Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana
saja baik dirumah, tempat kerja, maupun dijalan atau ditempat-tempat lain.
Penyebab luka bakarpun bermacam-macam, bisa berupa api, cairan panas,
uap panas bahkan kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar menjadi masalah, oleh karena angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Terutama pada luka bakar derajat II dan III yang
lebih dari 40%, dengan angka kematian 37,38 %. Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan, ternyata inti permasalahan terletak pada kekurangan dalam
penilaian dan penatalaksanaan pertama. (Moenadjat,2001)
Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250
jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar. Dikarenakan jumlah anak-anak
dan lansia cukup tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anak-anak dan
lansia untuk menghindari terjadinya kebakaran, maka usia anak-anak dan
lansia menyumbang angka kematian tertinggi akibat luka bakar yang terjadi
di Indonesia. (http://www.lukabakar.net.htm)
Bila di tinjau daari hasil data yang diperoleh dari medical record
Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Soekanto Jakarta, selama bulan
Januari sampai Juni 2009 tercatat kurang lebih 258 pasien yang masuk di
ruang Mahoni I, pasien dengan luka bakar tercatat 15 pasien dan luka bakar
menempati urutan ke 5 dari penyakit-penyakit lainnya.

Luka bakar yang terjadi akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit,


selain itu juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cidera luka
bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas memerlukan perawatan
yang khusus dan masih merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi
organ yang dapat terjadi pada fase lanjut dari luka bakar.
Penderita luka bakar memerlukan perawatan khusus karena luka
bakar berbeda dengan luka yang lain, karena pada luka bakar terdapat
keadaan : Ditempati kuman dengan patogenesis yang tinggi, terdapat
banyak jaringan yang mati, mengeluarkan banyak air serum dan darah,
terbuka untuk waktu yang lama (Mudah terkena infeksi dan terkena
trauma), dan memerlukan jaringan untuk menutup. (Efendi, 1999).
Penanganan luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang
berbeda. Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya dipengaruhi oleh penyebab luka bakar, kedalaman luka bakar
dan bagian tubuh yang terkena luka bakar. Luka bakar yang lebih luas dan
dalam memerlukan perawatan dan pengobatan yang lebih intensif dibanding
luka bakar yang hanya mengenai sedikit dan superfisial. Luka bakar yang
terjadi karena suhu panas (termal) dengan luka bakar yang disebabkan oleh
zat kimia, radiasi, listrik membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun
luas permukaan luka bakarnya sama.
Komplikasi yang paling sering ditemukan pada pasien luka bakar
adalah syok, infark miokardium, atau emboli paru, disritmia jantung, gagal
ginjal,ulkus peptikum, dan kematian. Pada luka bakar yang luas akan

menyebabkan kecacatan, trauma psikologis dapat menyebabkan depresi,


dan keinginan untuk bunuh diri.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membuat
karya tulis ilmiah dengan judul Luka Bakar Termal.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini dibagi menjadi 2, terdiri
dari tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang luka bakar termal serta
penatalaksanaannya.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami maksud dan pembahagian-pembahagian
luka bakar.
b. Mampu memahami cara mendiagnosa luka bakar dengan
melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang.
c. Mampu melakukan pengobatan serta perawatan pasien dengan
luka bakar.

C. Manfaat Penulisan
a. Sebagai bahan acuan dalam memahami dan mempelajari luka bakar
termal.
b. Sebagai bahan wawasan tentang luka bakar termal bagi para
pembaca.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Anatomi kulit

Gambar 2.a. Anatomi kulit

Kulit merupakan suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,


merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, dan bersambung
dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk.
Kulit mempunyai banyak fungsi; didalamnya terdapat ujung saraf peraba,

membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuhdan


mempunyai sedikit kemampuan exkretori, sekretori dan absorpsi (Evelyn, 2008).
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
a. Epidermis

Gambar 2.b. Epidermis


Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai
tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam):

1) Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2) Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3) Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah
dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
Terdapat sel Langerhans.
4) Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamen- filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek
abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan
tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai
lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5) Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam
pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui

setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,


usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung
melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D
dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans).
b. Dermis

Gambar 2.c. Dermis


Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis
dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan
subkutis tetapi batas ini tidak jelas.
Dermis merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering
dianggap sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya
bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.

