Alwin Antariksa Purnama Salura-Libre
Alwin Antariksa Purnama Salura-Libre
PELESTARIANARSITEKTURGEREJAKATEDRAL
PENINGGALANKOLONIALBELANDADIKOTABANDUNG
AlwinSuryono,Antariksa,PurnamaSalura
1) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasParahyangan
(emailalwin@unpar.ac.id)
2) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasBrawijaya
3) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasParahyangan
Abstrak
GerejaKatedralSantoPetrusBandung(1922)kinimasihasli,utuh,berfungsibaik,yang
kini berdekatan dengan bangunan dua kali tingginya. Studi ini membaca kebertahanan gereja
Katedral dengan prinsip Pelestarian Arsitektur. Elemen arsitektur Fungsibentukmakna dibaca
wujudnya pada objek, lalu diungkap Makna Kulturalnya untuk menetapkan elemen bangunan
yangpatutdilestarikan.
Hasilstudi.Bentuk:Selubungbangunan(megah,sakral,indah);Tataruangbertema
salibgotik(indah,nyamandansakral).Fungsi:Dindingselubungsebagaistrukturdanpenyerap
bising/lembab;PlafongayaGotiksebagaielemenakustikdankeindahan;Jendelasebagaisumber
penerangan alami dan elemen estetik tema Gotik; Menara lonceng dan ornamen salib sebagai
simbol spiritual. Makna: Ketinggian bangunan, menara lonceng, lambang salib bermakna
spiritual;gayaNeoGotikbermaknasejarah.MaknaKulturalberupanilaiArsitektural,Kekriyaan,
KeteknikandanSimbolik(kesakralantergannggubangunantinggisebelahnya).NilaiSejarahpada
gayaarsitekturNeoGotik,sedangnilaiKelokalankurangberperan.Bangunanmasihutuh,asli,
kokoh,hanyakerusakankecil,kotor,lembab,berkarat.TindakanpelestariannyaialahPreservasi,
perawatanrutindanpengendalianvegetasi.
Katakunci:Maknakultural,bentuk,fungsi,makna,preservasi.
Pendahuluan
PolitikEtis(BalasBudi)yangdiawalipidatoRatuWihelminatahun1901telah
mengubahpendekatankolonialismeBelanda,menjadipedulipadakemakmuranrakyat
Indonesia(Ricklefs,1993:152).PemerintahBelandalalumemodernisasikotakotalama
GerejaKatedralSantoPetrusadalahsalahsatubangunanlangkadiBandung,
dibanguntahun1922olehM.KunstberdasarkandesainarsitekCP.WolffSchoemaker
(Winarwan,2002). Kini masih asli, utuh dan berfungsi baik, namunharus beradaptasi
dengan tuntutan masa kini. Posisinya di pojok jalan Merdeka jalan Jawa (jalan
utama) dan di tepi rel kereta api menjadikannya terkena dampak gangguan getaran
tanah, polusi debuasap kendaraan, bising. Hotel besar yang tingginya dua kali tinggi
gereja ini di persil sebelah turut mengganggu kesakralannya. Efek globalisasi ini tak
terhindarkan, namun keadaan ini perlu disikapi dengan tepat terkait konteksnya
sebagaiBangunanCagarBudayakelasA. Bangunan Cagar Budaya adalah kekayaan
budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, sehingga perlu dilestarikan (UURI no.11 tahun 2010). Pelestariannya
bermanfaat pada dunia arsitektur dan halhal terkait, seperti: 1. Sebagai media ajar
perkembanganarsitekturdankota.2.Memberikantautanbermaknadenganmasalalu.
3. Membantu terpeliharanya warisan arsitektur (Antariksa, 2004). Maka upaya
melestarikan arsitektur warisan kolonial Belanda bermakna kultural ini menjadi
pentinguntukdikedepankan.
Tujuan studi ini ialah mengkaji pelestarian gereja Katedral Santo Petrus
dengan pendekatan Arsitektural dan Makna Kultural, dan mengevaluasi pelestarian
yang telah dijalankan. Manfaat studi ini ialah mendapatkan proses pelestarian yang
dapat mengatasi tuntutan arsitektur masa kini sekaligus mempertahankan makna
kulturalnya,sertamendukungpengetahuanteoritis/empirispelestarianarsitektur.
StudiLiteratur
Studi literatur diawali dengan paham keilmuan yang akan dianut, sebagai
pengarahdalampenetapanteoriteoriyangdigunakanagardapatsejalan.
