Anda di halaman 1dari 13

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra

4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

PELESTARIANARSITEKTURGEREJAKATEDRAL
PENINGGALANKOLONIALBELANDADIKOTABANDUNG
AlwinSuryono,Antariksa,PurnamaSalura
1) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasParahyangan
(emailalwin@unpar.ac.id)
2) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasBrawijaya
3) JurusanArsitekturFakultasTeknikUniversitasParahyangan

Abstrak
GerejaKatedralSantoPetrusBandung(1922)kinimasihasli,utuh,berfungsibaik,yang
kini berdekatan dengan bangunan dua kali tingginya. Studi ini membaca kebertahanan gereja
Katedral dengan prinsip Pelestarian Arsitektur. Elemen arsitektur Fungsibentukmakna dibaca
wujudnya pada objek, lalu diungkap Makna Kulturalnya untuk menetapkan elemen bangunan
yangpatutdilestarikan.

Teori Capon: arsitektur tersusun dari elemen Fungsibentukmakna. Teori Pelestarian

Orbasli, Feilden, SidhartaBudihardjo: pendekatan Makna Kultural, yang dipertahankan melalui


tindakanpelestarian.Metodayangdigunakanialahdeskriptifevaluatif.Fungsibentukmakna
dideskripsikanpadaobjek,sekaligussebagaiacuanMaknaKultural,yaitu:aspekbentukberupa
Nilai Arsitektural dan Kekriyaan, aspek Fungsi berupa Nilai Keteknikan dan Kelokalan, aspek
MaknaberupanilaiSejarahdanSimbolik.

Hasilstudi.Bentuk:Selubungbangunan(megah,sakral,indah);Tataruangbertema

salibgotik(indah,nyamandansakral).Fungsi:Dindingselubungsebagaistrukturdanpenyerap
bising/lembab;PlafongayaGotiksebagaielemenakustikdankeindahan;Jendelasebagaisumber
penerangan alami dan elemen estetik tema Gotik; Menara lonceng dan ornamen salib sebagai
simbol spiritual. Makna: Ketinggian bangunan, menara lonceng, lambang salib bermakna
spiritual;gayaNeoGotikbermaknasejarah.MaknaKulturalberupanilaiArsitektural,Kekriyaan,
KeteknikandanSimbolik(kesakralantergannggubangunantinggisebelahnya).NilaiSejarahpada
gayaarsitekturNeoGotik,sedangnilaiKelokalankurangberperan.Bangunanmasihutuh,asli,
kokoh,hanyakerusakankecil,kotor,lembab,berkarat.TindakanpelestariannyaialahPreservasi,
perawatanrutindanpengendalianvegetasi.
Katakunci:Maknakultural,bentuk,fungsi,makna,preservasi.

Pendahuluan
PolitikEtis(BalasBudi)yangdiawalipidatoRatuWihelminatahun1901telah
mengubahpendekatankolonialismeBelanda,menjadipedulipadakemakmuranrakyat
Indonesia(Ricklefs,1993:152).PemerintahBelandalalumemodernisasikotakotalama

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

abad ke13 dan ke14 di Hindia Belanda (Sachari,2007:45; Passchier,2009:132), serta


menghadirkan bangunanbangunan kolonial yang memperhatikan alam/budaya lokal.
Gaya Arsitektur Indis (sintesa unsur arsitektur tradisional lokal teknologi Eropa)
menampilkan tradisi lokal yang modern, sedangkan gaya modern Nieuwe Bouwen
(sintesaarsitekturmodernEropaalam/budayalokal)menampilkanmodernitasEropa
yang tanggap lingkungan. Kearifan lokal telah menjadi dasar pada dua arsitektur
kolonial ini, namun dengan tampilan berbeda. Gaya Neoklasik yang sedang populer
saat itu (gaya Eropa, tampilan monumental) menjadi juga memperhatikan
alam/budaya lokal (Kusno,2009:174). Sampai saat ini, arsitektur kolonial Belanda
tersebutmasihbanyakterdapatdikotakotabesarsepertiJakarta,Bandung,Semarang
dan Surabaya (Handinoto,2010:24; Sachari,2001: 28). Pemandangan kota dengan
bangunanbangunan megah yang mewakili zamannya, menjadikan suatu daya tarik
wisata(Soekiman,2000:309).Namunbanyakjugabangunanyangbernilaisejarahdan
budaya tinggi digerogoti oleh kepentingan komersial dan digantikan oleh arsitektur
modern, yang mengikuti selera internasional. Hasilnya, kota yang seragam dan
monoton(Danisworo,1999:104).

