Anda di halaman 1dari 11

Obesitas merupakan suatu risiko utama untuk Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Individu yang
obese memiliki peningkatan risiko sebesar 1.5 2.0 kali lipat terhadap PJK, dan antara 15 20%
dari keseluruhan kasus PJK dapat dikaitkan dengan overweight dan obesitas.
Saat ini telah ditemukan suatu protein yang sangat berperan dalam penyakit kardiovaskular,
yang dikenal dengan nama Adiponektin.
Apakah Adiponektin itu ?
Jaringan adiposa dahulu hanya diketahui berfungsi sebagai tempat penyimpanan kelebihan
lemak, tetapi sekarang diketahui bahwa selain berfungsi sebagai penyimpan lemak, jaringan ini
juga mampu mensintesis ratusan protein. Adiponektin merupakan protein yang berasal dari
jaringan adiposa dan memiliki fungsi yang penting. Adiponektin akhir-akhir ini banyak menarik
perhatian. Konsentrasi adiponektin menurun pada obesitas serta berhubungan erat dengan
resistensi insulin.
Cara Kerja Adiponektin Dalam Metabolisme Lemak
Selain pengaruhnya terhadap metabolisme gula, adiponektin dapat juga mengatur kadar lemak
dalam tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada hubungan yang berbanding
terbalik antara adiponektin dengan konsentrasi trigliserida (TG) dan small dense LDL (sdLDL)
serta hubungan yang berbanding lurus dengan kolesterol HDL (HDL-C). Kadar adiponektin yang
lebih tinggi dinilai baik karena dapat mencegah terjadinya gangguan lemak/dislipidemia
sehingga menurunkan risiko PJK.
Gambar-1. Kerja Adiponektin

PENUTUP
Banyak studi yang menunjukkan kegunaan adiponektin di dalam tubuh sebagai suatu penanda
untuk sindrom metabolic. Penurunan adiponektin dalam plasma (hipoadiponektinemia)
berhubungan dengan peningkatan indeks Massa Tubuh (peningkatan kejadian obesitas),
penurunan sensitivitas insulin (peningkatan kejadian kencing manis), profil lemak yang tidak
diinginkan dan peningkatan risiko penyakit jantung.
Adiponektin merupakan indikator yang baik untuk memperkirakan terjadinya komplikasi dari
sindrom metabolik.
DAFTAR PUSTAKA

Pischon T Rimm EB, Adiponectin: A Promising Marker for Cardiovascular Disease, Clin
Chem 2006;52:797-799

Van der Vleuten GM, Van Tits, den Heijer M, Lemmers H, Stalenhoef AFH, and de Graaf
J. Decreased Adiponectin Levels in Familial Combined

5.

Gangguan metabolisme lipid

Respons metabolik yang melibatkan perubahan


metabolisme lipid selama infeksi lebih kompleks dan masih kurang
mendapat perhatian dibanding yang melibatkan respons protein
atau karbohidrat. Dalam sel-sel hepar terjadi peningkatan absolut
lipogenik dengan pembentukan molekul asam lemak baru langsung
dari asetat melalui lintasan lipogenik konvensional. Bila sudah
terbentuk, asam lemak tersebut dapat dibentuk menjadi trigliserida
atau diangkut sebagai asam lemak bebas ke mitokondria sel hepar,
asam lemak bebas (Free Fatty Acid = FFA) yang diambil oleh
hepar dari albumin plasma yang berfungsi sebagai pengangkut,
juga dipindahkan ke dalam mitokondria dan keduanya mungkin
digunakan untuk produksi energi. Penyerahan FFA ke dalam
mitokondria dapat dicapai melalui enzim yang membutuhkan
karnitin. Penelitian yang mendetail tentang metabolisme karnitin
dalam hepar selama berbagai infeksi pada hewan laboratorium
memperlihatkan bahwa selama infeksi harus tidak ada defisiensi
faktor karnitin untuk memungkinkan enzim mengatur masuknya
FFA ke dalam mitokondria. Juga pengambilan asam lemak bebas
rantai pendek oleh mitokondria, tetapi masalah dapat terjadi pada
transpor asam-asam lemak bebas rantai panjang (Alexander et al.,
1998).
Pengumpulan asam lemak menjadi trigliserida terjadi
dalam hepatosit selama infeksi. Jumlah yang cukup dapat dibuat
sampai merupakan suatu butiran lemak kecil dalam sel hepar yang
selanjutnya menjadi fatty metamorphosis atau degenerasi lemak
yang dapat terlihat mikroskopis. Dalam waktu yang sama produksi
lipoprotein oleh sel hepar meningkat. Aktivitas terakhir ini tidak
selalu cukup untuk mencegah pembentukan atau akumulasi butirbutir lemak kecil tadi dalam sel. Maksud dan potensi lipogenesis
dalam hepar tidak jelas. Aktivitas tersebut mungkin dirangsang
oleh meningkatnya konsentrasi insulin dalam plasma. Sangat

