Anda di halaman 1dari 57

Universitas Andalas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Banyak jenis dan prinsip pendinginan yang kita ketahui dan pelajari dalam

perkuliahan, salah satunya adalah mesin pendingin kompresi uap. Pada praktikum
kali ini kita akan membandingkan hasil teori yang telah dipelajari dengan hasil
actual yang akan didapatkan selama percobaan sehingga kita bisa memahami
labih lanjut tentang mesin pendingin kompresi uap.
Pada daur kompresi uap dimana uap ditekan kemudian diembunkan
menjadi cairan, lalu tekanan diturunkan agar cairan tersebut menguap kembali.
Dalam kehidupan masyarakat saat ini, banyak contoh pemanfaatan dari mesin
kompresi uap. Dalam hal ini dijelaskan secara umum aplikasi dari mesin
pemdingin kompresi uap yaitu alat penukar kalor. Yang dimaksud alat penukar
kalor yaitu suatu alat yang dapat digunakan untuk mengubah temperatur disekitar
sistem. Contoh alat penukar kalor yaitu:

Kondensor : pengembunan

Evaporator : penguapoan

Boiler : pendidihan

Reheater : pemanasan kembali


Dalam suatu sistem dapat terjadi perpindahan panas akibat adanya

perubahan temperatur fluida yang berada di dalam sistem dengan fluida yang ada
di luar siatem.
Daur kompresi uap ada beberapa langkah diantaranya:

Proses kompresi

Kondensasi

Ekspansi

Evaporasi

Mesin Pendingin Kompresi


1Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

1.2.

Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan memperoleh karakteristik mesin pendingin kompresi
uap.
2. Mengetahui dan memahami tentang prinsip prinsip teknik pendingin.

1.3.

Manfaat
Setelah dilakukan praktikum dan pengolahan data, diharapkan praktikan

lebih memahami prinsip dari mesin pendingin kompresi uap dan dapat
menerapkan serta mengetahui aplikasi alat ini di lapangan.

BAB II
Mesin Pendingin Kompresi
2Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Teori Dasar
2.1.1 Pengertian Refrigerasi
Refrigerasi adalah metode pengkondisian temperatur ruangan agar tetap

berada di bawah temperatur lingkungan. Atau dengan kata lain refrigerasi


merupakan perpindahan panas dari temperatur rendah ke temperatur tinggi.
Pengkondisian udara adalah mengatur temperatur udara suatu sistem sesuai
dengan yang kita inginkan. Metode pendinginan (refrigerasi) ini biasanya
menggunakan bantuan refrigeran, dimana refrigeran bertindak sebagai media
penyerap dan pemindah panas dengan cara merubah fasanya. Refrigeran adalah
suatu zat yang mudah berubah fasanya dari cair menjadi uap dan sebaliknya
apabila kondisi tekanan dan temperaturnya diubah. Beda antara refrigerasi
dengan pengkondisian udara yaitu refrigerasi hanya bisa mendinginkan
temperatur ruangan, sedangkan pengkondisian udara bisa memanaskan atau
mendinginkan temperatur ruangan.
2.1.2

Refrigerant dan syaratnya

Refrigeran adalah suatu zat yang mudah berubah fasanya dari cair menjadi
uap dan sebaliknya apabila kondisi tekanan dan temperaturnya diubah. Fluida
yang akan dijadikan sebagai rerigeran harus memiliki syarat-syarat berikut :

Tekanan Penguapan Harus Tinggi


Sebaiknya refrigeran memiliki temperatur pada tekanan yang lebih
tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum
pada evaporator dan terjadinya turunnya effisiensi volumetrik
karena naiknya perbandingan kompresi

Tekanan pengembunan tidak terlalu tinggi


Apabila

tekanan

pengembunannya

terlalu

rendah

maka

perbandingan kompresinya akan menjadi lebih rendah. Sehingga


penurunan prestasi kondensor dapat dihindarkan. Selain itu,
dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih
Mesin Pendingin Kompresi
3Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

aman karena kemungkinan terjadinya kebocoran , kerusakan,


ledakan dan ebagainya menjadi lebih kecil.

Kalor laten penguapan harus tinggi


Refrigeran yang memiliki kalor laten penguapan yang tinggi lebih
menguntungkan, karena untuk kapasitas refrigerasi yang sama ,
jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih kecil

Volume spesifik yang cukup kecil


Refrigeran dengan kalor laten penguapan yang besar dan volume
spesifik

gas

yang

kecil

(berat

jenis

yang

besar)

akan

memungkinkan penggunaan kompresor dengan volume langkah


torak yang lebih kecil

Konduktifitas thermal yang tinggi


Konduktifitas

thermal

sangat

penting

sehubungan

dengan

penentuan karakteristik perpindahan panas

Viskositas rendah baik dalam cair ataupun uap


Dengan

turunnya

aliran

refrigeran

dalam

pipa,

kerugian

tekanannya akan berkurang

Konstanta dielektrika yang kecil, hambatan listrik yang besar, tidak


menyebabkan korosi pada material isolator

Stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai


Sehingga tidak terjadi korosi yang akan mengakibatkan kerugian

Tidak beracun
Apabila terjadi kebocoran, diharapkan agar tidak membahayakan
kelangsungan hidup dari makhluk hidup disekitarnya

Tidak mudah terbakar

Mesin Pendingin Kompresi


4Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Refrigeran akan bekerja pada tekanan yang tinggi, sehingga


dibutuhkan refrigeran yang memiliki flash point yang tinggi

Tidak merusak ozon


Apabila terjadi kebocoran diharapkan tidak mencemari lingkungan

Tidak berwarna
Apabila berwarna maka akan mengakibatkan kerugian. Karena
warna terrsebut akan mengakibatkan reaksi kimia dengan material
peralatan yang dipakai

