Resume Pncasila Syntia
Resume Pncasila Syntia
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI tanggal 18 agustus 1945 dan tercantuk dalam Pembukaan UUD
1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan
batang tubuh UUd 1945.
Dalam penjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macaam interpretasi dan manipulasi politik
sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang
berlindung dibalik legitimasi ideology Negara Pancasila.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasia yaitu sebagai dasar Negara Republik
Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan sidang Istimewa MPR tahun
1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan
Pancasila sebagai setu-satunya azas bagi orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut
sekaligus mencabut mandate MPR yang diberikan kepada Presiden atan wewenangnya
untuk membudayakan Pancasila melalui P-4 dan azas tunggal Pancasila.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi Pancasila oleh para penguasa pada
masa lampau , banyak kalangan elit serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa
Pancasila merupakan label politik dari masa Orde Baru. Sehingga mengembangkan serta
mengkaji Pncasila dianggap akan mengembalikan kewibawaan Orde Baru. Pandangan
yang sinis serta uapaya untuk melemahkan peranan ideology Pancasila pada era
Reformasi dewasa ini akan sangat berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yang
melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideology Negara yang kemudian pada
gilirannnya akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama
dibina, dipelihara serta didambkana bangsa Indonesia sejak dulu.
Bukti yang secara objektif dapat disaksikan adalah terhadap hasil reformasi yang
telah berjalan selama ini, berlum menampakkan hasil yang dapat dinikmati oleh rakyat,
nasionalisme bangsa rapuh, sehingga martabat bangsa Indonesia dianggap rendah di
masyarakat internasional.
1. Landasan Pendidikan Pancasila
a. Landasan Historis
Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa
Indonesia menemukan jati dirinya, yang didalamnya tersimpul cirri khas,
sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang oleh para
pendiri Negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namum
mendalam, yang meliputi 5 prinsip yang kemudaian diberi nama Pancasila.
b. Landasan Kultural
1. berobyek
2. bermetode
3. bersistem
4. bersifat universal
1. Berobyek
Dalam filsafat, ilmu pengetahuan dibedakan antara obyek forma dan obyek
materia. Obyek materia Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam
pembahasan Pancasila. Pancasila dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
misalnya : Moral (moral Pancasila), Ekonomi (ekonomi Pancasila), Pers (Pers
Pancasila), Filsafat (filsafat Pancasila), dsb. Obyek Materia Pancasila adalah
suatu obyek yang merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila baik
yang bersifat empiris maupun non empiris. Bangsa Indonesiasebagai kausa
materia (asal mula nilai-nilai Pancasila), maka obyek materia pembahasan
Pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala aspek budaya dalam
bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Obyek materia empiris berupa lembaran
sejarah, bukti-bukti sejarah, benda-benda sejarah dan budaya, Lembaran Negara,
naskah-naskah kenegaraan, dsb. Obyek materia non empiris non empiris meliputi
nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral, nilai-nilai religius yang tercermin dalam
kepribadian, sifat, karakter dan pola-pola budaya.
2. Bermetode
Metode adalah seperangkat cara/sistem pendekatan dalam rangka pembahasan
Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat obyektif. Metode
dalam pembahasan Pancasila sangat tergantung pada karakteristik obyek forma
dan materia Pancasila. Salah satu metode adalah analitico syntetic yaitu suatu
perpaduan metode analisis dan sintesa. Oleh karena obyek Pancasila banyak
berkaitan dengan hasil-hasil budaya dan obyek sejarah maka sering digunakan
metode hermeneutika yaitu suatu metode untuk menemukan makna dibalik
obyek, demikian juga metode koherensi historisserta metode pemahaman
penafsiran dan interpretasi. Metode-metode tersebut senantiasa didasarkan atas
hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan.
3. Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan sesuatu yang bulat dan utuh. Bagianbagian dari pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan antara bagianbagian saling berhubungan baik hubungan interelasi (saling hubungan maupun
interdependensi (saling ketergantungan). Pembahasan Pancasila secara ilmiah
harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan (majemuk tunggal) yaitu ke lima
sila baik rumusan, inti dan isi dari sila-sila ancasila merupakan kesatuan dan
kebulatan.
4. Universal
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal artinya
kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, keadaan, situasi, kondisi maupun
jumlah. Nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau dengan kata lain intisari,
esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakekatnya bersifat
universal.
Kausal
Normatif
Essensial
= suatu pertanyaan apa
1. Pengetahuan Deskriptif
Pengetahuan deskriptif yaitu suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu
keterangan, penjelasan obyektif. Kajian Pancasila secara deskriptif berkaitan
dengan kajian sejarah perumusan Pancasila, nilai-nilai Pancasila serta kajian
tentang kedudukan dan fungsinya.
2. Pengetahuan Kausal
Pengetahuan kausal adalah suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang
sebab akibat. Kajian Pancasila secara kausal berkaitan dengan kajian proses
kausalitas terjadinya Pancasila yang meliputi 4 kausa yaitu kausa materialis,
kausa formalis, kausa efisien dan kausa finalis. Selain itu juga berkaitan dengan
Pancasila sebagai sumber nilai, yaitu Pancasila sebagai sumber segala norma.
