Abstrak
Kawasan Dieng di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo merupakan kawasan yang mempunyai persentase lahan dengan kelas kerusakan sedang-sangat berat
terluas yaitu 41,77 persen dari wilayah seluas 11.647,98 ha. Adanya praktek-praktek
pertanian atau budidaya yang dilakukan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi
tanah dan air telah menyebabkan terjadinya kerusakan lahan, penurunan daya dukung
lingkungan dan penurunan kesejahteraan masyarakat pada kawasan ini. Penelitian ini
mengambil sampel di desa wilayah Kecamatan Kejajar yang memiliki kerusakan lahan
dengan kriteria sedang-sangat berat terluas yaitu Desa Buntu. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi eksisting aset penghidupan, status aset penghidupan dan strategi
penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat di Kawasan Dieng.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Skala likert
tiga strata yang diperoleh dari data sekunder dan responden digunakan untuk menentukan status aset penghidupan. Responden dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang
berdomisili di Kawasan Dieng. Penentuan jumlah responden ditetapkan dengan rumus
Slovin berdasarkan populasi didapatkan responden sebanyak 42 orang di Desa Buntu.
Analisis SWOT digunakan untuk mengkaji strategi penghidupan berkelanjutan didasarkan pada aspek aset-aset penghidupan yang tersedia.
Kondisi aset penghidupan di Desa Buntu dari aspek sumberdaya manusia tergolong tidak berkelanjutan, aspek sumberdaya alam tergolong tidak berkelanjutan, aspek sumberdaya sosial tergolong belum berkelanjutan, aspek sumberdaya fisik tergolong belum berkelanjutan, dan aspek finansial tergolong tidak berkelanjutan sehingga
menghasilkan status kondisi aset penghidupan yang tidak berkelanjutan. Strategi yang
direkomendasikan dalam rangka mewujudkan penghidupan berkelanjutan di Desa Buntu
melalui peningkatan kapasitas/ ketrampilan dan permodalan bergulir bagi masyarakat,
pengembangan agribisnis perdesaan, pengembangan strategi pertanian berkelanjutan,
pengelolaan kawasan permukiman dalam bentuk infrastruktur yang lebih ramah lingkungan, dan pengembangan model pariwasata kehutanan yang berbasis masyarakat dengan
melibatkan stakkeholders lokal, kabupaten, provinsi, dan pusat agar terjadi keterpaduan,
koordinasi, dan pembagian peran dalam penanganan masalah bersama.
Kata Kunci: aset penghidupan, penghidupan berkelanjutan, Desa Buntu, SWOT
Pendahuluan
Kawasan Dieng seluas 54.974,27 ha
secara administratif terletak di Provinsi
Jawa Tengah, dan berada di 6 (enam) kabupaten yaitu Kabupaten Banjarnegara,
Email: akhtar_hamizan@yahoo.co.id
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
gan baik maka akan berdampak pada semakin menurunnya daya dukung lingkungan dan penghidupan berkelanjutan bagi
masyarakat yang berada di kawasan tersebut.
Chambers dan Conway (1992) mendefinisikan penghidupan berkelanjutan sebagai: suatu penghidupan yang meliputi
kemampuan atau kecakapan, aset-aset
(simpanan, sumberdaya, claims dan akses)
dan kegiatan yang dibutuhkan untuk sarana untuk hidup: suatu penghidupan
dikatakan berkelanjutan jika dapat mengatasi dan memperbaiki diri dari tekanan
dan bencana, menjaga atau meningkatkan
kecakapan dan aset-aset, dan menyediakan
penghidupan berkelanjutan untuk generasi
berikutnya; dan yang memberi sumbangan
terhadap penghidupan-penghidupan lain
pada tingkat lokal dan global dalam jangka
pendek maupun jangka panjang.
Department for International Development
atau yang disingkat DFID (2005) mengemukakan bahwa tujuan dari penghidupan
berkelanjutan adalah meningkatkan : akses
terhadap pendidikan berkualitas tinggi,
teknologi informasi dan pelatihan, serta gizi
dan kesehatan yang baik; lingkungan sosial
yang mendukung dan kohesif; akses yang
aman, dan pengelolaan yang lebih baik terhadap sumberdaya alam; akses yang lebih
baik untuk fasilitas dan infrastruktur dasar;
dan akses yang lebih aman terhadap sumberdaya keuangan.
United Nation Development Program atau
UNDP (2007) mengembangkan prinsip
penghidupan berkelanjutan dimana manusia sebagai fokus utama pembangunan
(people-centered), memahami penghidupan secara menyeluruh (holistic), merespon dinamika penghidupan masyarakat
(dynamic),
mengoptimalkan
potensi
masyarakat (building on strengths), menyelaraskan kebijakan makro dan mikro
(macro-micro links), mewujudkan keberlanjutan penghidupan (sustainability).