sedikit diketahui tentang produksi fosfolipid dalam hepar selama


infeksi. Produksi dan pembebasan kolesterol dalam hepar yang
membuat kompleks dengan lipoprotein, sedikit dipercepat (Linder,
1992).
Kadar plasma dan pengangkutan berbagai lipid selama
infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. FFA biasanya menurun
yang mana disebabkan oleh : (1) penurunan hormon perangsang
lipolisis dalam jaringan perifer, yang sebagian diantaranya oleh
adanya insulin yang lebih tinggi daripada normal; (2) penurunan
albumin plasma; (3) perubahan tingkat aliran dari plasma ke dalam
hepar dan (4) perubahan tingkat pengambilan FFA sebagai sumber
energi dalam sel-sel tubuh perifer. Penurunan kadar albumin dalam
plasma mungkin yang paling penting dalam arti konsentrasi FFA
yang aktual, dimana pergerakan FFA dalam arti penggunaan lipid
untuk produksi energi seluler. Dalam setiap kejadian, konsentrasi
FFA plasma tidak baik digunakan sebagai indikator dan tingkat
lipolisis atau penggunaan jaringan (Lorenzo et al., 1997).
Kadar kolesterol plasma tidak selalu mengikuti pola yang
jelas atau yang konsisten selama infeksi, terkadang menurun
terkadang tidak ada perubahan. Mungkin pola yang konsisten
adalah penurunan yang hanya sebentar pada penderita infeksi
virus. Tidak jelas kalau perubahan konsentrasi kolesterol dalam
plasma disebabkan oleh perubahan tingkat produksi kolesterol,
pengambilan kolesterol oleh sel atau jaringan, atau terhadap
perubahan ketersediaan lipoprotein. Trigliserida plasma cenderung
terlihat konstan meningkat selama infeksi terutama dalam sepsis
dengan mikroorganisme gram negatif, dimana peningkatan
trigliserida dapat menyebabkan milky-plasma. Peningkatan
trigliserida dapat menyebabkan produksi dalam hepar bersamaan
dengan
penurunan
pengambilan
perifer
dan
tingkat
pembuangannya.
Kecenderungan
infeksi
gram
negatif
menyebabkan hiper trigliseridemia pada manusia, juga terlihat
pada kera (resus kera) kalau respons trigliserida dibandingkan

antara sepsis gram positif (Streptococcus pneumonia) dan gram


negatif (Salmonella typhimurium). Sebagian dari kecenderungan
akumulasi trigliserida dalam plasma selama sepsis gram negatif
dapat dijelaskan dengan penurunan aktivitas lipase lipoprotein
yang sensitif terhadap heparin, enzim tersebut dalam jaringan
permukaan dibutuhkan untuk memungkinkan jaringan tersebut
mengambil lipid yang dibawa oleh lipoprotein. Walaupun
kebutuhan ini datang dari pengamatan pada kera, rupanya juga
terjadi pada manusia (Linder, 1992).