Strukturalisme
Paham Strukturalis berusaha membaca semua bentuk kebudayaan dengan
memahami sistemsistem utamanya, melalui analogi bahasa (Saussure dalam
Leach,1997). Teori utama arsitektur strukturalis dipilih dari teori Capon, dengan
pertimbangan: (1) Melihat arsitektur sebagai susunan dari elemenelemennya, yang
dikatagorikan Fungsibentukmakna. (2) Aspek tinjauannya tergolong luas. (3) Teori
Capon merupakan hasil rangkuman dari berbagai teori arsitektur strukturalis. Untuk
teoriutamaPelestariandipilihteoriSidhartaBudihardjo(1989),Orbasli(2008),Feilden
(2003) yang menggunakan pendekatan Makna Kultural dalam pelestarian arsitektur.
Nilainilai inilah yang akan dipertahankan melalui tindakan pelestarian. Teoriteori
pendukungjugadaristrukturalisme,agarsejalan.
TeoriArsitektur
Bentuk bangunan terkait dengan cara diwujudkan, yaitu berkenaan dengan proses
dan material nya. Proses terdiri dari proses menjadi, berubah dan berhenti.
Prosesmenjadimeliputidesaindankonstruksi,prosesberubahberuparehabilitasi,
adaptasi atau lainnya, sedangkan proses berhenti berupa penghancuran. Material,
adalah inti fisik bangunan, yang mengalami perubahan menerus (Kant, dalam
Capon,1999:143).
Fungsi.FungsididefinisikansebagaiPeranbangunanuntukmemenuhimaksud/tujuan
yang telah ditetapkan, yang meliputi: fungsi fisik, sosial, simbol budaya (Ligo dalam
Capon,1999:76; Schulz,1997:109). Fungsi Fisik ialah peran bangunan menyediakan
kenyamananfisikuntukaktifitasyangdiwadahi,antaralain(Mangunwijaya,1981:161;
Olgay,1992:16):
Fungsisimbolialahperanbangunanmemberitandapadafungsiyangdiwadahinya.
Fungsiarsitekturselaluterkaitdengankonteksnya,yangdikelompokkansebagai:(1).
Konteks manusia: pengguna bangunan, hasil karya (aturan, pedoman, tradisi,
bentuk/warna kesukaan), kelompok sosial yang berpengaruh (dan budayanya). (2).
Konteks alam: tempat dari bangunan (karakter fisik, spirit) dan lingkungan alamnya
(yang mewadahi tempat dan memberi pengaruh). (3). Konteks bangunan: bentukan
bangunan dan tapak di sekelilingnya yang berkaitan. Misalkan konteks melalui pola
gaya arsitektur, bentuk atap, ornamentasi atau material (Salura, 2010:14;
Capon,1999:185). Ornamen ialah perlakuan pada permukaan berupa nilainilai
simbolik,yangbelakangantakmementingkanmaknalagi.Ornamenberkaitandengan
konteks visual dan perasaan, lebih dari sekedar fungsional. (Moholy, dalam
Capon,1999:207). Pada bangunan tua yang fungsinya tetap, standar fungsi tersebut
dapat berkembang sesuai kebutuhan terkini. Misalnya standar kenyamanan,
kesehatan, keamanan yang berdampak pada peningkatan kebutuhan sistem
kelengkapanbangunandaninterior(Prudon,2008:30).
Makna. Arsitektur adalah suatu bentuk pengungkapan perasaan, yang disampaikan
melaluidesain(Gorman,1998:89).Bangunanhendaknyatakhanyaterlihatbaikdan
berfungsi baik, tapi juga berkomunikasi baik (Ruskin dalam Capon,1999:107).
Makna suatu bangunan diperoleh melalui interpretasi seni/sejarah, dan makna
simbolik bangunan dapat berupa: (1) Simbolik pemilik/ organisasi. (2) Simbolik
budaya/gayahidup(3)Simbolikuntuktujuantertentu(Capon,1999:120).Simboldapat
berlaku hanya untuk sekelompok orang/masyarakat. Makna (arti pesan yang
ditampilkan)dapattentangfungsinyaatautentangsusunanelemenbentuknya(Salura,
2010:83). Bentuk simetrismemusat mengekspresikan simbol kekuasaan (Sachari,
2007:161). Tampilan dapat mengekspresikan suatu keinginan/emosi. Ekspresi
merupakan fungsi dari bentuk bangunan sedangkan makna sebagai pengganti
komunikasi isinya. Penekanan ekspresi dapat pada fungsi, struktur, kegunaan, atau
budayaperiodetertentu.