Kerangka kerja penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihoods framework)
merupakan kerangka operasional yang
menggambarkan keterkaitan dan hubungan
antar komponen penghidupan. Penggunaan
kerangka kerja SL berarti menerapkan
pendekatan penghidupan berkelanjutan
sebagai cara pandang dan panduan dalam
memahami serta merencanakan penghidupan yang berkelanjutan. Terdapat (5) lima
48
pan
a.
Sumber daya manusia (human
asset)
Kondisi aset sumberdaya manusia
di Desa Buntu tergolong tidak berkelanjutan (skor 3). Hal tersebut dipengaruhi oleh
rendahnya tingkat pendidikan, dimana sebagian besar (86,12%) berpendidikan tidak
pernah sekolah, tidak/ belum tamat SD, dan
tamatan SD (skor 1). Minimnya motivasi
dari orang tua dan anak tentang pentingnya
pendidikan dan pengaruh rendahnya sosial
ekonomi menjadi faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Desa Buntu.
Kondisi alam yang telah membentuk tradisi masyarakat petani berbasis
lahan di daerah penelitian, dimana sangat
menggantungkan mata pencahariannya
pada lahan tidak diimbangi dengan pengetahuan dan keahlian dalam hal konservasi.
Kegiatan perlindungan terhadap tanah
berupa penanaman terhadap pohon keras,
penanaman rumput gajah, penataan lahan
dengan sistem terassering/ sengkedang
yang mengikuti garis kontur, pembuatan
saluran irigasi pada garis kontur di daerah
bukit, pembuatan tajuk yang berlapis di
pekarangan, penggunaan pupuk organik,
penghijauan, dan reboisasi dengan sistem
tumpang sari di Desa Buntu tidak dilakukan, lebih dari (> 70%) rumahtangga tidak
melakukannya (skor 1).
No
Aspek
Jumlah Variabel
Sumberdaya manusia
Sumberdaya alam
<4
4-5
>5
Sumberdaya sosial
<8
8-11
> 11
Sumberdaya fisik
< 15
15-21
> 21
Sumberdaya keuangan
<4
4-5
>5
<8
8-11
> 11
51
bersih (skor 2), kondisi sarana tempat pembuangan sampah (skor 1), kondisi tempat
pembuangan air limbah (skor 1), kondisi
MCK (skor 3), kondisi jalan (skor 1), kondisi fasilitas transportasi (skor 2), kondisi
fasilitas kesehatan (skor 2), kondisi fasilitas pendidikan (skor 2), dan kondisi fasilitas ekonomi (skor 2).
Sistem jaringan air bersih dibuat untuk
memenuhi kebutuhan air bersih penduduk
suatu daerah atau suatu komunitas. Berdasarkan hasil observasi kondisi sarana
prasarana air bersih di Desa Buntu berupa bak penampungan air sebagian besar
(>50%) dalam kondisi rusak. Saluran drainase yang ada di Desa Buntu sudah relatif
lengkap, namun kondisinya banyak yang
rusak dan kurang terawat serta mengalami
pendangkalan akibat dari pengendapan
kotoran-kotoran tanah ataupun semak belukar dan sampah rumah tangga.
Pengelolaan sampah merupakan kegiatan
sistematis, meyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah dan diselenggarakan atas
dasar asas berkelanjutan. Penduduk di Desa
Buntu sebagian besar (> 57 %) membuang
sampah ke selokan yang mempunyai fungsi sebagai saluran pembuangan drainase air
limbah rumah tangga. Selain itu tidak terdapat kegiatan pemilahan sampah berupa
pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat
sampah dan dikumpulkan dari sumber ke
tempat pengolahan sampah.
Salah satu aspek infrastruktur adalah sanitasi, salah satu fokusnya adalah sanitasi
permukiman yang berupa fasilitas tempat
Buang Air Besar atau disingkat BAB dan
tempat pembuangan air limbah rumah tangga. Sebagian besar (> 65 %) rumahtangga
di Desa Buntu telah mempunyai fasilitas
tempat BAB berupa jamban sendiri dimana 49 persennya berupa tangki septik. Sebagian besar (> 95%) rumahtangga di Desa
Buntu membuang limbah cairnya langsung
ke selokan yang menuju ke sungai tanpa
melalui perlakuan khusus sehingga badan
air di Desa Buntu terkena polusi. Polusi
pada badan air tersebut diperburuk dengan
residu pupuk kimia pada lahan sawah yang
larut oleh air hujan.
Infrastruktur di Desa Buntu kondisinya
kurang memadai terutama jalan utama
yang merupakan akses menuju desa dalam
keadaan rusak. Selain itu sebagian besar (>
d.