KEPUSTAKAAN

Alexander, J.W., Ogle, C.K. and Nelson, J.L. 1998 Diets and infection : Composition and
consequences. World J Surg. 22(2) : 209-12
Coop, R.L., & Holmes, P.H., 1996 Nutrition and parasite interaction. Int.J.Parasitol, 26 :
951-62
Daldiyono, 1998 Pencegahan Malnutrisi di Rumah Sakit (Rangkuman) in Daldiyono &
A.R. Thaha (eds) : Kapita Selekta Nutrisi Klinik.PERNEPARI,Jakarta. Hal.1-22
Garnacho, M.J., Shou, J., Ortiz, L.C., Jimenez, F.J., Daly, J.M., 1996 Lipids and immune
function. Nutr.Hosp, 11(4) : 230-7
Girodon, F., Lombard, M., Galan, P., Lecomte, B.P., Arnaud, J., Hercberg, S., 1997 Effect
of micronutrient suplementation on infection in institutionalized elderly subyect :
a control trial. Ann.Nutr.Metab. 41 (2) : 98 - 107.
Guyton, A.C., 1982 Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and
Mechanisms of Disease). III rd Edition. Terjemahan : oleh Petrus Andrianto,
Penerbit EGC Jakarta.

Hati dan metabolisme lemak


Lemak, suatu istilah yang seringkali menakutkan pendengarnya. Padahal lemak tidak selalu jelek
dan bahkan sangat kita butuhkan. Lemak yang kita makan tidak bisa dicerna tanpa bantuan
empedu yang diproduksi oleh sel hati.
Kalau kita sering mendengar istilah kandung empedu, maka organ tersebut sebenarnya tidak
membuat empedu. Dia hanya menyimpan empedu yang dibuat oleh hati.
Empedu akan menghancurkan lemak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga dengan bantuan
enzim pencernaan dapat diserap dan dipakai oleh tubuh. Setelah tugasnya selesai, empedu akan
kembali diserap oleh usus halus kita dan dikembalikan kembali ke hati untuk didaur ulang kembali
menjadi empedu.

TIPS bagi Penderita Penyakit Hati

Diet seimbang. Jumlah kalori yang dibutuhkan disesuaikan dengan tinggi badan,
berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu diperlukan diet rendah protein

Banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan
untuk
mencegah sembelit

Menjalankan pola hidup yang teratur

Konsultasi dengan dokter Anda

Perlemakan Hati
DEFINISI
Perlemakan Hati (Fatty Liver) merupakan pengumpulan lemak (lipid) yang berlebihan di
dalam sel-sel hati.

PENYEBAB
Penyebab dari fatty liver adalah sebagai berikut:
1. Kegemukan (obesitas)
2. Kencing manis (diabetes)
3. Bahan kimia dan obat-obatan (contohnya alkohol, kortikosteroid, tetrasiklin, asam
valproat, metotreksat, karbon tetraklorid, fosfor kuning)
4. Kurang gizi dan diet rendah protein
5. Kehamilan
6. Keracunan vitamin A
7. Operasi bypass pada usus kecil
8. Fibrosis kistik (bersamaan dengan kurang gizi)
9. Kelainan bawaan pada metabolisme glikogen, galaktose, tirosin atau homosistin
10. Kekurangan rantai-medium arildehidrogenase
11. Kekurangan kolesterol esterase
12. Penyakit penumpukan asam fitanik (penyakit Refsum)
13. Abetalipoproteinemia
14. Sindroma Reye.

GEJALA
Fatty liver biasanya tidak menyebabkan gejala-gejala.
Kadang bisa menimbulkan sakit kuning (jaundice), mual, muntah, nyeri dan nyeri tumpul
di perut.
DIAGNOSA
Jika pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran hati tanpa gejala-gejala lainnya, maka
diduga merupakan suatu fatty liver.

Diagnosis bisa diperkuat dengan melakukan biopsi hati, dimana digunakan jarum
berlubang untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa dengan mikroskop.
PENGOBATAN
Kelebihan lemak di dalam hati sebetulnya bukan merupakan masalah yang serius. Tujuan
dari pengobatan adalah menghilangkan penyebabnya atau mengobati penyakit yang
mendasarinya.
Bila hati secara berulang mendapat pemaparan dari bahan-bahan racun seperti alkohol,
pada akhirnya fatty liver akan berkembang menjadi sirosis.
PENCEGAHAN

OPERASI TUMOR HATI TANPA SAYATAN


2006-01-27 14:10:45 (Onny Oktavia)

