V. GAMBARAN UMUM
61
Area(m2)
4.000
4.000
4.000
629
432
1.200
1.200
15.461
Operator : 1 orang
Laboratorium : 5 orang
Selain tenaga kerja, perusahaan juga membutuhkan infrastruktur yang
62
B. Sistem HVAC (Handling Volume Air Cool)
PT. Prafa dalam kegiatan produksinya menggunakan alat pendingin
(AHU/Air Handling Unit) yang terdiri dari chiller dan air cool type. Pendingin
AHU masing-masing digunakan untuk produksi :
menggunakan alat yang disebut dengan Dust Collecting System. Dust Collecting
C. Water System
PT. Prafa dalam kegiatan operasionalnya memiliki
sumber air. Jenis water system yang dimiliki PT. Prafa, antara lain :
Steam Generating System ini memiliki kapasitas 3,6 ton bahan baku obat.
E. Compressed Air
63
Proses Produksi
Pencampuran
Pencampuran
Tableting
Capsul filling
Injeksi
Air
Pencampuran
Pendingin (AHU/Air Stripping
dan
Handling
Unit) blistering
masing-masing
digunakan
untuk
produksi : PVC
Karton
Packing
Alat
blender, mixer
blender, mixer
mesin tablet
mesin kapsul
mesin injeksi
Mixer
Stripping machine dan
blistering machine
Limbah
Debu
Debu
debu
debu
debu
Cair
Padat
Padat
Jenis obat yang diproduksi perusahaan sangat beragam, mulai dari yang
berbentuk padat, cair
Dosage Form
Liquid non steril
Liquid injection
Sterile dry power
Plain tablet
Coated tablet
Hard capsule
Efferverscent tablet
Suppository
Cream & Ointment
Utilization (%)
17
45
3
26
45
9
2
10
NBL
Production Line
BL
X
X
X
X
X
Chep
X
X
X
X
X
64
(UPL)
dan
Upaya
Kelestarian
65
Proses
Control
Proses
Pencucian
Peralatan
Quality
Rekruitment Tenaga
Kerja
Penghijauan
66
Berdasarkan Tabel 13 jenis dampak yang masih memerlukan pengelolaan
lingkungan adalah:
1. Limbah cair dan padat berasal dari proses produksi.
2. Limbah cair dan padat berasal dari proses quality control.
3. Limbah cair dan padat berasal dari proses pencucian peralatan.
4. Obat-Obatan kadaluwarsa dan substandar.
Menurut UPL PT. Prafa (data DTRLH Kabupaten Bogor Tahun 2007),
melalui pendekatan teknologi pada pengelolaan limbah cair, angka BOD dan
COD limbah cair PT. Prafa masih cukup tinggi dan mempunyai kandungan
antibiotika yang dapat mengakibatkan resistensi mikroba patogen. Pengelolaan
limbah cair PT. Prafa dilakukan berdasarkan:
1) jenis dampak, dapat berupa :
a) Angka BOD dan COD yang cukup tinggi karena banyaknya zat organik yang
tersuspensi/terlarut dalam limbah cair.
b) Rembesan air dari septik tunk dapat mencemari air penduduk di sekitar pabrik.
c) Kandungan antibiotika dalam limbah cair dapat menimbulkan resistensi
mikroba patogen.
d) Bekas-bekas reagens laboratorium yang mengandung logam-logam berat
dapat mencemari lingkungan.
2) Parameter dampak
Parameter dampak diukur berdasarkan:
a) Angka BOD, COD, zat organik terlarut/tersuspensi (TSS), suhu dan pH air
limbah.
67
b) Kandungan nitrit dan ammonia besar dalam sumur penduduk.
c) Kandungan antibiotika dalam air limbah.
d) Kandungan logam-logam berat dalam air limbah.
3) Sumber dampak
Dampak yang ditimbulkan dapat bersumber dari:
a) Proses pencucian peralatan
b) Bekas reagens laboratorium quality control
68
7) Lokasi WTP harus terpisah dari selokan air hujan agar tidak terbawa arus
air hujan.
8) Menonaktifkan antibiotika dengan penambahan zat oksidator seperti
Ca(OCl)2.
B. Pengelolaan limbah cair
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan cara:
1) Limbah cair dari ruang produksi BetalTACam dialirkan ke IPAL setelah
mengalami treatment (pengolahan) arah.
2) Limbah cair dari ruang produksi Cephalosporin dialirkan ke IPAL setelah
mengalami treatment arah.
3) Limbah cair dari ruang produksi Non Betalactam dialirkan langsung ke
IPAL.
4) Limbah cair dari kantin dialirkan langsung ke IPAL.
5) Limbah cair dari laundry dialirkan langsung ke IPAL.
6) Limbah cair dari laboratorium hasil pencucian dialirkan langsung ke
IPAL.
7) Limbah cair dari reagens di laboratorium ditampung untuk diolah atau
dibakar dengan insenerator suhu tinggi.
8) Limbah cair dari WC dialirkan ke septik tunk.
9) Oli bekas dikumpulkan dari dalam drum kemudian dijual.
Limbah cair akan dihasilkan dari kegiatan proses produksi, laboratorium,
kantin, laundry, WC dari unit pengolahan air bersih.
69
incinerator pada suhu 550-1200 C selama 45 menit. Sisa bahan padat yang
menempel pada wadah/peralatan dibersihkan dengan mesin penyedot debu atau
vacuum sebelum dicuci dengan air, bila tidak tersedia vacuum sisa-sisa serbuk
yang menempel diambil dengan lap yang dibasahi alkohol 70 % dan lap tersebut
dicuci tersendiri. Kerjasama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Bogor juga
dilakukan untuk pengangkutan sampah keluar pabrik yang dilakukan secara
teratur dan terkontrol .