Sumberdaya fisik (physical capital)
Sumberdaya fisik adalah prasarana dasar dan fasilitas lain yang dibangun
untuk mendukung proses penghidupan
masyarakat. Prasarana yang dimaksud
meliputi pengembangan lingkungan fisik
yang dapat membantu masyarakat melaksanakan tugas kehidupan lebih produktif.
Kondisi aset sumberdaya fisik di Desa
Buntu tergolong belum berkelanjutan (skor
16), hal ini dipengaruhi kondisi sarana air
52
per bulan dari sebagian besar (< 85 %) berada di bawah Rp. 1.650.000,00.
No
U r a ia n K o n d i s i E k s te r n a l In t e r n a l
B ob ot
A d a n y a s u m b e r a ir b e rs ih (T u k G o n d a n g ) ya n g
m e m a d a i ( d e b i t 6 lt r/d e t )
A d a n y a m e k a n is m e m u s ya w a r a h m u fa k a t d a l a m
m e m e c a h k a n m a s a l a h -m a s a l a h d i tin g k a t d e s a
A d a n y a le m b a g a s o s ia l k e m a s y a ra k a ta n y a n g
b e r g e r a k d a l a m p e n g e lo la a n l in g k u n g a n ( L M D H ,
G a p o k ta n B h in n e k a , l e m b a g a k e a g a a m a a n N U d a n
M u h a m m a d i ya h
A d a n y a R P J M D e s B u n t u B e rb a s i s L i n g k u n g a n
T in g g i n y a m a s y a r a k a t ( > 6 0 % ) y a n g b e rg a n tu n g
p a d a la h a n p e rt a n ia n ti d a k d i im b a n g i d e n g a n
p e n g e ta h u a n d a n k e a h li a n d a la m h a l k o n s e r v a s i
K u a lit a s S D M r e n d a h y a n g d it a n d a i d e n g a n ti n g k a t
p e n d id ik a n s e b a g ia n b e s a r ( 8 6 , 1 2 % ) ti d a k p e r n a h
s e k o la h , ti d a k / b e lu m ta m a t S D , d a n t a m a t a n S D
P e r s e n ta s e k e lu a r g a m is k i n ( p ra K S d a n K S I)
se b esa r 5 0 ,1 2 %
S e b a g ia n b e s a r (< 8 5 % ) m a s ya ra k a t m e m p u n y a i
p e n d a p at a n d i b aw ah R p . 1 .6 5 0 .0 0 0 ,0 0
B e l u m te rs e d ia n ya s a ra n a t e m p a t p e m b u a n g a n
s a m p a h d a n li m b a h c a ir r u m a h t a n g g a
B e l u m m e m a d a i n y a s a r a n a p e n d id ik a n d a n
k e s e h a ta n
R a s io k e p e m ili k a n l a h a n p e rt a n i a n r e n d a h ( 0 , 1 h a )
A d an ya du k un ga n R T R W N dan R T R W K a b.
W o n o s o b o s e b a g a i k a w a s a n lin d u n g d a n
K e b ija k a n P e n g e n d a li a n L in g k u n g a n H id u p d i
K a w a s a n D a ta r a n T i n g g i D ie n g (P e ra tu r a n
G ub er nu r Ja w a T e n gah N om or 5 T ah u n 2 009 )
A d a n y a k e le m b a g a a n T im K e rja P e m u li h a n D ie n g
(T K P D ) K a b u p a t e n W o n o s o b o d a n d u k u n g a n
k e rj a s a m a d e n g a n L S M te r k a it p e m u l ih a n D ie n g
S t a k e h o l d e r s y a n g t e rlib a t d a la m k e g i a ta n
p e m u l ih a n D ie n g c u k u p b a n ya k
A d a n y a d u k u n g a n d a n a d a r i p u s a t, p r o v in s i d a n
k a b u p a te n
P e l u a n g h u t a n n e g a r a m e n j a d i k a w a s a n w a n a w is a t a
d a n h u t a n p e n d i d ik a n ;
K o m o d it i p e rta n i a n p e r k e b u n a n y a n g d ih a s ilk a n
s u d a h b a n y a k d ik e n a l m a s ya r a k a t lu a r
P e n in g k a ta n ju m l a h p e n d u d u k ( 1 , 9 % p e r t a h u n )
a k a n m e n y e b a b k a n k e b u t u h a n a k a n l a h a n u n tu k
p e rt a n ia n d a n p e rm u k im a n m e n i n g k a t
P e r g e s e r a n t a ta n il a i s o s ia l b u d a y a d i m a n a
k e p e n tin g a n e k o n o m i ja n g k a p e n d e k m e n j a d i