Perubahan pola makan memberi dampak gangguan kesehatan baru, yaitu radang hati
akibat perlemakan hati non alkoholik. Penyakit hati ini sulit diobati dan sering menahun
hingga menyebabkan sirosis hati bahkan kanker hati. Alhasil, penyakit ini lebih sering
berujung pada kematian.
Perubahan pola makan memberi dampak gangguan kesehatan baru, yaitu radang hati
akibat perlemakan hati non alkoholik. Penyakit hati ini sulit diobati dan sering menahun
hingga menyebabkan sirosis hati bahkan kanker hati. Alhasil, penyakit ini lebih sering
berujung pada kematian.
Kini ada teknologi baru, namanya radio frequency ablation (RFA). Dengan teknologi ini
penderita tumor hati dapat segera diselamatkan tanpa harus menunggu lama.
Menurut Dr. Irsan Hasan, Sp. PD dari Divisi Hepatologi Departemen Penyakit Dalam
FKUI/RSCM, perlemakan hati non alkoholik (non alcoholic steatohepatitis atau NASH),
sebelumnya dianggap tidak membahayakan dan bukan menjadi masalah. Namun
belakangan perlemakan hati disadari berperan terhadap kejadian sirosis hati (pengerutan
dan pengerasan hati). Kasus perlemakan hati non alkoholik di Indonesia cenderung
meningkat seiring dengan perubahan pola makan dan pola hidup seseorang, ujar Irsan.
Apa itu NASH
NASH atau istilahnya disebut perlemakan hati non alkoholik adalah perlemakan hati
yang disertai radang dan kematian sel hati. Penyebab NASH adalah abnormalitas
metabolik akibat kegemukan, dislipidemia maupun penyakit diabetes (kencing manis)
yang diderita pasien. Obat-obatan tertentu serta racun bisa pula menjadi pemicu
terjadinya NASH.

Pola hidup tidak sehat juga menjadi penyebab NASH. Selain mengonsumsi alkohol,
sindroma metabolik, obat, hipernutrisi, jejuno-ileal by pass dan Abetalipoproteinemia
dapat pula menyebabkan perlemakan hati. Lemak berupa trigliserida, kolesterol, dan
lainnya diolah di sel hati. Sintesa asam lemak berlebihan akan menimbulkan racun. Hal
ini memicu timbulnya reaksi radang maupun dapat menyebabkan kematian sel hati.
NASH umumnya tidak bergejala, meski ada tumor di hati berdiameter 3 cm. Namun,
kadang-kadang pasien sering mengeluh nyeri di bagian pinggang, sehingga ia sering
mengira sakit pinggang biasa.
Meski tak bergejala, NASH dapat berkembang menjadi fibrosis (terbentuknya jaringan
parut) hati yang berlanjut pada pengerasan hati bahkan kanker hati yang berlangsung
lambat. Biasanya penderita akan mengeluhkan dengan gejala letih, lesu, dan penurunan
berat badan bila penyakit telah lanjut.
NASH kini menjadi salah satu fokus penelitian para ahli penyakit hati dalam lima tahun
terakhir, termasuk di Indonesia, mengingat prevalensi NASH di Indonesia khususnya
Jakarta sebesar 30 persen, lebih besar dibanding prevalensi Amerika sebesar 10-20
persen, Jepang 14 persen dan populasi gemuk sebesar 56-78 persen. NASH merupakan
penyakit masa depan negara kita, ujar Irsan.
Pengobatan NASH
Kini, penderita NASH tak perlu resah, Indonesia sudah menerapkan teknologi baru radio
frequency ablation (RFA) untuk mengatasi perlemakan hati yang dapat menyebabkan
sirosis hati, tumor hati bahkan kanker hati, sejak Maret 2005 lalu.
Teknik, RFA yang telah digunakan di Jepang, Eropa dan Amerika ini, membunuh kanker
dengan pemanasan dan penghancuran sel kanker yang berasal dari gelombang
elektromagnetik. Cara kerjanya, jarum tipis dimasukkan melalui kulit dan masuk ke
tempat sasaran yaitu lemak-lemak yang memiliki potensi menjadi tumor atau kanker hati
di bawah kendali komputer (computed tomography) atau ultrasound. Energi listrik
dengan gelombang elektromagnetik dibawa melalui jarum ini (elektrode) untuk
memanaskan dan menghancurkan tumor tersebut.
Selama pengobatan RFA berlangsung, pasien di bawah pembiusan lokal. Terapi dilakukan
sekitar 15 menit untuk satu tumor. Bagaimanapun banyaknya tumor, khususnya jaringan
berdiameter 3-5 cm, cukup digempur dengan sekali terapi. Laporan baru-baru ini
menunjukkan bahwa RFA memberikan hasil kematian sel-sel yang menyeluruh sebagian
besar hepatoma berukuran 3-5 cm. Pasien yang meninggalkan sisa tumor dapat diobati
kembali jika diperlukan, ujar Irsan.
Penggunaan RFA sejak lima tahun lalu ditemukan, telah dijadikan terapi di berbagai
negara karena memiliki banyak kelebihan. Selain pengobatan minimal invasif atau tidak
menyayat kulit, aman dan efektif karena komplikasi dan kerusakan jaringan sehat sangat
rendah serta memberikan harapan hidup penderita lebih panjang.
Selain itu, agar perlemakan hati yang berujung pada tumor bahkan kanker hati tidak
terjadi, pasien harus melakukan penurunan berat badan, pengontrolan penyakit khususnya
pada penderita diabetes dan mengatur pola makan dengan baik, yang mengacu pada pola
diet seimbang. Semoga, tumor hati tidak terulang kembali.
BOX
Keuntungan menggunakan terapi RFA