GerejaKatedralSantoPetrusadalahsalahsatubangunanlangkadiBandung,
dibanguntahun1922olehM.KunstberdasarkandesainarsitekCP.WolffSchoemaker
(Winarwan,2002). Kini masih asli, utuh dan berfungsi baik, namunharus beradaptasi
dengan tuntutan masa kini. Posisinya di pojok jalan Merdeka jalan Jawa (jalan
utama) dan di tepi rel kereta api menjadikannya terkena dampak gangguan getaran
tanah, polusi debuasap kendaraan, bising. Hotel besar yang tingginya dua kali tinggi
gereja ini di persil sebelah turut mengganggu kesakralannya. Efek globalisasi ini tak
terhindarkan, namun keadaan ini perlu disikapi dengan tepat terkait konteksnya
sebagaiBangunanCagarBudayakelasA. Bangunan Cagar Budaya adalah kekayaan
budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah,
ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, sehingga perlu dilestarikan (UURI no.11 tahun 2010). Pelestariannya
bermanfaat pada dunia arsitektur dan halhal terkait, seperti: 1. Sebagai media ajar
perkembanganarsitekturdankota.2.Memberikantautanbermaknadenganmasalalu.
3. Membantu terpeliharanya warisan arsitektur (Antariksa, 2004). Maka upaya
melestarikan arsitektur warisan kolonial Belanda bermakna kultural ini menjadi
pentinguntukdikedepankan.

Tujuan studi ini ialah mengkaji pelestarian gereja Katedral Santo Petrus
dengan pendekatan Arsitektural dan Makna Kultural, dan mengevaluasi pelestarian
yang telah dijalankan. Manfaat studi ini ialah mendapatkan proses pelestarian yang
dapat mengatasi tuntutan arsitektur masa kini sekaligus mempertahankan makna
kulturalnya,sertamendukungpengetahuanteoritis/empirispelestarianarsitektur.

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

StudiLiteratur

Studi literatur diawali dengan paham keilmuan yang akan dianut, sebagai
pengarahdalampenetapanteoriteoriyangdigunakanagardapatsejalan.

Strukturalisme
Paham Strukturalis berusaha membaca semua bentuk kebudayaan dengan
memahami sistemsistem utamanya, melalui analogi bahasa (Saussure dalam
Leach,1997). Teori utama arsitektur strukturalis dipilih dari teori Capon, dengan
pertimbangan: (1) Melihat arsitektur sebagai susunan dari elemenelemennya, yang
dikatagorikan Fungsibentukmakna. (2) Aspek tinjauannya tergolong luas. (3) Teori
Capon merupakan hasil rangkuman dari berbagai teori arsitektur strukturalis. Untuk
teoriutamaPelestariandipilihteoriSidhartaBudihardjo(1989),Orbasli(2008),Feilden
(2003) yang menggunakan pendekatan Makna Kultural dalam pelestarian arsitektur.
Nilainilai inilah yang akan dipertahankan melalui tindakan pelestarian. Teoriteori
pendukungjugadaristrukturalisme,agarsejalan.

TeoriArsitektur

Capon (1999,ix) berargumen bahwa semua unsur di alam selalu mengacu


kepada struktur. Selanjutnya, arsitektur merupakan struktur dari elemenelemennya,
yang dikatagorikan dalam Fungsibentukmakna. Teori arsitektur Capon yang dipilih
merupakan dasar untuk mengungkap elemen arsitektur pada objek studi. Dasarnya,
idea awal arsitektur ialah kebutuhan ruang untuk Kegiatan (fungsi). Ruang yang
dibutuhkan tersebut dan pelingkup fisiknya diakomodasi oleh medium (bentuk). Lalu
bentuk menampilkan pesan yang membawa arti/makna (Salura, 2010:50). Maka
Fungsibentukmakna ialah elemen arsitektur (Capon,1999; Salura,2010), diuraikan
sebagaiberikut:
Bentuk. Bentuk dapat dilihat melalui: (1). Elemennya: garis, bidang dan volume. (2).
Susunannya: melalui penggunaan sumbu, grid, pengulangan dan rotasi. (3).
Estetikanya,melaluiasasasaskesatuan,keragaman,tema/variasitema,keseimbangan,
evolusidanhirarki(Capon,1999:41;ParkerdalamSachari,2001:158).Bentukgarislurus
merupakan bentuk yang dominan pada Arsitektur awal abad 20 (Capon,1999;49).
Bentuk bidang dapat berupa dinding dengan bukaan pintu/jendela yang berperan
untuk penonjolan bentuk bangunan atau pola komposisi fasad bangunan. Susunan
bentuk melalui penggunaan sumbu di atas adalah untuk memudahkan pemahaman
bentuk tersebut, atau untuk mengatur tatanan arsitektural. Pengulangan merupakan
cara yang sering digunakan pada Arsitektur Modern (Taut, dalam Capon, 1999:55),
termasuk Arsitektur Kolonial. Susunan bentuk juga dapat berpola radial, kluster,
terpusat, linier (Ching,1979). Asas tema dapat berupa keragaman

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

(kontras/perbedaan), harmoni (Capon,1999:41) atau kesatuan dalam keragaman


(Berlage dalam Capon,1999:61). Irama pada selubung bangunan dapat berupa pola
susunan jendela, bidang kaca, susunan kolom atau lainnya. Relasi elemen bentuk
denganfungsidanmaknaadalah:

Relasinya dengan Fungsi dapat berupa: bentuk yang penekanannya pada


fungsi,ataubentukdipadukandenganfungsi.
Relasinya dengan Makna dapat berupa: bentuk yang memberi citra, ide,
simbol.