Limbah cair berasal dari proses produksi, pencucian peralatan produksi,
limbah laboratorium dan buangan lainnya. Limbah tersebut antara lain limbah
70
proses pembuatan aqua demineralisata, limbah pencucian pakaian kerja, limbah
proses betalactam, limbah proses Cephalosporia, limbah proses non betalactam,
limbah dari laboratorium dan sumber limbah lainnya. Limbah cair ini ditampung
dalam bak ekualisasi setelah mendapat pra perlakuan terlebih dahulu.
Pemeriksaan air hasil limbah dilakukan untuk memastikan bahwa hasil
pengolahan tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yang meliputi
pemeriksaan parameter :
1. fisika: suhu, warna, bau, kekeruhan
2. kimia: pH, kandungan fenol, N-total, TDS (Total Dissolved Solid), BOD
(Biologycal Oxgen Demand), COD (Chemical Oxgen Demand) dan DO
(Dissolved Oxgen)
Pemeriksaan untuk COD dan TDS dilakukan pada bak penyaringan dan
pengeluaran air. Nilai COD dan TDS di bak pengeluaran air maksimal 100 ppm
dibandingkam dengan nilai COD dan TDS di bak penyaringan sehingga dapat
diketahui apakah pengolahan limbah berjalan dengan baik.
Berikut jumlah instalasi PVC dari sumber limbah hingga ke tempat
pengolahan:
a. 1 bak penampungan limbah betalactam
b. 1 bak penampungan limbah aquadem
c. 1 bak penampungan limbah chepalosporin
d. 1 bak penampungan limbah proses NBL+ heavy metal
e. 1 bak ekualisasi 1 bak separasi
f. 1 bak koagulasi flokasi
71
g. 2 bak karbon filter
h. 1 bak aerasi
i. 1 bak kolam ikan
j. 1 bak kolam air mancur (stabilisasi)
k. 1 bak NaOCl (kaporit)
l. 1 unit blower dan alat difusi untuk membantu proses aerasi
m. 11 unit pompa, diantaranya:
1)
2)
Pompa
untuk
proses
ekstruksi
limbah
Cephalosporin
dan
4)
5)
6)
7)
Pompa untuk memompa air limbah dari bak aerasi ke bak filtrasi I
8)
Pompa untuk memompa air limbah dari bak aerasi ke bak filtrasi II
9)
72
Proses pengolahan air limbah mulai dari inlet sampai outlet harus melalui
9 tahapan proses. Proses pengolahan air limbahnya sebagai berikut:
1) Bak ekualisasi (T.1)
Unit penampungan utama limbah cair dari beberapa titik sumber penghasil
limbah yang dialirkan melalui pipa utama (Main Pipe).
2) Bak reaksi (T.2)
Merupakan sarana emergency, air dialirkan jika pH pada bak ekualisasi
mencapai pH 2-5 atau > 9 . bak reaksi ini berfungsi untuk proses netralisasi
sehingga diperoleh pH 7 karena kemampuan kerja bakteri aerobic harus pada
pH netral dengan suhu 25-35 C.
3) Bak separasi (T.3 dan T.4)
Air limbah dari bak ekualisasi akan terpompa menuju bak separasi. Cara kerja
bak separasi sebagai berikut:
Air yang mengalir ini melewati/melintasi kawat berkisi-kisi (fish bone weir),
di kanal ini garis-garis yang terkandung dalam air sebagian akan mulai terurai.
4) Bak aerasi
Proses pencampuran/pangadukan udara dengan air sehingga terjadi perubahan
konsentrasi zat-zat yang yang mudah menguap dalam air. Dalam proses ini
juga ditanamkan bakteri SGB 104 pengurai zat organik, mereduksi senyawasenyawa fenol, beberapa senyawa kloro hidrokarbon, BOD dan COD.
73
5) Bak filtrasi
Berfungsi untuk proses penyaringan guna mendapatkan tingkat kejernihan air
tertentu dengan menempatkan media berpororsitas yang tersusun dari Rock
Stone (paling atas), karbon aktif (tengah) dan zeolite aktif (paling bawah).
6) Bak settling (T.7)
Merupakan saran pengendapan partikel halus dengan menggunakan koagulan,
partikel-partikel yang masih lolos dari aerasi dan proses filtrasi akan
terhidrolisis oleh koagulan membentuk floe (gumpalan halus) dan mengendap
secara gravitasi.
7) Bak desinfektan (T.8)
Berfungsi untuk mereduksi/menghilangkan bakteri pathogen. Bak ini berisi
ferrolite dilengkapi dengan tangki NaOCl 12 %. Air dari bak settling dialirkan
ke bak desinfektan dimana pada unit ini diinjekkan sejumlah NaOCl 12 %
menggunakan dosing pump.
8) Bak stabilisasi (T.9)
bak berbentuk lingkaran yang berfungsi untuk menstabilkan akumulasi air
yang telah diinjek NaOCl. Pada bak ini, unsur Chloride cenderung terurai
menjadi Cl2 bebas sedangkan unsur Na sebagai zat terlarut, On (Onasen)
bekerja memusnahkan bakteri pathogen dan selanjutnya terurai menjadi
oksigen bebas.
9) Kolam (effluent)
74
Merupakan sarana penampungan akhir dari semua proses. Kolam dilengkapi
unit sirkulasi air yang dipompakan ke udara untuk menguraikan Cl2 berlebihan
dan satu bak untuk pengontrolan akhir dan tempat pengambilan sampel air.