Anda di halaman 1dari 5

Statistik dan Analisa Kesehatan dan Keselamatan Kerja

pada Sektor Kelautan


Oleh : Dilla Hilda Elfazia (2511100102) dan Choirunisa Dhara P. (2511100121)
Ergo-Safety, Teknik Industri ITS, 2014

Angka kecelakaan kerja di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan
ASEAN. Perlu dilakukan upaya-upaya untuk menekan angka kecelakaan kerja ini. Hal ini
tentunya perlu mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak tidak hanya pekerja dan
manajemen perusahaan tetapi juga pemerintah.
Pengukuran terhadap tingkat kecelakaan kerja penting dilakukan untuk mengetahui
besarna bahaya, menghitung kompensasi, mengetahui efektifitas sarana pengaman dan
menyusun rencana penyempurnaan sistem. Berikut akan dijelaskan lebih detail mengenai data
jumlah kecelakaan kerja, korban berdasarkan tingkat keparaha an serta kerugian materiil
akibat kecelakaan kerja.
Berikut merupakan data jumlah kecelakaan kerja sepanjang tahun 2008-2012.

Gambar 1. Grafik Jumlah Kecelakaan Tahun 2008-20012

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah kecelakaan kerja terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Terdapat kenaikan jumlah kecelakaan kerja yang
signifikan pada tahun 2011 yaitu sebesar 63 % jika dibandingkan dengan kecelakaan kerja
yang terjadi pada tahun 2010. Diperlukan pengawasan dan tindakan pencegahan yang efektif
untuk menekan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Tindakan pencegahan ini diperlukan
sebab kecelakaan kerja apapun pasti merugikan. Kerugian yang terjadi akibat kerja dapat
dirasakan mulai dari korban itu sendiri hingga perusahaan tempat korban bekerja. Misalnya
saja jika suatu kecelakaan kerja terjadi di suatu industri, kerugian secara langsung yang

dirasakan korban adalah menurunnya produktivitas atau bahkan kehilangan pekerjaan


tersebut. Sedangkan kerugian yang terjadi dari pihak perusahaan antara lain, kekurangan
tenaga kerja, menurunnya reputasi, kerugian biaya premi dan kompensasi untuk korban,
waktu dan biaya yang harus dikeluarkan untuk training karyawan baru, hingga waktu yang
hilang karena terjadinya kecelakaan tersebut. Selain kerugian pada korban dan perusahaan,
kerugian yang berdampak cukup massif adalah kerusakan property. Sebab misal terjadi
kecelakaan dalam suatu industri, jika satu mesin rusak maka seluruh kegiatan operasi harus
terhenti karena proses produksi yang terhambat tersebut hingga. Kerusakan property juga
mengakibatkan kerugian materi seperti perbaikan mesin rusak, terjadinya opportunity cost
hingga biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli property baru jika rusak total. Berikut
merupakan data kerugian materi akibat kecelakaan sepanjang tahun 2008-2012.

Gambar 2. Grafik Kerugian Materi Akibat Kecelakaan

Seperti halnya jumlah kecelakaan kerja dan jumlah korban kecelakaan kerja yang terus
meningkat tiap tahunnya, kerugian materi yang ditimbulkan karena kecelakaan kerja ini juga
terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Perubahan yang terjadi tiap tahunnya juga terus
meningkat. Untuk menekan jumlah kerugian yang timbul maka hal yang perlu dilakukan yaitu
menekan jumlah kecelakaan kerja yang terjadi. Namun, hal ini tidak menjadi jaminan untuk
menekan jumlah kerugian yang timbul, karena dalam beberapa kasus jumlah kerugian satu
kecelakaan kerja yang timbul akan lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkan oleh 10
kecelakaan kerja.
Setelah mengetahui kecelakaan kerja secara umum, selanjutnya akan dilakukan analisa
kecelakaan kerja pada sektor kelautan. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari ribuan

pulau. Oleh sebab itu, alat transportasi laut merupakan salah satu pilihan untuk berpindah
tempat baik orang maupun barang dari satu pulau ke pulau yang lain. Tingginya permintaan
akan transportasi laut ini yang mencapai 8juta penumpang pertahun menyebabkan rendahnya
kesadaran akan kepentingan safety karena terfokus dalam memenuhi permintaan yang ada.
Rendahnya kesadaran akan keselamatan pada penyelenggara transportasi laut ini
mengakibatkan tingginya angka kecelakaan. Dalam kurun waktu lima tahun yakni tahun
2003-2008 tercatat setiap tahun rata-rata terjadi 115 peristiwa kecelakaan dan 42 kecelakaan
pertahun yang disebabkan oleh human error. Berikut ini adalah data statistik kecelakaan laut
berdasar faktor penyebabnya :

