mata pelajarannya. Hal tersebut harus diterapkan pada setiap mata pelajaran
termasuk matematika.
Dalam proses belajar mengajar guru sangat berpengaruh bagi siswa untuk
memperoleh pengetahuan. Disamping pola struktur kurikulum yang baik
keberhasilan pembelajaran matematika diperlukan pula keahlian guru dalam
memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mencapai
kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Menurut Suherman, Erman (2003 : 58), pada umumnya masyarakat
berpandangan bahwa citra pengajaran matematika itu kurang baik. Kebanyakan
dari mereka mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan terhadap
pembelajaran matematika baik terhadap gurunya maupun materinya. Sama
halnya dengan anggapan siswa terhadap pembelajaran matematika itu bervariasi,
ada yang menganggap matematika itu mudah tetapi sebagian besar siswa
menganggap matematika itu sulit. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran
yang terjadi, tidak semua siswa dapat memahami secara keseluruhan materi yang
telah disampaikan oleh guru. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya
pemahaman matematik siswa.
Menurut Sudjana, Nana (2009 : 24) tipe hasil belajar yang lebih tinggi
daripada pengetahuan adalah pemahaman. Dengan demikian ketika siswa belajar
matematika, ia harus mencapai pemahaman yang mendalam dan bermakna akan
matematika. Salah satu sasaran yang perlu dicapai siswa untuk memperoleh
pemahaman yang mendalam dan bermakna adalah memahami matematika yang
dipelajarinya
melalui
pengkonstruksian
pemahaman
pengetahuan
yang
dipelajarinya.
Menurut Kurniawan, Rudi (2009 : 19), Pemahaman matematik dapat
dipandang sebagai proses dan tujuan dari suatu pembelajaran matematika.
Pemahaman matematik sebagai proses berarti pemahaman matematik adalah
suatu proses pengamatan kognisi yang tak langsung dalam menyerap pengertian
dari konsep/teori yang akan dipahami. Sedangkan sebagai tujuan, pemahaman
matematik berarti suatu kemampuan memahami konsep, membedakan sejumlah
konsep-konsep yang saling terpisah, serta kemampuan melakukan perhitungan
secara bermakna pada situasi atau permasalahan-permasalahan yang lebih luas.
Untuk mencapai pemahaman matematik siswa, dapat digunakan
berbagai model
Pembelajaran kooperatif
yang
sedang
dihadapi
secara
bersama-sama
dan
dapat
pembelajaran
model pembelajaran
langsung adalah salah satu pendekatan belajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Kedua
perbandingan
tipe
model
pemahaman
pembelajaran
matematik
ini
dipilih
siswa,
karena
untuk
mengetahui
memiliki
strategi
Perbandingan
Pemahaman
Matematik
Siswa
antara
yang
selama kegiatannya banyak dilakukan oleh guru serta guru mengajar secara
klasikal. Fase-fase pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
langsung yaitu a) Fase menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, b)
Fase
mendemonstrasikan
pengetahuan
dan
keterampilan,
c)
Fase
pembelajaran langsung.
2. Sebagai bahan masukan kepada guru untuk dijadikan pertimbangan dalam
menentukan model pembelajaran yang akan digunakan sehari-hari.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat lebih kreatif dan dapat
menciptakan suasana belajar kelompok yang kondusif dan efektif.
4. Sebagai masukan bagi para pembaca, dan memberikan sumbangan pemikiran
bagi dunia pendidikan.
F. Landasan Teoretis
1. Kajian Teori
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa
dengan lingkungannya sehingga terjadi proses perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik. Fontana (Tim MKPBM, 2001:8) mengemukakan,
Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang optimal. Ruang
kelas merupakan tempat yang sangat baik untuk kegiatan pembelajaran
kooperatif. Siswa sebagai individu yang memiliki potensi, kecakapan,
latar belakang dan harapan masa depan yang berbeda-beda diberi
kesempatan
bekerja
dalam
kelompok-kelompok
kecil
untuk
10
Dengan
demikian,
siswa
mempunyai
kesempatan
untuk
dasar
pembelajaran
kooperatif.
Unsur-unsur
dasar
11
Tabel. 1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
Fase-1
Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
dan memotivasi
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
Fase-2
Menyajikan Informasi
Fase-3
Mengorganisasikan
siswa
ke
dalam
kelompok-kelompok
belajar
Fase-4
Membimbing
Guru membimbing kelompok-kelompok
kelompok bekerja dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
belajar
mereka.
