About
My Blog
Beranda
About
My Blog
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
b. Frustasi
Seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan yang diharapkannya
menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu
menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan
sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
c.
Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif, system limbic, lobus
frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau
menghambat proses impuls agresif. System limbic merupakan system informasi, ekspresi,
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada system ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu
tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari system neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan
menghambat impils agresif. System limbic terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
b. Biokimia
Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetic
karyotype XYY.
d. Gangguan Otak
Sidroma otak organic terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan.
Tumor otak, khususnya yang menyerang system limbic dan lobus temporal; trauma otak; yang
menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologi
a.
Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan
memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b. Teori pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka
sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh,
atau jika perilaku tersebut diikuti dengan ujian yang positif. Anak memilki persepsi ideal tentang
orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang di
alaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang
dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka
dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku
agresif. Ada kelompok sosial yang secara menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan
apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai / padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup
individu.
B. Faktor Presipitasi
Faktor faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (
Yosep, 2009) :
1.
Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam sebuah
konser, menonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal, dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3.
Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog
untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4.
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai
seseorang yang dewasa.
5.
Adanya riwayat perilaku antisocial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6.
Muka merah
b. Pandangan tajam
c.
Otot tegang
f.
2. Verbal
a.
Bicara kasar
Suara keras
f.
Ketus
3. Perilaku
a.
d. Merusak lingkungan
e.
Amuk / agresif
4. Emosi
a.
Tidak adequat
d. Tidak berdaya
e.
Bermusuhan
f.
Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks
cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,
ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c.
Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca
indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses
intelektual
sebagai
suatu
pengalaman.
Perawat
perlu
mengkaji
cara
klien
marah,
Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang
bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan /
amuk.
Data subjektif : klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
membakar atau mengacak acak lingkungannya.
Data objektif : klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan
kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
b. Perilaku kekerasan / amuk dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
Data subjektif : klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang, klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah, riwayat perilaku kekerasan
atau gangguan jiwa lainnya.
Data objektif : mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai,
ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam, merusak dan melempar barang
barang.
3. Intervensi Keperawatan
a.
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan /
amuk.
Tujuan Umum :
a.
1.
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan
tujuan interaksi.
1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel / kesal.
2. Observasi tanda perilaku kekerasan.
3. Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
d. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan :
1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
3. Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai
e.
1. Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
2. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur atau
pekerjaan yang memerlukan tenaga.
Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung.
Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan
manajemen perilaku kekerasan.
Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga
selama ini.
1. Jelaskan jenis jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
4. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
5.
Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
a.
1.
2.
3.
4.
Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta
mampu menolong dirinya sendiri.
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan :
1.
2.
3.
c.
1.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
2.
1.
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
2.
3.
2.
3.
1.
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
2.
3.
4.
Antonius.
2010.
Perilaku
Kekerasan.
Availlable
2008.
Askep
Perilaku
Kekerasan.
Availlable
Scribd.
2010.
Asuhan
Keperawatan
Pasien
Dengan
Perilaku
Kekerasan.
Availlable
http://www.scribd.com/doc/76134074/Asuhan-Keperawatan-Pasien-Dengan-Perilaku-Kekerasan.
(acessed : 5 Maret 2013).
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.
I Putu Juniartha Semara Putra
About these ads
Share this:
Terkait
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEKERASAN RESIKO TINGGI
TERHADAP ORANG LAINdalam "I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES
DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN"
LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN SCHIZOPRENIA KATATONIKdalam "I
PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN"
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI PERSEPTUALdalam "I PUTU JUNIARTHA
SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN"
Categories: I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN | Permalink.
Penulis: semaraputraadjoezt
I am Nurse
Berikan Balasan
Navigasi pos
Previous Post
Next Post
Denpasar
My Posting
1656
Arsip
Oktober 2014
Juli 2014
Juni 2014
Januari 2014
November 2013
Oktober 2013
September 2013
Juli 2013
Juni 2013
Mei 2013
April 2013
Maret 2013
Februari 2013
Januari 2013
Desember 2012
November 2012
Oktober 2012
September 2012
Agustus 2012
Juli 2012
Juni 2012
Mei 2012
April 2012
Maret 2012
Februari 2012
Kategori
Catatan Harian
Uncategorized
Meta
Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com