Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Berbagai masalah kesehatan seperti munculnya pola penyakit yang berbeda menuntun
peran dokter dalam berbagai upaya pelayanan kesehatan pun berubah. Dalam upaya kuratif,
dokter masa kini harus siap untuk menolong pasien, bukan saja yang berpenyakit akut tetapi juga
yang berpenyakit kronis, penyakit degeneratif dan harus siap membantu pasiennya agar dapat
hidup sehat dalam kondisi lingkungan yang lebih rumit masa sekarang ini. Untuk itu ia harus
mengenal kepribadian dan lingkungan pasiennya. Upaya prevensi pun bergeser dari orientasi
kesehatan masyarakat lebih kearah kesehatan perorangan (private health).
Dampak pesatnya perkembangan spesialisasi dan sub spesialisasi telah menyebabkan
fragmentasi profesi, hilangnya hubungan dokter-pasien akibat pelayanan kedokteran yang
semakin berorientasi ke keterampilan laboratorium dan teknis. Dampak lainnya adalah
meningkatnya biaya kesehatan sebagai dampak dari pelayanan spesialistis dan bergantung pada
teknologi. Biaya perawatan demikian tingginya dan penanganan spesialistis demikian
menonjolnya sehingga kasus-kasus yang telah lanjut memerlukan perawatan canggih dan
spesialistik. Beberapa penilaian juga juga menyimpulkan bahwa pendidikan dokter yang
menekankan pada pengajaran klinik di ruang perawatan tidak memberikan kemampuan yang
memadai kepada peserta didik untuk menangani kasus-kasus di masyarakat dengan
pendekatannya yang tentunya sangat berbeda.
Pengaruh berbagai faktor ini, mendorong kesadaran pentingnya peningkatan jumlah dan
mutu jajaran pelayanan kesehatan tingkat primer. Disiplin ini berkembang secara epistemologis
atas dasar dorogan kebutuhan akan layanan yang kemudian dikenal sebagai disiplin kedokteran
keluarga. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter Keluarga Sedunia
(WONCA) telah menekankan pentingnya peranan dokter keluarga (DK) ini dalam mencapai
pemerataan pelayanan kesehatan.
Dokter keluarga mempunyai peran yang strategis dalam penatalaksanaan pelayanan
kesehatan. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan individu

dan keluarga serta masyarakat yang bermutu namun terkendali biayanya dimana hal ini tercermin
dari tata laksana pelayanan kesehatan yang diberikannya.
Keberhasilan penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang dikenal sebagai JPKM itu, pada
dasarnya dipengaruhi oleh sejauh mana masalah pembangunan kesehatan itu dapat diatasi dan
ditata. Masalah dalam sistem kesehatan nasional pada dasarnya terdiri dari masalah pada sub
sitem pelayanan kesehatan dan masalah pada sub sistem pembiayaan kesehatan. Termasuk dalam
masalah pada sub sistem pelayanan kesehatan adalah; komersialisasi pelayanan kesehatan,
menurunnya etos profesional serta pelanggaran atas norma dan etika kedokteran. Sedangkan halhal yang termasuk dalam masalah pembiayaan kesehatan adalah; tingginya tingkat inflasi
kesehatan, perubahan pola penyakit mengarah ke degeneratif dan kronis, pola pelayanan yang
fragmentatif, pola hubungan dokter-pasien yang melonggar, dan mekanisme pembiayaan yang
masih tunai, perseorangan dan "out of pocket"
Dari konteks ini pelayanan dokter keluarga mempunyai posisi yang strategis dalam
keberhasilan penatalaksanaan pembangunan kesehatan karena perannya dalam penatalaksanaan
sub sistem pelayanan kesehatan dari orientasi kuratif ke orientasi komprehensif dengan
mengedepankan aspek promotif-preventif seimbang dengan kuratif-rehabilitatif, pelayanan yang
fragmentatif ke pelayanan yang integratif berjenjang, dengan tingkat primer sebagai ujung
tombak, serta perannya dalam penatalaksanaan sub sistem pembiayaan kesehatan yakni
kesediaannya untuk menerima pembayaran secara prospektif yang juga bermakna pengendalian
biaya pelayanan kesehatan. Konsep ini meletakkan peran dokter keluarga yang sangat penting
sebagai PPK JPKM yang sadar mutu dan sadar biaya pelayanan kesehatan. Dalam hubungan
itulah pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan yang memberi peran penting terhadap
pengembangan

dokter

keluarga

yakni

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No:

