Anda di halaman 1dari 17

Home MAMALIA Macan Tutul (Phantera pardus)

Macan Tutul (Phantera pardus)


in MAMALIA - on 15.41 - 2 comments

Macan tutul (Phantera pardus) memiliki variasi pada morfologinya. Pada umumnya, warna
mantel bervariasi, mulai dari kuning pucat hingga warna emas gelap dengan pola bintik-bintik
hitam. Kepala, kaki bagian bawah dan bagian perut berbintik hitam pekat. Warna mantel dan
polanya berasosiasi dengan tipe habitat mereka
Anak macan lahir dengan jumlah 2-3 ekor, namun tingkat kematian bayi macan juga tinggi dan
induk betina jarang terlihat bersama dengan lebih dari 1-2 anak macan. Betina yang sedang
hamil akan menemukan gua, celah diantara batu besar, rongga pohon, atau diantara semak
belukar, sebagai tempat untuk melahirkan dan untuk membuat sarang. Anak macan akan
membuka matanya dalam waktu 10 hari setelah dilahirkan.
Bulu dari anak Macan Tutul cenderung lebih panjang dan lebih tebal dari pada bulu Macan Tutul
dewasa. Warna bulunya abu-abu dan mempunyai pola bintik-bintik di bulunya yang sedikit.
Selama 3 bulan, anak Macan Tutul akan mengikuti induknya untuk berburu. Setelah Macan Tutul
yang berumur 1 tahun, maka dia telah dapat berburu untuk dirinya sendiri, tetapi induknya akan
melindunginya selama 18-24 bulan (Nowak, 1997, Guggisberg, 1975).
Macan Tutul betina cenderung untuk memelihara anak macan, tetapi berdasarkan laporan terbaru
diketahui bahwa macan tutul jantan juga ikut membantu mengasuh induk betina (pasangannya)
dan anak macan, contohnya dengan membawakan hasil buruan sebagai makanan untuk mereka
(Guggisberg, 1975).
Perilaku
Perilaku macan tutul terkenal dengan kemampuannya untuk tidak terdeteksi. Mereka dapat hidup
diantara manusia. Mereka ahli dalam memanjat, berenang tetapi tidak seperti harimau, macan
tidak akan berbaring di air. Mereka merupakan hewan nokturnal tetapi dapat dilihat pada siang
hari. Macan ini hidup soliter, saling menghindar satu sama lain.

Tetapi mereka kadang terlhat bersama sebanyak 3 sampai 4 ekor. Mereka memiliki pendengaran
dan penglihatan yang kuat. Ketika melakukan ancaman, macan memanjangkan badannya dan
menundukan kepalanya (sama seperti pada kucing domestik). Pada siang hari mereka biasanya
berbaring di atas batu, atau di atas pohon. Macan tutul dapat dilihat kapan saja di siang hari.
Mereka sebenarnya merupakan hewan nokturnal, tetapi macan tutul yang hidup di daerah
konservasi mereka lebih diurnal, walaupun sering terlihat berburu di siang hari. Macan tutul baik
dalam memanjat, menurunkan kepalanya terlebih dahulu.
Macan tutul lebih banyak berburu di atas tanah, dan merupakan pemburu yang handal dengan
rata-rata daerah perburuan seluas 275 m. mereka menerkam mangsanya terlebih dahulu sebelum
memakannya. Leopard akan menyeret mangsanya, dan mengangkatnya ke atas dahan meskipun
seringkali mangsanya berukuran lebih besar daripada tubuhnya contohnya antelope.
Dua pertiga waktunya dihabiskan untuk beristirahat, sebagian besar waktunya dihabiskan di atas
pohon, di atas batu besar atau di dalam sarang burung pemakan bangkai. Macan tutul hidup
soliter, persebarannya bergantung pada ketersediaan sumber makanan. Mereka melakukan
penandaan teritori dengan mengeluarkan urine dan membuat cakaran pada pohon. Mereka lebih
dapat beradaptasi daripada singa dan harimau dan dapat tinggal dalam daerah yang padat. Macan
tutul hidup di hutan-hutan yang masih alami dan padang rumput. Keberadaan macan tutul sangat
dipengaruhi jumlah makanan dan kondisi alam untuk kamuflase dalam berburu atau melindungi
diri.
Secara global, macan tutul tersebar di banyak daerah yang meliputi wilayah Asia dan Afrika.
Besarnya sebaran macan tutul ini menimbulkan variasi genetis dan morfologis pada tiap
subspesiesnya.
Di Indonesia, macan tutul hanya terdapat di pulau Jawa. Saat ini di Jawa Barat, macan tutul
masih dapat dijumpai di kawasan:
1. Gunung Salak
2. Taman Nasional Gunung Halimun
3. Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo
4. Hutan Sancang
5. Gunung Patuha Ciwidey
6. Cagar Alam Gunung Simpang Cianjur
7. Cagar Alam Gunung Tilu Cianjur
Habitat dan Persebaran
Diantara anggota famili felidae yang lain, leopard merupakan spesies yang paling mudah
beradaptasi dan hampir dapat ditemukan pada seluruh habitat. Asia merupakan wilayah dengan
spektrum lingkungan yang luas, dan leopard berada hampir berada di setiap tempat.
Di Indonesia, leopard hanya ditemukan di daerah jawa. Leopard tidak ditemukan di Sumatera
karena adanya kehadiran harimau dan keenam spesiae lain dari famili felidae. Leopard juga tidak
ditemukan di pulau Kalimantan karena ketidaktersediaan mangsa utama mereka.