Penerapanelemenarsitekturpadaobjekstudiadalah:
TeoriPelestarian
Secara umum, pelestarian ialah perbuatan menjadikan sesuatu tetap tak
berubah (Poerwadarminta, 2003:698). Pelestarian ialah proses memiliki kembali
keutuhan suatu objek yang masih ada (Murtagh,1988:16), atau seluruh proses
memahami dan menjaga suatu tempat untuk mempertahankan nilainilai budayanya
(Piagam Burra,1999; Orbasli,2008:38) . Proses tersebut termasuk perawatan dan,
tergantung keadaan, mencakup preservasi, restorasi, rehabilitasi, adaptasi atau
Prinsippelestarianyangjadipegangandalamstudiiniadalah:(Orbasli,2008:51
dan SidhartaBudihardjo, 1989:14): 1.Keutuhan, meliputi bentuk, material, struktur,
estetika, konteks/suasana. 2.Keaslian, terkait dengan bentuk, material, teknik/tradisi
konstruksi, tempat, konteks, lingkungan dan fungsi. Perubahan yang dapat merusak
keaslian harus dihindari. 3. Keamanan, terkait tindakan pelestarian harus bisa
menjamin keamanan dan pemeliharaannya di masa datang. 4. Intervensi fisik, harus
diupayakan sedikit mungkin agar tidak mengubah bukti sejarah, demi penghargaan
pada keadaan semula. 5. Bukti sejarah tidak boleh dipalsukan, sehingga penggantian
bagianyanghilangharusharmonisdenganbagianyanglama,tapimudahdibedakan.
TindakanPelestarian
Tindakanpelestariandiperlukanuntukmempertahankanmaknakulturalsuatu
objek/bangunan berdasarkan kondisi fisiknya, penyebab kerusakannya dan kondisi
baru yang diinginkan (Feilden,2003:8) serta dipengaruhi oleh kondisi lapangan,
anggaran, penaikan mutu yang disyaratkan (Orbasli,2008). Untuk studi pelestarian
gerejaKatedralBandung,makajenistindakanpelestarianyangdigunakanialah:
(1) Preservasi, yaitu mempertahankan bangunan pada bentuk dan kondisi yang ada
(Feilden, 2003:9; Orbasli: 2008:47) dan mencegah/ memperlambat penurunan mutu
(Rodwell, 2007:8) tanpa ada perubahan (SidhartaBidihardjo,1989). Upaya mencegah
penurunan mutu dapat berupa: a). Pengendalian lingkungan, agar perantara
penurunan mutu bangunan tidak berubah menjadi aktif (Feilden,2003:9) dan
memperlambat proses kerusakan (Orbasli,2008:47). Bentuknya dapat berupa
pengaturan pertumbuhan vegetasi, buangan drainase, keamanan vandalisme. b).
Penguatanelemenbangunan(struktural,pengisi,penutup)untukmenjaminketahanan
dan keutuh an strukturnya (Feilden,2003:9) dan menghentikan penurunan
kekuatan/ketidakstabilanstruktural(Orbasli,2008:47).
(2) Adaptasi, ialah perubahan tidak drastis pada bangunan untuk suatu kegunaan
(SidhartaBudiharjo,1989:11).
AspekStrukturaldanMaterialBangunanTua
Metode
Studiinimerupakanpemahamansecaradeskripsipadafenomenapelestarian
bangunangerejaKatedraldiKotaBandungterhadaptuntutanarsitekturalmasakini.
KarenaitustudiinidapatdigolongkansebagaiPenelitianKualitatif.Permasalahanyang
distudi bersifat mendasar terkait Elemenelemen Arsitektur gereja dan Makna
Kultural yang terkandung. Untuk maksud ini dibutuhkan Metode Kualitatif, berupa
pengamatan, wawancara, telaah dokumen, dan menghasilkan data deskriptif.
Tahapannya ialah: 1. Membaca elemen arsitektur Fungsibentukmakna pada objek
studi. 2. Mengungkap Makna Kultural objek serta wujudnya. 3. Menetapkan elemen
ElemenArsitekturFungsibentukmakna
MaknaKultural
Nilainilai makna kultural yang diungkap dari gereja Katedral perlu terkait
dengan elemen arsitekturnya Bentukfungsimakna dari teori Capon, yaitu: aspek
bentuk berupa Nilai Arsitektural dan Kekriyaan, aspekFungsi berupaNilai Keteknikan
danKelokalan,aspekMaknaberupanilaiSejarahdanSimbolikbangunan.Kaitannilai
nilai tersebut dengan elemen bangunan gereja ialah: 1. Nilai Arsitektural, terkait
selubungbangunan, tata ruang, struktur. 2. Nilai Kekriyaan,terkait elemen dekoratif
dan ornamen. 3. Nilai Keteknikan, terkait teknik konstruksi dan kenyaman fisik.
