PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana
saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempat-tempat lain.
Penyebab luka bakarpun bermacam-macam, bisa berupa api, cairan panas,
uap panas bahkan kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar menjadi masalah, oleh karena angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Terutama pada luka bakar derajat II dan III yang
lebih dari 40%, dengan angka kematian 37,38 %. Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan, ternyata inti permasalahan terletak pada kekurangan dalam
penilaian dan penatalaksanaan pertama. (Moenadjat,2001)
Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250
jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar. Dikarenakan jumlah anak-anak
dan lansia cukup tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anak-anak dan
lansia untuk menghindari terjadinya kebakaran, maka usia anak-anak dan
lansia menyumbang angka kematian tertinggi akibat luka bakar yang terjadi
di Indonesia. (http://www.lukabakar.net.htm)
Bila di tinjau daari hasil data yang diperoleh dari medical record
Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Soekanto Jakarta, selama bulan
Januari sampai Juni 2009 tercatat kurang lebih 258 pasien yang masuk di
ruang Mahoni I, pasien dengan luka bakar tercatat 15 pasien dan luka bakar
menempati urutan ke 5 dari penyakit-penyakit lainnya.
C. Manfaat Penulisan
a. Sebagai bahan acuan dalam memahami dan mempelajari luka bakar
termal.
b. Sebagai bahan wawasan tentang luka bakar termal bagi para
pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Anatomi kulit
1) Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2) Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3) Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah
dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
Terdapat sel Langerhans.
4) Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen- filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek
abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan
tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai
lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5) Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam
pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui
pembuluh
darah,
kemudian
tubuh
akan
mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur
yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian
akan mempertahankan panas.
11
Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu
tinggi, syok listrik, atau bahan kimia. Luka bakar diklasifikasikan
berdasarkan kedalaman dan luas daerah yang terbakar. (Elizabeth
J.Corwin. 200. Hal 611)
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung
maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung
dari api, misalnya tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga. (R.Sjamsuhidajat, Win de jong. Ed. 2. 2004. Hal 73)
Luka bakar termal adalah luka bakar karena sumber panas
eksternal yang meningkatkan suhu kulit dan jaringan dan menyebabkan
kematian atau hangusnya jaringan sel.
C. Epidemiologi
Insiden luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur 2029 tahun, diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda. Luka bakar jarang
terjadi pada umur 80 tahun ke atas.
Sekitar 80% luka bakar terjadi dirumah. Pada anak umur 3-14 tahun
penyebab paling sering adalah nyala api yang membakar baju. Dari umur
ini sampai 60 tahun, luka bakar paling sering disebabkan oleh kecelakaan
industry. Setelah umur ini biasanya terjadi karena kebakaran dirumah
akibat rokok yang membakar tempat tidur, lilin, dan penggunaan peralatan
masak. Angka mortalitas luka bakar sudah banyak berkurang seiring
dengan kemajuan dan perawatan luka bakar.
12
D. Etiologi
Pindahan luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar
termal (misal api, air panas, uap panas), luka bakar radiasi (sinar
matahari ), luka bakar listrik (sengatan listrik termasuk petir), luka bakar
kimia (bahan kimia Asam kuat atau basa kuat acids atau bases seperti
NaOH, HgNO3, dan bahan kimia berbahaya lainnya seperti H2SO4 atau
HNO3).
Luka bakar termal dapat disebabkan oleh :
1) Logam panas
2) Cairan panas
3) Uap dan
4) Api
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar termal dapat
dibagi menjadi :
1) Paparan api
a. Flame : Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api
terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan
tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru
mengenai tubuh.
13
pada
kasus
yang
disengaja,
luka
umumnya
E. Patofisiologi
14
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi. Paparan suhu tinggi atau
pemicu terhadap suhu tinggi pada tubuh manusia akan merusak kulit dan
pembuluh darah kapiler maupun pembuluh darah yang lebih besar. akibat
kerusakan pembuluh darah mengakibatkan cairan plasma, sel darah dan
protein (terutama albumin yang mempunyai Berat Molekul (BM) besar
dan berfungsi mengangkut makanan) keluar dari lumen (ruang dalam)
pembuluh darah. Sehingga tubuh mengalami dehidrasi (kehilangan cairan)
yang masif (banyak), selain karena rusaknya pembuluh darah juga karena
pekatnya konsentrasi cairan di dalam lumen pembuluh darah. Selain itu
suhu tinggi juga merusak lapisan dalam (mukosa) pembuluh darah yang
akan memicu terbentuknya sumbatan pada pembuluh darah. Dan dalam
beberapa jam setelah itu akan memicu terjadinya reaksi radang sistemik
yang berlebihan.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan
bula yang mengandung banyak elektrolit. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat 2, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3.
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam
sirkulasi
kapiler
secara
massive
dan
berpengaruh
pada
sistem
15
pengeluaran
glukosa
untuk
kebutuhan
metabolik,
Terjadi pertukaran
elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara
16
khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel.
Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap
panas
yang
terhisap.
