Anda di halaman 1dari 15

60

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum PT.Pradja Pharin (PT. Prafa)


5.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Prafa bergerak di bidang manufaktur, perdagangan dan distribusi
produk-produk farmasi, produk-produk yang berhubungan dengan farmasi dan
perawatan kesehatan. PT Pradja Pharin (PT. Prafa) berdiri dan mulai beroperasi
secara komersial sejak tahun 1988. Pabrik dan kantor pusat perusahaan masingmasing berada di jakarta dan Bogor. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan
dari PT. Darya Varia Laboratoria dan PT. Medifarma yang juga bergerak di
bidang farmasi. Berikut Tabel 9 tahapan pengembangan PT. Prafa:

Tabel 9. Tahapan Pengembangan PT. Prafa


Tahun
Tahapan Pengembangan
1988
PT. Prafa didirikan
1995
Perusahaan telah memperoleh penghargaan First Pasific
Investment Hongkong
2001
Perusahaan bergabung dengan United Laboratory di Manila
2003
PT. Prafa melakukan kerjasama dengan P&G
2005
PT. Prafa memperoleh sertifikat dari Indonesian FDA untuk
ASEAN
Harmonization Compliance
Sumber: Data Sekunder PT. Prafa (2007)

5.1.2 Lokasi dan Tata Letak Pabrik


PT. Prafa terletak di Desa Karang Asem Barat, Citeureup, Kabupaten
Bogor dan lokasinya berada di tepi jalan tol Jagorawi. PT. Prafa dibangun di atas
tanah seluas 12 Ha (120.000 m3), dengan luas bangunan 17.208 m2. Berikut
rincian luas tiap-tiap bangunan dapat dilihat pada Tabel 10 :

61

Tabel 10. Rincian Luas Bangunan PT. Prafa


No
Fungsi Bangunan
1
Produksi Non-Betalactam
2
PM/RM Warehouse, R&D, MM Dept
3
Produksi Betalactam
4
Department QA/QC
5
Department TS
6
FG Warehouse
7
General Warehouse
Total luas bangunan

Area(m2)
4.000
4.000
4.000
629
432
1.200
1.200
15.461

Sumber: Data Sekunder PT. Prafa (2007)

5.1.3 Operasional Kegiatan PT. Prafa


Kegiatan produksi PT. Prafa dimulai sejak bulan juni tahun 1989 sampai
dengan sekarang. Pada saat ini jumlah tenaga kerja di PT. Prafa berjumlah 303
orang. Tenaga kerja pada bagian IPAL berjumlah delapan orang dengan rincian:

Operator : 1 orang

Pengawas lapangan : 2 orang

Laboratorium : 5 orang
Selain tenaga kerja, perusahaan juga membutuhkan infrastruktur yang

mendukung kegiatan operasional perusahaan. Berikut infrastruktur yang dimiliki


PT. Prafa dalam mendukung kegiatan operasional, diantaranya:
A. Daya listrik
PT. Prafa memiliki daya listrik sebesar 730 KVA. Selain itu, PT. Prafa
memiliki dua unit diesel, masing- masing diesel memiliki daya sebesar 500 KVA
yang digunakan untuk emergency.

62
B. Sistem HVAC (Handling Volume Air Cool)
PT. Prafa dalam kegiatan produksinya menggunakan alat pendingin
(AHU/Air Handling Unit) yang terdiri dari chiller dan air cool type. Pendingin
AHU masing-masing digunakan untuk produksi :

Betalactam terdiri dari 4 unit

Non Betalactam terdiri dari 6 unit

Cephalosporine terdiri dari 1 unit


Selain alat pendingin, dalam kegiatan operasional PT. Prafa juga

menggunakan alat yang disebut dengan Dust Collecting System. Dust Collecting

System ini masing-masing untuk produksi:

Betalactam terdiri dari 1 unit

Non Betalactam terdiri dari 5 unit

Cephalosporine terdiri dari 1 unit

C. Water System
PT. Prafa dalam kegiatan operasionalnya memiliki

water system sebagai

sumber air. Jenis water system yang dimiliki PT. Prafa, antara lain :

sumur terdiri dari 3 unit dengan kapasitas masing-masing 11 liter/sekon

air PAM dengan kapasitas kebutuhan sebanyak 1.285.200 liter/bulan

air untuk injeksi dengan kapasitas 1.500 liter/hari

D. Steam Generating System

Steam Generating System ini memiliki kapasitas 3,6 ton bahan baku obat.
E. Compressed Air

Compressed Air memiliki kapasitas produksi 12 m3/menit dan tekanan 10 bar.

