Anda di halaman 1dari 4

Pemicu 1

Nadia Marsha
FAA 113 024

4. Fisiologi system gastrointestinal


Fungsi utama system pencernaan (gastrointestinal atau GI) adalah memindahkan nutrient,
air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan
yang dicerna merupakan sumber energy, atau bahan bakar, yang esensial. Bahan bakar tersebut
digunakan oleh sel untuk menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang
memerlukan energy, misalnya transport aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan juga
merupakan sumber bahan baku untuk memperbaharui dan menambah jaringan tubuh.
Terdapat empat proses pencernaan dasar yaitu motilitas, sekresi, digesti, dan absorpsi.
Motilitas
Kata motilitas merujuk kepada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong maju isi saluran
cerna. Meskipun otot polos di dinding saluran cerna merupakan otot polos fisik yang
memperlihatkan lonjakan kontraksi yang terinduksi oleh potensial aksi, otot ini juga
mempertahankan kontraksi berkadar rendah dan konstan yang dikenal sebagai tonus. Tonus penting
untuk mempertahankan tekanan tetap pada isi saluran cerna serta untuk mencegah dindingnya
teregang permanen setelah distensi.
Pada aktivitas tonus yang terus-menerus terjadi ini terdapat dia tipe dasar motilitas fasik saluran
cerna: gerakan propulsive dan gerakan mencampur. Gerakan propulsive mendorong isi maju
melalui saluran cerna, dengan kecepatan pergerakan bervariasi bergantung pada fungsi yang
dilakukan oleh berbagai bagian saluran cerna. Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda.
Pertama, dengan mencampur makanan dengan getah pencernaan, gerakan ini meningkatkan
pencernaan makanan. Kedua, gerakan ini mempermudah penyerapan dengan memajankan semua
bagian isi saluran cerna ke permukaan serap saluran cerna.
Pergerakan bahan melalui sebagain besar saluran cerna terjadi berkat kontraksi otot polos di
dinding organ-organ pencernaan. Pengecualiannya adalah di ujung-ujung saluran: mulut melalui
bagian pangkal esophagus di awal saluran dan sfingter anus externus di akhir saluran. Pada daerha
ini, motilitas lebih melibatkan otot rangka daripada aktivitas otot polos. Karena itu, tindakan
mengunyah , menelan, dan defekasi memiliki komponen volunteer karena otot rangka berada di
bawah control sadar. Sebaliknya, motilitas di seluruh saluran lainnya dilaksanakan oleh otot polos
yang dikontrol oleh mekanisme involunteer kompleks.

Sekresi
System pencernaan menghasilkan sekresi endokrin dan eksokrin. Sek kelenjar eksokrin pencernaan
adalah sel epitel khusus yang ditemukan pada permukaan saluran cerna dan di dalam organ
pencernaan tambahan seperti kelenjar eksokrin pancreas yang menyekresikan getah pencernaan ke
dalam lumen saluran cerna melalui stimulasi hormonal atau neural yang spesifik. Setiap sekresi
pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organic spesifik yang penting dalam proses
pencernaan, mislanya enzim, garam empedu, atau mucus. Sel-sel sekretorik mengekstraksi dari
plasma sejumlah besar air dan bahan mentah yang diperlukan untuk menghasilkan sekresi tertentu
mereka. Sekresi semua getah pencernaan memelurkan energy, baik untuk transport aktif sebagian
bahan mentah ke dalam sel (yang lain berdifusi secara pasif) maupun untuk sintesis produk
sekretorik. Dalam keadaan normal, sekresi pencernaan direabsorpsi dalam suatu bentuk atau bentuk
lain kembali ke darah setelah ikut serta dalam proses pencernaan. Kegagalan reabsorpsi ini
(misalnya karena muntah atau diare) menyebabkan hilangnya cairan yang dipinjam dari plasma
ini.
System pencernaan dianggap merupakan organ endokrin yang terbesar di tubuh. Sementara
jaringan endokrin perifer biasanya disusun menjadi kelenjar-kelenjar yang berbeda, jaringan
endokrin saluran cerna disusun sebagai sel tunggal individual yang tersebar di sepanjang saluran
pencernaan. Sel epitel khusus ini menghasilkan satu kisaran protein sinyal, yang diklasifikasikan
sebagai hormone GI atau peptide GI, yang memasuki darah dan dibawa ke target dalam saluran
cerna dan di luar saluran cerna. Terlepas dari klasifikasinya, berbagai sekesi endokrin ini mengatur
fungsi digestif.
Digesti
Manusia mengonsumsi tiga kategori utama bahan makanan kaya energy: karbohidrat, protein, dan
lemak. Molekul-molekul besar ini tidak dapat melewati membrane plasma secara utuh untuk
diserap dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe. Oleh sebab itu, tujuan digesti adalah
untuk menguraikan struktur kompleks makanan secara kimiawi menjadi satuan-satuan yang lebih
kecil dan dapat diserap.
Absorpsi
Di usus halus, pencernaan telah tuntas dan terjadi sebagian besar penyerapan. Melalui proses
absorpsi, unit-unit kecil makanan yang dapat diserap yang dihasilkan oleh pencernaan, bersama
dengan air, vitamin, dan elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe.

