Anda di halaman 1dari 6

CARBON TRADE DAN ISU PEMANASAN GLOBAL

Daniel (143404003)

CARBON TRADE DAN ISU PEMANASAN GLOBAL

Daniel (143404003)
Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Program Pendidikan Profesi Arsitek
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Global warming and climate change is a real issue that has been proven by statistics that over a
century, planet earth faced a stable increase of the mean temperature. The amount or concentration
of carbon dioxide and other greenhouse gases also have the same trend as the increase of the earth
temperature. That issue means that there is a strong correlation between the warming of the earth and
the emission of the anthropogenic carbon dioxide gas throughout the nations. One of the means that
is proposed to, at least, slow down the global warming is by rectifying a scheme called emission
trading which is much talking about the carbon trading itself. By using literature and reference
research method, it is found that actually the carbon trading has little to no effect at all in slowing
down the emission of greenhouse gases to the earth atmosphere.
Keywords: carbon dioxide, trade, greenhouse gases, global warming.

PENDAHULUAN

Pemanasan global dan perubahan iklim


adalah hasil pengamatan yang dilakukan
sekitar satu abad lebih lamanya, dan terlihat
adanya bukti peningkatan suhu rata-rata di
bumi, yang dapat diamati melalui indeks
temperatur global (NASA, 2015).

'
Gambar 1 - Kenaikan suhu rata-rata dalam
satu abad. (Sumber: NASA)
Pemanasan ini diyakini terjadi oleh karena
adanya konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfir bumi yang menyebabkan efek
rumah kaca itu sendiri (IPCC, 2015).
Adapun efek rumah kaca yang dihasilkan

oleh gas rumah kaca yang berupa uap air,


karbon dioksida, metana, dinitrogen oksida,
dan ozon, menjadi terasa sejak pada tahun
1750 - yaitu ketika dimulainya revolusi
industri. Konsentrasi gas rumah kaca
meningkat, dari 280 ppm (parts per million)
pada tahun 1750 menjadi 392,6 ppm pada
tahun 2012 (Blasing, 2014).
Dari berbagai penyumbang efek rumah
kaca, gas karbon dioksida menjadi salah
satu penyumbang terbesar setelah uap air,
yaitu sebanyak 26% (Kiehl & Trenberth,
1997). Kegiatan-kegiatan manusia-lah yang
kemudian sering kali menjadi sumber emisi
gas karbon dioksida tersebut - hal ini sering
disebut
sebagai
karbon
dioksida
antropogenik yang mana dihasilkan oleh
pembakaran bahan bakar dengan dasar
karbon seperti kayu, batu bara, minyak, dan
gas alam (Lindeburgh, 2006).
Oleh karena penghentian pemanasan global
tidak mungkin lagi dilakukan, maka salah
satu cara yang dapat diterapkan adalah
dengan mengurangi emisi gas penyebab
efek rumah kaca. Salah satu emisi gas yang
1

CARBON TRADE DAN ISU PEMANASAN GLOBAL, APRIL 2015

paling memungkinkan untuk dikurangi


adalah emisi gas karbon dioksida. Dari
kemungkinan tersebut, melalui Protokol
Kyoto,
carbon
trading
kemudian
diperkenalkan. Melalui carbon trading,
diharapkan ada kemungkinan pengurangan
emisi gas karbon yang paling tidak dapat
memperlambat pemanasan global.

hal ini, Protokol Kyoto dilaksanakan dengan


dasar bahwa (1) semua negara yang turut
dalam perjanjian ini meyakini adanya
pemanasan global dan (2) pemanasan global
diakibatkan oleh emisi karbon dioksida
antropogenik. Adapun Protokol Kyoto
dibentuk pada tahun 1997 dan efektif
dilaksanakan pada awal tahun 2005.

METODE PENELITIAN

Melalui Protokol Kyoto, akan terdapat


obligasi-obligasi yang harus dipatuhi oleh
negara-negara yang terikat dalam perjanjian
ini. Hasil dari perjanjian ini membuahkan
tiga kelompok negara yang terdiri dari:

Penulisan jurnal ini menggunakan metoda


kepustakaan secara keseluruhan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Carbon trading adalah salah satu bentuk


dari perdagangan emisi yang khusus
menekankan pada emisi karbon dioksida,
dan menjadi bagian paling besar dalam
perdagangan emisi di dunia. Carbon trading
atau disebut perdagangan karbon dioksida
dilakukan dengan pembelian hak melepas
karbon dioksida dari negara yang
menghasilkan karbon dioksida lebih sedikit
dibanding negara yang membeli hak
tersebut. Dengan kata lain, pembelian ini
bertujuan
agar
negara-negara
dapat
memperoleh keuntungan bila mampu
mengurangi penghasil karbon dioksida dan
paling tidak mampu mengajak negaranegara untuk mengurangi emisi gas karbon
dioksida sebagai salah satu wujud
perlambatan efek pemanasan global.