PERINGATAN
Macan tutul (Phantera pardus) termasuk satwa liar yang dilindungi undang-undang,
sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada kententuan dalam UndangUndang No. 5 Tahun 1990 bahwa:
1. Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan
hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat
(2));
2. Barang Siapa Dengan Sengaja menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati (Pasal 21 ayat (2) huruf b),
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
3. Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagianbagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian
tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam
atau di luar Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) huruf d), diancam dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(Pasal
40
ayat
(2));
Sumber:satwajabar.awardspace.com
Gambar:macantutulteam.files.wordpress.com
Artikel Terkait :

Bencana Kebakaran Hutan


Tujuan penetapan identitas fauna Jawa Barat ini adalah :
1. Meningkatkan rasa ikut memiliki dan menanamkan kebanggan terhadap suati jenis
tumbuhan dan satwa sebagai bagian dari upaya melestarikan plasma nutfah

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat berperan serta aktif dalam upaya
pelestarian keberadaannya
3. Sebagai sarana meningkatkan promosi kepariwisataan daerah
4. Sebagai sarana untuk mendorong perkembangan industri daerah
Macan Tutul atau dikenal Macan Jawa merupakan satu-satunya jenis kucing besar yang masih
tersisa di Pulau Jawa. Di Jawa Barat terdapat dua jenis kucing besar, yaitu Harimau Jawa dan
Macan Tutul. Namun keberadaan Harimau Jawa sampai saat ini belum banyak diketahui, bahkan
sebagian ilmuan telang menganggapnya punah. Sedangkan Macan Tutul dengan semua tekanan
yang ada sampai saat ini masih dapat bertahan hidup.
Sejak zaman dahulu Macan Tutul dikenal sangan cerdik, kemampuan istimewanya antara lain
memiliki pendengaran dan penglihatan yang kuat serta tangguh dalam memanjat pohon. Macan
Tutul aktif di malam hari dan ada beberapa yang juga berburu pada siang hari, dapat memakan
berbagai jenis binatang hutan mulai dari Babi Hutan, Kancil, Monyet, burung, hewan pengerat
sampai serangga. Dengan semua keistimewaannya ini tidak salah jika Provinsi Jawa Barat
menggunakan hewan ini sebagai perlambang kekuatan, kecerdikan, kegagahan dan keindahan.
Profil
Klasifikasi
Macan Tutul merupakan hewan bertulang belakang (Vertebrata) yang klasifikasinya sebagai
berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Chordata