Bentuk bangunan terkait dengan cara diwujudkan, yaitu berkenaan dengan proses
dan material nya. Proses terdiri dari proses menjadi, berubah dan berhenti.
Prosesmenjadimeliputidesaindankonstruksi,prosesberubahberuparehabilitasi,
adaptasi atau lainnya, sedangkan proses berhenti berupa penghancuran. Material,
adalah inti fisik bangunan, yang mengalami perubahan menerus (Kant, dalam
Capon,1999:143).
Fungsi.FungsididefinisikansebagaiPeranbangunanuntukmemenuhimaksud/tujuan
yang telah ditetapkan, yang meliputi: fungsi fisik, sosial, simbol budaya (Ligo dalam
Capon,1999:76; Schulz,1997:109). Fungsi Fisik ialah peran bangunan menyediakan
kenyamananfisikuntukaktifitasyangdiwadahi,antaralain(Mangunwijaya,1981:161;
Olgay,1992:16):

Kenyamanan ruang, terkait luas dan bentuk ruang terhadap kebutuhan


aktivitasnya.
Kenyamanan termal, faktornya: suhu ruang, kelembaban relatif, radiasi sinar
matahari,pergerakanudara.
Kenyamanan visual, terkait teratasinya masalah silau, misal melalui teritis
yanglebar.
Kenyamananaudial,terkaitteratasinyagangguanbunyisecaraAktifdan/atau
secaraPasif.

Fungsisimbolialahperanbangunanmemberitandapadafungsiyangdiwadahinya.
Fungsiarsitekturselaluterkaitdengankonteksnya,yangdikelompokkansebagai:(1).
Konteks manusia: pengguna bangunan, hasil karya (aturan, pedoman, tradisi,
bentuk/warna kesukaan), kelompok sosial yang berpengaruh (dan budayanya). (2).
Konteks alam: tempat dari bangunan (karakter fisik, spirit) dan lingkungan alamnya
(yang mewadahi tempat dan memberi pengaruh). (3). Konteks bangunan: bentukan
bangunan dan tapak di sekelilingnya yang berkaitan. Misalkan konteks melalui pola
gaya arsitektur, bentuk atap, ornamentasi atau material (Salura, 2010:14;
Capon,1999:185). Ornamen ialah perlakuan pada permukaan berupa nilainilai

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

simbolik,yangbelakangantakmementingkanmaknalagi.Ornamenberkaitandengan
konteks visual dan perasaan, lebih dari sekedar fungsional. (Moholy, dalam
Capon,1999:207). Pada bangunan tua yang fungsinya tetap, standar fungsi tersebut
dapat berkembang sesuai kebutuhan terkini. Misalnya standar kenyamanan,
kesehatan, keamanan yang berdampak pada peningkatan kebutuhan sistem
kelengkapanbangunandaninterior(Prudon,2008:30).
Makna. Arsitektur adalah suatu bentuk pengungkapan perasaan, yang disampaikan
melaluidesain(Gorman,1998:89).Bangunanhendaknyatakhanyaterlihatbaikdan
berfungsi baik, tapi juga berkomunikasi baik (Ruskin dalam Capon,1999:107).
Makna suatu bangunan diperoleh melalui interpretasi seni/sejarah, dan makna
simbolik bangunan dapat berupa: (1) Simbolik pemilik/ organisasi. (2) Simbolik
budaya/gayahidup(3)Simbolikuntuktujuantertentu(Capon,1999:120).Simboldapat
berlaku hanya untuk sekelompok orang/masyarakat. Makna (arti pesan yang
ditampilkan)dapattentangfungsinyaatautentangsusunanelemenbentuknya(Salura,
2010:83). Bentuk simetrismemusat mengekspresikan simbol kekuasaan (Sachari,
2007:161). Tampilan dapat mengekspresikan suatu keinginan/emosi. Ekspresi
merupakan fungsi dari bentuk bangunan sedangkan makna sebagai pengganti
komunikasi isinya. Penekanan ekspresi dapat pada fungsi, struktur, kegunaan, atau
budayaperiodetertentu.
Penerapanelemenarsitekturpadaobjekstudiadalah:

Bentuk mengacu pada bangunan dan tempat/lingkungannya. Bangunan


berupaselubungbangunan,tataruang,struktur,elemendekoratif,ornamen.
Tempat/lingkunganialahruangluarterkait.
Fungsi, mengacu kepada peran/kegunaan bangunan, berupa fungsi fisik
(kenyamananruang,termal/audial/visual),fungsisimbol(tandadariaktivitas
yangdiwadahinya).
Makna, dapat berupa spirit zaman kolonialisme baru, simbolik budaya
Eropa/daerahdiNusantaraataumaknatentangfungsi/susunanbentuk.