Dermis terdiri dari dua lapisan :


1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang
dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan
menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari
fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam
jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi
kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput. Dermis
mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai
nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi
c. Subkutis

Gambar 2.d. Subkutan

Subkutis merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang


terdiri dari lapisan lemak. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan
intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan
lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiaptiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak
sama. Fungsi penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau pegas
bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk
kecantikan tubuh. Dibawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru
terdapat otot (Evelyn, 2008).
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock
absorber.
2. Vaskularisasi kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak
antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan
jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi
papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu
cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat
nutrient dari dermis melalui membran epidermis.
3. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
10

lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi),


sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi
dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan
sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui
merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena
banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami
proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru
dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau
kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi

pembuluh

darah,

kemudian

tubuh

akan

mengurangi

temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur
yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian
akan mempertahankan panas.

B. Definisi Luka Bakar


Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi
dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat
hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dikelompokkan menjadi
luka bakar termal, radiasi atau kimia. (Smeltzer, Suzzanne C Vol 3.
2001.Hal 1912)

11

Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu
tinggi, syok listrik, atau bahan kimia. Luka bakar diklasifikasikan
berdasarkan kedalaman dan luas daerah yang terbakar. (Elizabeth
J.Corwin. 200. Hal 611)
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung
maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung
dari api, misalnya tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga. (R.Sjamsuhidajat, Win de jong. Ed. 2. 2004. Hal 73)
Luka bakar termal adalah luka bakar karena sumber panas
eksternal yang meningkatkan suhu kulit dan jaringan dan menyebabkan
kematian atau hangusnya jaringan sel.

C. Epidemiologi
Insiden luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur 2029 tahun, diikuti oleh anak umur 9 atau lebih muda. Luka bakar jarang
terjadi pada umur 80 tahun ke atas.
Sekitar 80% luka bakar terjadi dirumah. Pada anak umur 3-14 tahun
penyebab paling sering adalah nyala api yang membakar baju. Dari umur
ini sampai 60 tahun, luka bakar paling sering disebabkan oleh kecelakaan
industry. Setelah umur ini biasanya terjadi karena kebakaran dirumah
akibat rokok yang membakar tempat tidur, lilin, dan penggunaan peralatan
masak. Angka mortalitas luka bakar sudah banyak berkurang seiring
dengan kemajuan dan perawatan luka bakar.

12

D. Etiologi
Pindahan luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar
termal (misal api, air panas, uap panas), luka bakar radiasi (sinar
matahari ), luka bakar listrik (sengatan listrik termasuk petir), luka bakar
kimia (bahan kimia Asam kuat atau basa kuat acids atau bases seperti
NaOH, HgNO3, dan bahan kimia berbahaya lainnya seperti H2SO4 atau
HNO3).
Luka bakar termal dapat disebabkan oleh :
1) Logam panas
2) Cairan panas
3) Uap dan
4) Api
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar termal dapat
dibagi menjadi :
1) Paparan api
a. Flame : Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api
terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan
tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru
mengenai tubuh.

13

b. Benda panas (kontak) : Terdiri akibat kontak langsung


dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas
pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara
lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti
solder besi atau peralatan masak.
2) Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan
dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan
yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat
kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya.
Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola
percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.
Sedangkan

pada

kasus

yang

disengaja,

luka

umumnya

melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial


dengan garis yang menandai permukaan cairan.
3) Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan
radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat
kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap
bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga kesaluran napas distal di paru.