56/Menkes/SK/I/1996 mengatur Dokter Keluarga dalam pengelolaan JPKM serta Keputusan


Menteri Kesehatan RI No: 916/Menkes RI/Per/VII/1997 yang mengatur agar praktek dokter
umum dan dokter gigi diarahkan ke dokter keluarga.

BAB II
PEMBAHASAN
A). DEFINISI DOKTER KELUARGA
Konsep dokter keluarga di Indonesia pertama diajukan oleh IDI pada tahun 1980
sebagai hasil Muktamar ke 17 dengan latar belakang sebagai berikut:
1. DK sebagai alternatif pengembangan karier dokter disamping karir spesialis
2. DK untuk memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan yang termaksud pada SKN pada
waktu itu. Masalah mutu pada waktu itu masih belum menjadi sorotan benar
3. DK untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan dengan menerapkan sistem
pelayanan kesehatan terkendali
4. DK untuk menahan dampak negatif spesialisasi
Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan dasar
paripurna untuk memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dalam keluarga
dan oleh setiap keluarga didalam kelompok masyarakat yang memilihnya sebagai mitra untuk
pemeliharaan kesehatan (JPKM, 2004)
Dokter Keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer
yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan
keluarga, komunitas dan lingkungan yang dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan.
Pelayanan dokter keluarga melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat primer,
sebagai bagian suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang juga melibatkan dokter spesialis
pada tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan rawat inap.
Dalam hal ini pelayanan yang diberikan kepada semua pasien tanpa memilah jenis kelamin, usia
serta faktor-faktor lainnya (The American Academy of Family Physican, 1969; Geyman, 1971;
Mc Whinney, 1981).
Dengan definisi demikian IDI menggambarkan ciri pelayanan DK sebagai berikut:
1. DK melayani penderita tidak hanya sebagai individu tetapi sebagai anggota satu
keluarga bakan anggota masyarakatnya
2. DK memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan perhatian kepada
penderitanya secara lengkap dan sempurna,jauh melebihi apa yang dikeluhkannya

3. Dk memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama meningkatkan derajat


kesehatan, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobatinya penyekit
sedini mungkin
4. DK mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan berusaha
memenuhi kebutuhan itu sebaik-baiknya
DK menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan tingkat pertama dan ikut bertanggung
jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan
Laboratorium

Gambar 1 Alur Prosedur Pelayanan Kesehatan secara Umum


Definisi Dokter Keluarga menurut Olesen F, Dickinson J dan Hjortdahl P. dalam jurnal General
Practice Time for A New Definition, BMJ; 320:354 7. 2000, Dokter Keluarga adalah:
Dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan system pelayanan kesehatan;
bertugas mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang mungkin dimiliki pasien.
Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun karakter
personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam system
pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis,
pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis,
psikologi medis dan sosiologi medis.

Secara singkat dapat didefinisikan sebagai Dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik
Umum yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer dengan menerapkan
prinsip-prinsip Kedokteran keluarga.
Berprofesi khusus, karena dididik secara khusus untuk mencapai standar kompetensi tertentu
Dokter Praktik Umum, yaitu Dokter yang dalam praktiknya menampung semua masalah yang
dimiliki pasien tanpa memandang jenis kelamin, status sosial, jenis penyakit, golongan usia,
ataupun sistem organ.
Pelayanan kesehatan tingkat primer, Ujung tombak pelayanan kesehatan tempat kontak pertama
dengan pasien untuk selanjutnya menyelesaikan semua masalah sedini dan sedapat mungkin atau
mengkoordinasikan tindak lanjut yang diperlukan pasien.
Prinsip-prinsip Kedokteran Keluarga, adalah pelayanan yang komprehensif, kontinyu,
koordinatif