3. Pengetahuan Normatif
Pengetahuan normatif adalah pengetahuan yang berkaitan dengan suatu ukuran,
parameter serta norma-norma. Dengan kajian normatif dapat dibedakan secara
normatif pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan (das sollen) dan
kenyataan faktual (das sein) dari Pancasila yang bersifat dinamis.
4. Pengetahuan Esensial
Pengetahuan esensial adalah tingkatan pengetahuan untuk menjawab suatu
pertanyaan yang terdalam yaitu pertanyaan tentang hakekat sesuatu.Kajian
Pancasila secara esensial pada hakekatnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan
tentang intisari/makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila (hakekat Pancasila).
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai
rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara sebagai
berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
b. Mr. Soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima dasar
negara sebagai berikut :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan bathin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar
negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai berikut :
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila yaitu
Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio Demokrasi (Demokrasi
dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa. Adapun Tri Sila masih
diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya adalah gotong royong.
d. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI (Panitia
Sembilan) yang menghasilkan Piagam Jakarta dan didalamnya termuat Pancasila
dengan rumusan sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pengertian Pancasila Secara Terminologis
Dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh
PPKI tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN
BANGSA INDONESIA
A. Pengantar
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disyahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai nilai telah ada pada bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan Negara yang berupa nilai
nilai adapt istiadat, kebudayaan serta nilai nilai relidius.
Borobudur ( Candi agama Budha pada abad ke IX ), dan candi Prambanan ( Candi agama
Hindu pada abad X ).
E. Kerajaan Majapahit
Pada tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit yang mencapai zaman
keemasaannya pada pemerintah Raja Hayam Wuruk dengan Majapahit Gajah Mada yang
dibantu oleh Laksmana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara.
Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat
istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah
kita jumpai seloka pertsatuan nasional yaitu Bhineka Tunggal Ika : yang bunyi
lengkapnya Bhineka Tunggal Ika Hana Dharma Mangrua artinya walaupun berbeda,
namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda.
F. Zaman Penjajahan
Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka berkembanglah agama
Islam dan pesatnya di Indonesia. Bersaman dengan itu berkembang pula lah kerajaan
islam seperti Kerajaan Denmark, dan mulailah berdatangan orang , Eropa di Nusantara
mereka itu antara lain orang Portugis yang kemudiaan diikuti oleh orang orang Spanyol
yang ingin mencari pasal tanaman rempah rempah.
G. Kebangkitan Nasional
Pergerakan nasional di tanah air dilatarbelakangi adanya pergolakan kebangkitan
dari Dunia Timur, yaitu munculnya kesadaran akan kekuatannya sendiri, antara lain dari
Filipina (1898) yang dipimpin oleh Jose Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tunisia
(1905), Sun Yat Zen dari China melawan Jepang (1911) , India yang dipelopori oleh
Nehru dan Mahatma Gandhi melawan Inggris. Adapun di Indonesia pergerakan nasional
yang merupakan kebangkitan akan kesadaran kebangsaan (nasional) dipelopori oleh dr.
Soetomo dan dr. Wahidin Soediro Hoesodo dengan nama Boedi Oetomo (BO) yang
didirikan pada tanggal 2 Mei 1908. Asas yang digunakan adalah kooperatif serta
bertujuan mengangkat derajat bangsa Indonesia agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
Hanya dengan melalui pendidikan cita-cita ini akan tercapai. Setelah itu muncul
pergerakan-pergerakan lain, yakni SDI, SI, Indische Partij dan seterusnya. Pada mulanya
pergerakan-pergerakan itu berasaskan kooperatif, namun perkembangannya berubah
menjadi non kooperatif, awalnya bertujuan hanya berhubungan dengan perdagangan,
sosial, agama dan pendidikan, namun kemudian meningkat menjadi sebuah tuntutan
politik, yaitu Indonesia Merdeka.Tujuan merdeka diekspresikan dengan kata-kata yang
dipelopori oleh kaum muda dari seluruh nusantara, dari Jawa Jong Java, dari Ambon Jong
Ambon, dari Sulawesi Jong Celebes, dari Sumatra Jong Sumatra, sedangkan tokoh-tokoh
pemudanya antara lain Moh. Yamin, Wongsonegoro, dan Kuncoro Probopranoto.
Perjuangan rintisan kesatuan nasional para pemuda dimanifestasikan dalam bentuk ikrar,
maka pada kongres Pemuda ke II pada tanggal 28 Oktober 1928, ikrar tersebut
diwujudkan dalam Sumpah Pemuda, berisi : Berbangsa satu, bangsa Indonesia,
berbahasa satu, bahasa Indonesia dan bertanah air satu, tanah air Indonesia, bersama
itu pula dikumandangkan Lagu Indonesia Raya ciptaan W R Supratman..
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Berbeda dengan Moh. Yamin, beliau tidak mengemukakan rumusan calon dasar
Negara, tetapi hanya mengemukakan teori-teori Negara sebagai berikut:
1. Teori Negara Perorangan (Individualis)
Teori ini diajarkan oleh Thomas Hobbes (abad 17), JJ Rousseau (abad 18), Hebert
Spencer (abad 19) dan H.J Laski (abad 20). Menurut mereka, Negara adalah masyarakat
hukum (legal society) yang disusun atas kontrak (teorinya disebut Kontrak
Sosial/Contract Social) antara seluruh individu dengan pemerintah atau penguasa. Paham
ini banyak dianut oleh negara-negara di Eropa dan Amerika.