Class

: Mammalia

Ordo

: Carnivora

Sub Ordo

: Fissipedia

Family

: Felidae

Genus

: Panthera

Species

: Panthera pardus Linnaeus, 1758

Sub species

: Panthera pardus melas Cuvier, 1809

Nama Daerah : Di Indonesia ada dua nama, yaitu Macan Tutul dan Macan Kumbang
Deskripsi
Di Asia Tenggara Macan Tutul adalah karnivora terbesar kedua setelah Hariamau. Berat rata-rata
Macan Tutul jantan adalah 55 kg, dan macan betina 30 kg. Hal yang menarik dari Macan Tutul
adalah memiliki dua pola warna, ada yang berwarna kuninga dengan bintik-bintik hitam dan ada
yang berwarna hitam (orang sering menyebutnya Macan Kumbang), yang jika diperhatikan
diantara pekatnya warna rambut Macan Kumbang akan terlihat bintik-bintik, mirip sekali dengan
Macan Tutul Kuning.
Macan Tutul pada umumnya memiliki rambut dengan warna yang bervariasi, mulai dari kuning
pucat hingga warna emas gelap dengan pola bintik-bintik hitam. Kepala, kaki bagian bawah dan
bagian perut berbintik hitam pekat. Warna dan pola rambut tersebut sangat sesuai untuk
berkamuflase dengan habitat alaminya.
Rambut anak Macan Tutul cenderung lebih panjang dan lebih tebal dibandingkan rambut Macan
Tutul dewasa, warna rambutnya abu-abu dengan bintik-bintik yang jarang. Anak Macan Tutul
lahir dengan jumlah 2-3 ekor, anak macan akan membuka matanya dalam waktu 10 hari setelah
dilahirkan dan selama 3 bulan, anak Macan Tutul akan mengikuti induknya untuk berburu.
Perilaku
Macan Tutul betina cenderung untuk memelihara anaknya, betina yang sedang hamil akan
mencari gua, celah diantara batu, semak belukar, serta rongga pohon sebagai tempat untuk
melahirkan dan merawat anaknya. Macan Tutul jantan juga ikut membantu pasangannya pada
masa berkembangbiak, salah satunya adalah dengan membawakan hasil buruan induk jantan
untuk makanan anak dan induk betina.
Macan Tutul lebih banyak berburu di atas tanah, dan merupakan pemburu yang handal dengan
rata-rata daerah perburuan sekitar 11-37 km2 , hewan ini akan menerkam mangsanya lalu
menyeret kemudian mengangkatnya ke atas dahan, meskipun seringkali mangsanya berukuran
lebih besar daripada tubuhnya, contoh Babi Hutan. Macan Tutul ini hidup soliter, persebarannya
bergantung pada ketersediaan sumber makanan, hewan ini biasa melakukan penandaan wilayah
kekuasaannya dengan mengeluarkan urine dan membuat cakaran pada pohon.
Habitat
Kelebihan Macan Tutul dibanding kucing besar lain yang ada di dunia adalah mudah beradaptasi
dan hampir dapat ditemukan pada seluruh tipe habitat. Di Indonesia, Macan Tutul hanya

ditemukan di Pulau Jawa. Hewan ini tidak ditemukan di Sumatera, karena adanya kehadiran
Harimau dan ke enam spesies lain dari family felidae. Macan Tutul juga tidak ditemukan di
Pulau Kalimantan karena ketidaktersediaan mangsa utama mereka.
Macan Tutul hidup di hutan-hutan yang masih alami atau padang rumput. Keberandaan Macan
Tutul sangat dipengaruhi jumlah makanan dan kondisi alam untuk kamuflase dalam berburu atau
melindungi diri.
Secara global, Macan Tutul tersebar di banyak wilayah yang meliputi wilayah Asia dan Afrika.
Besarnya sebaran Macan Tutul ini menimbulkan variasi genetis dan morfologis pada tiap sub
spesiesnya. Pada saat ini di provinsi Jawa Barat, Macan Tutul masih dapat dijumpai di beberapa
kawasan :

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango

Taman Nasional Gunung Ciremai, Kuningan-Majalengka

Cagar Alam Leuweung Sancang

Gunung Patuha, Ciwidey

Cagar Alam Gunung Simpang, Cianjur

Cagar Alam Gunung Tilu, Cianjur

Dan beberapa daerah lain yang tersebar di provinsi Jawa Barat

Konservasi
Walaupun daya adaptasi Macan Tutul terhadap perubahan habitat cukup tinggi, namun
berkurangnya luas habitat serta perburuan menyebabkan hewan ini semakin berkurang
jumlahnya di alam.
Satwa ini dilindungi berdasarkan Undang-Undang RI No.5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah
RI No. 7 Tahun 1999, sedangkan menurut menurut kriteria CITES (Konvensi internasional untuk
perdagangan spesies terancam punah) pada tahun 2001 Macan Tutul termasuk Appendix I.
Menurut kriteria IUCN, hewan ini termasuk kategori genting (endangered) yang artinya jenis
yang menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi. Hewan yang termasuk dalam kriteria ini
adalah spesies yang telah berkurang di alam sebesar 50% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
dan memiliki peluang untuk punah lebih dari 20% dalam waktu 20 tahun kedepan.