TeoriPelestarian
Secara umum, pelestarian ialah perbuatan menjadikan sesuatu tetap tak
berubah (Poerwadarminta, 2003:698). Pelestarian ialah proses memiliki kembali
keutuhan suatu objek yang masih ada (Murtagh,1988:16), atau seluruh proses
memahami dan menjaga suatu tempat untuk mempertahankan nilainilai budayanya
(Piagam Burra,1999; Orbasli,2008:38) . Proses tersebut termasuk perawatan dan,
tergantung keadaan, mencakup preservasi, restorasi, rehabilitasi, adaptasi atau

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

kombinasinya. Pendapat lain, pelestarian adalah upaya untuk mempertahankan dan


melindungibangunanbersejarah,untukmemahamimasalaludanmemperkayamasa
kini, sehingga bermanfaat bagi perkembangan kota dan generasi masa datang
(Antariksa,2010).Untukpenelitianini,pengertianpelestarianyangdigunakanadalah:
Upaya memahami, mempertahankan dan melindungi suatu tempat
(bangunan/lingkungan) bersejarahyang masih ada, agarmaknakulturalnyabertahan.
Pelaksanaannya dengan cara perawatan, disertai tindakan pelestarian yang sesuai,
seperti:preservasi,restorasi,rehabilitasi,adaptasi,ataukombinasinya.
PendekatanPelestarian

Studi pelestarian arsitektur ini menggunakan pendekatan arsitektural dan


makna kultural. Pendekatan arsitektural untuk mengkatagorikan elemenelemen
arsitektur objek studi sebagai Fungsibentukmakna, berdasarkan teori Capon. Lalu
tiapelemenarsitekturiniakandiungkapMaknaKulturalnya(berupaNilainilaiterkait),
yangakandipertahankansemaksimalnya.NilaiArsitekturaldanKekriyaanpadaelemen
Bentuk, nilai Keteknikan dan Kelokalan pada elemen Fungsi, nilai Sejarah dan Simbol
pada elemen Makna (Orbasli,2008; Feilden:2003; SidhartaBudihardjo,1989). Peran
pelestarian adalah mempertahankan nilainilai tersebut dan mempertinggi nilai yang
cocok (Orbasli,2008:38). Tindakan pelestarian ditetapkan berdasarkan kondisi fisik
elemenelemen arsitektur di atas serta tuntutan masa kini, dalam mempertahankan
nilainilainya.
PrinsipPelestarian

Prinsippelestarianyangjadipegangandalamstudiiniadalah:(Orbasli,2008:51
dan SidhartaBudihardjo, 1989:14): 1.Keutuhan, meliputi bentuk, material, struktur,
estetika, konteks/suasana. 2.Keaslian, terkait dengan bentuk, material, teknik/tradisi
konstruksi, tempat, konteks, lingkungan dan fungsi. Perubahan yang dapat merusak
keaslian harus dihindari. 3. Keamanan, terkait tindakan pelestarian harus bisa
menjamin keamanan dan pemeliharaannya di masa datang. 4. Intervensi fisik, harus
diupayakan sedikit mungkin agar tidak mengubah bukti sejarah, demi penghargaan
pada keadaan semula. 5. Bukti sejarah tidak boleh dipalsukan, sehingga penggantian
bagianyanghilangharusharmonisdenganbagianyanglama,tapimudahdibedakan.
TindakanPelestarian

Tindakanpelestariandiperlukanuntukmempertahankanmaknakulturalsuatu
objek/bangunan berdasarkan kondisi fisiknya, penyebab kerusakannya dan kondisi
baru yang diinginkan (Feilden,2003:8) serta dipengaruhi oleh kondisi lapangan,
anggaran, penaikan mutu yang disyaratkan (Orbasli,2008). Untuk studi pelestarian
gerejaKatedralBandung,makajenistindakanpelestarianyangdigunakanialah:

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

(1) Preservasi, yaitu mempertahankan bangunan pada bentuk dan kondisi yang ada
(Feilden, 2003:9; Orbasli: 2008:47) dan mencegah/ memperlambat penurunan mutu
(Rodwell, 2007:8) tanpa ada perubahan (SidhartaBidihardjo,1989). Upaya mencegah
penurunan mutu dapat berupa: a). Pengendalian lingkungan, agar perantara
penurunan mutu bangunan tidak berubah menjadi aktif (Feilden,2003:9) dan
memperlambat proses kerusakan (Orbasli,2008:47). Bentuknya dapat berupa
pengaturan pertumbuhan vegetasi, buangan drainase, keamanan vandalisme. b).
Penguatanelemenbangunan(struktural,pengisi,penutup)untukmenjaminketahanan
dan keutuh an strukturnya (Feilden,2003:9) dan menghentikan penurunan
kekuatan/ketidakstabilanstruktural(Orbasli,2008:47).
(2) Adaptasi, ialah perubahan tidak drastis pada bangunan untuk suatu kegunaan
(SidhartaBudiharjo,1989:11).
AspekStrukturaldanMaterialBangunanTua

Bangunan tua umumnya memiliki cadangan kekuatan namun tidak merata,


sehingga beberapa bagian bangunan relatif lebih kuat atau lemah dari lainnya
(Feilden,2003:25). Maka penelitian kekuatan bangunan perlu mempertimbangkan: 1)
bentuk keseluruhan struktur bangunan. 2) seluruh elemen struktural dan lapisan
dibawahbangunan.3)materialbangunan.

Penyebab penurunan kekuatan bangunan tua umumnya ialah gaya berat,


tindakanmanusia,perantaraalamdanlingkungan.Tindakanmanusiaumumnyaberu
papengabaianataukekurangtahuanyangberakibatpadakerusakan,vandalismeatau
kebakaran.Perantaraalam,berupapanassinarmatahari,temperaturudara,hujandan
angin. Perubahan temperatur dan kelembaban dapat mengakibatkan pemuaian dan
penyusutan, yang jika tertahan menghasilkan tegangantegangan yang cukup besar
(Feilden, 2003; Schodek,1999). Perantara lingkungan berupa getaran lalu lintas akan
berdampakjangkapanjang,walaupunbebannyatermasukkecil(Feilden,2003).

Metode

Studiinimerupakanpemahamansecaradeskripsipadafenomenapelestarian
bangunangerejaKatedraldiKotaBandungterhadaptuntutanarsitekturalmasakini.
KarenaitustudiinidapatdigolongkansebagaiPenelitianKualitatif.Permasalahanyang
distudi bersifat mendasar terkait Elemenelemen Arsitektur gereja dan Makna
Kultural yang terkandung. Untuk maksud ini dibutuhkan Metode Kualitatif, berupa
pengamatan, wawancara, telaah dokumen, dan menghasilkan data deskriptif.
Tahapannya ialah: 1. Membaca elemen arsitektur Fungsibentukmakna pada objek
studi. 2. Mengungkap Makna Kultural objek serta wujudnya. 3. Menetapkan elemen

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

objek yang patut dilestarikan. 4. Menetapkan cara/tindakan pelelestariannya. 5.


Evaluasitindakanpelestarianyangtelahdijalankan.

ElemenArsitekturFungsibentukmakna

Wujud elemen arsitektur fungsibentukmakna gereja Katedral Bandung


adalahsebagaiberikut:
1. Aspek Fungsi berupa fungsi fisik dan fungsi simbol. Fungsi fisik ialah peran
bangunanmenyediakankenyamananfisikuntukakivitasyangdiwadahi,meliputi:1).
Kenyamanan ruang (luas dan bentuk ruang terhadap kebutuhan). 2). Kenyamanan
termal, faktornya: (a) Suhu nyaman, yaitu 25C27C. (b) Kelembaban udara relatif,
areanyaman40%70%.(c)Bebasradiasisinarmatahari,karenadiserap/dipantulkan
bangunan. (d) Pergerakan udara, area nyaman 0,250,5 meter/detik. 3). Kenyamanan
Visual, terkait teratasinya masalah silau. 4). Kenyamanan Audial, terkait teratasinya
gangguanbunyisecaraAktif(padasumberbunyi)dan/atausecaraPasif(sistemakustik
ruangan). Fungsi simbol ialah peran bangunan sebagai tanda dari aktivitas yang
diwadahinyaatautempatnya.
2.AspekBentukberupa:1).Bangunan(selubung,tataruang,strukturbangunan).2).
Ruangluar(tapak,lingkungan.3).Elemendekoratif,ornamnen.Estetikabentukdibaca
melalui asasasas kesatuan, keseimbangan, keragaman, tema/variasi tema, evolusi,
hirarki.
3.AspekMaknamengacukegayaarsitekturNeoGotikyangtelahberadaptasidengan
iklimlokal,danpadamaknasimbolikspiritual.

