Anda di halaman 1dari 8

PENILAIAN APGAR SKOR

Diposkan oleh Rizki Kurniadi


A

SKOR
Warna kulit

0
Pucat

1
Tbh

2
Seluruh

merah/Ekstermita

kemerah-

s biru

merahan

tubuh

Frekuensi jantung

Tdk ada

Dibawah 100 x

Di atas 100 x

Reaksi thdp rangsangan

Tdk ada

Sedikit gerakan

Menangis/batuk
dan bersin

Aktifitas

Lumpuh

Sedikit gerakan

Gerakan aktif

Respirasi/pernafasan

Tdk ada

Lemah tdk teratur

Menangis kuat

A.PENGERTIAN
Terisapnya cairan amnion yang tercemar mekonium ke dalam paru yang dapat terjadi pada saat
intra uterin, persalinan dan kelahiran.
B. ETIOLOGI
-

Riwayat

persalinan

Riwayat
Riwayat

kesulitan

janin
persalinan,

riwayat

postmatur
tumbuh

gawat

- Riwayat persalinan dengan air ketuban bercampur mekonium

janin,

lambat
asfiksia

berat

1. Definisi:
Asfiksia neonatorum adalah kadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia jnin dalam iterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan factor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah
lahir.
2. Penyebab:
Asfiksia neoatorum disebabkan oleh beberapa factor, yaitu:
Etiologi dan faktor predisposisi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas
serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam menghilangkan CO2.
Gangguan ini dapat barlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama
kehamilan, atau secara mendadk karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan. Gangguan
menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia,
hipertensi, penyakit jantug, dll. Hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan antenatal
secara sempurna.
Faktor-faktor dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir selalu mengakibatkan
anoksia atau hpoksia janin dan berakhir dengan asfiksia. Factor-faktor yang mendadak ini terdiri
atas:
Faktor dari pihak janin
a)
b)

Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat.

Depresi pernafasan karena obat-obat anastesia/analgetika yang diberikan kepada

ibu,

perdarahan intracranial dan kelainan bawaan.


c)

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat
ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar
janin dan jalan lahir dan lain-lain.
1. Faktor dari pihak ibu
a)

Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani uterus akibat penyakit atau obat.

b)

Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan. Missal pada plasenta previa.

d)

Hipertensi pada eklamsia.

e)

Gangguan mendadak pada plasenta. Misal, solusio plasenta, perdarahan plasenta.

2. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
1.

Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.

2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental pada
bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lainlain.

Gangguan homeostatis
Perubahan pertukaran gas dan traspor oksigen selama kehamilan dan persalinan akan
mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan fungsi
sel. Gangguan fungsi ini dapat ringan serta sementaa atau menetap, tergantung dari perubahan
homeostatis yang terdapat pada janin. Perubahan homeostatis ini berhubungan erat dengan
beratnya dan lamanya anoksia dan hipoksia yang diderita.
1. Patofisiologis
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transien).Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2
selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan
dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping)
yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini
tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada
tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Pada tingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya

sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik
akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan
kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan
tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam
tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian
atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.
Tanda dan gejala:
Dapat diketahui melalui APGAR score.
a)

Pernafasan lemah atau tidak teratur

b)

Frekuensi nadi lemah. <100

c)

Warna kulit pucat, atau kebiruan pada ekstremitas.

d)

Gerakan kurang aktif atau lemas.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada asfiksia:


1. Menurunnya tekanan O2 arterial.
2. Meningkatnya tekanan CO2
3. turunnya pH darah.
4. dipakainya simpanan glikogen tubuh untuk metabolism anaerobic.
5. Terjadinya perubahan fungsi system kardiovaskuler.

1. Komplikasi:
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Misalnya dapat terjadi gangguan pada otak, kerja jantung dan kematian.

2. Penatalaksanaan

Dilakukan resusitasi. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna, prinsip dasar yang perlu diingat
adalah:
a)

Menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi dan mengusahakan tetap benasnya

jalan

nafas
b)

Membeikan bantuan pernapasan secara aktif kepada bayi dengan usaha pernapasan buatan.
c)

Memperbaiki asidosis yang terjadi.

d)

Menjaga agar peredaran darah tetap baik.

Tindakan-tindakan yang dilakukan pada bayi dapat dibagi dalam 2 golongan:


3.

Tindakan umum

Dikerjakan pada setiap bayi tanpa melihat nilai APGAR. Segera setelah bayi lahir, usahakan agar
bayi mendapatkan pemanasan yang baik untuk mencegah hilangnya panas dari tubuh. Dapat
digunakan sinar lampu untuk pemanasan luar. Diberi suntikan vitamin K pada bayi-bayi
tertentu.ayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan penghisapan saluran pernapasan bagian
atas segera dilakukan dengan hati-hati. Bila bayi belum memperlihatkan usaha bernafas,
rangsangan terhadapnya harus segera dilakuka. Hal ini dapat berupa rangsangan nyeri dengan
memukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles, atau d
4.