E. Patofisiologi
14

Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu
panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi. Paparan suhu tinggi atau
pemicu terhadap suhu tinggi pada tubuh manusia akan merusak kulit dan
pembuluh darah kapiler maupun pembuluh darah yang lebih besar. akibat
kerusakan pembuluh darah mengakibatkan cairan plasma, sel darah dan
protein (terutama albumin yang mempunyai Berat Molekul (BM) besar
dan berfungsi mengangkut makanan) keluar dari lumen (ruang dalam)
pembuluh darah. Sehingga tubuh mengalami dehidrasi (kehilangan cairan)
yang masif (banyak), selain karena rusaknya pembuluh darah juga karena
pekatnya konsentrasi cairan di dalam lumen pembuluh darah. Selain itu
suhu tinggi juga merusak lapisan dalam (mukosa) pembuluh darah yang
akan memicu terbentuknya sumbatan pada pembuluh darah. Dan dalam
beberapa jam setelah itu akan memicu terjadinya reaksi radang sistemik
yang berlebihan.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan
bula yang mengandung banyak elektrolit. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat 2, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3.
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam
sirkulasi

kapiler

secara

massive

dan

berpengaruh

pada

sistem

kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan


cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam
jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan

15

menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan


hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh
mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal
yang mana dapat terjadi ilius paralitik. Tachycardia dan tachypnea
merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan
meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan
sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi
vasokontriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan
oliguri. Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital
dan menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital.
Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme dimana
terjadi peningkatan temperatur dan metabolisme. Hiperglikemi karena
meningkatnya

pengeluaran

glukosa

untuk

kebutuhan

metabolik,

ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan


injury jaringan.
Kerusakan pada sel daerah merah dan hemolisis menimbulkan
anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk
mempertahankan perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi
hormon pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan jaringan yang
rusak. Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas
kapiler dan pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler.

Terjadi pertukaran

elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara

16

khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel.
Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap
panas

yang

terhisap.

Udem

laring

yang

ditimbulkannya

dapat

menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak nafas, takipnea,


suara sesak.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya.
Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga
hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan
adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang
berat bisa terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO,
penderita dapat meninggal.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan
mempermudah infeksi. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain
berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman di
lingkungan rumah sakit.
Terdapat 3 zona kerusakan luka bakar menurut Jackson:
1) Zona koagulasi terjadi kerusakan maksimum, bersifat
irreversibel.
2) Zona stasis terjadi penurunan aliran darah (pucat), bersifat
reversibel dengan penanganan adekuat.

17

3) Zona hiperemia terjadi penurunan perfusi, berwarna kemerahan,


sembuh meskipun tanpa penanganan.

Gambar 2.e. Zona kerusakan luka bakar

Terdapat 3 fase pada luka bakar :


1. Fase akut (fase awal/ syok)
Terjadi gangguan cairan dan elektrolit.
2. Fase subakut (hari ke 2-21)
1) Proses inflamasi & infeksi
2) Problem dalam penutupan luka terutama pada luka telanjang,
epitel luas atau pada struktur dan organ fungsional.
3) Hipermetabolisme

18

3. Fase lanjut (>21 hari)


Problem pada fase ini : Scar hypertropic, kontraktur, keloid,
gangguan pigmentasi, deformitas.