tu ju a n u ta m a d a n m e n g a b a i k a n a s p e k
k e le s t a ri a n /k e b e rla n j u ta n (s u s ta i n a b le li v e l ih o o d )
A d a n y a k e g i a ta n p e n a m b a n g a n p a s ir (g a l i a n C )
ya n g d i la k u k a n ta n p a i ji n d a n m e n g g u n a k a n a la t
be r at d an m an u al
S e k ita r 9 6 , 4 5 p e r s e n la h a n m e n g a l a m i k e r u s a k a n
d e n g a n tin g k a t s e d a n g -s a n g a t b e ra t
P e n g e lo l a a n s u m b e rd a y a a ir ya n g b e l u m b a i k
K e t id a k j e l a s a n d u k u n g a n k e b ij a k a n , p e ra n d a n
w e w e n a n g S K P D d a la m P e m u li h a n D ie n g
L e m a h n ya k o o r d i n a s i, i n te g r a s i, s in e rg i , d a n
s i n k ro n is a s i a n ta r p ih a k d a l a m p e n a n g a n a n is u
li n t a s s e k t o r a l, li n ta s w i la ya h d a n a n t a r le v e l
p e m e r in t a h a n
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
K e ku atan
R
0 .1 2
0 .1 5
0 .1 0
5
7
0 .1 5
K e le m a h a n
R
0.35
0.25
0.25
0.35
0.06
0.06
0.09
P elua ng
R
0 .1 2
0 .1 2
0 .1 2
0 .1 6
0 .0 6
0 .0 6
A n ca m a n
R
0 .0 6
0 .1 2
0 .1
0 .1 5
0 .0 6
0 .0 6
0 .0 9
100
0 .5 7
1.41
0 .6 8
0 .6 4
(S TR AT E G I W O )
K U A D R A N IV
P EL U AN G
O P P O R T U N IT Y (O )
- 0 . 8 4 ,0 . 0 4
K EL EM A H AN
W EA K N E S S(W )
KU AD RAN I
(S T R A T E G I S O )
K EK U AT AN
S T R E N G H T (T )
K U AD R AN II
(S TR AT E G I S T )
K U A D R A N III
(S T R A T E G I W T )
TANT AN G AN
T H R E A T H (T )
54
Kesimpulan
Kondisi aset penghidupan di Desa
Buntu ditinjau dari aspek sumberdaya manusia tergolong tidak berkelanjutan, aspek
sumberdaya alam tergolong tidak berkelanjutan, aspek sumberdaya sosial tergolong
belum berkelanjutan, aspek sumberdaya
fisik tergolong belum berkelanjutan, dan
aspek finansial tergolong tidak berkelanjutan sehingga menghasilkan status kondisi
aset penghidupan di Desa Buntu yang tidak
berkelanjutan.
Strategi yang direkomendasikan
dalam rangka mewujudkan penghidupan berkelanjutan di Desa Buntu melalui
peningkatan kapasitas/ ketrampilan dan
permodalan bergulir bagi masyarakat,
pengembangan agribisnis perdesaan,
Jurnal EKOSAINS | Vol. V | No. 2 | Juli 2013
Saran
a.
Koordinasi, integrasi, sinergi dan
sinkronisasi (KISS) antar pihak dalam penanganan isu lintas sektoral, lintas wilayah
dan antar level pemerintahan dalam konteks penyelamatan kawasan Dieng.
b.
Sosialisasi, pembinaan serta kampanye pendidikan mengenai keberlanjutan
lingkungan kepada masyarakat.
c.
Peningkatan SDM dalam hal pendidikan dan ketrampilan.
d.
Dukungan
dan
pelibatan
masyarakat dalam berbagai kebijakan dan
program.
Ucapan Terimakasih
Secara khusus diucapkan terima kasih kepada Bappenas yang telah memberikan
beasiswa dan kepada Pemerintah Kabupaten Wonosobo yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kab. Wonosobo.
2010. Kecamatan Kejajar Dalam
Angka 2010. BPS Kab. Wonosobo. Wonosobo. 148.
Badan Pusat Statistik Kab. Wonosobo.
2010. Kecamatan Kejajar Dalam
Angka 2012. BPS Kab. Wonosobo. Wonosobo.
Badan Keluarga Berencana Kab. Wonosobo. 2011. Pendataan Keluarga
Sejahtera Kabupaten Wonosobo.
BKB Kab. Wonosobo. Wonosobo.
Balai Pengelolaan DAS Serayu-OpakProgo, Pusat Studi Agroekologi
UGM, Dinas Kehutanan Prov.
Jawa Tengah. 2007. Grand Design
Rencana Tindak Penataan dan Pemulihan Kawasan Dieng (RTPPKD). BPDAS Serayu-Opak-Progo.
Yogyakarta. 121.
Bappenas. 2010. Modul 4. Memahami
55
56