Tindakan khusus

Prosedur yang dilakukan disesuaikan dengan berat asfiksia yang timbul pada bayi, yang
dinyatakan oleh tinggi rendahnya nilai APGAR.
1. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )
Resuitasi aktif dalam keadaan ini harus segera dilakukan. Langkah utama ialah memperaiki
entilasi paru-paru dengan memberikan O2 secarac tekanan langsung dan berulang-ulang. Secara
ideal napas buatan harus dilkukan terlebih dahulu memasang manometer. Selanjutnya untuk
memperoleh tekanan positif yang lebih aman dan efektif, dapat digunakan dengan pompa
resusitasi.
Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai dengan asidosis yang membutuhkan tindakan
segera.Karena itu, bikarbonus natrikus 7,5 % harus segera diberikan dengan dosis 2-4ml/kg BB.
Di samping itu,glukosa 40% diberikan pula dengan dosis 1-2ml/BB. Obat-obat ini harus
diberikan secara hati-hati.
Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan frekuensi jantung menurun
( kurang dari 100 permenit) maka pemberian obat-obat lain sebaiknya segera dilakukan. Massage

jantung dikerjakan dengan melakukan dengan penekann di atas tulang dada secara teratur 80100 kali permenit. Tindakan ini dilakukan berselingan dengan napas buatan, yaitu setip kali
message jantung diikuti dengan 1kali napas buatan. Hal ini bertujuan untuk bertujuan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi pneumothoraks.
Bila tindakan-tindakan di atas tidak memberikan hasil yang diharapkan, keadaan bayi harus
dinilai lagi karena hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang
belum diperbaiki seara semestinya, adanya ganggan organic seperti hernia diafragmatika, atresia
atau stenosis jalan napas, dan lain-lain.
2. Asfiksia ringan-sedang (nilai APGAR 4-6)
Di sini dapat dicoba melakukan rangsangan untuk menimbulkan reflex pernapasan. Hal ini
dapat dikerjakan selama 30-60 menit setelah penilaian APGAR 1 menit. Bila dalam waktu
tersebut pernapasan buatan harus segera dimulai. Pernapasan aktif yang sederhana sapat
dilakukan seara pernapasan kodok (frog breathing). Ara in I dikerjakan dengan memasukkan
pipa ke dalam hidung, dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter dalam 1 menit. Agar saluran
napas bebas, bayi diletakkan dengan kepala dalam dorsofleksi. Secara teratur dilakukan gerakan
membka dan menutup lubang hidung dan mulut dengan disertai dengan menggerakan dagu ke
atas dank e bawah dalam frekuensi 20kali semenit. Tindakan ini dilakukan dengan
memperhatikan gerakan dinding thorak dan abdomen. Pernapasan ini dihentikan bila setelah 1-2
menit tidak juga dicapai hasil yang diharapkan, dan segera dilakukan pernapasan buatan dengan
tekanan positif secara tidak langsung. Pernapasan ini dapat dilakukan dahulu dengan pernapasan
dari mulut ke mulut.
Penilaian pada menit pertama : dengan apgar skor nilai 5
A

SKOR
Warna kulit

1
Tbh
merah/Ekstermita
s biru

Frekuensi jantung

90 x/mnt

Reaksi thdp rangsangan

Sedikit gerakan

Aktifitas

Sedikit gerakan

R Respirasi/pernafasan
Lemah tdk teratur
Penilaian pada menit ke dua : dengan apgar skor nilai : 8
A

SKOR
Warna kulit

2
Seluruh

tubuh

kemerahmerahan
P

Frekuensi jantung

130 x/mnt

Reaksi thdp rangsangan

Menangis/batuk
dan bersin

Aktifitas
Menangis kuat

R Respirasi/pernafasan
Keadaan ibu:
Vital sing : TD : 110/70 mmhg, ND: 76X/mnt, SH:37,7, RR:21X/mnt
G1P0A0 DKP His positip,blood slem+,ketuban+folume sedikit warna hijau,bayi lahir tdk
menangis langsung dan saluran pernafasan masih banyak slem(cairan ketuban yg terminum)
umur ibu 22 thn
Keadaan anak:
Nama

: BY. MURTINI

Umur

: 0 hari

Alamat

: Kuala mulia

Jenis kelamin : Perempuan


*.Bayi lahir tdk lang sung menangis
*. BB Lahir 2600 gm
*. Panjang 49 cm
*. 110 X/mnt ( 2 )
*. Suhu 36 derajat selsius

*.Bayi lahir dengan tindakan sectio sesaria


*.Warna kulit dan ujung-2 extermitas pucat mengarah biru ( 1 )
*.pergeraka kurang aktif ( 1 )
*.Tonus otot sedang ( 1 )
*.Peka terhadap rangsangan meringis ( 1 )
*.Keadaan bayi d engan asfiksia sedang
*.Tindakan yg dilakukan resusitasi dan pembersihan jalan nafas serta pemberian O2 2 Lt/mnt

Anda mungkin juga menyukai