Refrigeran merupakan sebuah persenyawaan yang digunakan pada siklus


panas yang mengalami perubahan fasa dari cair ke uap atau sebaliknya.
Penggunaan

refrigeran

biasanya

pada

refrigerator

atau

freezer

dan

pengkondisian udara (AC). Dasar pemilihan refrigeran yaitu temperatur dari


kedua media yang mengalami perpindahan panas. Perpindahan panas yang layak
pada mproses refrigerasi yaitu jika selisih temperatur antara refrigeran dengan
media yang ingin didinginkan berkisar antara 5C sampai 10C.
Sifat termodinamika yang diinginkan adalah titik didihnya yang berada
dibawah temperatur targetnya, penas penyerapan yang tinggi, densitas yang
sedang dalam bentuk cair dan densitas yang cukup tinggi pada saat berbentuk
gas. Sifat korosif berhubungan dengan pengaruh yang diberikan kepada
komponen-komponen yang digunakan pada kompresor, pipa-pipa, evaporator
dan kondensor. Sifat korosif ini biasanya dapat merusak komponen tersebut.
Sementara itu, pertimbangan keamanan termasuk didalamnya adalah bahan
racun dan sifat mudah terbakar.
2.1.3 Klasifikasi refrigerant
Penomoran
Refrigeran yang umum dikenal oleh R untuk refrigeran dan nomor. Jumlah
tersebut berkaitan dengan rumus kimia refrigeran. Angka di paling kanan
menunjukkan jumlah fluor (F) atom, angka kedua dari kanan jumlah hidrogen (H)
atom ditambah satu, angka ketiga dari kanan menunjukkan jumlah karbon (C)
atom minus satu dan menunjukkan angka terakhir jumlah karbon tak jenuh
Mesin Pendingin Kompresi
5Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

dengan ikatan karbon dalam kompleks. Sebagai contoh, CHClF2 disebut R22 dan
CCl2FCClF2 disebut R113.
Sebuah a, b, atau c kadang-kadang ditambah pada nomor tersebut. Ini
mengacu pada isomer yang berbeda (bentuk struktural) dari refrigeran yang sama.

Klasifikasi berdasarkan keselamatan kelompok


a. Toksisitas
Refrigerant dibagi menjadi dua kelompok menurut toksisitas:
1. A Surat (terlampir ke nomor mudah terbakar) setelah refrigeran sarana
itu di kelas toksikologi terendah (tidak beracun pada konsentrasi yang
lebih rendah dari 400 bagian per juta (ppm)).
2. B berarti berada dalam kelas yang lebih tinggi toksikologi (beracun
pada tingkat kurang dari 400 ppm).
b. Mudah terbakar
1. Kelas 1 refrigeran yang nonflammable di 21 derajat Celcius dan di
bawah tekanan atmosfer normal.
2. Kelas 2 yang mudah terbakar pada tekanan lebih dari 0,10 kg/m3.
3. Kelas 3 sangat mudah terbakar, pada tekanan lebih rendah dari 0,10
kg / m3

1.1 Tabel Refrigerants


Numbe Chemical Name
r

Chemical Formula

Methane Series
11

trichlorofluoromethane

CCl 3F

12

dichlorodifluoromethane

CCl 2F

12B1

bromochlorodifluoromethane

CBrClF

Mesin Pendingin Kompresi


6Uap Kelompok 6

Universitas Andalas
13

chlorotrifluoromethane

CClF

13B1

bromotrifluoromethane

CBrF

14

tetrafluoromethane (carbon
tetrafluoride)

CF

21

dichlorofluoromethane

CHCl 2F

22

chlorodifluoromethane

CHClF

23

trifluoromethane

CHF

30

dichloromethane (methylene chloride)

CH 2Cl

31

chlorofluoromethane

CH 2ClF

32

difluoromethane (methylene fluoride)

CH 2F

40

chloromethane (methyl chloride)

CH 3Cl

41

fluoromethane (methyl fluoride)

CH 3F

50

methane

CH

Numbe Chemical Name


r

Chemical Formula

Ethane Series
113

1,1,2-trichloro-1,2,2-trifluoroethane

CCl 2FCClF

114

1,2-dichloro-1,1,2,2tetrafluoromethane

CClF 2CClF 2

115

chloropentafluoroethane

CClF 2CF

116

hexafluoroethane

CF 3CF

123

2,2-dichloro-1,1,1-trifluoroethane

CHCl 2CF

124

2-chloro-1,1,1,2-tetrafluoroethane

CHClFCF

Mesin Pendingin Kompresi


7Uap Kelompok 6

Universitas Andalas
125

pentafluoroethane

CHF 2CF

134a

1,1,1,2-tetrafluoroethane

CH 2FCF

141b

1,1-dichloro-1-fluoroethane

CH 3CCl 2F

142b

1-chloro-1,1-difluoroethane

CH 3CClF

143a

1,1,1-trifluoroethane

CH 3CF

152a

1,1-difluoroethane

CH 3CHF

170

ethane

CH 3CH

Numbe Chemical Name


r

Chemical Formula

Ethers
E170

Dimethyl Ether

Numbe Chemical Name


r

CH3OCH3
Chemical Formula

Propane
218

octafluoropropane

CF 3CF 2CF

227ea

1,1,1,2,3,3,3-heptafluoropropane

CF 3CHFCF

236fa

1,1,1,3,3,3-hexafluoropropane

CF 3CH 2CF

245fa

1,1,1,3,3-pentafluoropropane

CHF 2CH 2CF

290

propane

CH 3CH 2CH

Numbe Chemical Name


r

octafluorocyclobutane

Mesin Pendingin Kompresi


8Uap Kelompok 6

Chemical Formula

Cyclic Organic Compounds


C318

-(CF 2) 4-

Universitas Andalas
Miscellaneous Organic Compounds
Numbe Chemical Name
r

Chemical Formula

hydrocarbons
600

butane

CH 3CH 2CH 2CH

600a

isobutane

CH(CH 3) 2CH

601

Pentane

CH 3CH 2CH

CH 2CH

A3

A3

601a

Isopentane

CH(CH 3) 2 CH 2CH

oxygen compounds
610

ethyl ether

CH 3CH

611

methyl formate

HCOOCH

OCH 2CH
3

sulfur compounds
620

(Reserved for future assignment)

Numbe Chemical Name


r

Chemical Formula

Nitrogen Compounds
630

methyl amine

CH 3NH

631

ethyl amine

CH 3CH 2(NH 2)

Numbe Chemical Name


r

Chemical Formula

Inorganic Compounds
702

hydrogen

704

helium

He

Mesin Pendingin Kompresi


9Uap Kelompok 6

Universitas Andalas
717

ammonia

NH

718

water

H 2O

720

neon

Ne

728

nitrogen

732

oxygen

740

argon

Ar

744

carbon dioxide

CO

744A

nitrous oxide

N 2O

764

sulfur dioxide

SO

Numbe Chemical Name


r

Chemical Formula

Unsaturated Organic Compounds


1150

ethene (ethylene)

1270

propene (propylene)

CH 2=CH

CH 3CH=CH 2

1.2 Tabel Refrigerant Blends


Number

Refrigerant Composition (Mass % )

Zeotropes
400

R-12/114 (must be specified)