2. Paham Negara Kelas atau Teori Golongan (Class Theory)
Teori ini diajarkan oleh Karl Marx, Engels dan Lenin yang mengatakan bahwa
negara adalah alat dari suatu golongan atau kelas (Borjuis) iuntuk menindas kelas yang
lain (Proletar). Negara kapitalis adalah alat kaum borjuis, maka ajaran Marxis
menganjurkan kaum proletar (kaum yang tidak memiliki modal) meraih kekuasaan
dengan jalan ganti menindas kaum borjuis, class action (gerakan massa) atau revolusi.
Paham ini populer dengan istilah Komunis. Paham ini dianut oleh negara China, Kuba,
Korea Utara.
3. Paham Negara Integralistik
Paham ini diajarkan Spinoza, Adam Muller dan Hegel (abad 18-19). Menurut
paham ini Negara bukan menjamin perseorangan atau golongan, tetapi menjamin
kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai suatu persatuan. Negara adalah susunan
masyarakat integral, dengan segala golongan, bagian yang anggotanya saling
berhubungan dan merupakan kesatuan organis. Negara memberi penghidupan bangsa
seluruhnya, negara tidak memihak salah satu golongan/kelompok, yang terpenting bahwa
negara menjaga dan menjamin keselamatan hidup bangsa sebagai suatu persatuan
(Sekretaris Negara, 1995:33).
Di Indonesia dihindarkan adanya dominasi mayoritas dan tirani minoritas. Yang
dimaksud dominasi mayoritas adalah suatu kelompok yang jumlahnya banyak (besar)
memegang peranan penting dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara dan
mengabaikan kepentingan kelompok yang jumlahnya kecil. Misal: jaman Orde Baru
dikenal Partai Golongan Karya sebagai Partai Single Mayority, sehingga di dalam segala
pengambilan keputusan selalu menang. Timbulnya dominasi mayoritas merupakan
kosekuensi logis dari hasil demokrasi. Sedangkan yang dimaksud dengan tirani minoritas,
adalah kelompok yang jumlahnya kecil, tetapi memegang peranan penting, karena segala
kebijakan yang akan diambil mempengaruhi tata kehidupan masyarakat pada umumnya.
Misal: pengambilan keputusan dari Pengusaha, tentang kenaikan harga minyak goreng
akan berpengaruh dalam sektor usaha (ekonomi) masyarakat.
C. Ir Soekarno (1 Juni 1945)
Dalam pidatonya, Ir. Soekarno mengajukan rumusan calon dasar Negara dengan
lima asas yang diberi nama PANCASILA. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan
2. Internationalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan
J. Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945)
Penyusunan pancasila oleh panitia sembilan, serta pemakaian istilah hukum
dasar diganti dengan undang-undang dasar karena hal ini merupakan hukum retulis atas
saran prof. Soepomo. Serta membahas bentuk negara yang setuju adalah pro republik.
Keputusan-keputusan lain adalah membentuk panitia kecil. Perancang undang-undang
dasar di ketuai oleh Soekarno, panitia ekonomi dan keuangan di ketuai oleh Moh. Hatta
dan pembea tahan air di ketuai oleh Abikusno Tjokrosoejono.
Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan popular disebut
dengan panitia sembilan yang anggotanya adalah sebagai berikut:
1.
Ir. Soekarno
2.
Wachid Hasyim
3.
Mr. Muh. Yamin
4.
Mr. Maramis
5.
Drs. Moh. Hatta
6.
Mr. Soebarjo
7.
Kyai Abdul Kahar Muzakir
8.
Abikoesmo Tjokrosoejoso
9.
Haji Agus Salim
Panitia Sembilan yang diketahui oleh Ir. Soekarno menyetujui Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar, rancangan Preambule UUD, yang bunyinya sebagai berikut:
. Maka disusunlah kemerdekaan bangsa Indonesia itu dalam suatu hukum
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar pada: Ketuhanan dengan menjalankansyariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
Beberapa keputusan penting hasil sidang kedua BPUPKI adalah:
1. Pada tanggal 10 Juli 1945 menghasilkan keputusan, yaitu tentang Wilayah
Negara Baru. Ada tiga usulan: a). Daerah Hindia Belanda yang dulu, b). Hindia
Belanda ditambah dengan Malaya, Borneo Utara Borneo Inggris), Irian Timur,
Timor Portugis dan pulau-pulau sekitarntya dan c). Hindia Belanda ditambah
Malaya dan dikurangi Irian Barat. Berdasarkan hasil pemungutan suara dari 66
suara , yang memilih kelompok a) berjumlah 19, yang memilih kelompok b) 39
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Halhal yeng mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno Hatta
b. Sidang PPKI
Sehari setelah Proklamasi keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidangnya yang pertama.
1.
Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan sebagai
berikut :
Mengesahkan Undang-Undang dasar 1945 yang meliputi :
Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta yang kemudian berfungsi
sebagai pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari badan penyilidik pada
tanggal 17 juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan
perubahan piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai undang-undang dasar 1945.
Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan Musyawarah
darurat.
iii.
1. Membubarkan Konstituante
2. Menetapkan kembali UUDS 45 dan tidak berlakunya kembali UUDS50
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
Berdasarkan Dekrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di negara
Republik Indonesia hingga sat ini.
Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu putusan dari orang tertinggi(kepala negara atau orang lain)
yang merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bila
negara dalam keadaan darurat, keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya.
Landasan mukum dekrit adalah Hukum Daruratyang dibedakan atas dua macam yaitu :
a. Hukum Tatanegara Darurat Subyektif
Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi
wewenang kepada orang tertinggi untuk mengambil tindakan-tindakan hukum.
b. Hukum Tatanegara Darurat Objektif
Hukum Tatanegara Darurat Objektif yaitu suatu keadaan hukum yang
memberikan wewenang kepada organ tertinggi negara untuk mengambil tindakantindakan hukum, tetapi berlandaskan konstitusi yang berlaku.
Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 keadaan tatanegara Indonesia mulai stabil,
keadaan ini dimanfaatkan oleh kalangan komunis dengan menanamkan ideology
belum selesai. Ideology pada saat itu dirancang oleh PKI dengan ideology Manipol
Usdek serta konsep Nasakom. Puncak peristiwa pemberontakan PKI pada tanggal 30
September 1965 untuk merebut kekuasaan yang sah negara RI, pemberontakan ini
disertai dengan pembunuhan para Jendral yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI
tersebut berupaya untukmenggabti secara paksa ideology dan dasar filsafat negara
Pancasila dengan ideology komunis Marxis. Atas dasar tersebut maka pada tanggal
1Oktober 1965 diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
dengan jalan menindak pengacau keamanan yang dilakukan oleh PKI. Orde Baru
berangsur-angsur melaksanakan programnya dalam upaya merealisasikan pembangunan
nasional sebagai perwujudan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang
artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau
wisdom.Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna cinta kebijaksanaan.
Keseluruhan arti filsafat dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.
1. Filsafat sebagai jenis ilmu pengetahuan, ilmu,konsep,pemikiran-pemikiran
dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran
atau sistem filsafat tertentu.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dari aktivitas berfilsafat
Filsafat sebagai suatu proses,yang dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk
suatu akftivitas berfilsafat,dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan
menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.
Adapun
cabang-cabang
filsafat
yang
pokok
adalah
sebagai
berikut:
1. Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
2.
3.
4.
5.
Kesatuan
sila-sila
Pancasila
yangMajemuk
Tunggal hierarkhis
Piramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal ini dimaks
udkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya. Adapun rumusan
kesatuansila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan yang adil
dan beradab,
berpersatuan Indonesia,
berkerakyatan yang
dipimpin
oleh hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah ber-Ketuhanan yangMaha
Esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin olehhikmat
kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilansosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila
Persatuan
Indonesia
adalah
ber-Ketuhanan
yang
Maha
Esa, berkemanusiaan yangadil dan beradab, berkerakyatan yangdipimpin oleh
hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan / perwakilan dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sila
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan adalah ber- Ketuhanan yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia dan berk
eadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah berKetuhananyang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
sendiri yang memiliki nilai-nilai adat istiadat serta kebudayaan dan nilai religius maka
diantara bangsa Indonesia sebagai pendukung sila-sila Pancasila dengan Pancasila sendiri
sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki kesesuaian yang bersifat korespondensi.
3.
raRepublik Indonesia
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup
bangsaIndonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang
bulat dan utuh,hierarkhis dan sistematis. Dalam pengertian inilah maka sila-sila Pancasila
merupakan suatusistem filsafat. Konsekuensinya kelima sila bukan terpisah-pisah dan
memiliki maknasendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi serta makna yang utuh.Selain
itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat objektif dansubjektif.
Artinya
esensi
nilai-nilai
Pancasila
adalah
bersifat
universal
yaitu
Ketuhanan,Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Sehingga dimungkinkan
dapat diterapkan pada negara lain walaupun barangkali namanya bukan Pancasila.
Artinya jikalausuatu negara menggunakan prinsip filosofi bahwa negara Berketuhanan,
Berkemanusiaan,Berpersatuan, Berkerakyatan dan Berkeadilan, maka negara tersebut
pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari nilai sila-sila Pancasila. Nilainilai Pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar sertamotivasi
atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan
kenegaraan. Dengan perkataan lain bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan das Sollen
ataucita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das
Sein.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara
Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental. Adapun
pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung
empat pokok pikiranyang jika dianalisis makna yang terkandung di dalam nya tidak lain
adalah merupakanderivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.
1. Bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu Negara yangmelindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,mengatasi segala paham
golongan maupun perseorangan (Sila ke-3).
2. Bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruhrakyat
Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkankesejahteraan umum
bagi seluruh warga negara, mencerdaskankehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial (Sila ke-5).
3. Bahwa negara berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan
dan permusyawaratan/perwakilan. Hal ini menunjukan bahwa negaraIndonesia
adalah negara demokrasi yaitu kedaulatan ditangan rakyat(Sila ke-4).
4. Bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa menurutdasar
kemanusiaan
yang
adil
dan
beradab.
Hal
ini
mengandung
arti bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaban semua agamadalam
pergaulan hidup negara (Sila ke-1 dan 2).