Hewan ini memiliki fungsi menjaga keseimbangan ekosistem sehingga sangat diperlukan
keberadaannya di muka bumi ini, mengingat hewan ini sebagai salah satu top predator di
ekosistem hutan. Apabila sudah tidak terdapat lagi maka siklus kehidupan di ekosistem tersebut
akan mengalami gangguan yang dapat berakibat terhadap keberlangsungan kehidupan manusia.
Upaya tindakan konservasi Macan Tutul harus dilakukan secara maksimal dimana dibutuhkan
perencanaan dan pelaksanaan yang matang serta berkelanjutan. Untuk itu marilah kita menjaga
kelestariannya dengan tidak merusak kawasan hutan, dan tidak melakukan perburuan dan
perdagangan Macan Tutul. Sayangilah satwa dan lingkungan sekitar kita.
inShare

Harimau sumatera
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
?
Harimau sumatera

Status konservasi

Kritis (IUCN 3.1)[1]


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Carnivora
Famili:
Felidae
Genus:
Panthera
Spesies:
P. tigris
Upaspesies:
P. t. sumatrae

Nama trinomial
Panthera tigris sumatrae
Pocock, 1929

Harimau sumatera (bahasa Latin: Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang
habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih
bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah
(critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi
Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman
nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik,
yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari.[2]
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap
berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau
sumatera terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.

Daftar isi

1 Ciri-ciri

2 Habitat

3 Makanan

4 Reproduksi

5 Perdagangan

6 Penegakan hukum

7 Perlindungan harimau

8 Referensi

9 Pranala luar

Ciri-ciri

Harimau sumatera adalah subspesies harimau terkecil.[3] Harimau sumatera mempunyai warna
paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan
jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci
dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300
pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm.
Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau
sekitar 91 kg. Belang harimau sumatera lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit
harimau sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai
dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya
menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu
berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang
buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.

Habitat
Harimau sumatera pada tahun 1926.
Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini mampu hidup di
manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat
yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan
sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang
250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau sumatera mengalami
ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah,
lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian
dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan.
Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah
yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat
memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.

Makanan
Makanan harimau sumatera tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya.
Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar
yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang
mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan penglihatan yang sangat
tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien. Harimau Sumatera merupakan
hewan soliter, dan mereka berburu pada malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar
sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat
ditangkap, umumnya babi hutan dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau ikan. Orangutan juga
dapat jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan karena itu
jarang ditangkap harimau. Harimau sumatera juga gemar makan durian.
Harimau sumatera juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu mangsa. Luas
kawasan perburuan harimau sumatera tidak diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-

5 ekor harimau sumatera dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di kawasan
dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal (tidak diburu oleh manusia).

Reproduksi
Harimau sumatera dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya
harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata
anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada
yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8
minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih
menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2
minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18
bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau Sumatera dapat hidup
selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.

Perdagangan

Seorang pria berpose bersama seekor harimau sumatera yang telah ditembak mati (foto antara
1890-1900).
Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Penemuan
tentang perdagangan harimau tersebut tercermin dalam survei Profauna Indonesia yang didukung
oleh International Fund for Animal Welfare (IFAW) pada bulan Juli - Oktober 2008. Selama 4
bulan tersebut Profauna mengunjungi 21 kota/lokasi yang ada di Sumatera dan Jakarta.
Dari 21 kota yang dikunjungi Profauna, 10 kota di antaranya ditemukan adanya perdagangan
bagian tubuh harimau (48 %). Bagian tubuh harimau yang diperdagangkan meliputi kulit, kumis,
cakar, ataupun opsetan utuh.
Harga bagian tubuh harimau yang dijual itu bervariasi. Untuk yang utuh dijual seharga Rp. 5 juta
per lembar sampai dengan 25 juta per lembar. Sedangkan taring harimau ditawarkan seharga Rp.
400.000 hingga Rp. 1,1 juta.
Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko seni, penjual batu mulia, dan penjual
obat tradisional. Untuk perdagangan bagian tubuh harimau paling banyak terjadi di Lampung.