(kolaboratif),

mengutamakan

pencegahan,

menimbang

keluarga

dan

komunitasnyaPelayanan dokter keluarga melibatkan dokter umum sebagai penyaring di tingkat


primer, dokter spesialis ditingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan dan pihak pendana
yang kesemuanya bekerjasama dibawah naungan peraturan dan perundang-undangan. Pelayanan
diselenggarakan secara komprehensif, kontinu,integrative, holistik, koordinatif, denagn
mengutamakan pencegahan, menimbang peran kelurga dan lingkungan serta kerjaannya.
Pelayanan diberikan pada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis
penyakitnya (IDI, 2004).
B). TUJUAN PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA
Terselesaikannya masalah kesehatan keluarga dan terciptanya keluargayang partisipatif,
sehat sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
C). PERAN DOKTER KELUARGA DALAM SISTEM JAMINAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN

Tugas Dokter Keluarga dalam system Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah


memberikan pelayanan kesehatan paripurna kepada peserta dan keluarganya, dalam rangka

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat guna mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Fungsi Dokter Keluarga :
a. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, efektif dan efisien, sesuai
ketentuan yang berlaku
b. Meningkatkan peranserta keluarga dan masyarakat peserta agar berperilaku
hidup sehat
c. Menjalin kerjasama dengan semua fasilitas kesehatan dalam rangka rujukan
d. Menjaga agar sumberdaya yang terbatas digunakan seefisien mungkin
e. Menjaga hubungan baik dan terbuka dengan para pelaku jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat lainnya

Hak Dan Tanggung Jawab Dokter Keluarga dalam Sistem jaminan Pemeliharaan
Kesehatan
o Hak Dokter Keluarga :
a. Menerima pembayaran pra-upaya dengan sistim kapitasi
b. Memperoleh bonus atau insentif lain atas prestasi kerjanya
c. Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta yang tidak mematuhi ketentuan
JPKM
d. Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta bila tidak tercakup dalam
kontrak antara PPK dengan Bapel
e. Memutuskan kontrak kerja dengan bapel bila kesepakatan tak dipatuhi
o Tanggung Jawab Dokter Keluarga
a. Bertanggung jawab atas kesehatan peserta
b. Bertanggung jawab atas pengaturan pemanfaatan sarana kesehatan untuk
keluarga peserta
c. Bertanggungjawab menyampaikan laporan utilisasi pelayanan kesehatan kepada
Badan Penyelenggara jaminan
d. Bersama-sama dengan instansi kesehatan setempat, bertanggungjawab atas
pelayanan kesehatan peserta bila terjadi kasus KLB

D). TUGAS DAN WEWENANG DOKTER KELUARGA


Menurut Ikatan Dokter Indonesia dan DepKes RI tugas pokok Dokter Keluarga
diantaranya adalah sebagai berikut :
Tugas dokter keluarga dalam memberikan layanan kesehatan meliputi berbagai aspek
holistical, diantaranya :

1. Menyelenggerakan pelayanan primer secara paripurna menyeluruh dan bermutu guna


penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.
2. Mendiagnosa secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.
3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan
sakit.
4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya.
5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobtan dan rehabilitasi.
6. Menangani penyakit akut dan kronik.
7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit.
8. Tetap bertangung jawab atas pasien yang dirujukkan ke dokter spesialis atau dirawat
di rumah sakit.
9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan.
10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.
11. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien.
12. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.
13. Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan ilmu
kedokteran keluarga secara khusus.

Adapun wewenang dokter keluarga, meliputi :


1. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.
2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit.
4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer.
5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal.
6. Melakukan tindak pra bedah, bedah minor, rawat pasca bedah di unit pelayanan
primer.
7. Melakukan perawatan sementara.
8. Menerbitkan surat keterangan medis.
9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap.