Fase-5
Evaluasi
Fase-6
Memberikan
penghargaan
12
2)
3)
4)
5)
13
Langkah II
Membentukkelompok
pertama
Langkah III
Membentuk kelompok
kedua
1. Ani
1. Ani
1. Ani
2. David
2. David
2. David
3.
3.
3.
4.
4.
Citra
Ani
4.
5.
5.
5.
Yusuf
David
6.
6.
6.
7.
7.
Dian
Rini
7.
8.
8.
8.
Slamet Basuki
9.
9.
9.
10.
10.
10.
11. Yusuf
11. Yusuf
11. Yusuf
12. Citra
12. Citra
12. Citra
Lie,13.
Anita
13.Sumber:
Rini
Rini (2007:42)
13. Rini
14. Basuki
14. Basuki
Slavin
(Widaningsih, Dedeh, 2008 :14.
4)Basuki
memberikan petunjuk
15.
15.
15.
16.
16.
16.
17.
17.
17.
18.
18.
18.
19.
19.
19.
20.
20.
20.
21.
21.
21.
22.
22.
22.
23.
23.
23.
24. Slamet
24. Slamet
24. Slamet
perhitungan
skor perkembangan individu seperti
25. Dian
25. Dian
24. Dianpada tabel berikut ini.
Prosedur Pengelompokan Heterogenitas Akademis
Sumber : Lie (2003 : 41)
14
Tabel 2
Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor Kuis
Skor Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
10 hingga 1 poin di bawah skor awal
10
Skor awal sampai 10 poin di atasnya
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor
40
awal)
Selanjutnya untuk lebih memotivasi siswa dalam setiap
pembelajaran, maka dalam pembelajaran kooperatif setelah guru memberi
penilaian kepada setiap siswa dalam kelompok kooperatif, guru
hendaknya memberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok yang
memiliki nilai sumbangan kelompoknya memenuhi kriteria. Kriteria yang
digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok
dikemukakan oleh Slavin, Robert E. (2009 : 160) adalah sebagai berikut :
(1) Kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik (2)
Kelompok dengan skor rata-rata 20 sebagai kelompok sangat baik (3)
Kelompok dengan skor rata-rata 25, sebagai kelompok super.
b. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Tipe dari model pembelajaran kooperatif yang sering digunakan
dalam
pembelajaran
matematika
diantaranya
Student
Teams
15
16
kelompok
lain
yang
17
18
Widaningsih,
Dedeh,
(2009:6)
ilustrasi
model
C1
D1
A1
A2
B1
B2
C1
A3
A4
B3
B4
C3
A3 B3
C3
D3
A2
B2
C2
C2
D1
D2
C4
D3
D4
B4
C4
A4
D2
D4
19
20
Pembelajaran
langsung
memerlukan
perencanaan
dan
segala
sesuatu yang
dipersiapkan
untuk pelaksanaannya,
21
dalam
pembelajaran
langsung.
Seperti
yang
22
23
supaya siswa dapat memahami materi yang disampaikan dan bentuk tes
pemahaman siswa. Sedangkan perbedaan dari dua model pembelajaran
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Terdapat kelompok diskusi, diberikannya bahan ajar, LKS, pusat
kegiatan ada pada siswa dan diskusi kelompok, penghargaan untuk
yang berprestasi, tuntutan siswa untuk aktif dalam menggali materi
dan
menyampaikannya
pada
teman,
perhitungan
skor
Tabel 3
Perbandingan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw dengan Model Pembelajaran Langsung
Model Pembelajaran
Jigsaw
Langsung
24
Aspek
Struktur Tim
Mendengarkan dan
disampaikan guru.
Penilaian
Bahan Ajar
LKS
LKS.
Diberikan bahan ajar.
Mengerjakan LKS dengan cara
individu.
Tidak ada.
Tidak ada.
Penghargaan
Kerjasama
Demonstrasi
diskusi kelompok.
Ada, berdasarkan skor rata-rata.
Kerjasama kelompok/tim.
Dilaksanakan oleh siswa.
Pujian
Tidak ada.
Dilaksanakan oleh guru.
Materi
Diskusi
Tugas Utama
pada guru.
Pusat Kegiatan Siswa dan diskusi kelompok.
Kelas
Perhitungan
Ada
Demonstrasi guru.
Tidak ada.
