; (i) sel trikhogen; (k) sel tormogen;
oenoecyte; (m) haemocyte; (n) kelenjar kulit.

(a)
(e)
(h)
(l)

EPIKUTIKULA
EKSOKUTIKULA
ENDOKUTIKULA

Bahan penyusun kutikula adalah chitin,


yaitu substansi yang mempunyai hubungan
erat dengan selulose.
Kutikula yang baru terbentuk bersifat
fleksibel dan elastis.
Pada serangga dan arachnida, dengan
adanya bahan protein sclerotin, maka lapisan
kutikula yang masih lunak tersebut akan
mengalami pengerasan atau tanning,
prosesnya disebut sklerotisasi.
Tetapi pada crustacea dan diplopoda,
proses pengerasan terjadi karena adanya
bahan kalsium, sehingga prosesnya disebut
kalsifikasi (calcification).

Susunan Kimia Kutikula Serangga


Kutikula serangga tersusun dari empat
komponen kimia, yaitu:
Khitin
Khitin merupakan substansi yang
mempunyai hubungan erat dengan
selulose, mempunyai rumus empiris
(C18H13O5N)x. Senyawa yang merupakan
suatu polimer dari anhydro N
acetylglucosamine.

Khitin tidak larut dalam air, alkali,

asam lemah dan pelarut-pelarut


organik, tetapi dalam asam mineral
kuat dan sodium hypochloride akan
mengalami hidrolisa.
Hidrolisa dari khitin akan
menghasilkan asam asetat dan
glukosamin. Protein yang mengalami
penyamakan (tanning) pada
eksokutikula dapat dihilangkan dengan
memanasi dalam KOH 10% pada suhu
80oC, sehingga integumen menjadi

Khitobiosa
Khitobiosa merupakan suatu monomer dari
N acetylglucosamine dan glucosamine.
Protein
Bagian terbesar bahan khitin dalam
kutikula adalah protein.
Dalam kutikula 25 37 persen dari berat
keringnya merupakan protein. Protein ini
selalu terikat dalam khitin (ikatan kovalen),
dalam bentuk kopolimer yang stabil, yaitu
glucoprotein (protein dengan polisakharida).

Protein kutikula serangga


mengandung banyak asam amino
tyrosin.
Protein yang dapat larut dalam air
disebut arthropodin. Arthropodin
terdapat dalam kutikula muda, tetapi
dalam proses penyamakan maka
protein tersebut menjadi keras dan
tidak dapat larut lagi dalam air.
Protein yang tidak dapat larut lagi
dalam air ini disebut sklerotin.
Resilin
Resilin adalah protein polimer yang

Semua zat-zat kimia tersebut membentuk tiga


jenis kutikula, yaitu :
(1)Bagian yang keras dari kutikula atau
eksokutikula yang mengandung sklerotin.
Biasanya eksokutikula berwarna coklat tua atau
hitam oleh zat melanin. Misalnya terdapat pada
sklerit-sklerit (kutikula yang mengeras dan
berbentuk lembaran), elitra-elitra dll.
(2)Bagian kutikula yang elastis banyak
mengandung resilin (terdapat dalam sendi
sayap; dari famili elateridae.
(3) Kutikula persendian (endokutikula) banyak
mengandung arthropodin dan resilin, tetapi
dalam kutikula ini sklerotin tidak terdapat
(misalnya terdapat di antara sklerit-sklerit dan

STRUKTUR KIMIA
1. KHITIN : ( C8 H13 O5 ) n
KUTIKULA
2. KHITOBIOSA : :monomer N-acetilglukosamin &

glucosamin
3. PROTEIN : > 50 % berat kering kutikula
- berikatan dengan khitin sebagai glikoprotein
- arthropodin
- resilin
- sklerotin
4. PENYUSUN LAIN :
- polihidrat fenol & quinon
SKLEROTISASI &
MELANISASI
-

enzim-enzim

Struktur Lapisan Kutikula


o Kutikula terdiri dari lapisan epikutikula dan
prokutikula.
o Lapisan epikutikula tersusun atas (1) lapisan
protein yang mengndung kutikulin, (2) lapisan
lilin sangat tipis, dan (3) lapisan semen tipis
mengandung bahan semacam lak (shellac)
yang bercampur lilin.
o Lapisan protein adalah lapisan yang
pertama yang dihasilkan oleh sel-sel
epidermis pada waktu pembentukan kutikula.

o Bagian sebelah dalam dari epikutikula

terdapat lapisan prokutikula yang tersusun


atas eksokutikula dan endokutikula.
o Eksokutikula, yaitu lapisan luar prokutikula,
merupakan lapisan yang keras karena
mengalami sklerotisasi. Glycoprotein yang
terdapat disini disamak oleh khinon (chinon).
o Khinon terbentuk dari asam-asam amino
tyrosin. semakin banyak khinon berarti
melamin bertambah banyak pula. Melamin
ini membuat kutikula menjadi berwarna

o Endokutikula merupakan bagian yang

fleksibel, dan menunjukkan bermacammacam mikrofibril (glycoprotein), dan berisi


saluran-saluran sangat tipis, terdapat pada
sel-sel epidermis sampai pada lapisan
epikutikula (garis tengan saluran 0,1 1 mm).
o Endokutikula disebut juga kutikula primer.
Lapisan ini elastis, tebal dan tidak berwarna.
o Bidang yang keras pada dinding tubuh
disebut sklerit, antara sklerit satu dengan
lainnya di pisahkan oleh suatu membran yang
merupakan bagian dari endokutikula.