10. Memberikan perawatan di rumah untuk keadaan khusus (JPKM, 2004).


E). KOMPETENSI DOKTER KELUARGA
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang
lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan
melalui program pelatihan dokter keluarga. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap dokter keluarga secara garis besar. Rincian mengenai kompetensi ini
yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan akan tercantum dibawah judul setiap modul
pelatihan yang terpisah dalam berkas tersendiri karena akan lebih sering disesuaikan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran :
1. menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga.
2. menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan keterampilan klinik dalam
pelayanan kedokteran keluarga.
3. menguasai keterampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional
dokter-pasien untuk :
a. secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan
perhatian khusus terhadap perab dan risiko kesehatan keluarga
b. secara

efektif

memanfaatkan

kemampuan

keluarga

untuk

bekerjasama

menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan


penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan
keluarga
c. dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/ kesehatan
4. memiliki keterampilan manajemen pelayanan klinik :
a. dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi
yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan masalahnya
b. menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan
5. memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spiritual
6. memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehjatan
termasuk system pembiayaan (asuransi kesehatan). (JPKM,2004)
8

F). KLINIK DOKTER KELUARGA


Klinik dokter keluarga adalah pelayanan medis yang diselenggarakan oleh dokter keluarga,
bercirikan pelayanan yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif,
kolaboratif dan berorientasi pada individu, keluarga dan komunitasnya.
Komprehensif :
Dokter harus mengarahkan seluruh kepiawaiannya dan memanfaatkan fasilitas yang
ada dan diperlukan untuk sebesar-besarnya kepentingan pasien, kontinu, bersinambung,
pasien selalu dalam pantauannya.

Koordinatif dan kolaboratif :


Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mengatur seefisien mungkin segenap
keperluan pasien.

Mengutamakan pencegahan :

Dengan menyelenggarakan ceramah kesehatan, vaksinasi, KIA, dan KB

Mempertimbangkan bahwa pasien merupakan bagian integral dari keluarga dan


masyarakatnya.
Untuk melaksanakan semua itu tentu saja memerlukan upaya khusus dimana dokter

keluarga harus berpraktik secara paripurna memberikan pelayanan selama 24 jam sehari
dan 7 hari sepekan, tidak ada hari libur untuk melayani pasien. Untuk itu dokter keluarga
haruslah praktik berkelompok, paling tidak 3 orang dalam sebuah klinik (JPKM, 2004).
G). SISTEM PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Untuk menunjang tugas dan wewenang dokter keluarga diperlukan system pelayan dokter
keluarga yang terdiri atas komponen :
1. Dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan primer di klinik dokter keluarga
2. Dokter spesialis yang menyelenggarakan pelayanan sekunder di klinik dokter
spesialis rumah sakit rujukan
3. Asuransi kesehatan/ system pembiayaan
9

4. Seperangkat peraturan penunjang

Dalam sistem ini kontak pertama pasien dengan dokter akan terjadi di klinik dokter
keluarga yang selanjutnya akan menentukan dan mengkoordinasikan keperluan pelayanan
sekunder jika dipandang perlu sesuai dengan standar operating procedure (SOP) yang disepakati.
Pasca pelayanan sekunder, pasien segera dirujuk balik ke klinik dokter keluarga untuk
pemantauan lebih lanjut. Tatalaksana pelayanan sepertiini akan diperkuat oleh ketentuan yang
diberlakukan dalam skema asuransi (Wijono, 2000).

H).