Masih maraknya perdagangan bagian tubuh harimau tersebut sudah dilaporkan Profauna ke
Departemen Kehutanan melalui Dirjen PHKA pada bulan April 2009, dengan harapan
pemerintah bisa mengambil langkah-langkah tegas untuk mengatasi perdagangan satwa langka
yang dilindungi tersebut. Beberapa tindakan nyata telah diambil pemerintah untuk memerangi
perdagangan bagian tubuh harimau di Jakarta.

Penegakan hukum
Pada tanggal 7 Agustus 2009, Satuan Polhut Reaksi Cepat dan Satuan Sumdaling Polda Metro
Jaya berhasil menggulung sindikat perdagangan kulit harimau di Jakarta. Selain mengamankan 2
kulit harimau sumatera utuh, polisi juga menyita 6 awetan burung cendrawasih, 2 kulit kucing
hutan, 12 awetan kepala rusa, 1 surili, 5 tengkorak rusa, 1 kepala beruang dan 1 kulit rusa
sambar. Sindikat perdagangan satwa langka itu diduga juga melibatkan sejumlah kebun binatang
di Jawa dan Sumatera.
Terungkapnya sindikat perdagangan harimau dan satwa langka lainnya di Jakarta tersebut
membuktikan bahwa laporan Profauna tentang perdagangan harimau adalah sebuah fakta. Fakta
tersebut seperti fenomena gunung es, hanya tampak di permukaannya saja. Fakta sebenarnya
diyakini jauh lebih besar dari yang sudah terdektesi.

Perlindungan harimau
Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia adalah perbuatan kriminal, karena melanggar
Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Berdasarkan pasal 21 dalam undang-undang nomor 5 tahun 1990 poin (d) bahwa
"setiap orang dilarang untuk memperniagakan, menyimpan atau memiliki, kulit, tubuh atau
bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian
satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau
di luar Indonesia". Pelanggar dari ketentuan tersebut dapat dikenakan sanksi pidana berupa
hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda maksimum 100 juta.

Referensi
7. Macan Tutul Salju (Uncia Uncia)

Macan Tutul Salju

Macan Tutul Salju (Uncia Uncia) adalah sejenis kucing berukuran besar dengan panjang
tubuh mencapai 130 Cm serta panjang ekor mencapai 100 Cm. Spesies ini mempunyai
bulu tebal berwarna putih keabu-abuan dengan bintik-bintik berwarna hitam kecokelatcokelatan. Macan Tutul Salju tidak dapat menggaum atau mendengkur dan merupakan
satu-satunya spesies di dalam marga Tunggal Uncia.
Daerah sebaran spesies ini adalah di pegunungan salju Asia Tengah dari Afganistan
sampai dengan Tibet. Mangsa utamanya adalah Kambing Gunung, Kelinci dan hewanhewan lain yang dekat dengan habitat macan tutul salju.
8. Kucing Emas (Catopuma Temmincki)

Kucing Emas

Kucing Emas adalah Jenis yang misterius dan jarang dijumpai pada saat ini. sedikit
sekali pengetahuan mengenai perilaku dan ekologi kucing jenis ini. Kucing Emas
merupakan salah satu dari tujuh jenis kucing yang hidup di dalam Kawasan Taman
Nasional Kelinci Seblat. Ciri utama dari kucing emas adalah hampir seluruh tubuhnya
berwarna cokelat ke emas-emasan. tetapi ada juga yang berwarna abu-abu atau cokelat
tua.
Kucing ini hidup tersebar di daerah Tibet, Nepal, China, Burma, Thailand sampai
Indonesia, Malaysia dan juga Afrika.
9. Macan Dahan (Neofelis Nebulosa)