E. Inti Sila-sila Pancasila
Dalam sila kelima terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai
tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima tersebut terkandung nilai
keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Nilainilai keadilan yang harus terwujud dalam dalalm hidup bersama adalahmeliputi
(1)
keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan negara terhadap warganya, dalam arti
pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi,dalam
bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasarkan atas hak dan kewajiban. (2) keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu
suatuhubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam masalah ini
pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
perundang-undanganyang berlaku dalam negara. (3) keadilan komutatif, yaitu suatu
hubungan keadilan antarawarga satu dengan lainnya secara timbal balik.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
A. Pengantar
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan nilai, sumber
dari segala penjabaran norma. Dalam filsafat Pancasila terkandung suatu pemikiranpemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis, dan komperhensif. Sebagai
suatu nilai, Pancasila memberi dasar yang bersifat fundamental dan universal. Norma
tersebut meliputi:
Norma moralyaitu berkaitan dengan tingkah laku manusia.
Norma hukum yaitu suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
Atas dasar pengertian inilah nilai-nilai Pancasila sebenarnya berasal dari bangsa
Indonesia sendiri atau Indonesia sebagai asal mula materi (kausa materialis) nilai-nilai
Pancasila.
Pengertian Etika
Etika masuk pada kelompok filsafat praktis yang dibagi menjadi 2, yaitu etika
umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran dan pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana untuk mengambil
sikap yang bertanggung jawab terhadap ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan
etika khusus membahas prinsip-prinsip dalam hubungannya diberbagai aspek kehidupan
(Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi 2, yaitu:
Etika individual yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri.
Etika social membahas tentang kewajiban manusia terhadap lingkungan
masyarakat.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Rohani
ini dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
a. Nilai kebenaran yang berasal dari akal
b. Nilai keindahan/nilai estetis yang berasal dari unsur perasaan
c. Nilai kebaikan/nilai moral yang berasal pada unsur kehendak
d. Nilai religious yang berasal dari kepercayaan/keyakinan manusia.
Menurut N. Rescher, pembagian nilai berdasarkan pembawa nilai (trager), hakikat
keuntungan yang diperoleh, dan hubungan antara pendukung nilai dan keuntungan yang
diperoleh.
3.
Nilai bersifat subjektif dan objektif. Bersifat subjektif apabila nilai tersebut
diberikan oleh subjek (dalam hal ini manusia sebagai pendukung pokok nilai) dan bersifat
objektif apabila nilai tersebut melekat pada sesuatu (terlepas dari penilaian manusia).
Wujud dari sutau nilai adalah norma. Moral merupakan suatu ajaran bagaimana manusia
harus hidup dan bertindak dengan sebaik-baiknya. Istilah moral mengandung integritas
dan martabat pribadi manusia sehingga derajat manusia tersebut ditentukan oleh moralitas
yang dimilikinya.
C. Etika Politik
Etika politik berkaitan dengan moral manusia. Hal ini berdasarkan pada
kenyataan moral selalu menunjuk pada manusia sebagai subjek etika. Walaupun
hubungannya dengan masyarakat bangsa atau negara, etika politik tetap meletakkan dasar
fundamental manusia sebagai manusia.
Hal ini didasarkan pada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan
berbudaya. Aktualisasi etika politik senantiasa berdasarkan pada harkat dan martabat
manusia sebagai manusia (Suseno, 1987:15).
1. Pengertian Politik
Politik berasal dari kata Politics yang bermakna bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan dan
pelaksanaan tujuan. Untuk melaksanakan kebijaksanaan diperlukan suatu kekuasaan
(power) dan kewenangan (authority).
2. Dimensi Politis Manusia
a. Manusia sebagai Makhluk Individu-Sosial
Dasar filosofis dalam Pancasila mendasarkan hakikat kodrat manusia adalah
bersifat monodualis, yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Hal ini
dikarenakan manusia tidak bisa hidup mandiri, selalu bergantung pada orang lain.
b. Dimensi Politis Kehidupan Manusia
Dimensi politis kehidupan manusia mempunyai 2 segi fundamental, yaitu
pengertian dan kehendak untuk bertindak. Penataan efektif masyarakat adalah
penataan yang de fakto, yaitu penataan yang berdasarkan kenyataan menentukan
kelakuan masyarakat. Maka dari itu, etika politik berkaitan dengan objek forma etika,
yaitu tinjauan berdasarkan prinsip-prinsip dasar etika, terhadap objek material politik
yang meliputi legitimasi negara, hukum, kekuatan, serta penilaian kritis terhadap
legitimasi-legitimasi tersebut.
3. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik
BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
A. Pengertian Asal Mula Pancasila
Kemajuan alam pikir manusia sebagai individu maupun kelompok telah
melahirkan persamaan pemikiran dan pemahaman kearah perbaikan nilai-nilai hidup
manusia itu sendiri. Paham yang mendasar dan konseptual mengenai cita-cita hidup
manusia merupakan hakikat ideologi. Dijadikannya manusia bersuku-suku dan
berbangsa-bangsa didunia ternyata membawa dampak kepada ideologi yang berbedabeda sesuai dengan pemikiran, budaya, adat-istiadat dan nilai-nilai yang melekat dalam
kehidupan masyarakat tersebut.