INDIKATOR

KEBERHASILAN

PELAYANAN

KESEHATAN

BERBASIS

KEDOKTERAN KELUARGA
Dalam pelayanan dokter keluarga, kelima ciri-ciri kualitas jasa tersebut dapat
dispesifikasikan sebagai berikut:
1. Reliability (keandalan), Dokter keluarga yang melayani pasiennya dengan baik dan
terjadinya kesembuhan setelah pengobatan dapat digolongkan dalam dimensi reliability.
Selain itu, prosedur pelayanan pendaftaran dan ketrampilan petugas atau perawat juga
patut diperhatikan dalam keandalan pelayanan.
2. Responsiveness (daya tanggap), Contoh dalam pelayanan dokter keluarga yang
termasuk dalam dimensi ini adalah cara dokter merespon keluhan pasiennya, cara dokter
menginformasikan pelayanan yang diberikan dan menjawab pertanyaan dari pasien
dengan jelas serta kemudian memberikan pelayanan secara cepat dan tepat serta
ketepatan jam praktek sesuai dengan yang dijadwalkan.
3. Assurance (jaminan), Dalam pemberian jaminan ini, hal yang dilihat dari pelayanan
dokter keluarga yaitu bagaimana dokter mampu menumbuhkan kepercayaan dan rasa
aman pasiennya atas jasa yang diberikan melalui pengetahuan dan ketrampilannya
dalam menangani pasien. Jaminan ini juga berarti bahwa petugas administrasi maupun
perawat selalu bersikap sopan dan menguasai keterampilan yang dibutuhkan untuk
melayani pasien.

10

4. Emphaty (empati), Dalam pelayanan dokter keluarga, meliputi rasa peduli dan perhatian
atas keluhan yang disampaikan pasien, memahami kebutuhan pasien, serta kemudahan
untuk berkomunikasi dan tidak berbelit-belit.
5. Tangible (kasat mata), Dalam pelayanan dokter keluarga, dimensi ini meliputi meliputi
fasilitas fisik di tempat praktek dokter keluarga, peralatan medis dan non medis yang
digunakan dokter, serta penampilan dokter maupun perawat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai
jasa pelayanan kesehatan serta yang

diselenggarakan sesuai standar dan etika pelayanan

kesehatan. Pelayanan kesehatan harus dipelihara dan ditingkatkan melalui peningkatan kualitas
tenaga kesehatan, ketersediaan obat, serta peningkatan dan pemeliharaan sarana dan peralatan
kesehatan. Indikator keberhasilan pelayanan kesehatan berbasis kedokteran keluarga yakni :
1. Meningkatnya status kesehatan keluarga dengan peningkatan kesehatan fisik, mental dan
sosial seluruh anggota keluarga.
2. Meningkatnya peran serta setiap anggota keluarga khususnya penanggung jawab keluarga
dalam menyelesaikan masalah kesehatan dirinya, sosial maupun lingkungan keluarganya.
3. Adanya kemampuan keluarga untuk mengatasi permasalahannya.

I). PROGRAM PENGEMBANGAN DOKTER KELUARGA


Program pengembangan Dokter Keluarga dalam rumusan Pokok-pokok Rancangan
Akselerasi Pengembangan Pelayanan Dokter Keluarga 2003 2010 yang disusun secara
kolaborasi dan sinergisme semua pihak terkait telah merumuskan beberapa pokok program.

Visi dari pengembangan DK ini adalah :


Tersedianya DK bermutu dan merata guna mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
Misinya adalah :
a. Menetapkan peraturan perundangan yang memantapkan kedudukan dokter keluarga
sebagai dokter pelayanan tingkat pertama
b. Menetapkan kebijakan pembiayaan kesehatan yang kondusif untuk berkembangnya
dasar moral penyelenggaraan pelayanan kesehatan

11

c. Menyusun perencanaan DK dengan melibatkan masyarakat dengan memperhatkan


perkembangan global
d. Meningkatkan efisiensi pendayagunaan Dk dan karier Dk
Menetapkan kebijakan dalam pendidikan kedokteran termasuk pendidikan kedokteran
berkelanjutan (CME) untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan DK yang kompeten dalam
menjalankan

fungsinya

Berdasarkan pada analisa situasi dan kecenderungan serta kebijakan diatas, berbagai program
berikut ini merupakan hal yang dilakukan untuk pengembangan (akselerasi) DK yakni :
Program pengembangan kebijakan dan manajemen yang mencakup :
a. Pengembangan kebijakan pelayanan dokter keluarga, termasuk penyusunan
peraturan perundangan
b. Penyusunan berbagai pedoman dan management tools pelayanan dokter keluarga