Udem
laring
yang
ditimbulkannya
dapat
17
18
Radiasi
Termal
Bahan
kimia
Dilatasi sel
Permeabilitas kapiler
menurun
Pemanjanan ujung
saraf
Nyeri
Dehidrasi jaringan
19
Kekurangan volume
cairan
Perubahan perfusi
jaringan
20
pendek.
Gangguan Hematologik
Ditandai : Kenaikan Ht, peningkat leukosit, penurunan trombosit.
Gangguan Elektrolit
Ditandai : Penurunan K, kenaikan Na & Cl, kenaikan BUN.
Gagal Ginjal
Gangguan Metabolik
Terjadi hipermetabolisme, kehilangan BB.
G. Klasifikasi
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan derajat luka bakar, luas luka
bakar, dan berat-ringannya luka bakar.
a) Derajat Luka Bakar
Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian:
1. Derajat satu (superficial) yaitu hanya mengenai epidermis dengan
ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih utuh, dapat terjadi
pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan. Tampak 24
jam setelah terpapar dan fase penyembuhan 3-5 hari.
2. Derajat dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis
dengan ditandai lepuh atau terbentuknya vesikula dan bula, nyeri
yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. Fase penyembuhan tanpa
infeksi 7-21 hari.
3. Derajat tiga atau ketebalan penuh (full thickness) yaitu mengenai
seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa
21
22
9%
b.
Lengan kiri
9%
c. Lengan kanan
d. Perut
e. Bokong/pinggang
9%
9%
9%
f. Dada
9%
g. Punggung
9%
9%
9%
9%
9%
1%
23
diperlukan perawatan di rumah sakit. Tetapi angka 20% ini berbedabeda tergantung pada beberapa faktor/hal:
1. Usia
Pada bayi-bayi dan orang tua sekali, luas 10% sudah berbahaya
2. Dalamnya luka bakar
Bila luka bakar derajat III, 10% atau kurang sudah dianggap perlu
di rawat di Rumah sakit sehubungan dengan komplikasikomplikasi yang akan ditimbulkannya
3. Adanya penyakit lain
Sebaiknya pada keadaan demikian penderita dirawat, misalnya
pada pasien diabetes melitus, lepra, dan lain-lain
4. Tempat luka bakar
Bila luka bakar mengenai bagian-bagian yang sukar dirawat
seperti perineum, muka, dan bagian-bagian lainnya penderita
dirawat.
Luas luka bakar menurut Lund dan Browder :
Area luka bakar
Kepala
Leher
Dada
Punggung
Lengan kanan-kiri atas
Lengan kanan bawah
Lengan kiri bawah
Tangan kanan
Tangan kiri
Genetalia
Bokong kanan
Bokong kiri
Paha kanan
0-1
1-4
5-9
10-14
15
Tahun
19
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
5,5
Tahun
17
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
6,5
Tahun
13
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
8
Tahun
11
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
8,5
Tahun
9
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
9
24
Paha kiri
5,5
6,5
8
Tungkai kanan
5
5
5,5
Tungkai kiri
5
5
5,5
Kaki kanan
3,5
3,5
3,5
Kaki kiri
3,5
3,5
3,5
Tabel 1. Luas luka bakar menurut umur
8,5
6
6
3,5
3,5
9
6,5
6,5
3,5
3,5
25
H. Diagnosa
a. Anamnesa
Riwayat luka bakar, perlu di tanyakan :
1) Penyebab luka bakar : kimia, termal, listrik
2) Waktu luka bakar : penting untuk resusitasi cairan dihitung
dari waktu cedera luka bakar
3) Tempat dimana luka bakar terjadi : area tertutup/ terbuka
4) Masalah medis yang menyertai
5) Alergi, khususnya sulfat karena banyak antimikrobial topikal
mengandung sulfat
6) Obat-obatan yang digunakan bersamaan
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : Menentukan derajat luka, area kulit yang tidak
terbakar mungkin dingin dan pucat, area kulit yang terbakar
akan melepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal.
Mukosa bibir kering dan adanya tanda-tanda inflamasi.
2. Palpasi : Denyut nadi (frekuensi, kuat lemahnya) dan suhu
pada luka.
3. Auskultasi : Auskultasi bunyi nafas pada paru dan bising
usus
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hitung darah lengkap : mengkaji hemokonsentrasi
2) Elektrolit serum : untuk mendeteksi ketidak seimbangan
cairan dan biokimia, penting untuk memeriksa peningkatan
kalium dalam 24 jam pertama karena dapat menyebabkan
henti jantung.
3) Gas darah arteri : mengkaji fungsi pulmonal.
26
I. Penatalaksanaan
Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka
bakar ditempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran.
Maksudnya adalah membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan
memperhatikan keselamatan diri sendiri. Kemudian lepaskan semua bahan
yang dapat menahan panas (pakaian,perhiasan,logam), hal ini untuk
mencegah luka yang semakin dalam karena tubuh masih terpajan dengan
sumber. Bahan yang meleleh dan menempel pada kulit tidak boleh
dilepaskan. Air suhu kamar (air yang mengalir) dapat disiramkan ke atas
27
luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian, namun air dingin tidak boleh
diberikan untuk mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.