Pathway luka bakar


Arus listrik

Radiasi

Termal

Bahan
kimia

Kontak dengan permukaan


kulit

Kerusakan integritas kulit/


jaringan

Dilatasi sel
Permeabilitas kapiler
menurun

Sodium, klorida, Na+,


protein hilang

Pemanjanan ujung
saraf

Nyeri

Dehidrasi jaringan
19

Kekurangan volume
cairan

Perubahan perfusi
jaringan

F. Gejala Dan Tanda Klinis


Menurut Henderson, bahwa gejala klinis yang utama pada luka
bakar yaitu lepuh yang merupakan tanda khas luka bakar superfisial.
Lepuh atau bullae pada luka bakar sering pecah dan meninggalkan suatu
permukaan merah kasar yang mengeluarkan cairan serous dan dapat
berdarah. Luka bakar yang superfisial terasa nyeri karena ujung saraf
terpapar dan mengalami inflamasi.
Luka bakar yang dalam, gejala klinisnya pada pandangan pertama
kulit mungkin terlihat hampir normal. Kemudian setelah diperhatikan,
tampak kulit tersebut mengkilap pembuluh-pembuluh darahnya mudah
dilihat, tetapi darah dalam pembuluh darah tersebut tidak dapat diperah
keluar karena sudah mengalami koagulasi. Kulit amat kaku ketika
disentuh. Bagian tersebut terasa tidak enak. Tetapi tidak nyeri, karena
sebagian besar ujung saraf sudah mati. Luka sayatan pada bagian tersebut
tidak akan berdarah. Kadang-kadang terjadi pengarangan dan karbonisasi
(gosong).
Gejala dan tanda klinis luka bakar lainnya,yaitu :
1) Keracunan Karbon Monoksida (CO)

20

Ditandai : Kekurangan Oksigen dalam darah, lemas, bingung,


pusing, mual muntah, koma sampai meninggal.
2) Distress Pernapasan
Ditandai : Sesak, ngiler, ketidakmampuan menangani sekresi.
3) Cedera Pulmonal
Ditandai : Pernapasan cepat dan dangkal, krakles, stridor, batuk
4)
5)
6)
7)

pendek.
Gangguan Hematologik
Ditandai : Kenaikan Ht, peningkat leukosit, penurunan trombosit.
Gangguan Elektrolit
Ditandai : Penurunan K, kenaikan Na & Cl, kenaikan BUN.
Gagal Ginjal
Gangguan Metabolik
Terjadi hipermetabolisme, kehilangan BB.

G. Klasifikasi
Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan derajat luka bakar, luas luka
bakar, dan berat-ringannya luka bakar.
a) Derajat Luka Bakar
Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian:
1. Derajat satu (superficial) yaitu hanya mengenai epidermis dengan
ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih utuh, dapat terjadi
pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan. Tampak 24
jam setelah terpapar dan fase penyembuhan 3-5 hari.
2. Derajat dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis
dengan ditandai lepuh atau terbentuknya vesikula dan bula, nyeri
yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. Fase penyembuhan tanpa
infeksi 7-21 hari.
3. Derajat tiga atau ketebalan penuh (full thickness) yaitu mengenai
seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa
21

sel epidermis untuk mengisi kembali daerah yang rusak, hilangnya


rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan putih, mengenai
jaringan termasuk (fascia, otot, tendon dan tulang).

Gambar 2.f. Derajat luka bakar


b) Luas Luka Bakar
Untuk menentukan luas luka bakar ada banyak formula, antara lain:
1) Untuk luka bakar yang tidak luas dapat dipakai patokan:
a) Telapak tangan penderita dianggap luas 1%
b) Bila ditemukan luas luka bakar yang luasnya tidak sampai
seluas telapak tangan penderita dilaporkan sebagai luas 1%
2) The rule of nine untuk orang dewasa

22

Gambar 2.g. Rule of nines


a.

Kepala dan leher

9%

b.

Lengan kiri

9%

c. Lengan kanan
d. Perut
e. Bokong/pinggang

9%
9%
9%

f. Dada

9%

g. Punggung

9%

h. Tungkai atas kiri

9%

i. Tungkai atas kanan

9%

j. Tungkai bawah kiri

9%

k. Tungkai bawah kanan


l. Genitalia

9%
1%

3) Pada bayi-bayi kepala dianggap sudah 18%


Pada bayi-bayi luas luka bakar 10% sudah harus dirawat. Batas
yang dianggap kritis adalah 20 % dari luas tubuh. Di atas 20%