Macan Dahan

Macan Dahan atau nama ilmiahnya (Neofelis Nebulosa) adalah Sejenis kucing
berukuran sedang dengan panjang tubuh mencapai 95 Cm. Spesies ini pada umumnya
memiliki bulu berwarna kelabu kecokelatan dengan gambaran seperti awan dan bintik
hitam di tubuhnya. Bintik hitam di kepalanya lebih kecil dan terdapat totol putih di
belakang telinga. Macan dahan mempunyai kaki pendek dengan telapak kaki besar serta
dengan
ekor
panjang
dengan
garis
dan
bintik
hitam.
Daerah sebaran Macan Dahan adalah Asia Tenggara, di hutan dataran rendah dan
pegunungan di Republik Rakyat Tiongkok, India dan semenanjung melayu. Spesies ini
telah punah di alam bebas di Republik Tiongkok. Macan Dahan yang hidup di
Kalimantan da Sumatera tidak lagi dianggap satu spesies dengan Macan Dahan Benua
sejak 2006 dan sekarang di masukkan dalam Spesies Neofelis Diardi.
Macan Dahan adalah hewan Noktural yang aktif berburu di malam hari. Hewan ini
banyak menghabiskan waktunya di atas pohon dan dapat bergerak dengan lincah di atas
pepohonan.
10. Kucing Batu (Pardofelis Marmorata)

Kucing batu (Pardofelis Marmorata) adalah kucing liar kecil dari Asia Selatan dan Asia
Tenggara. Sejak 2002 Ia terdaftar dalam Spesies Rentan oleh IUCN seperti yang terjadi
kepadatan yang rendah dan ukuran total populasi efektif di duga kurang 10.000
individu dewasa
Spesies ini dulunya di anggap sebagai Spesies Kucing Besar garis keturunan Pantherin.
Analisis genetik menunjukkan erat kaitannya dengan Kucing Emas.
- See more at: http://mahessa83.blogspot.com/2014/10/perbedaan-harimau-singa-jaguar-leopardpuma-cheetah-dalam-keluarga-kucing-besar.html#sthash.Qsifkacs.dpuf
Bajing dan Tupai Adalah Berbeda
Artikel Tentang Alam Sepi Pembaca

Macan Tutul Jawa Kucing Besar Terakhir Di Jawa


Posted on 25 Januari 2010 by alamendah

Macan Tutul Jawa atau dalam


bahasa latin disebut Panthera pardus melas menjadi kucing besar terakhir yang tersisa di pulau
Jawa setelah punahnya Harimau Jawa. Macan Tutul Jawa (Java Leopard) merupakan satu dari

sembilan subspesies Macan Tutul (Panthera pardus) di dunia yang merupakan satwa endemik
pulau Jawa. Hewan langka yang dilindungi ini menjadi satwa identitas provinsi Jawa Barat.
Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang dimasukkan dalam status konservasi
Critically Endangered ini mempunyai dua variasi yaitu Macan Tutul berwarna terang dan
Macan Tutul berwarna hitam yang biasa disebut dengan Macan Kumbang. Meskipun berwarna
berbeda, kedua kucing besar ini adalah subspesies yang sama.
Ciri-ciri Macan Tutul Jawa. Dibandingkan subspesies macan tutul lainnya, Macan Tutul Jawa
(Panthera pardus melas) mempunyai ukuran relatif kecil. Panjang tubuh berkisar antara 90 150
cm dengan tinggi 60 95 cm. Bobot badannya berkisar 40 60 kg.

Macan Tutul Jawa di atas dahan


Subspesies Macan Tutul yang menjadi satwa endemik pulau Jawa ini mempunyai khas warna
bertutul-tutul di sekujur tubuhnya. Pada umumnya bulunya berwarna kuning kecoklatan dengan
bintik-bintik berwarna hitam. Bintik hitam di kepalanya berukuran lebih kecil. Macan Tutul Jawa
betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan.
Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) sebagaimana macan tutul lainnya adalah binatang
nokturnal yang lebih aktif di malam hari. Kucing besar ini termasuk salah satu binatang yang
pandai memanjat dan berenang.
Macan Tutul Jawa adalah binatang karnivora yang memangsa buruannya seperti kijang, monyet
ekor panjang, babi hutan, kancil dan owa jawa, landak jawa, surili dan lutung hitam. Kucing
besar ini juga mampu menyeret dan membawa hasil buruannya ke atas pohon yang terkadang
bobot mangsa melebih ukuran tubuhnya. Perilaku ini selain untuk menghindari kehilangan
mangsa hasil buruan, selain itu juga untuk penyimpanan persediaan makanan.
Meskipun masa hidup di alam belum banyak diketahui tetapi di penangkaran, Macan tutul dapat
hidup hingga 21-23 tahun. Macan tutul yang hidup dalam teritorial (ruang gerak) berkisar 5 15