MaknaKultural

Nilainilai makna kultural yang diungkap dari gereja Katedral perlu terkait
dengan elemen arsitekturnya Bentukfungsimakna dari teori Capon, yaitu: aspek
bentuk berupa Nilai Arsitektural dan Kekriyaan, aspekFungsi berupaNilai Keteknikan
danKelokalan,aspekMaknaberupanilaiSejarahdanSimbolikbangunan.Kaitannilai
nilai tersebut dengan elemen bangunan gereja ialah: 1. Nilai Arsitektural, terkait
selubungbangunan, tata ruang, struktur. 2. Nilai Kekriyaan,terkait elemen dekoratif
dan ornamen. 3. Nilai Keteknikan, terkait teknik konstruksi dan kenyaman fisik.
4. Nilai Kelokalan, terkait konteks lokal (tempat, iklim, tardisi arsitektur). 5. Nilai
Sejarah,terkaitperangerejakatolikdalamsejarah.6.NilaiSimbolik,terkaitbangunan
sebagaisimbolbudayaatauaktifitasyangdiwadahi.

HasilAnalisa

Gereja Katedral Santo Petrus Bandung dibangun tahun 1921, dan diberkati
tahun 1922 oleh Mgr. Luypen, adalah gereja katolik tertua di Kota Bandung,
menggantikan gereja St. Franciscus Regis (berdiri tahun 1895) yang kemudian

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

difungsikanuntukgedungperkumpulansosialKatolik.Gayaarsitekturnyaadalahgaya
Neogotik, lengkapdengan Jendela mawar (rose window) dan jendelajendela lukisan
kacapatribertemaketuhanan.

BentukfungsimaknaArsitektur

Berfasar pengamatan lapangan, wujud elemen arsitektur Bentukfungsi


maknapadagerejaKatedralBandungadalahsebagaiberikut:
Bentuk. Wujudnya pada Gambar 1: 1. Selubung bangunan gaya arsitektur NeoGotik:
proporsiskalabangunanyangtinggibesar,atapcuram,susunanjendelapolalengkung
Gotik dan jendela mawar untuk penerangan alami; pintu entrance besarberpola,
bertampilanmegah,sakral,indah.2.Tataruangbertema/bentuksalib,plafonbertema
gotik (pointed arch), susunan jendela kaca pola Gotik di kirikanan atas ruang umat,
membentuk keindahan, kenyamanan dan suasana spiritual. 3. Jendela lukisan kaca
patri bertema ketuhanan dibelakang altar, plafon lambrisering kayu pola Gotik, pintu
utamakayujatiberpolakotakkotakdibuatamatindahcermat.

RuangUmat,plafonbentukGotik,jen

delaataskirikanan,kacapatrialtar

PintuUtama(barat),
lantaiMezzanine

Bentuk 3 Dimensi,

strukturbangunan

Denahgereja
Detilbentuk
berbentukSalib
plafonGotik

Gambar 1. Bentuk Banguan: Selubungan dalam 3 dimensi, Ruang Umatplafon Gotik


jendelaataskirikananaltar,detilplafon,pintuutamalantaimezzanine

Fungsi. Wujudnya (Gambar 1): 1. Konstruksi dinding pemikul pasangan bata sebagai
selubung, struktur utama serta penyerap bising dan lembab. 2. Konstruksi plafon
lambrisering kayu berbentuk busur Gotik berperan sebagai elemen akustik dan

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

keindahan. 3. Jendelajendela kirikanan ruang umat dan jendela mawar sebagai


sumberpeneranganalamidanelemenestetikbertemaGotik.4.Menaraloncengdan
ornamensalibuntuksimbolspiritualkatolik.
Makna. Wujudnya berupa: 1. Bangunan berproporsi tinggi atap curam, menara
lonceng, lambang salib merupakan elemenelemen bermakna spiritual, yang kini
terganggudenganadanyabangunantinggibesardipersilsebelah(padaGambar2dan
Gambar3).2.Selubungbangunan
Gotikbermaknasejarah(arsitekturGotik).

Gambar 2. Lingkungan gereja semula (kiri)


dan kini (kanan).

Gambar 3. Situasi Gereja Katedral dan Bangunan


tinggi di sebelahnya (sumber : google earth. )

MaknaKultural.

Pembahasan nilainilai makna kultural diberikan berurutan sesuai aspek


bentuk, fungsi dan makna. Nilai Arsitektural: 1. Selubung bangunan: Tema NeoGotik
tampak jelas dan indah dari proporsiskala bangunan, susunan jendela pola lengkung
Gotik (Gambar 4). 2. Tata ruang bertema salibGotik, susunan jendela kaca di kiri
kanan ruang umat, membentuk keindahan dan suasana spiritual yang baik, pada
Gambar4.NilaiKekriyaan(craftmanship)dapatdilihatpadajendelalukisankacapatri
bertema ketuhanan yang indah dan akurat; plafon lambrisering kayu pola bentuk
Gotikyangamatindahcermat,padaGambar4.