(50.0/50.0)
(60.0/40.0)

401A

R-22/152a/124 (53.0/13.0/34.0)

401B

R-22/152a/124 (61.0/11.0/28.0

Mesin Pendingin Kompresi


10
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas
401C

R-22/152a/124 (33.0/15.0/52.0)

402A

R-125/290/22 (60.0/2.0/38.0)

402B

R-125/290/22 (38.0/2.0/60.0)

403A

R-290/22/218 (5.0/75.0/20.0)

403B

R-290/22/218 (5.0/56.0/39.0)

404A

R-125/143a/134a (44.0/52.0/4.0)

405A

R-22/152a/142b/C318 (45.0/7.0/5.5/42.5)

406A

R-22/600a/142b (55.0/4.0/41.0)

407A

R-32/125/134a (20.0/40.0/40.0)

407B

R-32/125/134a (10.0/70.0/20.0)

407C

R-32/125/134a (23.0/25.0/52.0)

407D

R-32/125/134a (15.0/15.0/70.0)

407E

R-32/125/134a (25.0/15.0/60.0)

408A

R-125/143a/22 (7.0/46.0/47.0)

409A

R-22/124/142b (60.0/25.0/15.0)

409B

R-22/124/142b (65.0/25.0/10.0)

410A

R-32/125 (50.0/50.0)

410B

R-32/125 (45.0/55.0)

411A

R-1270/22/152a) (1.5/87.5/11.0)

411B

R-1270/22/152a (3.0/94.0/3.0)

412A

R-22/218/143b (70.0/5.0/25.0

413A

R-218/134a/600a (9.0/88.0/3.0)

Mesin Pendingin Kompresi


11
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas
414A

R-22/124/600a/142b (51.0/28.5/4.0/16.5)

414B

R-22/124/600a/142b (50.0/39.0/1.5/9.5)

415A

R-22/152a (82.0/18.0)

415B

R-22/152a (25.0/75.0)

416A

R-134a/124/600 (59.0/39.5/1.5)

417A

R-125/134a/600 (46.6/50.0/3.4)

418A

R-290/22/152a (1.5/96.0/2.5)

419A

R-125/134a/E170 (77.0/19.0/4.0)

420A

R-134a/142b (88.0/12.0)

421A

R-125/134a (58.0/42.0)

421B

R-125/134a (85.0/15.0)

422A

R-125/134a/600a (85.1/11.5/3.4)

422B

R-125/134a/600a (55.0/42.0/3.0)

422C

R-125/134a/600a (82.0/15.0/3.0)

422D

R-125/134a/600a (65.1/31.5/3.4)

423A

134a/227ea (52.5/47.5)

424A

R-125/134a/600a/600/601a (50.5/47.0/0.9/1.0/0.6)

425A

R-32/134a/227ea (18.5/69.5/12)

426A

R-125/134a/600/601a (5.1/93.0/1.3/0.6)

427A

R-32/125/143a/134a (15.0/25.0/10.0/50.0)

428A

R-125/143a/290/600a (77.5/20.0/0.6/1.9)

429A

R-E170/152a/600a (60.0/10.0/30.0)

Mesin Pendingin Kompresi


12
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas
430A

R-152a/600a (76.0/24.0)

431A

R-290/152a (71.0/29.0)

432A

R-1270/E170 (80.0/20.0)

433A

R-1270/290 (30.0/70.0)

433B

R-1270/290 (5.0/95.0)

433C

R-1270/290 (25.0/75.0)

434A

R-125/143a/134a/600a

435A

R-E170/152a (80.0/20.0)

436A

R-290/600a (56.0/44.0)

436B

R-290/600a (52.0/48.0)

437A

R-125/134a/600/601 (19.5/78.5/1.4/0.6)

438A

R-32/125/134a/600/601a (8.5/45.0/44.2/1.7/0.6)

Number

Refrigerant Composition (Mass % )

Azeotropes
500

R-12/152a (73.8/26.2)

501

R-22/12 (75.0/25.0)

502

R-22/115 (48.8/51.2)

503

R-23/13 (40.1/59.9)

504

R-32/115 (48.2/51.8)

505

R-12/31 (78.0/22.0)

506

R-31/114 (55.1/44.9)

507A

R-125/143a (50.0/50.0)

Mesin Pendingin Kompresi


13
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas
508A

R-23/116 (39.0/61.0)

508B

R-23/116 (46.0/54.0)

509A

R-22/218 (44.0/56.0)

510A

R-E170/600a (88.0/12.0)

2.1.4 Sistim refrigerasi


Sistem refrigerasi yaitu suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan
proses refrigerasi. Jenis dari sistem refrigerasi tersebut yaitu :
2.1.4.1 Refrigerator
Refrigerator dan pompa kalor adalah suatu alat yang mealakukan siklus
refrigerasi. Secara umum cara kerja dari kedua alat ini sama. Namun memiliki
perbedaan dalam tujuannya. Refrigerator bertujuan untuk menjaga temperatur
sistem yang didinginkan pada temperatur rendah dengan cara menyerap panas
sistem tersebut. Sedangkan pompa kalor bertujuan untuk menjaga temperatur
panas pada lingkungan dengan cara menyerap panas dari sistem yang
didinginkan.

Mesin Pendingin Kompresi


14
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Gambar 1. Skema refrigerator


Performa dari alat tersebut dapat diekspresikan menggunakan coefficient
of performance ( COP ) :

Hubungan dari kedua persamaan diatas dapat diekspresikan sebagai :


COPHP = COPR + 1
Aplikasi dari refrigerasi adalah pada pengkondisi udara (AC) dan kulkas
Aplikasi dari pompa kalor adalah pada mesin pemanas ruangan

Mesin Pendingin Kompresi


15
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Gambar 2. Aplikasi refrigerator pada kulkas

Gambar 3. Aplikasi refrigerator pada AC

Gambar 4. Aplikasi pompa kalor pada heater

Mesin Pendingin Kompresi


16
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

2.1.4.2 Daur Refrigerasi Carnot


Daur Carnot adalah daur reversibel (dapat dibalik) yang didefenisikan
oleh dua proses isotermal dan dua proses isentropik. Proses isentropik reversibel
adalah adiabatik, maka perpindahan energi sebagai panas ke atau dari zat yang
mengalami suatu daur Carnot berlangsung hanya selama proses isotermal dari
daur.

Gambar 5. Diagram proses daur refrigerasi Carnot dan Diagram TS


Proses yang dapat membentuk daur tersebut adalah:
1.2.