km2. Bersifat soliter, tetapi pada saat tertentu seperti berpasangan dan pengasuhan anak, macan
tutul dapat hidup berkelompok. Macan tutul jantan akan berkelana mencari pasangan dalam
teritorinya masing-masing, di mana tiap daerah tersebut ditandai dengan cakaran di batang kayu,
urine maupun kotorannya.
Macan tutul betina umumya memiliki anak lebih kurang 2-6 ekor setiap kelahiran dengan masa
kehamilan lebih kurang 110 hari. Menjadi dewasa pada usia 3-4 tahun. Anak macan tutul akan
tetap bersama induknya hingga berumur 18-24 bulan. Dalam pola pengasuhan anak, kadangkadang macan tutul jantan membantu dalam hal pengasuhan anak.
Macan Kumbang Adalah Macan Tutul. Meskipun mempunyai warna tubuh yang berbeda,
hitam, namun Macan Kumbang pun subspesies yang sama dengan Macan Tutul. Variasi warna
tubuh tersebut bukanlah menjadikan macan tutul yang bertubuh hitam tersebut adalah subspesies
yang lain, tetapi sesungguhnya sub spesies yang sama. Terbukti keduanya dapat kawin dan
menghasilkan keturunan yang berwarna tutul dan berwarna hitam.

Macan Tutul Jawa berbulu hitam biasa disebut Macan Kumbang


Warna pada Macan Kumbang tidaklah sepenuhnya hitam. Ada tutul-tutul yang berwarna lebih
gelap dibandingkan warna dasar. Macan tutul hitam (Macan Kumbang) selain menjadi varian
dari Macan Tutul Jawa juga banyak dijumpai pada Macan Tutul di India. Para ahli menduga
perbedaan warna tersebut disebabkan oleh pigmen melanistik.
Konservasi Macan Tutul Jawa. Kucing besar ini termasuk satwa yang dilindungi dari
kepunahan di Indonesia berdasarkan UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999. Oleh IUCN
Red list, Macan Tutul Jawa (Panthera padus melas) digolongkan dalam status konservasi
Kritis (Critically Endangered). Selain itu juga masuk dalam dalam CITES Apendik I yang
berarti tidak boleh diperdagangkan.

Jumlah populasi Macan Tutul Jawa tidak diketahui dengan pasti. Data dari IUCN Redlist
memperkirakan populasinya di bawah 250 ekor (2008) walaupun oleh beberapa instansi dalam
negeri terkadang mengklaim jumlahnya masih di atas 500-an ekor.
Populasi Macan Tutul Jawa ini tersebar di beberapa wilayah yang berbeda seperti di Taman
Nasional (TN) Ujung Kulon, TN. Gunung Halimun Salak, TN. Gunung Gede, Hutan Lindung
Petungkriyono Pekalongan, dan TN. Meru Betiri Jawa Timur.
Subspesies Macan Tutul. Di seluruh dunia terdapat 9 subspesies Macan Tutul. Selain Macan
Tutul Jawa (Panthera padus melas) yang endemik pulau Jawa terdapat 8 subspesies lainnya
yaitu;

Panthera pardus pardus: Afrika

Panthera pardus nimr : Arab

Panthera pardus saxicolor : Asia Tengah

Panthera pardus kotiya: Sri Lanka

Panthera pardus fusca: India

Panthera pardus delacourii: Asia Selatan dan China bagian selatan

Panthera pardus japonensis: China bagian utara

Panthera pardus orientalis: Rusia, Korea dan China bagian tenggara

Harimau Jawa dan Harimau Bali kini telah tinggal belangnya saja. Apakah kita rela jika Macan
Tutul Jawa yang menjadi kucing besar terakhir yang tersisa di pulau Jawa ini ikut-ikutan punah
dan hanya meninggalkan tutulnya saja hanya karena kekurangpedulian kita?.
Klasifikasi Ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora;
Famili: Felidae; Genus: Panthera; Spesies: Panthera. pardus; Subspesies: Panthera p

Anda mungkin juga menyukai