dan sistim pembiayaan


c. Pelaksanaan regulasi
d. Pengembangan sistem informasi
e. Pengawasan, pengendalian dan penilaian
Program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan peran serta masyarakat terdiri
dari:

a. Penyuluhan bagi individu, keluarga dan masyarakat


b. Penyuluhan bagi organisasi kemasyarakatan dan profesi
c. Penyuluhan bagi aparatur Pemerintah
Program pengembangan pelayanan dokter keluarga secara garis besar meliputi:
a. Kebijakan dan perencanaan dokter keluarga
b. Pendayagunaan DK
c. Pendidikan dan Pelatihan DK
Program penelitian dan pengembangan yang antara lain meliputi :
a. Pelaksanaan dan sub sistem pembiayaan
b. Sistem manajemen, termasuk manajmen infomasi
c. Sistem pengawasan, pengendalian dan evaluasi

12

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dokter Keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan
pelayanan primer yang komprehensif, kontinyu, mengutamakan pencegahan, koordinatif,
mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungan yang dilandasi keterampilan dan
keilmuan yang mapan.
Dokter keluarga mempunyai posisi yang strategis dalam keberhasilan
penatalaksanaan pembangunan kesehatan karena perannya dalam penatalaksanaan sub sistem
pelayanan kesehatan dari orientasi kuratif ke orientasi komprehensif dengan mengedepankan
aspek promotif-preventif seimbang dengan kuratif-rehabilitatif, pelayanan yang fragmentatif ke
pelayanan yang integratif berjenjang, dengan tingkat primer sebagai ujung tombak, serta
perannya dalam penatalaksanaan sub sistem pembiayaan kesehatan yakni kesediaannya untuk
menerima pembayaran secara prospektif yang juga bermakna pengendalian biaya pelayanan
kesehatan

13

DAFTAR PUSTAKA

1. UU No 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. (online).


(http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/UU_36_Tahun_2009[1].pdf, diakses pada 20
februari 2012 Mei)
2. Rusady, Maya Amiarny dalam

dalam Alternatif Pelayanan Kesehata Berbasis Dokter

Keluarga. Info Askes. Juni 2010: hlm 8.


3. Marisi, Umbu M. dalam Alternatif Pelayanan Kesehata Berbasis Dokter Keluarga. Info Askes.
Juni 2010: hlm 7.
4. Djoko, Wijono. Managemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga, 1999.
5. Sutomo, A. H., 2001,. Pengalaman Dokter Keluarga, Simposium Dokter Keluarga

Dalam SJSN, UGM, Jogjakarta.


6. Wonodirekso, S., 2004, Praktek Dokter Keluarga, wwwJPKM online.
7. Notoadmojo S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Penerbit PT Asdi
Mahasatya, Jakarta.
8. Handaja, D., 2005. Lingkungan Hidup, Keluarga Dan Pelayanan Dokter Keluarga,
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mutiara Medika, Yogyakarta Vol 1;2 Hal - 63.

14

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan

rahmat

penyusunan

makalah

dan
hasil

hidayahnya
diskusi

sehingga

kami

kami

dengan

dapat

judul

menyelesaikan

PERAN

DOKTER

KELUARGA. Dimana dalam penyusunan makalah ini bertujuan agar mahasiswa


Kedokteran Unizar dapat memahami isi dari makalah ini

sehingga

dapat

bermanfaat bagi mahasiswa.


Tidak lupa juga kami mengucapakan terima kasih kepada para dosen yang
menjadi tutor yang

membimbing kami selama melaksanakan diskusi ini,juga

teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
hasil diskusi kami ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan hasil yang
memuaskan bagi kami.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangannya sehingga kami menginginkan saran dan kritik yang membangun
dalam menyempurnakan makalah ini.

Mataram, 22
Februari 2012

Penyusun

15

PERAN DOKTER KELUARGA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5

MAFUL INDRIYANI
DANDALINA
MUHAMAD RUBAI
PUTU WEDA WIDIAENI SARI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM

16

09.06.0013

09.06.0045
09.06.0046
09.06.0050

Anda mungkin juga menyukai