1. Kelompok Annex I yang setuju untuk


mengurangi emisi gas rumah kaca dibawah
kadar yang dicatat pada tahun dasar.
2. Kelompok Annex I yang setuju untuk
membatasi emisi gas rumah kaca tepat pada
kadar yang dicatat pada tahun dasar.
3. Kelompok Non-Annex I adalah negaranegara yang tidak diharuskan untuk
membatasi emisi gas rumah kaca dan
memungkinkan
adanya
emisi
yang
meningkat dari kadar yang dicatat pada tahun
dasar.

Perdagangan karbon ini diawali dengan


disahkannya Protokol Kyoto yang bertujuan
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
untuk memperlambat laju pemanasan
global. Pada dasarnya, Protokol Kyoto juga
merupakan lanjutan dari United Nations
Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC) yang juga mengajak negaranegara yang tergabung dalamnya untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca. Dalam

Gambar 2 - negara Annex I yang


diharuskan untuk mengurangi (hitam),
negara Annex I yang setuju untuk
membatasi (abu-abu tua), negara yang
tidak diharuskan atau tidak ikut dalam
protokol (abu-abu muda).
Adapun dalam rentang waktu dari tahun
1990 sampai 2004, negara-negara yang
tergabung dalam kelompok Annex I berhasil
mengurangi emisi gas rumah kaca pada
2

CARBON TRADE DAN ISU PEMANASAN GLOBAL

sebesar 3,3% (UNFCC, 2007). Namun,


karena
pertumbuhan
industri
yang
senantiasa meningkat, salah satu negara
yang terikat kontrak Protokol Kyoto, yaitu
Kanada mengajukan pengunduran diri untuk
tergabung dalam target Protokol Kyoto.
Pada tahun 2009, emisi yang dihasilkan
17% lebih besar dibandingkan dengan pada
tahun 1990 - sehingga menciptakan
kemungkinan adanya penalti finansial yang
sangat besar yang harus dibayar - hal inilah
yang
mengakibatkan
Kanada
untuk
mengundurkan diri (The Guardian, 2011).
Salah satu hal yang cukup disayangkan
adalah negara-negara dengan emisi gas
rumah kaca terbesar seperti Amerika Serikat
dan Tiongkok sampai saat ini belum
menjadi bagian dari Protokol Kyoto,
sehingga usaha yang dilakukan untuk
pengurangan emisi gas rumah kaca, sebesar
apapun, tidak akan mampu menutupi emisi
yang dihasilkan oleh kedua negara tersebut.

Daniel (143404003)

Salah satu ironi yang kembali terlihat adalah


bagaimana negara-negara penghasil gas
karbon dioksida atau gas rumah kaca secara
keseluruhan, tidak tergabung dalam negaranegara yang diharuskan untuk membatasi
atau mengurangi emisi gas tersebut,
sehingga dapat dilihat sampai pada tahun
2010, emisi gas tetap berlangsung.

Gambar 4 - Diagram persentase emisi dari


negara-negara yang terikat dengan
Protokol Kyoto - warna abu-abu
menunjukkan target Protokol Kyoto, warna
hitam menunjukkan perubahan yang terjadi.
(sumber: wikipedia)

Gambar 3 - Emisi gas CO2 yang dihasilkan


per tahun oleh negara Tiongkok (jingga),
AS (biru), Uni Eropa (kuning), India (hijau
tua), Rusia (merah), Indonesia (hijau
muda), Brazil (cokelat), Jepang (biru
muda), Kongo (cokelat muda), Kanada
(ungu), negara lain (abu-abu).(sumber:
wikipedia)

Bahkan, dari anggota Protokol Kyoto


sendiri, masih banyak terlihat adanya
peningkatan yang cukup tajam dalam hal
persentase emisi gas, dan kembali lagi,
meski negara-negara seperti Bulgaria,
Estonia, Latvia, Lithuania, Romania,
Ukraina, dll dapat mengurangi emisi gas
sampai 40% dan bahkan lebih, pengurangan
tersebut masih belum dapat menutupi atau
menyeimbangi emisi gas yang dihasilkan
oleh negara-negara penghasil emisi terbesar.