63

5.1.4 Jenis dan Tahapan Kegiatan


Jenis produksi yang dihasilkan adalah berupa produk obat dan vitamin,
dimana kegiatannya terdiri dari solid, tahap penimbangan, tahap pencampuran,

tableting/capsul filling, selecting, botlle filling atau stripping/blistering dan


pengemasan. Jenis dan tahapan kegiatan produksi PT. Prafa dapat dilihat pada
Tabel 11:

Tabel 11. Proses dan Tahapan Kegiatan Produksi


Bahan Baku
Bahan aktif
Bahan tambahan

Proses Produksi
Pencampuran
Pencampuran
Tableting
Capsul filling
Injeksi
Air
Pencampuran
Pendingin (AHU/Air Stripping
dan
Handling
Unit) blistering
masing-masing
digunakan
untuk
produksi : PVC
Karton
Packing

Alat
blender, mixer
blender, mixer
mesin tablet
mesin kapsul
mesin injeksi
Mixer
Stripping machine dan
blistering machine

Limbah
Debu
Debu
debu
debu
debu
Cair
Padat

Manual dan otomatis

Padat

Sumber: Data Sekunder PT. Prafa (2008)

Jenis obat yang diproduksi perusahaan sangat beragam, mulai dari yang
berbentuk padat, cair

maupun krim. Berikut jenis obat yang diproduksi

berdasarkan dosis (Dosage Form) disajikan pada Tabel 12 dibawah ini:

Tabel 12. Jenis Produk Berdasarkan Bentuk/Dosis Obat


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Dosage Form
Liquid non steril
Liquid injection
Sterile dry power
Plain tablet
Coated tablet
Hard capsule
Efferverscent tablet
Suppository
Cream & Ointment

Utilization (%)
17
45
3
26
45
9
2
10

Sumber: Data Sekunder PT. Prafa (2008)

NBL

Production Line
BL
X
X

X
X
X

Chep
X
X

X
X
X

64

5.2 Upaya Pengelolaan Lingkungan


Lingkungan (UKL) PT. Prafa

(UPL)

dan

Upaya

Kelestarian

Sebelum didirikan, sebuah perusahaan wajib untuk menyusun UPL dan


UKL. UPL dan UKL ini disusun perusahaan bertujuan agar dapat mendukung
pembangunan yang berkelanjutan. Dengan kata lain perubahan lingkungan yang
diakibatkan oleh adanya kegiatan perusahaan, baik yang direncanakan maupun
yang terjadi diluar rencana, tidak akan menurunkan atau menghilangkan
kemampuan lingkungan sekitar untuk mendukung kehidupan ke arah tingkat
kualitas hidup yang lebih tinggi. Berikut rincian jenis dampak yang dapat
ditimbulkan dari setiap kegiatan perusahaan:

Tabel 13. Kegiatan yang Menimbulkan Dampak Lingkungan Beserta


Evaluasi Dampaknya
No.
Kegiatan/sumber
Jenis dampak
dampak
1
Proses Produksi
a.Pada dasarnya pabrik PT. Prafa memberikan
dampak yang positif, karena obat-obatan yang
diproduksinya disamping memiliki nilai
ekonomi yang tinggi juga meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
b.Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan
adalah :
-Limbah padat
sebagian besar limbah padat yang berasal
dari proses produksi adalah bekas-bekas
kemasan yang tidak berbahaya, selain itu
juga tidak ada sisa produksi yang
jumlahnya kira-kira 0,5 kg/hari yang
sebagian mengandung antibiotika. Sisa
produksi yang mengandung antibiotika ini
dapat menimbulkan resistensi mikroba
patogen apabila tidak diolah secara khusus.
-Limbah udara
limbah udara berupa debu-debu yang
berasal dari ruang produksi apabila sistem
pengendalian udara tidak berjalan baik.
-Kebisingan
karena
mesin-mesin
produksi
yang