Kompresi adiabatik

2.3.

Pelepasan kalor isotermal

3.4.

Ekspansi adiabatik

4.1.

Pemasukan kalor isotermal

Suatu daur refrigerasi dinilai dengan menggunakan koefisien performansi


( coefficient of perfomance disingkat dengan COP):

Qe
Wnet
COPR =
Wnet = Qc - Qe

Qe
Te

COPr = Qc Qe Tc Te
Mesin Pendingin Kompresi
17
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Qe
Te
1
1
Q
T
c
c
=
=
T1 S1 S 4
T1

Koefisien prestasi = T2 T1 S1 S 4 T2 T1
2.1.4.3 Siklus Refrigerasi Gas
Siklus refrigerasi gas ( Gas refrigeration cycle ) ini merupakan siklus
Brayton reversible.

Gambar 6. Sistem daur refrigerasi gas dan diagram TS


COP dari sistem ini dapat ditentukan sebagai berikut :

Sistem ini sering ditemukan pada sistem pendinginan pesawat terbang


seperti terlihat pada skema berikut :

Mesin Pendingin Kompresi


18
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Gambar 7. Open cycle pada sistem pendingin pesawat terbang


Pada siklus refrigerasi gas ini juga ada yang menggunakan regenerator
yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensinya, seperti terlihat pada skema
berikut :

Gambar 8. Siklus refrigerasi gas dengan regenerator dan diagram TS

Gambar 9. Aplikasi siklus refrigerasi gas


2.1.4.4 Sistem Refrigerasi Absorbsi
Mesin Pendingin Kompresi
19
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Pada sistem refrigerasi ini biasanya digunakan untuk menurunkan suhu


suatu fluida cair. Contoh dari penggunaan sistem ini yaitu pada sistem
pembuatan es di pabrik es. Pada sistem ini dilakukan penggantian kompresor
yang biasa digunakan dalam suatu sistem refrigerasi dengan menggunakan
pompa sebagai komponen utamanya. Selain hal tersebut, juga digunakan suatu
fluida amonia ( NH3 ) sebagai fluida kerjanya. Seperti terlihat pada skema
berikut :

Gambar 10. Siklus refrigerasi absorbsi dengan amonia

COP dari proses refrigerasi ini dapat ditentukan sebagai :

Aplikasi dari siklus refrigerasi absorbsi :


1.

Pembuatan es pada pabrik es

2.

Pendinginan ruangan atau gedung dalam skala besar


Mesin Pendingin Kompresi
20
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

3.

Freezer Besar

4.

Walk in cold room

Gambar 11. Walk in cold room


Kelebihan refrigerasi absorbsi dibandingkan dengan MPKU :
1.

Dana yang dibutuhkan lebih kecil


Karena pada refrigerasi absorbsi tidak memakai kompresor tetapi
memakai pompa dan menggunakan solar energi sebagai energi
tambahan

2.

Ramah lingkungan
Karena pada refrigerasi absorbsi tidak menimbulkan efek rumah
kaca sedangkan MPKU menimbulkan efek rumah kaca.
2.1.4.5 Siklus Kryogenik
Pada sistem refrigerasi ini,sistem menggunakan dua buah kompresor.
Sehingga untuk mencapai fluida bertekanan tinggi lebih mudah.

Mesin Pendingin Kompresi


21
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Gambar 12. Siklus Kryogenik dan Diagram T-s


2.1.4.6 Water chiller
Suatu sistem refrigerasi dengan fluida kerja air dengan cara mendinginkan
air dengan refrigeran melalui pertukaran panas. Biasanya digunakan pada AC
gedung bertingkat. Untuk lebih jelasnya, prinsip kerja ac central chiller water
system:
Panas ruangan diserap pada Cooling Coil dan kemudian diserap oleh
refrigeran sekunder (dalam hal ini adalah air) yang menyebabkan temperatur air
naik. Kemudian air hangat ini dibawa ke Thermal Strorage Tank. Di Thermal
Storage Tank,airhangatbercampur dengan air dingin, kemudian air campuran ini
kembali bersirkulasi keCooling Coil. Dari Thermal Storage Tank, air campuran
juga bersirkulasi ke Shell&Tube Evaporator untuk didinginkan, setelah itu, air
yang dingin tersebut kembali bersirkulasi ke Thermal Storage Tank untuk
bercampur dengan Aircampuran
Pada Shell & Tube Evaporator, panas dari air campuran ini akan diserap
oleh refrigerant primer cair sehingga berubah fasa menjadi uap. Refrigerant uap
ini setelah dikompresi di compressor akan bersirkulasi ke Shell & Tube
Condenser dimana panas akan dibuang dan menyebabkan refrigerant uap mencair
pada tekanan tinggi. Selanjutnya, refrigerant cair bertekanan tinggi ini akan
bersirkulasi kembali menuju Shell & Tube Evaporator dengan terlebih dahulu
mengalami penurunan tekanan pada Throttling Valve. Panas yang dibuang pada
Shell & Tube Condenser akan diserap oleh air sebagai media penukar kalor, dan
kemudian bersirkulasi menuju Cooling Tower. Air hangat ini kemudian
didinginkan di Cooling Tower dan kemudian kembali bersirkulasi kembali ke
Shell & Tube Condenser.
Mesin Pendingin Kompresi
22
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Gambar 13. Sistem AC central Wather Chiller

2.1.5

Daur Kompresi Uap

2.1.5.1 Daur kompresi uap ideal


Daur kompresi uap merupakan daur yang paling banyak diterapkan untuk
mesin pendingin. Pada daur kompresi uap terjadi empat macam proses yaitu
proses

kompresi,

kondensasi

(penguapan).

Mesin Pendingin Kompresi


23
Uap Kelompok 6

(pengembunan),

ekspansi

dan

evaporasi

Universitas Andalas

Gambar 14. Skema daur kompresi uap dan diagram TS

Mesin Pendingin Kompresi


24
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Diagram T-s ideal

Diagram P-h ideal

Gambar 15. Diagram PV dan TS siklus ideal


Proses proses yang dapat membentuk daur kompresi uap standar adalah:
1-2 Proses isentropik ( dari uap jenuh menuju tekanan kondensor ).
2-3 Pelepasan kalor reversibel pada tekanan konstan, menyebabkan
penurunan panas lanjut (desuperheating) dan pengembunan
refrigeran.
3-4. Ekspansi tidak reversibel pada entalpi konstan, dari cairan jenuh
menuju tekanan evaporator.
4-1. Penambahan

kalor

reversibel

menyebabkan penguapan

pada

tekanan

tetap,

yang

menuju uap jenuh.