Skor
e. Pemahaman Matematika
Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar,
secara indikator pemahaman matematik meliputi: mengenal, memahami
dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika. Menurut
Purwanto, Ngalim ( 2004 : 44 ) Pemahaman adalah tingkat kemampuan
yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep serta fakta
25
yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal secara
verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang
dinyatakan. Sudjana, Nana ( 2009 : 24 ) menyatakan bahwa tipe hasil
belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Dalam
pembelajaran matematika pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman
terhadap suatu konsep matematika dimana siswa harus mempunyai
pengetahuan terhadap konsep tersebut setelah proses pembelajaran
berlangsung.
Pemahaman menurut Sudjana, Nana (2009 : 24) dapat dibedakan
kedalam tiga kategori :
1) Tingkat rendah adalah pemahaman terjemahan,mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya.
2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
mehubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang
diketahui berikutnyha, atau menghubungkan beberapa bagian
dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan
yang bukan pokok.
3) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah
pemahan ekstrapolasi.
Sedangkan menurut Polya (Sumarmo, Utari, 2006 : 3) merinci
kemampuan pemahaman pada empat tahap, yaitu :
1) Pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh mengingat dan
menerapkan rumus secara rutin dan menghitung secara
sederhana;
2) Pemahaman induktif : menerapkan rumus atau konsep dalam
kasus sederhana atau dalam kasus serupa;
3) Pemahaman rasional : membuktikan kebenaran suatu rumus
dan teorema;
4) Pemahaman intuitif : memperkirakan kebenaran dengan pasti
(tanpa ragu-ragu) sebelum menganalisa lebih lanjut.
26
27
dengan
lingkungannya
mereka.
Adaptasi
dengan
siswa
menerima
pengetahuan
baru
kemudian
28
memberikan
contoh
dan
tindakan
lain
yang
29
seseorang
untuk
menyelesaikan
tugas-tugas
dan
30
31
4.2Menghitung
lingkaran
serta ukurannya
lingkaran
menghitung
keliling lingkaran
4.2.3Menentukan
dan
menghitung
luas
lingkaran.
1)
dilakukan
percobaan
mengukur
perbandingan
keliling
32
3 cm
6 cm
9 cm
(i)
( ii )
( iii )
Tabel 5
Hasil Percobaan Manentukan nilai
Diameter
Lingkaran (d) satuan
cm
Keliling
Lingkaran (k)
satuan cm
k
=
d
keliling lingkaran
diameter
Keliling lingkaran
disebut
Diameter
33
Keliling lingkaran
= (phi)
Diameter
penelitian
yang
cermat
ternyata
nilai
22
.
7
2) Keliling Lingkaran
Perbandingan
Keliling lingkaran
Diameter
= 2r = 2r
K
= .
d
34
d) Bagilah salah satu juring yang terjadi menjadi dua bagian yang
sama.
e)
f)
35
Gambar 1
Gambar 2
Ternyata hasil dari potongan-potongan juring yang diletakkan
secara berdampingan membentuk bangun yang menyerupai persegi
panjang. Jika juring-juring lingkarannya memiliki sudut pusat
semakin kecil, misalnya 15, 10, 5, 4 dan seterusnya, maka bangun
yang terjadi sangat mendekati bentuk persegi panjang dengan:
Panjang =
1
Keliling lingkaran dan lebar = r, sehingga:
2
Luas lingkaran
= panjang lebar
1
keliling lingkaran r
2
1
2r
2
36
= r r
= r2
Karena d = 2r atau r =
1
d, maka luas lingkaran dapat dinyatakan
2
pula
L = r2
L=
1
1
d
d
2
2
L=
1 2
d
4
L=
1
d2
4
37
bahwa
terdapat
pengaruh
Kesimpulan penelitian
positif
penerapan
model
Surakhmad,
Winarno
(Arikunto,
Suharsimi,
2006:65)
Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang
38
39
Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.
Menurut Ruseffendi, E.T. (2005:35) Penelitian eksperimen atau percobaan
(eksperimental research) adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat
hubungan sebab-akibat. Untuk
tipe
Jigsaw
dan
model
pembelajaran
langsung
melihat
40
data
yaitu
melaksanakan
tes
pemahaman
matematik,
41
42
Keterangan:
rxy
= Skor total
Untuk menentukan tingkat (derajat) validitas soal tinggi, sedang,
rendah maka
perlu diinterpretasikan
rxy 0,00
= Tidak valid
43
Keterangan:
r11
= koefisien reliabilitas
S
St
2
i
44
45
O
O
Keterangan:
R
7. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian merupakan operasionalisasi pelaksanaan
penelitian. Secara umum penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap
kegiatan, yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melaksanakan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Memperoleh surat keputusan dari Dekan FKIP Universitas
Siliwangi tentang penetapan bimbingan skripsi,
46
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
pelaksanaan penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melaksanakan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Konsultasi dengan Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran
Matematika kelas kelas
VIII SMP
47
3) Membuat kesimpulan.