Nilai Keteknikan: 1). Konstruksi plafon papan kayu jati bentuk Gotik. 2).
Akustik ruangan yang baik (tidak bergema, bising dari luar tak terdengar). 3).
Kenyamanan termal alami sistem ventilasi silang. 4). Kenyamanan visual penerangan
alamimelaluideretanjendelabesarpolaGotikkirikananruangumatdandibelakang
altar(Gambar4).Nilai Kelokalan berupa adaptasi bangunan terhadap iklim setempat
melalui ventilasi alami dan penerangan alami, sedangkan bentukbentuk arsitektur
lokaltakterasa.

Nilai Sejarah berupa gereja tertua yang masih aktif dengan wujud gaya
arsitekturNeoGotikpadaselubungbangunanmaupunruangdalamnya.NilaiSimbolik

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

diwujudkanmelaluibentukbangunanyangtinggi,menaraloncengdanornamensalib
padapuncakmenaradanatapentranceutama,padaGambar4.
Dapat disimpulkan bahwa makna kultural terletak pada nilainilai Arsitektural,
Kekriyaan, Keteknikan dan Simbolik. Nilai Sejarah pada gaya arsitektur NeoGotik,
sedangkannilaiKelokalankurangberperan.

Keterangan:
1. PintuBarat
2. NarthexSerambiKatedral:
A.Baptiserium
B.Ruangtanggamenara
Lonceng
C.KapelMaria
3. NaveRuangUmat
4. KamarPengakuan

5. TranseptUtara
6. PintuUtara
7. TranseptSelatan
8. PintuSelatan
9. Apse,untukPantiImam

Gambar4.Bentukbangunan.Kiriatas:bentukselubung3dimensi,deretanjendelabentuk

gotik,entranceutamasamping,menaralonceng.Kiribawah:Denahlantai,tataruangdan

keterangan ruang di kanan nya. Kanan atas: ruang umat, altarjen dela kacapatri, plafon

polaNeogotik.Tengahatas:jendelakacapatribertemaketuhanandibelakangaltar.Kanan

tengahbawah:pintuutama.Kananbawah:puncakmenaraloncengdanjendelamawar.

Berdasarkanuraiandiatas,makaelemenbangunanyangperludipertahankan
antara lain: selubung bangunan (atap, dinding fasad,jendelajendela kaca, lubang
ventilasi),menaralonceng,entrance,ruangdalamplafonbertemaGotik.

TindakanPelestarian

Berdasarkan studi lapangan, kondisi bangunan gereja masih utuh, asli dan
kokoh. Kerusakan kecil terjadi pada dinding luar berupa retakretak plester, cat
terkelupas, kerakkerak/kotoran. Jendela kaca samping tampak kotor, tapi jendela
belakangaltarrelatiflebihbersih.Padatalangatapadayangtelahditumbuhitanaman,

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

ada pula yang telah berkarat. Penurunan mutu tersebut relatif ringan. Penyebab
kerusakan antara lain: 1. Kurangnya perawatan. 2. Faktor lingkungan: polusi asap
getaran kendaraan, debu, hujan angin uap lembab, tumbuhan liar. Maka tindakan
pelestarianyangdianggapcocokadalahPreservasi,yaitumempertahankanbangunan
padabentukaslinyadanmencegahkerusakantanpaadaperubahan,berupa:
a). Penanaman dan pengaturan pertumbuhan pohon penyerap polusi dan peneduh
besar berdaun jarum (cemara angin/bulan) untuk peneduh bangunan dan halaman.
Salurandrainaseperluperawatanrutin.

b). Perbaikanpenguatan dinding luar yang retak dan lapisan finishingnya untuk
menjaminketahanandankeutuhan.

c).Perawatanrutinperludilakukan,denganperiodesesuaikebutuhan(perbikanretak
dan pengecatan dinding, penecatan pintu utama dengan cat transparan (lasur,
polyurethane)danplafondenganlasur.

d). Penanaman pohonpohon pinus/cemara daun jarum (bentuk meruncingtinggi)


pada batas sisi Selatan persil gereja, untuk memperbesar pengaruh bentuk menara
gereja pada lingkungan alam demi menjaga kesakralan bentuk gereja (pengaruh
bangunantinggibesardipersilsebelahdiperkecil).