65

Proses
Control

Proses
Pencucian
Peralatan

Kegiatan Kantin dan


Dapur
Recall Obat-obatan
Kadaluwarsa
dan
Substandar

Quality

Rekruitment Tenaga
Kerja

Penghijauan

digunakan berasal dari tenaga listrik,


sehingga suara mesinnya relatif tidak keras
dan tidak menimbulkan kebisingan.
Umumnya buangan laboratorium quality control
berupa
cairan.
Sebagian
diantaranya
mengandung
logam-logam
berat
yaitu
Sublimate (HgCl2), Arsen Trioksida (AsO3),
Zink Sulfat (ZnSO4) dan AgNO3 yang
jumlahnya kurang lebih 0,5-1 kg/tahun, jumlah
ini relatif sangat kecil sehingga mudah diolah.
a) Limbah padat
Limbah padat yang berasal dari pencucian
peralatan umumnya berupa lemak, sebagian
diantaranya dapat mengandung antibiotika
yang dapat menimbulkan resistensi mikroba
patogen
b) Limbah cair
mengandung zat-zat organik yang cukup
banyak juga mengandung antibiotika. Angka
BOD dan COD limbah cair ini masih cukup
tinggi walaupun telah diolah melalui sarana
pengolahan air limbah yang saat ini dimiliki
oleh PT. Prafa.
Umumnya berupa sisa-sisa makanan dan bahan
makanan
Sesuai peraturan yang berlaku apabila
dipasaran/masyarakat ditemukan obat-obat yang
kadaluwarsa dan substandar, obat-obat tersbut
harus segera dikembalikan ke pabrik PT. Prafa
untuk
dimusnahkan.
Obat-obat
tersebut
mengandung
antibiotika
yang
dapat
menimbulkan resistensi bila dibuang tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
a. Menciptakan
lapangan
kerja
dan
keanekaragaman
usaha
yang
dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
b. Menciptakan pemukiman yang baru.
c. Memberikan perubahan tata nilai (perilaku)
dalam arti positif seperti kebiasaan hidup
bersih.
Upaya ini dilakukan di lokasi pabrik PT. Prafa,
disamping
memantapkan
kelangsungan
ekosistem dan keindahan alam juga memberikan
nilai ekonomis.

Sumber: Data Sekunder DTRLH Kabupaten Bogor (2007)

66
Berdasarkan Tabel 13 jenis dampak yang masih memerlukan pengelolaan
lingkungan adalah:
1. Limbah cair dan padat berasal dari proses produksi.
2. Limbah cair dan padat berasal dari proses quality control.
3. Limbah cair dan padat berasal dari proses pencucian peralatan.
4. Obat-Obatan kadaluwarsa dan substandar.
Menurut UPL PT. Prafa (data DTRLH Kabupaten Bogor Tahun 2007),
melalui pendekatan teknologi pada pengelolaan limbah cair, angka BOD dan
COD limbah cair PT. Prafa masih cukup tinggi dan mempunyai kandungan
antibiotika yang dapat mengakibatkan resistensi mikroba patogen. Pengelolaan
limbah cair PT. Prafa dilakukan berdasarkan:
1) jenis dampak, dapat berupa :
a) Angka BOD dan COD yang cukup tinggi karena banyaknya zat organik yang
tersuspensi/terlarut dalam limbah cair.
b) Rembesan air dari septik tunk dapat mencemari air penduduk di sekitar pabrik.
c) Kandungan antibiotika dalam limbah cair dapat menimbulkan resistensi
mikroba patogen.
d) Bekas-bekas reagens laboratorium yang mengandung logam-logam berat
dapat mencemari lingkungan.
2) Parameter dampak
Parameter dampak diukur berdasarkan:
a) Angka BOD, COD, zat organik terlarut/tersuspensi (TSS), suhu dan pH air
limbah.

67
b) Kandungan nitrit dan ammonia besar dalam sumur penduduk.
c) Kandungan antibiotika dalam air limbah.
d) Kandungan logam-logam berat dalam air limbah.
3) Sumber dampak
Dampak yang ditimbulkan dapat bersumber dari:
a) Proses pencucian peralatan
b) Bekas reagens laboratorium quality control

c) Septic tunk (tempat pembuangan kotoran)


Upaya pengelolaan lingkungan (UPL) yang dilakukan oleh PT. Prafa:
A. Pencegahan
1) Tidak membuang sampah dan sisa produksi kedalam selokan air buangan.
2) Meninggikan pinggiran air selokan dan menutupinya dengan rangka besi
agar sampah dan kotoran lain dari jalanan atau perkarangan tidak masuk
ke dalam selokan.
3) Menonaktifkan antibiotika yang terkandung dalam air bekas cucian
sebelum dibuang ke saluran air.
4) Tidak membuang bekas reagens yang mengandung logam berat ke dalam
saluran air buangan dan harus ditampung di tempat sendiri.
5) Mengganti lapisan penyaring septik tunk sebelum mengalami kejenuhan.
6) Membuat water treatment plan (WTP) dengan sistem kolam aerasi
sehingga zat-zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam limbah cair
akan terdestruksi melalui proses anaerobik dan oksidasi.