2.1.5.2 Daur kompresi uap nyata


Pada daur kompresi uap nyata proses kompresi berlangsung tidak
isentropik, hal ini disebabkan oleh adanya kerugian mekanis dan pengaruh
temperatur lingkungan selama proses kompresi. Gesekan dan belokan pipa,
meyebabkan penurunan tekanan di dalam alat penukar kalor (heat exchanger).
Akibatnya kompresi dari titik 1 menuju titik 2 memerlukan lebih banyak kerja
dibandingkan dengan daur ideal. Untuk menjamin seluruh refrigeran dalam
keadaan cair sewaktu memasuki alat ekspansi, diusahakan refrigeran
meninggalkan kondensor dalam keadaan sub dingin. Kondisi panas lanjut
refrigeran yang meninggalkan evaporator disarankan untuk mencegah kerusakan
kompresor akibat terisapnya cairan.
Mesin Pendingin Kompresi
25
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Diagram T-s aktual

Diagram P-h aktual

Gambar 16. Diagram PV dan TS siklus aktual

2.1.6

Komponen Siklus Kompresi Uap Ideal

Mesin Pendingin Kompresi


26
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Mesin pendingin kompresi uap terdiri dari empat komponen utama, yaitu
kompresor, kondensor, evaporator, alat ekspansi.
a. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang digunakan untuk menaikkan tekanan
suatu gas sehingga gas tersebut memiliki energy yang cukup untuk
menggerakkan sesuatu dengan memanfaatkan tekanannya

Gambar 17. Kompresor


b. Kondensor
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk melepaskan energy
thermal yang terdapat didalam fluida ke luar (lingkungan), sehingga terjadi
penurunan tekanan dan juga perubahan fasa refrigerant menjadi cair pada alat
ini

Gambar 18. Kondensor


c. Evaporator
Mesin Pendingin Kompresi
27
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Merupakan alat yang digunakan untuk menaikkan temperatur dan juga


tekanan pada refrigerant sehingga nantinya akan dapat di naikkan tekanannya
dengan menggunakan kompresor. Pada alat ini terjadi perubahan fasa cair
menjadi uap.

Gambar 19. Evaporator


d. Alat Ekspansi
Katup expansi berfungsi untuk mengatur refrigeran yang masuk ke
evaporator. Katup expansi dilengkapi pegas katup, bola thermal, dan
diafragma. Katup ditekan oleh pegas agar selalu menutup sedangkan bola
thermal selalu berusaha mendorong katup untuk membuka. Diafragma terletak
di atas katup expansi dan berhubungan dengan pena penggerak katup. Jika
pena katup turun, maka katup akan membuka dan sebaliknya apabila
kompresor hidup, maka aliran refrigeran cair yang bertekanan tinggi masuk
dan katup jarum akan membuka lebar.
Ketika kevakuman pada saluran masuk, besar tekanan dalam bola
thermal sangat tinggi , kemudian tekanan ini diteruskan oleh diafragma lewat
pipa kapiler. Tekanan bola thermal dalam diafragma melawan tekanan pegas
katup dan tekanan pipa equalizer sampai diafragma melengkung. Lengkungan
diafragma tersebut diteruskan ke katup dengan perantaraan pena penggerak.
Katup membuka dan refrigeran dalam evaporator naik karena dipanasi oleh
udara hangat yang melewati evaporator, akibatnya refrigeran mendidih dan
menjadi gas. Gas refrigeran tersebut mengalir menuju saluran pemasukan
pemasukan ke kompresor. Walau sedang mendidih suhunya tetap dingin dan
membantu mendinginkan bola thermal sehingga akan mengurangi tekanan pada
diafragma.

Mesin Pendingin Kompresi


28
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Gambar 20. Katup ekspansi

Ketika refrigeran melewati evaporator, tekanan saluran hisap naikdan


tekanan ini mendorong diafragma. Jika tekanan dalam bola thermal turun sama
dengan kenaikan tekanan dalam saluran hisap, pegas akan menutup katup.
Apabila katup tertutup, refrigeran tidak mengalir ke evaporator, tekanan saluran
masuk turun dan suhu naik.Turunnya tekanan mengurangi kenaikan equlizer
pada diafragma. Bersamaan dengan tekanan bola thermal naik karena suhu
saluran masuk naik.Hal ini membuat diafragma melengkung ke bawah dan
membuka katup sehingga refrigeran lebih banyak masuk ke evaporator.
Bekerjanya katup expansi diatur sedemikian rupa agar membuka dan
menutupnya katup tersebut sesuai dengan temperatur evaporator atau tekanan di
dalam sistem.
Ada 2 tipe katup expansi yang sering d pergunakan:
1.Katup Expansi bentuk Siku/Kapiler
2.Katup Expansi bentuk Blok / Kotak

Mesin Pendingin Kompresi


29
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas
Gambar 21. Katup ekspansi siku dan blok

2.1.7 Dasar Dasar Psikometri


Psikrometri merupakan kajian tentang sifat-sifat campuran udara dan uap
air yang mempunyai peranan penting di dalam bidang teknik pengkondisian
udara. Diagram psikometrik merupakan sebuah grafik yang menunjukkan suatu
hubungan antara temperatur, kelembaban, entalpi dan kandungan uap air.

Gambar 22. Diagram Psikometrik


Variabel yang mempengaruhi pada diagram psikomterik :
2.1.7.1 Kelembaban relatif
Kelembaban

relatif

(relative

humidity)

didefenisikan

sebagai

perbandingan fraksi molekul uap air di dalam udara basah terhadap fraksi molekul
uap air jenuh pada temperatur dan tekanan yang sama sehingga :

2.1.7.2 Rasio kelembaban.


Rasio kelembaban

(humidity ratio) adalah berat atau massa air yang

terkandung dalam setiap kilogram udara kering.