23

diperlukan perawatan di rumah sakit. Tetapi angka 20% ini berbedabeda tergantung pada beberapa faktor/hal:
1. Usia
Pada bayi-bayi dan orang tua sekali, luas 10% sudah berbahaya
2. Dalamnya luka bakar
Bila luka bakar derajat III, 10% atau kurang sudah dianggap perlu
di rawat di Rumah sakit sehubungan dengan komplikasikomplikasi yang akan ditimbulkannya
3. Adanya penyakit lain
Sebaiknya pada keadaan demikian penderita dirawat, misalnya
pada pasien diabetes melitus, lepra, dan lain-lain
4. Tempat luka bakar
Bila luka bakar mengenai bagian-bagian yang sukar dirawat
seperti perineum, muka, dan bagian-bagian lainnya penderita
dirawat.
Luas luka bakar menurut Lund dan Browder :
Area luka bakar
Kepala
Leher
Dada
Punggung
Lengan kanan-kiri atas
Lengan kanan bawah
Lengan kiri bawah
Tangan kanan
Tangan kiri
Genetalia
Bokong kanan
Bokong kiri
Paha kanan

0-1

1-4

5-9

10-14

15

Tahun
19
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
5,5

Tahun
17
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
6,5

Tahun
13
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
8

Tahun
11
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
8,5

Tahun
9
2
13
13
4
3
3
2,5
2,5
1
2,5
2,5
9

24

Paha kiri
5,5
6,5
8
Tungkai kanan
5
5
5,5
Tungkai kiri
5
5
5,5
Kaki kanan
3,5
3,5
3,5
Kaki kiri
3,5
3,5
3,5
Tabel 1. Luas luka bakar menurut umur

8,5
6
6
3,5
3,5

9
6,5
6,5
3,5
3,5

c) Berdasarkan berat-ringannya luka bakar (American Burn Association):


I.

Luka Bakar Berat ( Major Burn Injury )


a. Derajat II, terbakar >25% area permukaan tubuh pada dewasa.
b. Derajat III, terbakar >25% area permukaan tubuh pada anakanak.
c. Derajat III, terbakar >10% area permukaan tubuh.
d. Luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki atau
perineum.
e. Luka bakar inhalasi, sengatan listrik, atau disertai trauma lain.

II. Luka Bakar Sedang


a. Derajat II, terbakar 15-25% area permukaan tubuh pada
dewasa.
b. Derajat II, terbakar 10-20% area permukaan tubuh pada anakanak.
c. Derajat III, terbakar <10% area permukaan tubuh.
III. Luka Bakar Ringan
a. Derajat II, terbakar <15% area permukaan tubuh pada dewasa.
b. Derajat II, terbakar <10% area permukaan tubuh pada anakanak.
c. Derajat III, terbakar <2% area permukaan tubuh.

25

H. Diagnosa
a. Anamnesa
Riwayat luka bakar, perlu di tanyakan :
1) Penyebab luka bakar : kimia, termal, listrik
2) Waktu luka bakar : penting untuk resusitasi cairan dihitung
dari waktu cedera luka bakar
3) Tempat dimana luka bakar terjadi : area tertutup/ terbuka
4) Masalah medis yang menyertai
5) Alergi, khususnya sulfat karena banyak antimikrobial topikal
mengandung sulfat
6) Obat-obatan yang digunakan bersamaan
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : Menentukan derajat luka, area kulit yang tidak
terbakar mungkin dingin dan pucat, area kulit yang terbakar
akan melepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal.
Mukosa bibir kering dan adanya tanda-tanda inflamasi.
2. Palpasi : Denyut nadi (frekuensi, kuat lemahnya) dan suhu
pada luka.
3. Auskultasi : Auskultasi bunyi nafas pada paru dan bising
usus
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hitung darah lengkap : mengkaji hemokonsentrasi
2) Elektrolit serum : untuk mendeteksi ketidak seimbangan
cairan dan biokimia, penting untuk memeriksa peningkatan
kalium dalam 24 jam pertama karena dapat menyebabkan
henti jantung.
3) Gas darah arteri : mengkaji fungsi pulmonal.

26

4) Kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.