8. Teknik pengolahan analisis data
a. Teknik pengolahan data
1) Pensekoran Tes Pemahaman Matematik
Pensekoran tes pemahaman matematik menggunakan skor rubrik,
menurut Sumarmo, Utari (2006:16) seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Akademik
Skor Level
4
Skor Level
3
Skor Level
2
Skor Level
1
Skor Level
0
Math.
Math.
Math.
Math.
Knowledge: Knowledge Knowledge Knowledge
Pemahaman Pemahama Pemahaman Pemahama
n konsep
konsep
n konsep
konsep
prinsip,
prinsip,
prinsip,
prinsip,
terminolog
terminology,
terminolog
menggunak
y, dan
dan notasi
y, dan
an
hampir
sebagian
notasi
terminology
benar,
benar,
sangat
dan notasi
algoritma
perhitungan
minim,
matematika
benar,
memuat eror perhitunga
secara
perhitunga
serius
n memuat
benar,
n
sedikit
eror
serius
menghitung
eror
dengan
benar dan
tepat
Sumber : Sumarmo, Utari (2006:16)
Math.
Knowledge:
Tidak ada
pemahaman
2) Penskoran Akhir
Penskoran akhir atau skor pemahaman matematik diperoleh
dari rata-rata tes pemahaman matematik ke-1 dan tes pemahaman
matematik ke-2 yang dihitung dengan menggunakan rumus:
48
Skor Akhir =
TP1 TP2
2
Membuat
distribusi
frekuensi,distribusi
frekuensi
relatif,
( x ),
Menguji normalitas dari masing-masing kelompok dengan chikuadrat menurut Sudjana (2005:273).
Dengan : H0 = distribusi
sampel
berasal
dari
populasi
berasal
dari
populasi
berdistribusi normal
H1 = distribusi
sampel
49
Oi E 2
i 1
Ei
2
hitung
2 1 db
H1 diterima.
b)
pasangan hipotesis :
Keterangan H0
50
H1 : x y
Maka dengan hipotesis nol H0 : x y , rumus yang digunakan
X Y
1
1
x ny
s x2 y
2
untuk mencari nilai S x y dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
S x2 y
dengan :
Y Y
nx n y 2
X X
X Y
Y Y
sx
nx
s y n y 1
distribusinya
tidak
normal,
maka
pengujian
hipotesis
51
Kegiatan Penelitian
1
2
Pengajuan judul
Pembuatan proposal
penelitian
Seminar proposal
Pengajuan
surat
perijinan penelitian
Melakukan observasi
Penyusunan
perangkat tes
Melakukan
KBM
pada
kelas
eksperimen, uji coba
instrument
diluar
sampel
Pengolahan data dan
analisis data
Penyelesaian
penulisan skripsi
3
4
5
6
7
8
9
b. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Rancah
Kabupaten Ciamis yang beralamat di Desa Cisontrol Kecamatan Rancah
Kabupaten Ciamis.
52
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Budiningsih, C. Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Depdiknas. (2005). Model-model Pembelajaran Matematika. Jakarta. Depdiknas.
Faridah, Ida. (2008). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa.
Skripsi Universitas Siliwangi. Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.
Ibrahim, Muslimin. et.all. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. University
Press.
Kurniawan, Rudi. (2009). [online]. Tersedia http://rudyks3-majalengka.blogspot.
com/2009/01/ kemampuan-pemahaman-dan-pemecahan.html [April 2009].
Lie, Anita. (2005). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
53
Russefendi, E.T. ( 2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang NonEksakta Lainnya. Bandung : Tarsito.
Russeffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung : Tarsito.
Slavin, Robert E. (2009). Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media.
Sudjana. (2005) Metoda Statistika . Bandung : Tarsito.
Sudjana, Nana (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.
Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung : Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.
Sumarmo, Utari. (2006). Berfikir Matematik Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan
Bagaimana dikembangkan pada Siswa Sekolah Menengah dan Mahasiswa
Calon Guru. Makalah pada seminar Pendidikan Matematika. FMIPA
Universitas Padjajaran. Bandung. Tidak diterbitkan.
54