68
7) Lokasi WTP harus terpisah dari selokan air hujan agar tidak terbawa arus
air hujan.
8) Menonaktifkan antibiotika dengan penambahan zat oksidator seperti
Ca(OCl)2.
B. Pengelolaan limbah cair
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan cara:
1) Limbah cair dari ruang produksi BetalTACam dialirkan ke IPAL setelah
mengalami treatment (pengolahan) arah.
2) Limbah cair dari ruang produksi Cephalosporin dialirkan ke IPAL setelah
mengalami treatment arah.
3) Limbah cair dari ruang produksi Non Betalactam dialirkan langsung ke
IPAL.
4) Limbah cair dari kantin dialirkan langsung ke IPAL.
5) Limbah cair dari laundry dialirkan langsung ke IPAL.
6) Limbah cair dari laboratorium hasil pencucian dialirkan langsung ke
IPAL.
7) Limbah cair dari reagens di laboratorium ditampung untuk diolah atau
dibakar dengan insenerator suhu tinggi.
8) Limbah cair dari WC dialirkan ke septik tunk.
9) Oli bekas dikumpulkan dari dalam drum kemudian dijual.
Limbah cair akan dihasilkan dari kegiatan proses produksi, laboratorium,
kantin, laundry, WC dari unit pengolahan air bersih.

69

5.3 Gambaran Umum IPAL PT. Prafa


Pengolahan limbah yang dihasilkan oleh PT. Prafa dilakukan oleh QA

department, PGA department, dan TS department. QA department bertanggung


jawab menjamin limbah yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Limbah yang dihasilkan PT. Prafa meliputi limbah padat serta cair. Cara
penanganan limbah berbeda-beda tergantung jenis dan sifat bahannya. Limbah
padat berasal dari debu hasil proses produksi, sampah sisa kemasan, sampah
kantin dan dapur, sampah dari lingkungan pabrik, produk reject dan obat yang
telah kadaluwarsa.
Limbah padat yang masih bisa dimanfaatkan serta memiliki nilai jual seperti
sisa kemasan (kaleng, drum, alumunium foil, plastik, botol, kardus) dikumpulkan
di gudang khusus kemudian dijual agar barang-barang tersebut dapat
dimanfaatkan atau digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle).
Pembakaran produk reject dan obat yang telah kadaluwarsa dilakukan dengan

incinerator pada suhu 550-1200 C selama 45 menit. Sisa bahan padat yang
menempel pada wadah/peralatan dibersihkan dengan mesin penyedot debu atau

vacuum sebelum dicuci dengan air, bila tidak tersedia vacuum sisa-sisa serbuk
yang menempel diambil dengan lap yang dibasahi alkohol 70 % dan lap tersebut
dicuci tersendiri. Kerjasama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Bogor juga
dilakukan untuk pengangkutan sampah keluar pabrik yang dilakukan secara
teratur dan terkontrol .
Limbah cair berasal dari proses produksi, pencucian peralatan produksi,
limbah laboratorium dan buangan lainnya. Limbah tersebut antara lain limbah

70
proses pembuatan aqua demineralisata, limbah pencucian pakaian kerja, limbah
proses betalactam, limbah proses Cephalosporia, limbah proses non betalactam,
limbah dari laboratorium dan sumber limbah lainnya. Limbah cair ini ditampung
dalam bak ekualisasi setelah mendapat pra perlakuan terlebih dahulu.
Pemeriksaan air hasil limbah dilakukan untuk memastikan bahwa hasil
pengolahan tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yang meliputi
pemeriksaan parameter :
1. fisika: suhu, warna, bau, kekeruhan
2. kimia: pH, kandungan fenol, N-total, TDS (Total Dissolved Solid), BOD
(Biologycal Oxgen Demand), COD (Chemical Oxgen Demand) dan DO
(Dissolved Oxgen)
Pemeriksaan untuk COD dan TDS dilakukan pada bak penyaringan dan
pengeluaran air. Nilai COD dan TDS di bak pengeluaran air maksimal 100 ppm
dibandingkam dengan nilai COD dan TDS di bak penyaringan sehingga dapat
diketahui apakah pengolahan limbah berjalan dengan baik.
Berikut jumlah instalasi PVC dari sumber limbah hingga ke tempat
pengolahan:
a. 1 bak penampungan limbah betalactam
b. 1 bak penampungan limbah aquadem
c. 1 bak penampungan limbah chepalosporin
d. 1 bak penampungan limbah proses NBL+ heavy metal
e. 1 bak ekualisasi 1 bak separasi
f. 1 bak koagulasi flokasi