Indonesia terlahir melalui perjalanan yang sangat panjang mulai dari masa
kerajaan Kutai sampai masa keemasan kerajaan Majapahit serta munculnya kerajaankerajaan Islam. Kemudian mengalami masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kondisi ini
telah menimbulkan semangat berbangsa yang satu, bertanah air satu dan berbahasa satu
yaitu Indonesia. Semangat ini akhirnya menjadi latar belakang para pemimpin yang
mewakili atas nama bangsa Indonesia memandang pentingnya dasar filsafat negara
sebagai simbol nasionalisme.
Kajian pengetahuan proses terjadinya Pancasila dapat ditinjau dari aspek
kausalitasnya dan tinjauan perspektifnya dapat dibedakan menjadidua yaitu : aspek asal
mula langsung dan aspek asal mula tidak langsung.
1. Asal Mula Langsung
Asal mula langsung tentang pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya
pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang
proklamasi kemerdekaan. Adapun rincian asal mula langsung pancasila tersebut menurut
Notonagoro (1975) adalah sebagai berikut.
a. Asal Mula Bahan atau Kausa Materialis dalah bahwa Pancasila bersumber dari
nilai-nilai adat istiadat, budaya dan nilai religius yang ada dalam kehidupan
sehari hari masyarakat Indonesia.
b. Asal MulaBentuk atau Kausa Formalis adalah kaitan asal mula bentuk, rumusan
dan nama Pancasila sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang
merupakan pemikiran Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan para anggota BPUPKI.
c. Asal Mula Karya atau Kausa Effisien adalah penetapan Pancasila sebagai calon
dasar negara menjadi dasar negara yang sah oleh PPKI.
d. Asal Mula Tujuan atau Kausa Finalis adalah tujuan yangdiinginkanBPUPKI,
PPKI termasuk didalamnya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari rumusan
Pancasila sebelum disahkan oleh PPKI menjadi Dasar Negara yang sah.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup
sehari-hari bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara yaitu :
Nilai Ketuhanan
Nilai Kermanusiaan
Nilai Persatuan
Nilai Kerakyatan
Nilai Keadilan
b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara
yaitu :
Nilai adat istiadat
Nilai kebudayaan
Nilai religious
c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal
mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil sintesa
paham-paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.
3. Bangsa Indoenesia ber-Pancasila dalam Tri Prakara
Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah
kebangsaan Indonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu :
a. Pancasila Asas Kebudayaan
b. Pancasila Asas Religius
c. Pancasila Asas Kenegaraan
B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA
Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta
dimensi masing-masing yang konsekuensi aktualisasinya pun memiliki aspek yang
berbeda-beda, walaupun hakikat dan sumbernya sama.
a. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah suatu
wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hiudp berfungsi sebagai
kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar
manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Pandangan hidup bangsa dapat disebut
sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat disebut sebagai
ideologi negara.
1. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar
1945.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
4. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945 bagi penyelenggara negara.
DENGAN
PAHAM
Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Ideologi Pancasila mengakui kebebasan dan
kemerdekaan individu yang berarti tetap mengakui dan menghargai kebebasan individu
lain.
Negara Pancasila
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka
bangsa Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu
yang karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa ini
mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan,
Negara Kebangsaan serta Negara yang bersifat Integralistik.
1. Paham Negara Persatuan
Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa rakyat, wilayah,
dan kedaulatan pemerintah.
Bhineka Tungga lIka
Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa
meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang
memiliki adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki agama yang
berbeda dan terdiri dari beribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun
keseluruhannya merupakan suatu persatuan yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.
2. Paham Negara Kebangsaan
Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, dan bangsa
yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian
ini disebut sebagai negara.
a. Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah suatu
totalitas kelompok masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana
terjadipadabangsasosialiskomunis.
b. Teori Kebangsaan
Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :
6. Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau golongannya saja namun
menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
7. Negara
menjamin
keselamatan
hidup
bangsa
seluruhnya.
d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang
Maha Esa
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan. Maka,
bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan, demiian pula
setiap warganya juga berKetuhanan Yang Maha Esa.
1. Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna terdapat
kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan negara Yng merupakan
dasar untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan yang baikbagi
masyarakat dan penyelenggara negara.
2. Hubungan Negara dan Agama
Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat
dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai
manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan dengan manusia lain untuk
mencapai tujua bersama. Oleh karena itu, negara memiliki sebab akibat langsung dengan
manusia karena manusia adalah sebgaai pendiri negara. Hubungan ini sangat ditentukan
oleh dasar ontologis setiap individu.
Hubungan Negara dan Agama Menurut Pancasila
Hubungan menurut Pancasila adalah sebagai berikut :
Negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan
konsekuensi setiap warga memiliki hak untuk memeluk dan menjalankan ibadah
sesuai agama masing-masing.
Tidak mengakui atheisme dan sekularisme.
Tidak mengizinkan pertentangan agama, golongan agama, inter serta antar
pemeluk agama tertentu.
Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama tertentu.
Memberikan toleransi terhadap pemeluk agama lain yang menjalankan ibadah.
Segala peraturan harus sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Theokrasi
Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-firman
Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara didasarkan atas
firman Tuhan.
Negara Theokrasi Langsung
Doktrin dan ajaran yang berkembang dalam negara Theokrasi langsung sebagai
upaya memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam
negara.
Negara Theokrasi Tidak Langsung
Bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan Kepala Negara
atau
Raja
yang
memerintah
negara
atas
kehendak
Tuhan.