CARBON TRADE DAN ISU PEMANASAN GLOBAL, APRIL 2015

Gambar 5 - Giagram penghasilan gas


karbon dioksida oleh negara-negara yang
tergabung dalam Protokol Kyoto (hitam),
dan negara-negara yang tidak terikat dalam
protokol tersebut (abu-abu). (sumber:
wikipedia)
Selain Protokol Kyoto, perdagangan karbon
juga dapat dilaksanakan secara privat atau
tanpa melalui badan kenegaraan. Sampai
saat ini, perdagangan karbon telah mencapai
40 juta ton perdagangan per harinya,
dimana pada tahun 2012, 7,9 milyar ton
perdagangan telah dilakukan dengan nilai
perdagangan yang mencapai 56 milyar euro
(EU, 2013). Karena adanya unsur
perdagangan atau bisnis dalam pelaksanaan
perdagangan karbon, masalah-masalah
timbul dan perdagangan karbon sering
menjadi bahan kritikan dari berbagai pihak.
Salah satu permasalahan yang menjadi ironi,
terjadi di negara Tiongkok, adalah
bagaimana perusahaan-perusahaan dengan
sengaja menghasilkan gas rumah kaca,
dengan tujuan agar pengurangan yang
mereka lakukan dapat menjadi keuntungan
bagi mereka oleh karena penjualan izin
emisi dari perusahaan tersebut - yang
kemudian diikuti oleh beberapa perusahaan
di India (Willis, 2010).
Perdagangan ini juga kemudian dikritik
karena menjadi salah satu bentuk dari
kolonialisme, yaitu ketika negara-negara

maju dapat tetap menjaga taraf konsumsi


dan bahkan memperoleh kredit dari
perdagangan karbon dari proyek-proyek
yang kurang efektif yang menghasilkan
sedikit emisi (Liverman, 2008). Di satu sisi,
negara-negara berkembang yang tidak
mampu membayar izin emisi kemudian
memperoleh hambatan finansial untuk
mengembangkan negara - sebuah siklus
putar yang mengekang negara-negara yang
berkembang yang masih sangat bergantung
pada teknologi-teknologi yang minim dan
menghasilkan emisi yang banyak.
Selain permasalahan ekonomi, pada
hakikatnya, perdagangan karbon dioksida
tidak dapat menyelesaikan permasalahan
polusi. Alasan yang paling utama adalah
karena
negara-negara
yang
tidak
menghasilkan polusi, atau negara-negara
yang mampu membatasi polusinya, dapat
menjual hak emisi tersebut kepada negaranegara yang terus menerus meningkatkan
emisi karbon dioksida ataupun gas rumah
kaca lainnya. Kejadian ini kemudian
mengangkat sebuah fakta bahwa emisi
karbon akan terus bertambah karena
meskipun ada negara yang mengurangi
emisi gas karbon dioksida, negara lain akan
terus meningkatkan atau paling tidak
mempertahankan tingkat emisi gas karbon
dioksida.
Hal inilah yang menjadikan perdagangan
karbon dioksida menjadi tidak efektif,
karena
adanya
kemungkinan
untuk
perdagangan yang tidak memberi efek atau
sikap untuk mengurangi emisi bagi negaranegara besar yang melakukan emisi. Selain
itu, sifat perdagangan yang tidak efektif ini
juga tidak menekankan akan pengurangan
jejak karbon atau emisi karbon secara global
- yang seharusnya menjadi cara untuk
memperlambat pemanasan global yang
4

CARBON TRADE DAN ISU PEMANASAN GLOBAL

mengakibatkan
perubahan
iklim.
Perdagangan iklim juga menjadikan
berbagai bahan atau perusahaan emisi hanya
melakukan "perbaikan" teknologi untuk
paling tidak mengurangi emisi yang
kemudian izin emisi dari perusahaan
tersebut dapat dijual dan memperoleh
untung dengan modal "perbaikan" teknologi
yang lebih kecil - dibanding dengan
penggantian teknologi yang memakan biaya
yang sangat besar dibanding dengan biaya
izin emisi yang kemudian dapat dijual.
Pada akhirnya, perdagangan karbon hanya
menimbulkan manipulasi ekonomi, yang
mampu dilakukan oleh perusahaan atau
negara yang besar/maju yang merusak
lingkungan dan masyarakat (Lohmann,
2006).
Bagaimana
tidak,
dengan
perdagangan karbon yang dilakukan,
perusahaan besar yang tetap mampu
membeli izin cukup meningkatkan tarif
produksi, yang kemudian menjadi dasar
naiknya harga produk yang dihasilkan, yang
tentunya mempengaruhi daya beli dari
masyarakat terhadap produk tersebut.
Perihal ini kemudian berujung menjadi
permasalahan yang dihadapi masyarakat,
tanpa adanya rekonsiliasi atau perbaikan
alam dan perlambatan pemanasan global
secara nyata.
KESIMPULAN