Pada fase akut dapat dilakukan primary survey :
a. Airway, yaitu membebaskan jalan nafas agar pasien dapat tetap
bernafas secara normal.
Pada permulaannya airway biasanya tidak terganggu. Dalam
keadaan akut bisa saja airway terganggu, misalnya karena lama berada
dalam ruangan tertutup yang terbakar sehingga terjadi pengaruh panas
yang lama terhadap jalan nafas. Menghisap gas atau partikel karbon
yang terbakar dalam jumlah banyak juga akan dapat mengganggu
airway.
Suara serak dan bunyi wheezing pada ekspirasi adalah tandatanda edema saluran napas yang serius atau trauma inhalasi. Produk
lendir berlebihan dan dahak karbon yaitu dahak bercampur flek hitam
juga tanda-tanda positif trauma inhalasi. Penurunan rasio dari tekanan
oksigen arteri (PaO2) dan persentase oksigen terinspirasi, adalah salah
satu indikator yang paling awal pasien telah menghirup asap. Bila
pasien positif trauma inhalasi sebaiknya pasien dirujuk ke rumah sakit
yang mempunyai fasilitas pusat luka bakar (burn centre) dengan
dilakukan intubasi terlebih dahulu untuk memastikan jalan nafas tetap
terbuka.
Penilaian trauma inhalasi : LB pada wajah, ada jelaga/ sputum
bercarbon, LB pada ruang tertutup.
Indikasi intubasi :
1) sesak nafas, stridor, serak
2) eritem/ udem orofaring
b. Breathing kemampuan bernafas
28
akibat
penurunan
kesadaran,
dapat
diberikan
intubasi
bagian
mengakibatkan
permeabilitas
yang
bengkak
iskemia
pembuluh
di
akibat
bagian
darah
jeratan
distal.
meningkat,
perhiasan
Pada
luka
sehingga
dapat
bakar,
terjadi
29
respon
inflamasi
dan
hipermetabolik
dan
Terapi nutrisi
Pemberian nutrisi secara enteral dilakukan sejak dini dan pasien
tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, pemberian nutrisi melalui
naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung
10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian
nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan
mencegah terjadinya atrofi vili usus.
Terapi pembedahan pada luka bakar
Untuk menghilangkan rasa nyeri digunakan morfin dalam dosis
kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan
maintenance 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak
0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam).
a. Eksisi dini
Adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya
hari ke 5-7) pasca cedera termis.
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan
pemberian cairan melalui infus, digunakan untuk luka bakar derajat II
dalam dan derajat III.
Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1) Kasus luka
bakar
dalam
yang
diperkirakan
mengalami
32
33
J. Komplikasi
a. Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih
lanjut atau kematian.
b. Lambatnya aliran darah menyebabkan pembentukan bekuan darah
sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium, atau
emboli paru.
c. Gagal elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung.
d. Dapat terjadi koagulasi intravascular diseminata (DIC) karena
destruksi jaringan yang luas.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Syok hipovolemik
Udem laring
Keracunan gas CO
SIRS (systemic inflammatory respone syndrome)
MOF (Multi Organ Failure)
Kontraktur
Gagal ginjal
Ulkus peptikum
Kerusakan paru
Disritmia jantung dan henti jantung
K. Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada
dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal
hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia
dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan
penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang
timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS,
infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.
34
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi dari
suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat
hantaran atau radiasi elektromagnetik.
35
b.
kimia.
c. Luka bakar termal adalah luka bakar karena sumber panas eksternal
yang meningkatkan suhu kulit dan jaringan dan menyebabkan kematian
atau hangusnya jaringan sel.
d. Gejala dan penyebab dari luka bakar dapat menetukan derajat luka
bakar yang penting untuk diagnosis. Selain itu dilakukan juga
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.
e. Penatalaksanaan luka bakar harus dilakukan segera berupa primary
survey, resusitasi cairan, perawatan luka bakar, pengobatan sistemik dan
pencegahan komplikasi.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah ditulis diatas penulis
menyarankan agar kita tetap selalu berhati-hati dan berusaha menjaga
keselamatan kita dari kontak dengan suhu panas agar tidak terjadi
kecelakaan yang akan mengakibatkan luka bakar termal pada tubuh kita.
C. Kritik
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
Karya Tulis Ilmiah dikemudian hari dapat menjadi lebih baik lagi.
36
DAFTAR PUSTAKA
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit Dan Penyembuhan Luka. Dalam :
Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com
Guyton,Arthur C.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta:EGC
http://scribd.com/doc/131941940?width=360
http://scribd.com/doc/118117407?width=360
http://scribd.com/doc/37270312?width=360
http://www.lukabakar.net.htm
http://www.fk.unair.ac.id/1705_ANATOMI FISIOLOGI KULIT DAN
PENYEMBUHAN LUKA Agustus 2007
J.Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Malik, AmirMuslim.2013.Buku Rancangan Pengajaran (BRP) Modul Gawat
Darurat Bedah. Padang:Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah
37
38