Hubungan Negara dan Agama Menurut Sekularisme
Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara. Bentuk,
sistem segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya dengan agama. Sekularisme
bepandanagn bahwa masalah keduniawian berhubungan dengan manusia saja tanpa
Tuhan.
5. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan
Yang Adil dan Beradab
Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia.
Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan
yang Chauvimisme.
6. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan
Pokok-pokok yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara dapat
dirinci sebagai berikut :
Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai kedudukan
dan hak yang sama.
Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan mempertimbangkan
kepentingan negara dan masyarakat.
Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada
dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.
Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu dimusyawarahkan.
Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.
Musyawarah untuk mencapai mufakat disertai semangat kebersamaan.
7. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan social
Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia harus
mengakui dan melindungi hak asasi manusia. Dalam hidup bersama baik dalam
masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial) yang
meliputi 3 hal :
a. Keadilan Distributif
b. Keadilan Legal
c. Keadilan Komutatif
Ideologi Liberal
Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang
disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan unsur
fundamental.
Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan
sumber perbedaan konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa rakyat
adalah sebagai suatu kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun negara,
bahkan komunisme menekankan bahwa rakyat adalah suatu totalitas di atas eksistensi
individu.
BAB VI
PANCASILA
DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA
A. PENGANTAR
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini, Pancasila
merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara,
termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya,
seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilainilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu
Undang-Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi.
Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar
negara. Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga
negara, keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki
kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan
berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
B. PEMBUKAAN UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal UUD
1945, disahkan oleh Ppki pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No.7.
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasalpasal UUD 1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan,
namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.
1. Pembukaan
UUD
1945
sebagai
Tertib
Hukum
Tertinggi
Keududukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia
memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu :
a. Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia
b. Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala
sumber hukum Indonesia.
2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Aadanya Tertib Hukum Indonesia
Syarat-syarat tertib hukum Indonesia dianataranya adalah :
a. Adanya kesatuan subjek
b. Adanya kesatuan asas kerohanian
c. Adanya kesatuan daerah
d. Adanya kesatuan waktu
3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
a. Dari segi terjadinya
Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir
sebagai penjelmaan kehendak Pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal
tertntu sebagai dasar-dasar negara yang dibentuknya.
b. Dari segi isinya
Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :
1) Dasar tujuan Negara
2) Ketentuan diadakannya UUD Negara
3) Bentuk Negara
4) Dasar filsafat Negara
4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara
Republik Indonesia
Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 194 sebagai naskah Proklamasi yang
terinci sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan RI, serta dalam ilmu hukum
memenuhi syarat bagi terjadinya suatu tertib hukum Indonesia dan sebagi Pokok Kaidah
Negara yang Fundamental.
5. Tujuan Pembukaan UUD 1945
1. Alinea I : mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah
selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari moral
bangsa Indonesia untuk merdeka.
2. Alinea II : menetapkan cita-cita Indonesia yang ingin dicapai dengan
kemerdekaan yaitu terpeliharanya secara ungguh-sungguh kemerdekaan dan
kedauatan negara, kesatuan bangsa, negara dan daerah atas keadlian hukum dan
moral bagi diri sendiri dan pihak lain serta kemakmuran bersama yang
berkeadlian.
3. Alinea III : menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi permulaan dan
dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia yang luhur
dan suci dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Alinea IV : melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar
tertentu sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap dan praktis yaitu
dalam realisasi hidup bersama dalam suatu negara Indonesia.
6. Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang Terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945
C. HUBUNGAN PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UUD 1945
Dalam hubungannya dengan Batang Tubuh UUD 1945, menempatkan pembukaan UUD
1945 alinea IV pada kedudukan yang amat penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa
sebenarnya hanya alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti sari
Pembukaan dalam arti sebenarnya.
D. HUBUNGAN
PEMBUKAAN
UUD
1945
DENGAN
PANCASILA
Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat
Negara Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal
balik sebagai hubungan secara formal dan hubungan secara material.
E. HUBUNGAN
PEMBUKAAN
UUD
1945 DENGAN
PROKLAMASI
Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuanyang utuh dan apa yang terkandung
dalam pembukaan adalah merupakan amanat daris eluruh Rakyat Indonesia tatkala
mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama.
b.
dalam kerangka tujuan bersama, bukan bersifat liberal yang hanya mendasarkan pada
kebebasan individu saja dan juga bukan demokrasi klass.
Secara umum didalam sistem pemerintahan yang demokratis senantiasa
mengandung unsur-unsur yang paling penting dan mendasar yaitu:
1. Keterlibatan warga Negara dalam pembuatan keputusan politik.
2. Tingkat persamaan tertentu diantara warga Negara.
3. Tingkat kebebasan atau kemerdekan tertentu yang di akui dan dipakai oleh warga
Negara.
4. Suatu sistem perwakilan.
5. Suatu sistem pemilihan kekuasan mayoritas.
Berdasarkan unsur-unsur tersebut maka demokrasi mengandung ciri yang
merupakan patokan yaitu setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa warga Negara
seharusnya terlibat dalam hal tertentu,dalam bidang pembuatan keputusan-keputusan
politik, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melalui wakil pilihan
mereka. Ciri lain yang tidak boleh di abaikan adalah adanya keterlibatan atau partisipasi
warga Negara baik langsung maupun tidak langsung didalam proses pemerintahan
Negara.
b. Sistem pemerintahan Negara menurut UUD hasil amandemen 2002 sistem
pemerintahan Negara Indonesia ini dibagi menjadi tujuh yaitu:
1.