4. Nilai Kelokalan, terkait konteks lokal (tempat, iklim, tardisi arsitektur). 5. Nilai
Sejarah,terkaitperangerejakatolikdalamsejarah.6.NilaiSimbolik,terkaitbangunan
sebagaisimbolbudayaatauaktifitasyangdiwadahi.
HasilAnalisa
Gereja Katedral Santo Petrus Bandung dibangun tahun 1921, dan diberkati
tahun 1922 oleh Mgr. Luypen, adalah gereja katolik tertua di Kota Bandung,
menggantikan gereja St. Franciscus Regis (berdiri tahun 1895) yang kemudian
difungsikanuntukgedungperkumpulansosialKatolik.Gayaarsitekturnyaadalahgaya
Neogotik, lengkapdengan Jendela mawar (rose window) dan jendelajendela lukisan
kacapatribertemaketuhanan.
BentukfungsimaknaArsitektur
RuangUmat,plafonbentukGotik,jen
delaataskirikanan,kacapatrialtar
PintuUtama(barat),
lantaiMezzanine
Bentuk 3 Dimensi,
strukturbangunan
Denahgereja
Detilbentuk
berbentukSalib
plafonGotik
Fungsi. Wujudnya (Gambar 1): 1. Konstruksi dinding pemikul pasangan bata sebagai
selubung, struktur utama serta penyerap bising dan lembab. 2. Konstruksi plafon
lambrisering kayu berbentuk busur Gotik berperan sebagai elemen akustik dan
MaknaKultural.
Nilai Keteknikan: 1). Konstruksi plafon papan kayu jati bentuk Gotik. 2).
Akustik ruangan yang baik (tidak bergema, bising dari luar tak terdengar). 3).
Kenyamanan termal alami sistem ventilasi silang. 4). Kenyamanan visual penerangan
alamimelaluideretanjendelabesarpolaGotikkirikananruangumatdandibelakang
altar(Gambar4).Nilai Kelokalan berupa adaptasi bangunan terhadap iklim setempat
melalui ventilasi alami dan penerangan alami, sedangkan bentukbentuk arsitektur
lokaltakterasa.
Nilai Sejarah berupa gereja tertua yang masih aktif dengan wujud gaya
arsitekturNeoGotikpadaselubungbangunanmaupunruangdalamnya.NilaiSimbolik
diwujudkanmelaluibentukbangunanyangtinggi,menaraloncengdanornamensalib
padapuncakmenaradanatapentranceutama,padaGambar4.
Dapat disimpulkan bahwa makna kultural terletak pada nilainilai Arsitektural,
Kekriyaan, Keteknikan dan Simbolik. Nilai Sejarah pada gaya arsitektur NeoGotik,
sedangkannilaiKelokalankurangberperan.
Keterangan:
1. PintuBarat
2. NarthexSerambiKatedral:
A.Baptiserium
B.Ruangtanggamenara
Lonceng
C.KapelMaria
3. NaveRuangUmat
4. KamarPengakuan
5. TranseptUtara
6. PintuUtara
7. TranseptSelatan
8. PintuSelatan
9. Apse,untukPantiImam
Gambar4.Bentukbangunan.Kiriatas:bentukselubung3dimensi,deretanjendelabentuk
gotik,entranceutamasamping,menaralonceng.Kiribawah:Denahlantai,tataruangdan
keterangan ruang di kanan nya. Kanan atas: ruang umat, altarjen dela kacapatri, plafon
polaNeogotik.Tengahatas:jendelakacapatribertemaketuhanandibelakangaltar.Kanan
tengahbawah:pintuutama.Kananbawah:puncakmenaraloncengdanjendelamawar.
Berdasarkanuraiandiatas,makaelemenbangunanyangperludipertahankan
antara lain: selubung bangunan (atap, dinding fasad,jendelajendela kaca, lubang
ventilasi),menaralonceng,entrance,ruangdalamplafonbertemaGotik.