5) Urinalisis : adanya albumin , Hb, mioglobin menunjukkan
kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.
6) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar massif.
7) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto rontgen dada : memastikan cedera inhalasi
2) EKG : melihat kelainan pada jantung
3) CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan
pada luka bakar > 30 % dewasa dan > 20 % pada anak-anak
4) Scan paru : menentukan luas cedera inhalasi
5) Bronkoskopi : memastikan cedera inhalasi asap

I. Penatalaksanaan
Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka
bakar ditempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran.
Maksudnya adalah membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan
memperhatikan keselamatan diri sendiri. Kemudian lepaskan semua bahan
yang dapat menahan panas (pakaian,perhiasan,logam), hal ini untuk
mencegah luka yang semakin dalam karena tubuh masih terpajan dengan
sumber. Bahan yang meleleh dan menempel pada kulit tidak boleh
dilepaskan. Air suhu kamar (air yang mengalir) dapat disiramkan ke atas

27

luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian, namun air dingin tidak boleh
diberikan untuk mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.
Pada fase akut dapat dilakukan primary survey :
a. Airway, yaitu membebaskan jalan nafas agar pasien dapat tetap
bernafas secara normal.
Pada permulaannya airway biasanya tidak terganggu. Dalam
keadaan akut bisa saja airway terganggu, misalnya karena lama berada
dalam ruangan tertutup yang terbakar sehingga terjadi pengaruh panas
yang lama terhadap jalan nafas. Menghisap gas atau partikel karbon
yang terbakar dalam jumlah banyak juga akan dapat mengganggu
airway.
Suara serak dan bunyi wheezing pada ekspirasi adalah tandatanda edema saluran napas yang serius atau trauma inhalasi. Produk
lendir berlebihan dan dahak karbon yaitu dahak bercampur flek hitam
juga tanda-tanda positif trauma inhalasi. Penurunan rasio dari tekanan
oksigen arteri (PaO2) dan persentase oksigen terinspirasi, adalah salah
satu indikator yang paling awal pasien telah menghirup asap. Bila
pasien positif trauma inhalasi sebaiknya pasien dirujuk ke rumah sakit
yang mempunyai fasilitas pusat luka bakar (burn centre) dengan
dilakukan intubasi terlebih dahulu untuk memastikan jalan nafas tetap
terbuka.
Penilaian trauma inhalasi : LB pada wajah, ada jelaga/ sputum
bercarbon, LB pada ruang tertutup.
Indikasi intubasi :
1) sesak nafas, stridor, serak
2) eritem/ udem orofaring
b. Breathing kemampuan bernafas

28

Jika jalan nafas baik dan pasien dapat bernafas, pemberian


oksigen dengan sungkup atau nasal kanul mungkin dapat mencukupi.
Tetapi jika pasien tidak dapat bernafas akibat obstruksi jalan nafas atas
atau

akibat

penurunan

kesadaran,

dapat

diberikan

intubasi

endotrakeal. Trakeostomi emergensi harus dihindari kecuali jika hal


itu benar-benar dibutuhkan. Jika curiga terdapat trauma pada vertebra
servikalis, manipulasi jalan nafas harus dilakukan dengan tetap
meimobilisasi leher dan kepala pada tubuh sampai vertebra servikal
terevaluasi sepenuhnya.
1) Identifikasi adanya eschar melingkar escharotomy
2) Oksigenasi/ ventilasi yang adekuat
3) Intubasi endotrakeal
4) Periksa analisa gas darah (AGD & kadar CO)
c. Circulation
Sirkulasi perifer yang adekuat harus ditemukan dengan cepat
setelah terjadinya luka bakar dengan meraba pulsasi di perifer. Semua
pakaian pasien harus dilepaskan. Cincin, jam dan perhiasan harus
dilepaskan pada anggota tubuh yang mengalami cedera, konstriksi
pada

bagian

mengakibatkan
permeabilitas

yang

bengkak

iskemia
pembuluh

di

akibat
bagian

darah

jeratan
distal.