Mesin Pendingin Kompresi
30
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

W=

W=
Dimana:
Ps = tekanan parsial uap air dalam keadaan jenuh
Pt = tekanan atmosferik = Pa + Ps, Pa
2.1.7.3 Entalpi.
Entalpi adalah energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada temperatur
tertentu. Entalpi (h) campuran udara kering dan uap air adalah jumlah dari
entalpi udara kering dan entalpi uap air.
2.1.7.4 Volume spesifik.
Volume spesifik adalah volume udara campuran dengan satuan meterkubik per kilogram udara kering. Untuk menghitung volume spesifik (v)
campuran udara-uap, digunakan persamaan gas ideal.
Dari persamaan gas ideal, volume spesifik v adalah:

v=

m3/kg udara kering

2.1.7.5 Temperatur bola basah dan bola kering.

Mesin Pendingin Kompresi


31
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Temperatur bola basah (Twb) adalah temperatur yang terbaca pada


termometer dengan sensor yang dibalut kain basah untuk menghilangkan
pengaruh radiasi panas. Temperatur bola kering (Tdb) adalah temperatur yang
terbaca pada termometer dalam kondisi udara terbuka.
2.1.7.6 Prestasi daur kompresi uap
Apabila operasi dimaksudkan untuk tujuan pendinginan, maka indeks
prestasi sistim sebanding dengan panas yang diserap evaporator dibanding
dengan kerja kompresor sebenarnya.

COPR =
Apabila operasi dimaksudkan untuk tujuan pemanasan, maka indeks
prestasi sistim merupakan perbandingan antara panas yang dilepaskan
kondensor dengan kerja kompresor sebenarnya.

Q 2,3
Qc

Wa
COPHP = Wa
2.1.7.7 Garis jenuh (saturation line).
Garis jenuh adalah garis yang menunjukkan batas uap air yang mulai
mengembun jika uap ini didinginkan dengan tekanan tetap
2.1.7.8 Panas sensible dan panas laten
Panas laten adalah panas yang diperlukan untuk merubah phasa (wujud)
benda,

Panas sensible adalah panas yang menyebabkan terjadinya


kenaikan/penurunan temperatur, tetapi phasa (wujud) tidak berubah

Mesin Pendingin Kompresi


32
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

2.1.8

Aplikasi MPKU

Tabel 1.3 Aplikasi MPKU

2.2.

Teori Dasar Alat Ukur

Mesin Pendingin Kompresi


33
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Alat Ukur Tekanan


Untuk mengukur tekanan refrigeran digunakan pengukur tekanan tabung
bourdon yang banyak digunakan dalam pengukuran tekanan statik.

Gambar 23. Pressure gauge tabung bourdon

Alat Ukur Temperatur


Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran temperatur adalah
termometer jenis tabung.

Gambar 24. Thermometer tabung

Pengukuran Daya
Mesin Pendingin Kompresi
34
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Alat pengukur daya digunakan untuk pengukuran daya fan dan daya
kompresor. Alat ukur yang dipakai adalah Ampermeter untuk menghitung jumlah
arus yang masuk dari sumber dan Voltmeter untuk menghitung besar tegangan
yang diterima oleh kompresor dan fan.
Daya adalah perkalian kuat arus I (A), dengan tegangan listrik V (Volt)
dikali dengan phi ( ) yang nilainya dari 0 sampai dengan 1.
P=
Susunan alat ukur tegangan (voltmeter) dan kuat arus (ampermeter) dapat
dilihat pada gambar berikut

Gambar 25.Skema pengukuran daya kompresor

Mesin Pendingin Kompresi


35
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

BAB III
METODOLOGI

3.1.

Peralatan Percobaan

3.2.

Alat Ukur
Alat ukur yag digunakan:
1. Tabung Bourdon
2. Termometer
3. Amperemeter
4. Voltmeter

3.3.

Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang dipakai pada percobaan kali ini adalah:
1. temperatur ruangan konstan
2. tekanan ruangan saat pengujian konstan

Mesin Pendingin Kompresi


36
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

3.4.

Prosedur Percobaan
1. Cek air yang ada pada wadah termometer bola basah disaluran udara
evaporator dan kondensor.
2. Hubungkan kabel input ke sumber listrik.
3. Hubungkan kabel input kompresor ke sumber listrik
4. Cek kerja kompresor dengan mengamati perubahan tekanan yang
terjadi pada pressure gauge, bila terjadi perubahan lanjutkan ke
prosedur berikutnya.
5. Biarkan

mesin

tetap

bekerja

sampai

kondisi

stabil

dengan

memperhatikan jarum ukur pressure gauge menunjukkan angka


tertentu.
6. Amati dan catat perubahan tekanan yang terjadi pada tingkat keadaan 1
sampai dengan tingkat keadaan 4 dan juga catat perubahan temperatur
refrigeran pada masing-masing tingkat keadaan tersebut.
7. Amati dan catat perubahan temperatur bola basah dan temperatur bola
kering pada saluran udara evaporator dan saluran udara kondensor.
8. Lakukan prosedur diatas beberapa kali dengan sistematis

Mesin Pendingin Kompresi


37
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

BAB IV
DATA

4.1
State 1

DATA PERCOBAAN
State 2

State 3

State 4

Masuk

No
P
1
1
2
3
4
5

Saluran udara
kondensor

20
24
31
32
33

T2

P3

T3

P4

T4

Saluran Udara Evaporator

Keluar

Masuk

Td
Tdb Twb Tdb Twb b

T1

P2

20

18
5

36

210

40

34

-12

27

25

36

29

26

17

21
0

41

245

42

36

-10

27

26

37

34

17

22
5

43

245

45

41

-8

27

26

40

17

23
5

46

245

46

43

-7

27

26

17

24
0

47

250

47

39

-7

27

26

Twb Tdb

Tdb

26

242
5

24

26

25

24

23

37

25

25

23

23

41

39

25

25

23

22

42

39

25

24

23

22

Padang,

2011
Asisten

Mesin Pendingin Kompresi


38
Uap Kelompok 6

Keluar

Universitas Andalas

( Daniel Azhari )

4.2

CONTOH PERHITUNGAN

Dilakukan 5 kali percobaan dengan waktu yang berbeda. Contoh perhitungan


diambil data ke dua.
Data dari percobaan:
1. Kondisi Ideal
Tingkat keadaan 1

P1 = 24 Psi = 165,474 kPa

Dari tabel temperatur


P

163,9

-20

392,7

1,802

165,47

T1

H1

S1

170,9

-29

393,1

1,800

Interpolasi

kj/kg.K
Mesin Pendingin Kompresi
39
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Tingkat keadaan II
P2 = 1447,89 kPa

T2

= 41oC

S2 = S1 = 1,801 kJ/KgK

Dari tabel tekanan


1400 kPa

1447,89 kPa

1500 kPa

70

445,

1,795

...

...

448,

1,797

75

...

1,801

...

452,

1,760

80

3
...

...

...

H2

1,80
1

75

449,

1,807

...

...