Gambar 3. Grafik Kecelakaan Laut Berdasar Faktor Penyebab

Gambar 3 mengenai kecelakaan laut di atas menunjukkan bahwa kecelakaan laut


yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yakni manusia, alam, teknis, dll. Untuk faktor
manusia ini jumlah kecelakaan yang terjadi cukup tinggi yaitu mencapai 56 kejadian yakni
pada tahun 2005. Namun selanjutnya angka ini terus menurun pada tahun-tahun berikutnya.
Hal tersebut menunjukkan adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh pihak pengelola
transportasi laut dalam mengurangi angka kecelakaan yang disebabkan oleh manusia dengan
memperketat sistem safety dan lebih memperhatikan endurance para awak kapal.

Gambar 4. Persentase Kecelakaan Laut Berdasarkan Faktor Penyebab (2003-2008)

Gambar 4 di atas menunjukan bahwa presentase kecelakan berdasarkan faktor


penyebab (2003-2008) bahwa manusia adalah penyebab kecelakaan tertinggi kedua setelah
alam. Hal ini tentu harus diperhatikan secara seksama oleh pihak-pikah pengelola transportasi
laut untuk lebih mengutamakan safety. Dalam analisisnya, kecelakaan yang disebabkan oleh
manusia ini terjadi karena beberapa hal antara lain :
- Kondisi fisik petugas yang kelelahan (mengantuk, tidak konsentrasi)
- Kurangnya pengetahuan petugas dalam menjalankan tugasnya maupun dalam
-

mengatasi kondisi bahaya


Kurangnya kesadaran petugas akan pentingnya mematuhi SOP (muatan maksimal,

pelaksanaan K3
Aktivitas-aktivitas tersebut dalam klasifikasi human error termasuk error pada proses
operasi dimana hal tersebut dapat dicegah dengan person approach yang meliputi kampanye
poster, pembuatan atau penambahan prosedur, tindakan displin, ancaman litigasi dan training.
Tindakan tersebut sebaiknya diimplementasikan untuk seluruh awak kapal baik nahkoda
maupun petugas yang lain untuk mempersempit peluang terjadinya human error yang
berakibat fatal.
Secara garis besar penyebab timbulnya kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu unsafe action dan unsafe condition. Unsafe action merupakan tindakan tidak aman yang
dilakukan oleh pekerja. Contoh dari unsafe action yaitu kesalahan dalam menggunakan APD
dan tidak serius dalam bekerja. Sedangkan unsafe condition merupakan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak aman. Contoh dari unsafe condition adalah desain alat yang bermasalah dan
kondisi environment yang tidak bagus.
Dampak akibat kecelakaan kerja yaitu dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok
orang meninggal dunia, menderita sakit, cacat total ataupun cacat sebagian. Selain itu,
kecelakaan kerja juga menyebabkan kehancuran aset seperti alat-alat produksi, gedung atau
bahan-bahan produksi. Dampak kecekakaan kerja menyebabkan kerugian yang dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu kompensasi terhadap orang-orang yang mengalami


kecelakaan kerja, nilai aset yang rusak serta kerugian yang timbul karena gangguan produksi.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa kecelakaan kerja sangat luas dampaknya
salah satunya yaitu gangguan produksi. Kecelakaan dapat mengakibatkan gangguan produksi
atau penurunan indeks produktivitas karena dari sisi tenaga kerja, ketika kecelakaan kerja
terjadi terdapat jam kerja yang hilang karena karyawan yang seharusnya bekerja harus
berhenti bekerja karena kecelakaan tersebut. Selain itu jika terdapat karyawan baru yang
menggantikan korban, karyawan baru tersebut kemampuannya belum semaksimal karyawan
lama sehingga produktivitasnya tidak maksimal pula. Sedangkan dari sisi operasional, ketika
terjadi kecelakaan dan terjadi kerusakan alat, maka proses operasi yang berkaitan dengan alat
tersebut juga harus berhenti hingga alat tersebut diperbaiki atau diganti dengan yang baru
dimana hal ini sangat berpengaruh pada indeks produktivitas yang akan menurun karena
proses operasional tidak berjalan.
Sumber: http://www.dephub.go.id/knkt/ntsc_maritime/Laut/Publications/Laporan%20Analisis
%20Trend%20Kecelakaan%20Laut%202003-2008.pdf

Anda mungkin juga menyukai