meningkat,

perhiasan

Pada

luka

sehingga

dapat
bakar,
terjadi

perpindahan cairan dari pembuluh darah ke jaringan intersitial,


akibatnya dapat menimbulkan syok hipovolemik. Semakin luas area
luka bakar, semakin berat syok hipovolemik yang terjadi. Resusitasi
cairan harus diberikan secepatnya.
Pada circulasion dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
1) Penilaian sirkulasi : terutama pada manifestasi klinis syok.
2) Cairan harus adekuat
3) Monitor vital signs
4) Periksa urine output rutin (pasang kateter)

29

5) Estimasi kebutuhan cairan


Resusitasi cairan
Syok pada luka bakar umum terjadi. Tujuan resusitasi cairan pada
syok luka bakar adalah :
1) Agar tidak terjadi iskemia jaringan
2) Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak
diperlukan.
3) Minimalisasi

respon

inflamasi

dan

hipermetabolik

dan

mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke


kondisi fisiologis.
Jenis cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid
(isotonik), cairan hipertonik dan koloid.
1) Larutan kristaloid
Larutan kristaloid terdiri dari cairan dan elektrolit. Contoh larutan
kristaloid adalah Ringer laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi
elektrolit mendekati kadarnya dalam plasma atau memiliki
osmolalitas hampir sama dengan plasma.
2) Larutan hipertonik
Larutan garam hipertonik tersedia dalam beberapa konsentrasi
yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5%, 7,5% dan 10%.
3) Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch dan Dextran.
Tujuan terapi cairan : tercapainya reperfusi jaringan
Penatalaksanaan dalam 24 jam pertama :
1. Resusitasi pada LB dengan syok
Gunakan larutan kristaloid, IV
Dalam 4 jam pertama (ml) : 3x25%x70%xBB
2. Resusitasi LB tanpa/dg syok
Rumus baxter-parkland :
30

3-4ml/kgBB x % luas LB (1/2 diberikan 8 jam pertama, sisanya 16


jam berikut).
Penatalaksanaan 24 jam kedua :
a) Diberikan cairan yang mengandung glukosa (5% atau 10%) dan
dibagi rata dalam 24 jam sebanyak 1500-2000 ml.
b) Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan
jumlah produksi urin ( 1-2ml/kgBB/jam).
Penatalaksanaan setelah 48 jam :
a) Cairan diberikan sesuai kebutuhan maintenance.
b) Pemantauan sirkulasi dengan menilai produksi urin (3-4
ml/kgBB/jam), hemoglobin dan hematokrit.
Perawatan Luka Bakar :
Perawatan luka bakar dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan
nafas, mekanisme bernafas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan
meliputi debridement, nekrotomi dan pencucian luka. Tujuan perawatan
luka adalah mencegah degradasi luka dan mengupayakan proses
epitelisasi. Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan
untuk ukuran besar (.5cm) dipecahkan tanpa membuang lapis epidermis di
atasnya. Untuk eskar yang melingkar dan mengganggu aliran atau perfusi
dilakukan escharotomi. Pencucian luka dilakukan dengan memandikan
pasien dengan air mengalir. Lalu luka dibalut dengan kasa lembab steril
dengan atau tanpa krim pelembab.
Penggunaan antibiotik :
Penggunaan antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai
profilaksis infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Beberapa
antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah silver sulfadiazin,
povidone-iodine 10%, gentamicin sulfate dan bacitracin/polymixin.
31

Terapi nutrisi
Pemberian nutrisi secara enteral dilakukan sejak dini dan pasien
tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, pemberian nutrisi melalui
naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung
10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian
nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan
mencegah terjadinya atrofi vili usus.
Terapi pembedahan pada luka bakar
Untuk menghilangkan rasa nyeri digunakan morfin dalam dosis
kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan
maintenance 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak
0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam).
a. Eksisi dini
Adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris
(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya
hari ke 5-7) pasca cedera termis.
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan
pemberian cairan melalui infus, digunakan untuk luka bakar derajat II
dalam dan derajat III.
Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1) Kasus luka

bakar

dalam

yang

diperkirakan

mengalami

penyembuhan lebih dari 3 minggu.


2) Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
3) Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
4) Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka
yang timbul.
b. Skin grafting
Adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini
adalah :

32

1) Menghentikan evaporate heat loss


2) Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan
waktu
3) Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan setelah eksisi pada luka bakar. Kulit
yang digunakan dapat kulit produk sintesis, kulit manusia yang berasal
dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari
permukaan tubuh lain dari pasien (autograft).
Secara sistematik penatalaksanaan luka bakar dapat dilakukan 6c :
1. Clothing : singkirkan pakaian yang panas atau terbakar.
2. Cooling : dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan
menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari hipotermia.
3. Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk
mengurangi rasa sakit.
4. Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka
yang lebih dalam dari superficial partial- thickness.
5. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa, sesuai dengan derajat
luka bakar.
6. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Menurut American Burn Association, indikasi untuk rawat inap
adalah :
a) Luka bakar derajat III > 5%
b) Luka bakar derajat II > 10%
c) Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah,
tangan, kaki, genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko
signifikan untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi
d) Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
e) Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma
mayor lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada
sebelumnya
f) Adanya trauma inhalasi

33

J. Komplikasi
a. Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih
lanjut atau kematian.
b. Lambatnya aliran darah menyebabkan pembentukan bekuan darah
sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium, atau
emboli paru.
c. Gagal elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung.
d. Dapat terjadi koagulasi intravascular diseminata (DIC) karena
destruksi jaringan yang luas.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

Syok hipovolemik
Udem laring
Keracunan gas CO
SIRS (systemic inflammatory respone syndrome)
MOF (Multi Organ Failure)
Kontraktur
Gagal ginjal
Ulkus peptikum
Kerusakan paru
Disritmia jantung dan henti jantung

K. Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada
dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal
hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia
dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan
penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang
timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS,
infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.

34

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
a. Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi dari
suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat
hantaran atau radiasi elektromagnetik.

35

b.

Luka bakar dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau

kimia.
c. Luka bakar termal adalah luka bakar karena sumber panas eksternal
yang meningkatkan suhu kulit dan jaringan dan menyebabkan kematian
atau hangusnya jaringan sel.
d. Gejala dan penyebab dari luka bakar dapat menetukan derajat luka
bakar yang penting untuk diagnosis. Selain itu dilakukan juga
anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.
e. Penatalaksanaan luka bakar harus dilakukan segera berupa primary
survey, resusitasi cairan, perawatan luka bakar, pengobatan sistemik dan
pencegahan komplikasi.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah ditulis diatas penulis
menyarankan agar kita tetap selalu berhati-hati dan berusaha menjaga
keselamatan kita dari kontak dengan suhu panas agar tidak terjadi
kecelakaan yang akan mengakibatkan luka bakar termal pada tubuh kita.
C. Kritik
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
Karya Tulis Ilmiah dikemudian hari dapat menjadi lebih baik lagi.

36

DAFTAR PUSTAKA
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit Dan Penyembuhan Luka. Dalam :
Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com
Guyton,Arthur C.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta:EGC
http://scribd.com/doc/131941940?width=360
http://scribd.com/doc/118117407?width=360
http://scribd.com/doc/37270312?width=360
http://www.lukabakar.net.htm
http://www.fk.unair.ac.id/1705_ANATOMI FISIOLOGI KULIT DAN
PENYEMBUHAN LUKA Agustus 2007
J.Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Malik, AmirMuslim.2013.Buku Rancangan Pengajaran (BRP) Modul Gawat
Darurat Bedah. Padang:Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah

37

Marylin E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC
Moenadjat Y. 2003. Luka Bakar Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Novak,Patricia D,.1998.Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta :
EGC
Sabiston D. 2005. Buku Saku Ilmu Bedah .Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R, Wim de jong.2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:
EGC
Snell,Richard S.2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.
Jakarta: EGC

38

Anda mungkin juga menyukai