Interpolasi h @1447,89 kpa batas atas


P

1400

441,5

1447,8
9

1500

446,1

Interpolasi h @ 1447,89 kPa batas bawah


P

Mesin Pendingin Kompresi


40
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

1400

449,5

1447,89

1500

452,5

Interpolasi s @ 1447,89 kPa batas atas


P

1400

1,795

1447,89

1500

1,797

Interpolasi s @ 1447,89 kPa batas bawah


P

1400

1,807

1447,89

1500

1,809

Maka pada tabel menjadi


P2 = 1447,89 kPa
Mesin Pendingin Kompresi
41
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

446,74

1,796

H2

1,801

450,94

1,808

Interpolasi T @ 1400 kPa batas atas


T

70

1,795
1,801

75

1,807

Interpolasi T @ 1500 kPa batas bawah


T

75

1,797

1,801

80

1,809

Maka T pada 1447,89 kPa


P

1400

72,5

Mesin Pendingin Kompresi


42
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

1447,89

T2

1500

76,67

Tingkat keadaan III


P3 = P2 = 1447,89 kPa (Cair jenuh)
S3 = Sf

dan

h3 = hf

Sf

Hf

1424

37

1,154

245,7

1447,89

T3

S3

H3

1460

38

1,158

247

Interpolasi Tingkat keadaan IV


P4 = P1 = 165,474 kPa
h4 = h3 = 246,56 kj/kg (isenthalpi)
Mesin Pendingin Kompresi
43
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

T4 = T1 = -29,77 oC
P

hf

hg

sf

sg

163,9

165,9

392,6

0,869

1,82

165,47
4

hf

392,79

sf

1,8

170,9

167

392,9

0,873

1,78

Sfg = sg sf = 1,8 0,87 = 0,93


Hfg = hg hf = 392,79 166,15 = 226,64
Maka x = (h3 - hf)/hfg = (246-56 166,15)/226,64 = 0,355
S4 = sf + x.sfg
= 0,87 + 0,355 . 0,93 = 1,2 kj/kg.K
Hasil perhitungan data no 2 (ideal):
P1 = 165,474 kPa

T1 = -29,77 oC
H1 = 392,79 kj/kg
S1 = 1,801 kj/kg.K

P2 = 1447,89 kPa

T2 = 74,49 oC
H2s = 448,49 kj/kg
S2 = 1,801 kj/kg.K

P3 = 1447,89 kPa

T3 = 37,66 oC

Mesin Pendingin Kompresi


44
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

H3 = 246,56 kj/kg
S3 = 1,156 kj/kg.K
T1 = -29,77 oC

P4 = 165,474 kPa

H4 = 246,56 kj/kg
S4 = 1,2 kj/kg.K
Kemudian dapat dihitung :
a. Penghitungan daya aktual
Wa

0,75 x V x I

0,75 x 220 x 3

495 Watt

b. Penghitungan daya isentropic


Ws

s x Wa

0,8 x 495 Watt

396 Watt

0,396 kj/s

c. Penghitungan laju aliran massa refrigerant ( mref )

d. Penghitungan pelepasan kalor oleh kondensor (Qk)

e. Perhitungan Penyerapan kalor oleh evaporator (Qe)


Mesin Pendingin Kompresi
45
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

f. Perhitungan COPR dan COPHP

2. Kondisi Aktual
Tingkat keadaan I
P1 = 24 Psi = 165,474 kPa
T1 = 17 oC Tsat@165,474 kPa = -29,77 oC
P

160

Tsat < T1 = Superheated

165,474

170

15

421,
8

1,914

...

...

421,7

1,907

17

423,
6

1,918
4

H1

S1

423,0
2

1,911
8

20

425,
1

1,925

...

...

425

1,919

Maka :
P

160

423,6

1,918

Mesin Pendingin Kompresi


46
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

165,474

h1

s1

170

423,02

1,819

Interpolasi

Tingkat keadaan II
P2 = 210 Psi = 1447,89 kPa
T2 = 41oC Tsat@1447,89 kPa = 37,66 oC
P

1400

Tsat < T2 = Superheated

1447,89

1500

40

419,1

1,71
4

...

...

417

1,70
2

41

420,0
2

1,71
7

H2

S2

417,9
6

1,70
5

45

423,7

1,72
9

...

...

421,8

1,71
8

Maka :
P

1400

420,02

1,717

1447,89

H2

S2

1500

417,96

1,7052

Mesin Pendingin Kompresi


47
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Tingkat keadaan III


P3 = 245 Psi = 1689,215 kPa
T3 = 42oC Tsat@1689,215 kPa = 44,01 oC
S4 = Sf

dan

Tsat > T3 = cair jenuh

h3 = hf

Hf

Sf

1689

255

1,183

1689,215

H3

S3

1729

256,4

1,187

Tingkat Keadaan IV
P4 = 36 Psi = 248,211 kPa
T4 = - 10 o C
S4 = Sf

Tsat@248,211 kPa = 19,697 oC

Tsat > T4

h4 = hf
P

Hf

Sf

245,3

177

0,914

248,211

H4

S4

Mesin Pendingin Kompresi


48
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

254,9

178,36

0,918

Hasil perhitungan data no 2 (aktual) :

P1 = 165,474 kPa

H1 = 423,28 kj/kg

T1 = 17 oC

S1 = 1,92 kj/kg.K

P2 = 1447,89 kPa

H2a = 419,03 kj/kg

T1 = 41 oC

S2 = 1,711 kj/kg.K

P3 = 1689,215 kPa

H3 = 255 kj/kg

T1 = 42 oC

S3 = 1,183 kj/kg.K

P4 = 248,211 kPa

H4 = 177,36 kj/kg

T1 = -10 oC

S4 = 0,915 kj/kg.K

Kemudian dapat dihitung :

a. Penghitungan daya aktual


Wa

0,75 x V x I

0,75 x 220 x 3

495 Watt

b. Penghitungan daya isentropic


Ws

s x Wa

0,8 x 495 Watt

Mesin Pendingin Kompresi


49
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

396 Watt

0,396 kj/s

c. Penghitungan laju aliran massa refrigerant ( mref )

d. Penghitungan pelepasan kalor oleh kondensor (Qe)

e. Perhitungan Penyerapan kalor oleh evaporator (Qk)

f. Perhitungan COPR dan COPHP

3. Pengujian Pengkondisian Udara kondensor


a. Masuk

b.

