Cara Ahjhjhudit Mirip SNI
Cara Ahjhjhudit Mirip SNI
MODUL 1
Audit energi pada bagunan gedung
PENDAHULUAN
Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya
perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi pada sisi
pemakai. Hal ini tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 tahun 1982 tertanggal 7
April 1982, yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, tentang Konservasi
Energi. Inpres ini terutama ditujukan terhadap pencahayaan gedung, AC, peralatan dan
perlengkapan kantor yang menggunakan listrik, dan kendaraan dinas.
Inpres No. 9 tahun 1982 tersebut kemudian diperkuat dengan Keppres No. 43 tahun
1991 tentang Konservasi energi, yang isinya merinci lebih jauh petunjuk langkah-langkah
konservasi energi melalui:
a.
b.
Diklat konservasi
c.
d.
e.
f.
Standarisasi
Keppres No. 43 tahun 1991 ini, selain mencakup aspek teknis, juga mencakup aspek
pelaksanaan dan implementasi seperti kebijakan di bidang investasi, perkreditan, serta harga
dan tarif energi. Selanjutnya Inpres No. 10 tahun 2005, tentang penghematan energi,
dikeluarkan dengan mempertimbangkan potensi ancaman krisis energi listrik karena pasokan
listrik yang tersedia, yaitu kapasitas terpasang, tidak mampu mengimbangi pertumbuhan
permintaan konsumsi listrik nasional dengan pertumbuhan rata-rata 7% pertahun. Kebutuhan
energi listrik dari dua sektor utama yaitu rumah tangga dan industri, bahkan mengalami
peningkatan dengan laju kenaikan rata-rata 10% sampai dengan 15% pertahun.
Sementara pada saat yang bersamaan, kemampuan penyediaan listrik oleh negara
melalui PT. PLN (Persero) masih terbatas, bahkan terdapat indikasi bahwa kemampuan
12
Audit Energy
Ir. Yuriadi Kusuma, M.Sc.
tersebut mulai menurun. Salah satu penyebab penurunan kemampuan pemasokan tersebut
adalah karena sebagian besar pembangkit tenaga listrik yang dimiliki oleh PT PLN (Persero)
menggunakan bahan bakar fosil, yaitu minyak atau batubara, sebagai sumber energi
penggeraknya, sementara ketersediaan bahan bakar fosil semakin menipis.
Inpres No. 10 tahun 2005 tersebut di atas dikeluarkan sebagai langkah Pemerintah untuk
menjamin ketahanan dan kecukupan pasokan energi di dalam negeri, dalam rangka
memelihara kelangsungan perekonomian nasional, yang diikuti dengan Peraturan Menteri
No. 0031 tahun 2005, tentang tata cara pelaksanaan penghematan energi, yang mengatur
konservasi energi pada instansi pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
Krisis energi tersebut di atas akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
perekonomian dan industri nasional. Hal ini dapat dilihat dengan semakin buruknya kinerja
industri dikarenakan biaya produksi domestik yang meningkat dengan kenaikan harga BBM
dan energi listrik. Sementara itu tingkat konsumsi energi listrik perkapita nasional serta daya
beli ekonomi yang rendah, menyebabkan efisiensi dan nilai tambah yang dihasilkannya juga
relatif rendah. Peningkatan efisiensi pemanfaatan energi memerlukan infrastruktur, teknologi
dan know-how mengenai sistem konversi dan konservasi, serta kebijakan dan manajemen
energi yang optimal.
Dampak lain dari krisis energi tersebut adalah akan diberlakukannya tarif dua kali lipat
bagi perusahaan atau industri disaat beban puncak, yang memang harganya lebih mahal. Ini
merupakan upaya mendorong pelanggan sektor industri untuk melakukan penghematan
energi. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, diperoleh indikasi yang menunjukkan
peluang penghematan energi disektor industri cukup besar, yaitu mencapai 10% sampai
dengan 30%.
Dari beberapa kajian yang telah dilakukan, pakar energi telah melakukan kajian
penghematan energi, dan membaginya dalam 5 kategori yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
12
Audit Energy
Ir. Yuriadi Kusuma, M.Sc.
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa Indonesia tergolong
negara pengguna energi yang boros. Parameter yang digunakan untuk mengukur pemborosan
energi adalah elastisitas dan intensitas energi. Elastisitas energi adalah perbandingan antara
pertumbuhan konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi. Elastisitas energi Indonesia berada
pada kisaran 1,04 1,35 dalam kurun waktu 1985 2000, sementara negara-negara maju
berada pada kisaran 0,55 0,65 pada kurun waktu yang sama.
Sedangkan yang dimaksud dengan Intensitas Energi adalah perbandingan antara jumlah
konsumsi energi per pendapatan domestik bruto (PDB). Semakin efesien suatu negara dalam
pola konsumsi energi, intensitas energinya akan semakin kecil. Intensitas energi Indonesia
mencapai angka 400, empat kali lipat dibanding Jepang yang berada pada angka 100,
sementara negara-negara Amerika Utara berada pada angka 300, negara-negara Organization
for Economics Cooperation and Development (OECD) pada 200 dan Thailand pada 350.
Untuk mengimplementasikan penghematan energi sesuai dengan Kepres No. 10 tahun
2005, sebaiknya keberhasilan negara lain seperti Jepang dan Thailand dalam melakukan
penghematan energi dengan pemberian insentif melalui bantuan audit energi pada sektor
industri, patut ditiru. Audit energi pada industri di Indonesia sudah sangat perlu dilakukan
untuk mengidentifikasi peluang konservasi dan efisiensi dalam pemakaian energi di sektor
industri. Sejalan dengan hal di atas, PT Indra Karya (Persero) telah melakukan Audit Energi
di PT SANDRATEX JAYA sebagai salah satu industri kertas yang telah melakukan
kommitmen dengan Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi.
1.
Ruang Iingkup
1.1 Standar ini memuat prosedur audit energi pada bangunan gedung.
1.2 Standar ini diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan pengelolaan gedung.
1.3Bangunan gedung yang dicakup dalam standar ini meliputi perkantoran, hotel,
pertokoan/pusat belanja, rumah sakit, apartemen dan rumah tinggal.
2.
Acuan
12
Audit Energy
Ir. Yuriadi Kusuma, M.Sc.
12
Audit Energy
Ir. Yuriadi Kusuma, M.Sc.
12
Audit Energy
Ir. Yuriadi Kusuma, M.Sc.
12
Audit Energy
Ir. Yuriadi Kusuma, M.Sc.
12
Audit Energy
Ir. Yuriadi Kusuma, M.Sc.
sekecil
mungkin
(mengurangi
daya
7 Laporan
Laporan audit energi terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
7.1 Ringkasan (Executive Summary);
7.2 Latar belakang;
7.3 Pengelolaan energi;
7.4 Pelaksanaan audit energi;
7.5 Potret penggunaan energi.
8 Rekomendasi
Rekomendasi yang dibuat mencakup masalah :
8.1 Pengelolaan energi termasuk program manajemen yang perlu diperbaiki,
implementasi audit energi yang lebih balk, dan cara meningkatkan kesadaran penghematan
energi.
8.2 Pemanfaatan energi, termasuk tangkah-Iangkah :
8.2.1 peningkatan efisiensi penggunaan energi tanpa biaya, misalnya mengubah
prosedur.
8.2.2 perbaikan dengan investasi kecil.
8.2.3 perbaikan dengan investasi besar.
12
Audit Energy
Ir. Yuriadi Kusuma, M.Sc.