2.
3.
4.
serta
peraturan-peraturan itu sesuai UUD 1945. Melalui wewenang DPR juga menilai dsn
mengawasi wewenang lembagaga lainya.
Hubungan antara DPR dan Presiden.
Sebagai sesama lembaga dan sesame anggota badan legislative maka DPR dan
Presiaden bersama.
1. Membuat UUD (pasal 5 ayat 1, 20 dan 21)
2. Menetapkan UUD tentang anggaran, pendapatan dan belanja Negara (pasal 23
ayat 1)
Bentuk kerja sama antara DPR dan presiden mengingkari patner legislatifnya.
Presiden harus memprihatikan, mendengarkan perkonsultasi dan dalam banyak hal,
memberikan keterangan-keterangan serta laporan-laporan kepada DPR dan meminta
pendapatnya untuk pengawasan tersebut maka DPR mempunyai wewenang yaitu:
1. Hak budget yaitu hak untuk menyusun rancangan anggaran belajar dan
pendapatan Negara (pasal 23 ayat 1).
2. Hak inisiatif yaitu hak untuk mengusulkan rancangan UUD (pasal 21 ayat 1 ).
Dengan adanya wewenang DPR tersebut, maka sepanjang tahun terjadi
musyawaroh yang diatur pemerintah dan DPR, DPR mempunyai kesempatan untuk
mengemukakan pendapat rakyat sevara kritis terhadap kejagsaan dan politik pemerintah.
Hubungan antara DPR dan Mentri-Mentri.
manusia
tidak
dapat
dipisahkan
dengan
hakikat
kodrat
manusia
tersebut.
BAB VII
SEBAGAI PERADIGMA KEHIDUPAN DALAM
BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
A. PENGERTIAN PARADIGMA
Paradigma merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis
yang umum sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan
dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri
serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
kehendak, asepk raga, aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek
kehidupan ketuhanannya. Kemudian dijabarkan dalam bebagai bidang pembangunan
antara lain politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan,
teknologi serta agama.
C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI
Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering
diteriakkan dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap
sumbernya itu sendiri. Reformasi harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform
yang jelas dan bagi bangsa Indonesia Nilai-Nilai Pancasila itulah yang merupakan
paradigma Reformasi Total tersebut.
GERAKAN REFORMASI
Awal keberhasilan gerakan Reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden
Soeharto pada 21 Mei 1998 yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden
Prof. Dr. B. J. Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti dengan
pembentukan Kabinet Reformass Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang
merupakan pemerintahan transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk
melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Dengan
demikian, reformasi harus diikuti juga dengan reformasi hukum bersama aparat
penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi pemerintahan.
dasar-dasar
moral,
diharapakan
supaya
para
elit
politik
dan
penyelenggaranya memiliki budi pekerti yang luhur, dan berpegang pada cita-cita moral
rakyat yang luhur. Sebagai warga negara indonesia manusia harus ditempatkan sebagai
subjek atau pelaku politik, bukan sekedar objek politik yang diharapkan kekuasaan
tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Karena Pancasila sebagai paradigma dalam berpolitik, maka sistem politik di indonesia
berasaskan demokrasi, bukan otoriter.
Berdasar pada hal diatas, pengembangan politik di indonesia harus berlandaskan
atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral
keadilan, apabila pelaku politik baik warga negara maupun penyelenggaranya
berkembang atas dasar moral tersebut maka akan menghasilkan perilaku politik yang
santun dan bermoral yang baik.
lebih sejahtera, oleh sebab itu kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas,
monopoli dan yang lainnya yang berakibat pada penderitaan dan penindasan manusia.
D. AKTUALISASI PANCASILA
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi objektif
dan subjektif. Aktualisasi objektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif
maupun yudhikatif. Sedangkan aktualisasi subjektif adalah aktualisasi Pancasila pada
setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan
masyarakat.
E. TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI
Pendidikan tinggi sebgai institusi dalam masyarakat bukanlah merupakan menara
gading yang jauh dari kepentingan masyarakat malainkan, senantiasa mengemban dan
mengabdi kepada masyarakat. Maka menurut PP no.60 Tahun 1999, bahwa perguruan
tinggi memiliki tiga tugas pokok yang disebut Tridharma Perguruan Tinggi, yaiyu:
1. Pendidikan Tinggi
2. Penelitian
3. Pengabdian Kepada Masyarakat
F. BUDAYA AKADEMIK
Terdapat beberapa ciri masyarakat ilmiah sebgaai budaya akademik, yaitu :
1. Kritis
2. Kreatif
3. Objektif
4. Analitis
5. Konstruktif
6. Dinamis
7. Dialogis
8. Menerima Kritik
9. Menghargai Prestasi Ilmiah/Akademik
10. Bebas dari Prasangka
11. Menghargai Waktu
12. Memiliki dan Menjunjung Tinggi Tradisi Ilmiah
13. Berorientasi ke Masa Depan
14. Kesejawatan/Kemitraan