TindakanPelestarian
Berdasarkan studi lapangan, kondisi bangunan gereja masih utuh, asli dan
kokoh. Kerusakan kecil terjadi pada dinding luar berupa retakretak plester, cat
terkelupas, kerakkerak/kotoran. Jendela kaca samping tampak kotor, tapi jendela
belakangaltarrelatiflebihbersih.Padatalangatapadayangtelahditumbuhitanaman,
ada pula yang telah berkarat. Penurunan mutu tersebut relatif ringan. Penyebab
kerusakan antara lain: 1. Kurangnya perawatan. 2. Faktor lingkungan: polusi asap
getaran kendaraan, debu, hujan angin uap lembab, tumbuhan liar. Maka tindakan
pelestarianyangdianggapcocokadalahPreservasi,yaitumempertahankanbangunan
padabentukaslinyadanmencegahkerusakantanpaadaperubahan,berupa:
a). Penanaman dan pengaturan pertumbuhan pohon penyerap polusi dan peneduh
besar berdaun jarum (cemara angin/bulan) untuk peneduh bangunan dan halaman.
Salurandrainaseperluperawatanrutin.
b). Perbaikanpenguatan dinding luar yang retak dan lapisan finishingnya untuk
menjaminketahanandankeutuhan.
c).Perawatanrutinperludilakukan,denganperiodesesuaikebutuhan(perbikanretak
dan pengecatan dinding, penecatan pintu utama dengan cat transparan (lasur,
polyurethane)danplafondenganlasur.
Kesimpulan
DaftarPustaka
Antariksa (2010), Pendekatan DeskriptifEksploratif dalam Pelestarian Arsitektur
BangunanKolonialdi
Kawasan Pecinan Kota Pasuruan, proseding Seminar
NasionalMetodeRisetdalamArsitektur, UdayanaUniversityPress,Denpasar.
Capon,DavidSmith(1999),LeCorbusiersLegacy,JohnWilley&SonsLtd,BaffinsLane,
Chichester,WestSussex.
Ching,FDK.(1979),Form,SpaceandOrder,
Danisworo, Mohammad (1999), Kesinambungan dan Perubahan dalam Konservasi
Kota,dalam
Monumen dan Situs Indonesia, ICOMOS Scientific Publication,
Bandung.
Feilden,BernardM.(1994),ConservationofHistoricBuildings,ButterworthHeinemann
Ltd.,Oxford.
Handinoto (2010), Arsitektur dan Kotakota di Jawa pada masa Kolonial, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Leach,Neil(1997),RethinkingArchitecture,Routledge,London.
Kusno, Abidin (2009), Gaya Imperium yang Hidup Kembali Setelah Mati, dalam Masa
LaludalamMasaKiniArsitekturIndonesia,PT.GramediaPustakaUtama,Jakarta.
Mangunwijaya, YB (1981), Pasalpasal Penghantar Fisika Bangunan, PT. Gramedia,
Jakarta.
Moleong(2010),MetodologiPenelitianKualitatif,PT.RemajaRosdakaarya,Bandung.
Murtagh, William J. (1988), Keeping Time, the history and theory of preservation in
America,TheMainStreetPress,Pittstown.
Orbasli,Aylin(2008),ArchitecturalConservation,BlackwellScienceLtd.,Oxford
Passchier,C.(2009),ArsitekturKolonialdiIndonesia,dalamMasaLaludalamMasaKini
ArsitekturIndonesia,PT.GramediaPustakaUtama,Jakarta.
Poerwadarminta, WJS. (2003), Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Balai
Pustaka,Jakarta.
Prudon,TheodoreHM.(2008),PreservationofModernArchitecture,JohnWiley&Son,
Inc.,NewJersey.
PiagamBurra,1999.
Riawanti,Selly(2003),MetodaKualitatifdalamIlmuilmuSosial,JurusanAntropologi,
FISIP,UNPAD.
Rodwell, Dennis (2007), Conservation and Sustainability in Historic Cities, Blackwell
PublishingLtd., Oxford.
Salura,P.(2010),ArsitekturyangMembodohkan,CSSPublishing,Bandung.
Sachari,Agus(2001),WacanaTransformasiBudaya,PenerbitITB,Bandung.
Schodek,Daniel(1999),Structures,
Schulz,CN.(1997),IntentionsinArchitecture,MITPress,Cambrigde.
Sidharta; Budihardjo, Eko (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno
BersejarahdiSurakarta, GajahMadaUniversityPress,Yogyakarta.
Soekiman,Djoko(2000),KebudayaanIndisdanGayaHidupMasyarakatPendukungnya
diJawa,YayasanBentangBudaya,Yogyakarta
Winarwan, A.; Widodo J. (2002), Ziarah ArsitekturKatedral St. Petrus Bandung,
Architecture&Communication,Bandung.