Keluar

Tdb = 27 oC

Tdb = 37 oC

Tdb = 26 oC

Tdb = 34 oC

Mesin Pendingin Kompresi


50
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Dari diagram psikometri


hin = 81 kJ/Kg

hout = 123 kJ/Kg

win = 0,021

wout= 0,0334

Oin = 91 %

Oin = 81 %

= 0,878 m3/kg udara kering

= 0,922 m3/kg udara kering

Vudara = 2,032 m/s


Ak

= 0,1139 m2

a) mudara

b) Qudara

udara x Ak Udara x Vudara

0,272 Kg/s

mudara x (hout-hin)

11,92 kj/s

4. Pengujian pengkondisian Udara evaporator


a. Masuk

b. Keluar

Tdb = 26 oC

Tdb = 24 oC

Tdb = 25 oC

Tdb = 23 oC

Dari diagram psikometri


hin = 77 kJ/Kg

hout = 69 kJ/Kg

win = 0,0198

wout= 0,0175

Oin = 91 %

Oout = 94 %

= 0,872 m3/kg udara kering


Vudara = 2,032 m/s
Ak

= 2,21 m2

Mesin Pendingin Kompresi


51
Uap Kelompok 6

= 0,866 m3/kg udara kering

Universitas Andalas

a) mudara

b) Qudara

udara x Ak x VUdara

5,28 Kg/s

mudara x (hout-hin)

-42,24 kj/s

Mesin Pendingin Kompresi


52
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

4.3

Tabel hasil perhitungan

Saluran udara kondensor

Mesin Pendingin Kompresi


Uap Kelompok 6

53

Universitas Andalas
No.

Masuk
o

Keluar
o

m ud
o

sisi masuk

sisi keluar

Qk

Tdb( C)

Twb( C)

Tdb( C)

Twb( C)

kg/s

h in

W in

in

h out

W out

out

27

25

36

29

0.272

76

0.02

85

95

0.023

60

5.168

27

26

37

34

0.272

81

0.021

91

123

0.033

81

11.424

27

26

40

35

0.272

81

0.021

90

129

0.034

71

13.056

27

26

41

35

0.272

80

0.021

92

157

0.045

88

20.944

27

26

42

35

0.272

80

0.021

92

157

0.045

82

20.944

Saluran udara evaporator


Masuk
o

Keluar
o

m ud
o

sisi masuk

sisi keluar

Qe

No.

Tdb( C)

Twb( C)

Tdb( C)

Twb( C)

kg/s

h in

W in

in

h out

W out

out

26

26

25

24

5.28

80

0.021

100

75

0.019

90

-26.40

26

25

24

23

5.28

77

0.019

91

69

0.017

94

-42.24

25

25

23

23

5.28

77

0.02

100

69

0.018

100

-42.24

25

25

23

22

5.28

76

0.02

100

64

0.016

90

-63.36

25

24

23

22

5.28

72.5

0.019

90

64

0.016

90

-44.88

Mesin Pendingin Kompresi


Uap Kelompok 6

54

Universitas Andalas

4.4

Grafik

COPr,COPhp Vs Jumlah pengujian


(IDEAL)
5
4

COPr

COPhp

Nilai COP 2
1
0
1

Jumlah pengujian

COPr,COPhp Vs Jumlah Pengujian


(AKTUAL)
0
1

-50

5
COPr
COPhp

Nilai COP -100


-150
-200
Jumlah Pengujian

4.5 Analisa

Mesin Pendingin Kompresi


55
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

Pada pengujian mesin pendingin kompresi uap ini dilaukan sebanyak lima
kali, agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Karean semakin banyak percobaan
yang dilaukan, maka semakin akurat data percobaan yang dilakukan.
Setelah dilakukan percobaan mengenai mesin pendingin kompresi uap ini,
maka dilakukanlah perhitungan. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan berupa
grafik P-v dan T-s yaitu dalam kondisi ideal dan actual. Pada grafik tersebut yang
diambil dari data pengujian no dua. Dapat dilihat pada diagram T-s, saat tingkat
keadaan satu fasa refrigerant berada pada fasa uap jenuh yaitu keluaran dari
evaporator. Kemudian pada tingkat keadaan dua yaitu keluaran dari kompresor
diaman temperaturnya naik. Pada keadaan satu dan dua ini dalam keadaan
isentropic. Pada

tingkat

keadaan

tiga

yaitu

keluaran

dari kondensor,

temperaturnya menjadi menurun sampai menuju katup ekspansi. Pada tingkat


kedaan dua tadi kondisi fasa dari refrigerant adalah fasa uap. Sedangkan pada
keadaan tiga dan empat, fasa refrigerant yaitu fasa cair jenuh. Begitu pula dengan
diagram P-hnya, dapat dilihat bahwa fasa dari refrigerant pada tingkat keadaan
satu yaitu uap, pada tingkat keadaan dua juga uap. Sedang kan yang ketiga dan
keempat berada dalam keadaan cair jenuh.
Pada kondisi aktual terdapat data data yang cukup berbeda dengan
kondisi ideal. Yaitu pada temperature tingkat keadaan empat pada diagram T-s,
temperaturnya bernilai minus. Namun dilihat dari tingkat keadaannya sama
dengan kondisi ideal. Yaitu pada tingkat keadaan satu berada pada kondisi fasa
uap, tingkat keadaan dua pada fasa uap juga, tingkat keadaan tiga cair jenuh dan
keempat juga dalam keadaan cair jenuh.
Pada garfik COPr,COPhp Vs jumlah pengujian yang ideal, dapat dilihat
bahwa nilai COP pada pengujian satu sampai lima hampir sama umumnya tau
saling mendekati nilainya. Pada kondisi actual terdapat nilai COP nya beragam.
Ini bias disebabkan oleh data dari percobaan yang kurang akurat, sehingga pada
saat melakukan perhitungan didapatkan hasil yang kurang akurat.
BAB V
PENUTUP
Mesin Pendingin Kompresi
56
Uap Kelompok 6

Universitas Andalas

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan dan perhitungan, maka dapat disimpulkan :
-

Prinsip dari sistem pendingin adalah menjaga temperature ruangan yang

akan didinginkan berada dibawah temperature lingkungannya.


Prinsip dari mesin pendingin kompresi uap ini adalah memindahkan panas
dari temperature yang lebih rendah ketemperatur yang lebih tinggi.

5.2 Saran
Untuk pelaksanaan praktikun selanjutnya diharapkan kondisi alat
percobaan telah sempurna dan refrigerant sebaiknya ditukar. Sehingga nilai hasil
pecobaan yang sebenarnya dapat dicapai.

Mesin Pendingin Kompresi


57
Uap Kelompok 6

Anda mungkin juga menyukai