Daftar Pustaka :
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia: dari sel ke system / Lauralee Sherwood ; alih bahasa,
Brahm U. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Herman Octavius Ong, Albertus Agung Mahode,
Dian Ramadhani. E. 8. Jakarta : GC, 2014
10. Definisi, etiologi, dan mekanisme batuk kering
Definisi
Batuk adalah suatu refleks napas yang terjadi karena adanya rangsangan reseptor iritan yang
terdapat di saluran napas. Batuk juga dapat merupakan akibat penyakit telinga atau gangguan perut
yang menyebabkan iritasi diaphragm.
Etiologi

Penyakit saluran napas akut


Penyakit saluran napas kronis
Penyakit parenkimal
Penyakit interstisial
Penyakit kardiovaskular
Iritan lingkungan
Benda asing
Neoplasma
Alergi

: faringitis, laryngitis, bronchitis, bronkiolitis


: bronchitis, bronkiektasis
: pneumonia, abses, parasite
: granulomas, fibrosing alveolitis, alveolar proteinosis
: edema paru, infark paru
: gas, debu, perubahan temperature
: saluran napas, membrane timpanik
: karsinoma paru, metastasis tumor
: Rinitis vasomotor, asma bronkial

Mekanisme
Batuk merupakan suatu rangkaian refleks yang terdiri dari reseptor batuk, saraf aferen, pusat batuk,
saraf eferen, dan efektor. Refleks batuk tidak akan sempurna apabila salah satu unsurnya tidak
terpenuhi. Adanya rangsangan pada reseptor batuk akan dibawa oleh saraf aferen ke pusat batuk
yaitu medula untuk diteruskan ke efektor melalui saraf eferen. Reseptor batuk terdapat pada farings,
larings, trakea, bronkus, hidung (sinus paranasal), telinga, lambung, dan perikardium sedangkan
efektor batuk dapat berupa otot farings, larings, diafragma, interkostal, dan lain-lain. Proses batuk
terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis, peningkatan tekanan intra toraks lalu glotis
terbuka dan dibatukkan secara eksplosif untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran
respiratorik. Inspirasi diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyak-banyaknya sehingga
terjadi peningkatan tekanan intratorakal. Selanjutnya terjadi penutupan glotis yang bertujuan
mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada fase ini terjadi kontraksi
otot ekspirasi karena pemendekan otot ekspirasi sehingga selain tekanan intratorakal tinggi tekanan
intraabdomen pun tinggi. Setelah tekanan intratorakal dan intraabdomen meningkat maka glotis
akan terbuka yang menyebabkan terjadinya ekspirasi yang cepat, singkat, dan kuat sehingga terjadi
pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus dan lain-lain. Setelah fase tersebut
maka otot respiratorik akan relaksasi yang dapat berlangsung singkat atau lama tergantung dari
jenis batuknya. Apabila diperlukan batuk kembali maka fase relaksasi berlangsung singkat untuk
persiapan batuk.
Daftar pustaka :
Majalah kedokteran Indonesia volume 60 nomor 6 Supriyatno, Bambang. Batuk kronik pada anak.
IDI: 2010. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Alwi, Idrus dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2 edisi VI. Jakarta. Interna Publishing: 2014.

Anda mungkin juga menyukai