Permiabilitas Kutikula
Pengaturan transport air oleh kutikula.

Lapisan lilin berperan sebagai


pengatur penguapan (evaporasi).
Lilin dalam epikutikula dapat terbentuk
dalam dua fase, salah satu fase
memungkinkan transport air ke dua arah.
Perubahan dari satu fase ke fase lain
bisa terjadi karena suhu tinggi disertai
dengan kenaikan tingkat penguapan.
Pengaturan air ini sangat penting bagi

Serangga kecil mempunyai permukaan


tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan permukaan tubuh serangga besar.
Jadi serangga kecil lebih peka terhadap
penguapan.
Air juga dapat menguap karena adanya
sistem pernafasan melalui spirakel-spirakel,
tetapi serangga dapat mengurangi
penguapan dengan menutup spirakel
tersebut.
Gesekan epikutikula dapat meningkatkan
evaporasi. Hal ini pada jaman dahulu
dipakai untuk mematikan serangga gudang
dengan memberinya tepung silicium atau
bahan abrasive yang lain.

Pengambilan air melalui kutikula.


Beberapa jenis serangga dan artropoda
yang lain dapat menyerap air melalui
kutikula dalam kondisi kelembaban nisbi
(RH) 90 persen.
Umumnya kutikula serangga tidak mudah
menjadi basah karena air, karena adanya
lapisan lilin.
Permiabilitas kutikula terhadap gas.
Pertukaran gas kebanyakan terjadi melalui
kutikula, sebab reseptor kimiawi seperti
alat-alat pencium terdapat di dalam

SIFAT FISIK KUTIKULA :

TIPIS
DAYA RENTANG : 10 kg/mm2
FLEKSIBEL : dapat berubah secara
periodik dengan kontrol syaraf dapat
dikeluarkan plasticizing factor
mengubah pH
mengubah tingkat keeratan ikatan
protein pada kutikula
PERMEABILITAS : dapat menyerap air
(RH 90 %), serangga tidak mudah basah
dan tidak mudah kehilangan air
adanya lapisan lilin

TONJOLAN PADA
INTEGUMEN

SETAE / MIKROTRICHIA : dihasilkan oleh sel


Epidermis
sisik pada sayap
rambut penutup tubuh / sayap
rambut kelenjar
--> pada Larva Lepidoptera
rambut syaraf
--> dihubungkan dengan
sistem syaraf
SPURS : --> lebih kaku d.p. rambut / setae
duri pada kaki
cula pada thorax
tonjolan pada sayap / elytra ---> ciri khusus
betina

* WARNA :

DIHASILKAN OLEH PIGMEN PADA


KUTIKULA, SEL EPIDERMIS ATAU
LEMAK TUBUH, JUGA KARENA
KARAKTERISTIK FISIK
Pencahayaan, kelembaban
tertentu
PIGMEN BERASAL DARI MACAMMACAM PIGMEN MAKANANNYA

WARNA YANG SAMA DAPAT


DIHASILKAN OLEH PIGMEN BERBEDA
MACAM PIGMEN:

melanin (kuning, cokelat, hitam),


carotenoid (merah & kuning),
pterin (merah, kuning, putih),
ommnochromes (merah, kuning, cokelat),
anthraquinone (merah, oranye),
aphins (merah, oranye, kuning),
derivatif khlorofil (kehijauan),
derivatif hemoglobin (kemerahan),
flavin (kuning kehijauan)

Akibat-akibat adanya
Eksoskelet
Eksoskelet pada kebanyakan serangga
mempunyai kekerasan yang cukup sempurna,
terutama pada serangga-serangga yang tidak
mempunyai alat pelindung khusus lainnya.
Umumnya eksoskelet berkurang kekerasannya
pada serangga-serangga yang mempunyai alat
pelindung berupa warna pelindung atau zat-zat
penyerang kimia, juga pada seranggaserangga yang tempatnya terlindung.

Keuntungan dari adanya integumen antara


lain perlindungan terhadap bahan-bahan
kimia kecuali asam dan basa kuat,
memperlambat pergerakan air keluar dan ke
dalam tubuh, memberikan perlindungan yang
cukup tinggi terhadap abrasi dan kerusakan
fisik, barier terhadap patogen, sebagai
reservoir terhadap hasil buangan, dan
merupakan struktur yang sangat baik bagi
melekatnya sistem otot.

Kerugian adanya eksoskelet yaitu diperlukan


suatu modifikasi khusus untuk pertukaran
gas, menangkap sensori, dan pertumbuhan.
Integumen yang sudah mengeras tidak
dapat direntangkan atau bertambah besar.
Oleh karena itu dalam pertumbuhan
diperlukan penanggalan dan pembaruan
integumen secara periodik, yaitu melalui
proses pergantian kulit atau ecdycis.

Anda mungkin juga menyukai