71
g. 2 bak karbon filter
h. 1 bak aerasi
i. 1 bak kolam ikan
j. 1 bak kolam air mancur (stabilisasi)
k. 1 bak NaOCl (kaporit)
l. 1 unit blower dan alat difusi untuk membantu proses aerasi
m. 11 unit pompa, diantaranya:
1)

Pompa untuk proses destruksi limbah Betalactam dan mengalirkan


ke bak ekualisasi

2)

Pompa

untuk

proses

ekstruksi

limbah

Cephalosporin

dan

mengalirkan ke bak ekualisasi


3)

Pompa untuk proses destruksi limbah NBL + Heavy Metal dan


mengalirkan ke bak ekualisasi

4)

Pompa untuk proses netralisasi pada bak reaksi

5)

Pompa untuk mengalirkan limbah aquadem ke bak akualisasi

6)

Pompa untuk memompa air limbah dari bak ekualisasi ke bak


separasi

7)

Pompa untuk memompa air limbah dari bak aerasi ke bak filtrasi I

8)

Pompa untuk memompa air limbah dari bak aerasi ke bak filtrasi II

9)

Pompa untuk semburan ke kolam air mancur (stabilisasi)

10) Pompa untuk menguras lumpur dari bak koagulasi flokaulasi


11) Pompa untuk memompa kaporit (NaOCl)

72
Proses pengolahan air limbah mulai dari inlet sampai outlet harus melalui
9 tahapan proses. Proses pengolahan air limbahnya sebagai berikut:
1) Bak ekualisasi (T.1)
Unit penampungan utama limbah cair dari beberapa titik sumber penghasil
limbah yang dialirkan melalui pipa utama (Main Pipe).
2) Bak reaksi (T.2)
Merupakan sarana emergency, air dialirkan jika pH pada bak ekualisasi
mencapai pH 2-5 atau > 9 . bak reaksi ini berfungsi untuk proses netralisasi
sehingga diperoleh pH 7 karena kemampuan kerja bakteri aerobic harus pada
pH netral dengan suhu 25-35 C.
3) Bak separasi (T.3 dan T.4)
Air limbah dari bak ekualisasi akan terpompa menuju bak separasi. Cara kerja
bak separasi sebagai berikut:

pertama: memisahkan padatan halus, berat dan materi-materi tidak larut

kedua: mengendapkan suspensi padat dan memisahkan/menahan materi


ringan dan berlemak.

Air yang mengalir ini melewati/melintasi kawat berkisi-kisi (fish bone weir),
di kanal ini garis-garis yang terkandung dalam air sebagian akan mulai terurai.
4) Bak aerasi
Proses pencampuran/pangadukan udara dengan air sehingga terjadi perubahan
konsentrasi zat-zat yang yang mudah menguap dalam air. Dalam proses ini
juga ditanamkan bakteri SGB 104 pengurai zat organik, mereduksi senyawasenyawa fenol, beberapa senyawa kloro hidrokarbon, BOD dan COD.

73
5) Bak filtrasi
Berfungsi untuk proses penyaringan guna mendapatkan tingkat kejernihan air
tertentu dengan menempatkan media berpororsitas yang tersusun dari Rock

Stone (paling atas), karbon aktif (tengah) dan zeolite aktif (paling bawah).
6) Bak settling (T.7)
Merupakan saran pengendapan partikel halus dengan menggunakan koagulan,
partikel-partikel yang masih lolos dari aerasi dan proses filtrasi akan
terhidrolisis oleh koagulan membentuk floe (gumpalan halus) dan mengendap
secara gravitasi.
7) Bak desinfektan (T.8)
Berfungsi untuk mereduksi/menghilangkan bakteri pathogen. Bak ini berisi
ferrolite dilengkapi dengan tangki NaOCl 12 %. Air dari bak settling dialirkan
ke bak desinfektan dimana pada unit ini diinjekkan sejumlah NaOCl 12 %
menggunakan dosing pump.
8) Bak stabilisasi (T.9)
bak berbentuk lingkaran yang berfungsi untuk menstabilkan akumulasi air
yang telah diinjek NaOCl. Pada bak ini, unsur Chloride cenderung terurai
menjadi Cl2 bebas sedangkan unsur Na sebagai zat terlarut, On (Onasen)
bekerja memusnahkan bakteri pathogen dan selanjutnya terurai menjadi
oksigen bebas.
9) Kolam (effluent)

74
Merupakan sarana penampungan akhir dari semua proses. Kolam dilengkapi
unit sirkulasi air yang dipompakan ke udara untuk menguraikan Cl2 berlebihan
dan satu bak untuk pengontrolan akhir dan tempat pengambilan sampel air.

Anda mungkin juga menyukai