Kesimpulan

Bangunan gereja Katedral Bandung adalah bangunan Cagar Budaya yang


memiliki Makna Kultural amat baik dan letaknya strategis di Kota Bandung. Elemen
arsitekturnya ialah: 1). Aspek bentuk: Selubung bangunan megah, sakral, indah; Tata
ruang bertema/bentuk salibgotik yang indah, nyaman dan sakral. 2). Aspek fungsi:
Dinding selubung berfungsi struktur utama dan penyerap bising/lembab; Plafon gaya
Gotikberperansebagaielemenakustikdankeindahan;Jendelajendelasebagaisumber
peneranganalamidanelemenestetiktemaGotik;Menaraloncengdanornamensalib
sebagai simbol spiritual. 3). Aspek makna: Bangunan berproporsi tinggi, menara lon
ceng, lambang salib merupakan elemenelemen bermakna spiritual (kini tergannggu
dengan adanya bangunan tinggibesar di persil sebelah); Selubung bangunan Gotik
bermaknasejarah(arsitekturGotik).Maknakulturalgerejainiterletakpadanilainilai
Arsitektural, Kekriyaan, Keteknikan dan Simbolik. Nilai Sejarah pada gaya arsitektur
NeoGotik, sedangkan nilai Kelokalan kurang berperan. Elemenelemen arsitektur
tersebutmasihutuh,aslidankokoh,hanyaadakerusakankecil,kotor,lembab,berka
rat.MakatindakanpelestariannyaadalahPreservasi,yaitumempertahankanbangunan
danmencegahkerusakantanpaperubahan,melaluiperawatanrutindanpengendalian
lingkunganberupatanamanpenyerappolusidanpeneduhberdaunjarum.

Seminar Nasional Dies Jurusan Arsitektur Universitas Kristen Petra


4-5 Mei 2012

Towards Emphatic Architecture


Menuju Arsitektur yang Berempati

DaftarPustaka
Antariksa (2010), Pendekatan DeskriptifEksploratif dalam Pelestarian Arsitektur
BangunanKolonialdi
Kawasan Pecinan Kota Pasuruan, proseding Seminar
NasionalMetodeRisetdalamArsitektur, UdayanaUniversityPress,Denpasar.
Capon,DavidSmith(1999),LeCorbusiersLegacy,JohnWilley&SonsLtd,BaffinsLane,
Chichester,WestSussex.
Ching,FDK.(1979),Form,SpaceandOrder,
Danisworo, Mohammad (1999), Kesinambungan dan Perubahan dalam Konservasi
Kota,dalam
Monumen dan Situs Indonesia, ICOMOS Scientific Publication,
Bandung.
Feilden,BernardM.(1994),ConservationofHistoricBuildings,ButterworthHeinemann
Ltd.,Oxford.
Handinoto (2010), Arsitektur dan Kotakota di Jawa pada masa Kolonial, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Leach,Neil(1997),RethinkingArchitecture,Routledge,London.
Kusno, Abidin (2009), Gaya Imperium yang Hidup Kembali Setelah Mati, dalam Masa
LaludalamMasaKiniArsitekturIndonesia,PT.GramediaPustakaUtama,Jakarta.
Mangunwijaya, YB (1981), Pasalpasal Penghantar Fisika Bangunan, PT. Gramedia,
Jakarta.
Moleong(2010),MetodologiPenelitianKualitatif,PT.RemajaRosdakaarya,Bandung.
Murtagh, William J. (1988), Keeping Time, the history and theory of preservation in
America,TheMainStreetPress,Pittstown.
Orbasli,Aylin(2008),ArchitecturalConservation,BlackwellScienceLtd.,Oxford
Passchier,C.(2009),ArsitekturKolonialdiIndonesia,dalamMasaLaludalamMasaKini
ArsitekturIndonesia,PT.GramediaPustakaUtama,Jakarta.
Poerwadarminta, WJS. (2003), Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Balai
Pustaka,Jakarta.
Prudon,TheodoreHM.(2008),PreservationofModernArchitecture,JohnWiley&Son,
Inc.,NewJersey.
PiagamBurra,1999.
Riawanti,Selly(2003),MetodaKualitatifdalamIlmuilmuSosial,JurusanAntropologi,
FISIP,UNPAD.
Rodwell, Dennis (2007), Conservation and Sustainability in Historic Cities, Blackwell
PublishingLtd., Oxford.
Salura,P.(2010),ArsitekturyangMembodohkan,CSSPublishing,Bandung.
Sachari,Agus(2001),WacanaTransformasiBudaya,PenerbitITB,Bandung.
Schodek,Daniel(1999),Structures,
Schulz,CN.(1997),IntentionsinArchitecture,MITPress,Cambrigde.
Sidharta; Budihardjo, Eko (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno
BersejarahdiSurakarta, GajahMadaUniversityPress,Yogyakarta.
Soekiman,Djoko(2000),KebudayaanIndisdanGayaHidupMasyarakatPendukungnya
diJawa,YayasanBentangBudaya,Yogyakarta
Winarwan, A.; Widodo J. (2002), Ziarah ArsitekturKatedral St. Petrus Bandung,
Architecture&Communication,Bandung.

Anda mungkin juga menyukai