Pemanasan global diyakini telah terjadi


selama satu abad terakhir. Pemanasan
global, yang mengakibatkan adanya
perubahan
iklim
dan
peningkatan
permukaan air laut, kemudian memberi
dampak buruk bagi kehidupan manusia,
diyakini diakibatkan oleh ulah manusia
sendiri - yaitu akibat dari emisi gas rumah
kaca (sebagian besar gas karbon dioksida)
oleh karena perkembangan dunia industri
yang masih memanfaatkan bahan bakar

Daniel (143404003)

dengan dasar karbon. Oleh karena adanya


emisi yang meningkat cukup pesat dari
beberapa abad terakhir ini, satu cara yang
dianggap dapat memperlambat peningkatan
emisi gas rumah kaca adalah dengan
mengadakan skema perdagangan emisi atau
perdagangan karbon.
Perdagangan karbon diawali dengan
perjanjian dan/atau persetujuan beberapa
negara untuk membatasi atau bahkan
mengurangi emisi dari industri negaranegara tersebut dan memperoleh insentif
atau kredit dari negara-negara yang tidak
mampu atau tetap menghasilkan emisi gas
rumah kaca yang bahkan meningkat.
Namun, ironi yang terjadi adalah bagaimana
negara-negara penghasil polutan atau emisi
gas rumah kaca terbesar seperti Tiogkok,
Amerika Serikat, Brazil, dll tidak tergabung
dalam Protokol Kyoto yang mengawali
adanya perdagangan karbon. Bila dilihat
dari keseluruhan emisi karbon yang ada,
ternyata skema perdagangan karbon tidak
berhasil, dinyatakan dengan tetap meningkat
pesatnya emisi di seluruh dunia.
Perdagangan karbon parahnya menjadi
permasalahan dan dijadikan sebagai alat
manipulasi ekonomi. Skema perdagangan
karbon bahkan menghasilkan perusahaanperusahaan yang sengaja melakukan emisi
gas rumah kaca untuk memperoleh insentif
bila emisi tersebut dikurangi. Selain itu,
perdagangan karbon tidak dengan nyata
menjawab kebutuhan untuk perlambatan
pemanasan global yang membutuhkan
teknologi yang mampu mengurangi emisi
secara drastis - namun hanya menjadi skema
yang pada akhirnya memperburuk kondisi
lingkungan dan juga memberi dampak
negatif bagi masyarakat yang menjadi harus
membayar lebih untuk memperoleh produk
yang sama oleh karena biaya izin emisi
5

CARBON TRADE DAN ISU PEMANASAN GLOBAL, APRIL 2015

yang tetap mampu dibeli oleh perusahaanperusahaan besar penghasil emisi.


DAFTAR PUSTAKA

Blasing, T.J., 2014. Current Greenhouse


Gas Concentrations. CDIAC.
European Union, 2013. The EU Emissions
Trading System. The Publications
Office of the European Union.
IPCC,

UNFCCC, 2007. Compilation


and
Synthesis of Fourth National
Communications.
Executive
Summary. Geneva: United Nations
Office.
Willis,

Andrew, 2010. Imminent EU


Proposals to Clamp Down on
Fridge Gas Scam. https://euob
server.com/china/31347

2015. Climate Change 2014:


Synthesis Report. Summary for
Policymakers. IPCC.

Kiehl, J.T.; Trenberth, Kevin E., 1997.


Earth's Annual Global Mean
Energy Budget. Bulletin of the
American Meteorological Society,
78, 197208.
Lindeburgh, Michael R., 2006. Mechanical
Engineering Reference Manual for
the
PE
Exam.
Belmont:
Professional Publications.
Liverman, D.M., 2008. Conventions of
Climate Change: Constructions of
Danger and The Dispossession of
The Atmosphere. Journal of
Historical Geography, 35, 279-296.
Lohmann, Larry (2006). Carry On Polluting
- Comment and analysis in New
Scientist. The Corner House.
http://www.thecornerhouse.org.uk/r
esource/carry-polluting
NASA

GISS, 2015. GISS Surface


Temperature Analysis. http://data.
giss.nasa.gov/gistemp/graphs_v3/

The Guardian, 2011. Canada Pulls out of


Kyoto Protocol. London: The
Guardian.
6

Anda mungkin juga menyukai