Nadia Marsha
FAA 113 024
Sekresi
System pencernaan menghasilkan sekresi endokrin dan eksokrin. Sek kelenjar eksokrin pencernaan
adalah sel epitel khusus yang ditemukan pada permukaan saluran cerna dan di dalam organ
pencernaan tambahan seperti kelenjar eksokrin pancreas yang menyekresikan getah pencernaan ke
dalam lumen saluran cerna melalui stimulasi hormonal atau neural yang spesifik. Setiap sekresi
pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organic spesifik yang penting dalam proses
pencernaan, mislanya enzim, garam empedu, atau mucus. Sel-sel sekretorik mengekstraksi dari
plasma sejumlah besar air dan bahan mentah yang diperlukan untuk menghasilkan sekresi tertentu
mereka. Sekresi semua getah pencernaan memelurkan energy, baik untuk transport aktif sebagian
bahan mentah ke dalam sel (yang lain berdifusi secara pasif) maupun untuk sintesis produk
sekretorik. Dalam keadaan normal, sekresi pencernaan direabsorpsi dalam suatu bentuk atau bentuk
lain kembali ke darah setelah ikut serta dalam proses pencernaan. Kegagalan reabsorpsi ini
(misalnya karena muntah atau diare) menyebabkan hilangnya cairan yang dipinjam dari plasma
ini.
System pencernaan dianggap merupakan organ endokrin yang terbesar di tubuh. Sementara
jaringan endokrin perifer biasanya disusun menjadi kelenjar-kelenjar yang berbeda, jaringan
endokrin saluran cerna disusun sebagai sel tunggal individual yang tersebar di sepanjang saluran
pencernaan. Sel epitel khusus ini menghasilkan satu kisaran protein sinyal, yang diklasifikasikan
sebagai hormone GI atau peptide GI, yang memasuki darah dan dibawa ke target dalam saluran
cerna dan di luar saluran cerna. Terlepas dari klasifikasinya, berbagai sekesi endokrin ini mengatur
fungsi digestif.
Digesti
Manusia mengonsumsi tiga kategori utama bahan makanan kaya energy: karbohidrat, protein, dan
lemak. Molekul-molekul besar ini tidak dapat melewati membrane plasma secara utuh untuk
diserap dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe. Oleh sebab itu, tujuan digesti adalah
untuk menguraikan struktur kompleks makanan secara kimiawi menjadi satuan-satuan yang lebih
kecil dan dapat diserap.
Absorpsi
Di usus halus, pencernaan telah tuntas dan terjadi sebagian besar penyerapan. Melalui proses
absorpsi, unit-unit kecil makanan yang dapat diserap yang dihasilkan oleh pencernaan, bersama
dengan air, vitamin, dan elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe.
Daftar Pustaka :
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari sel ke system / Lauralee Sherwood ; alih bahasa,
Brahm U. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Herman Octavius Ong, Albertus Agung Mahode,
Dian Ramadhani. E. 8. Jakarta : GC, 2014
10. Definisi, etiologi, dan mekanisme batuk kering
Definisi
Batuk adalah suatu refleks napas yang terjadi karena adanya rangsangan reseptor iritan yang
terdapat di saluran napas. Batuk juga dapat merupakan akibat penyakit telinga atau gangguan perut
yang menyebabkan iritasi diaphragm.
Etiologi
Mekanisme
Batuk merupakan suatu rangkaian refleks yang terdiri dari reseptor batuk, saraf aferen, pusat batuk,
saraf eferen, dan efektor. Refleks batuk tidak akan sempurna apabila salah satu unsurnya tidak
terpenuhi. Adanya rangsangan pada reseptor batuk akan dibawa oleh saraf aferen ke pusat batuk
yaitu medula untuk diteruskan ke efektor melalui saraf eferen. Reseptor batuk terdapat pada farings,
larings, trakea, bronkus, hidung (sinus paranasal), telinga, lambung, dan perikardium sedangkan
efektor batuk dapat berupa otot farings, larings, diafragma, interkostal, dan lain-lain. Proses batuk
terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis, peningkatan tekanan intra toraks lalu glotis
terbuka dan dibatukkan secara eksplosif untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran
respiratorik. Inspirasi diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyak-banyaknya sehingga
terjadi peningkatan tekanan intratorakal. Selanjutnya terjadi penutupan glotis yang bertujuan
mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada fase ini terjadi kontraksi
otot ekspirasi karena pemendekan otot ekspirasi sehingga selain tekanan intratorakal tinggi tekanan
intraabdomen pun tinggi. Setelah tekanan intratorakal dan intraabdomen meningkat maka glotis
akan terbuka yang menyebabkan terjadinya ekspirasi yang cepat, singkat, dan kuat sehingga terjadi
pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus dan lain-lain. Setelah fase tersebut
maka otot respiratorik akan relaksasi yang dapat berlangsung singkat atau lama tergantung dari
jenis batuknya. Apabila diperlukan batuk kembali maka fase relaksasi berlangsung singkat untuk
persiapan batuk.
Daftar pustaka :
Majalah kedokteran Indonesia volume 60 nomor 6 Supriyatno, Bambang. Batuk kronik pada anak.
IDI: 2010. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Alwi, Idrus dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2 edisi VI. Jakarta. Interna Publishing: 2014.