Pengobatan efektif untuk kanker atau tumor berdiameter 3-5 cm.


Prosedur minimal invasif tanpa goresan di kulit.
Tidak merusak jaringan sehat di luar tumor.
Risiko minimal pada pasien.
Dapat diulang jika muncul tumor kembali.
Sedikit atau tanpa nyeri setelah treatment dilakukan.
Teknik mudah dilakukan.
Tidak membutuhkan waktu lama berada di rumah sakit.

BOX
RFA Dapat digunakan untuk kanker lain
Selain digunakan untuk kanker hati, RFA juga dapat menghancurkan kanker di ginjal atau
paru-paru. RFA telah menujukkan hasil yang sangat bagus dalam pengobatan kanker hati
pertama seperti hepatoma atau hepatocellular carcinoma, sejak jenis tumor ini cenderung
tumbuh lambat.RFA akan memberikan hasil yang lebih baik jika tumor kecil dan
jumlahnya sedikit. Terapi RFA ideal untuk kondisi:

Tumor tidak lebih dari 4 cm. Jika ukuran lebih besar membutuhkan terapi
tambahan.

Tidak lebih dari tiga tumor. Jika tetap dilakukan, hasilnya tidak memuaskan.

Tidak ada petunjuk penyakit bermetatasis ke tempat lain.


RFA dapat juga membantu pasien yang sedang menjalani operasi. Sebagai contoh, RFA
dapat dikombinasikan dengan operasi lain untuk mengobati pasien yang memiliki
beberapa tumor yang letaknya berbeda. RFA juga dapat digunakan untuk mengobati
tumor berulang, sebagai contoh, pasien yang telah menjalani operasi namun timbul lagi
tumor yang bermetatasis.
BOX
Tempat dan Biaya
Klinik Teratai, RSUPNCM
Telp: (021)31905519
Biaya: Rp 10-12 juta
Glossary
Abetalipoproteinemia
Tidak terdapat kolesterol LDL dan tidak dapat membuat kilomikron, sehingga
menyebabkan lemak dan vitamin yang larut dalam lemak tidak diserap usus, pergerakan
usus tak normal, tinja berlemak (steatorrhea), bentuk sel darah merah yang ganjil, dan
kebutaan akibat radang pigmentasi retina. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi
mengkonsumsi sejumlah besar vitamin E dan vitamin A bisa memperlambat atau
menunda terjadinya kerusakan sistem saraf.

Jejuno-ileal by pass
Operasi bypass nutrisi dari usus halus (jejunum) ke bagian bawah usus halus (ileum).
Biasanya untuk pengobatan obesitas yang sudah membahayakan.
Dislipidemia

Tingginya kadar kolesterol dan trigleserida dalam darah yang tinggi.


.

Anda mungkin juga menyukai