Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No.

2, Juli 2013

STUDI POTENSI BATUGAMPING SEBAGAI BAHAN DASAR SEMEN


DAERAH Gn. BATUPUTIH, KECAMATAN SAMARINDA ULU
KOTAMADYA SAMARINDA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Natalino Mairuhu
Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

ABSTRAK
Lokasi pengambilan data terletak di Daerah Gunung Batuputih, Kecamatan
Samarinda Ulu, Kotamadya Samarinda, Kalimantan Timur. Secara geografi kordinat
berada pada 9953000 mN 9945229 mN, 509741 mE 514484 mE dengan luas
2
43,198 km (8,2 km x 5,2 km), atau pada Peta Rupa Bumi Indonesia pada Lembar
1915 41 Air Putih Edisi I tahun 1991 dengan skala 1 : 50.000 .
Daerah penelitian dapat di bagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu
Perbukitan Terkikis (D1), Perbukitan Homoklin (S2), Perbukitan antiklin (S1), dan
Bukit Sisa (D2). Jenis polah aliran pada daerah telitian adalah Rektangular dengan
stadia geomorfik yaitu stadia dewasa.Statigrafi daerah telitian di susun oleh satuan
batuan dari tua ke muda, yaitu satuan batupasir Pulaubalang, satuan batugamping
Bebuluh dan satuan batupasir Bebuluh.
Sataun batugamping Bebuluh terdiri dari batugamping perlapisan dengan terdapat
fragmen berupa pecahan bioklastik terumbu. Satuan batuan ini secara megaskopis
di lapangan dicirikan oleh Kalsirudit dengan warna coklat, padat, struktur perlapisan
dan setempat menghablur, dan tersusun dari pecahan bioklastik
Dari hasil analisa etsa dan petrografi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan pengendapan batuan karbonat adalah foreslope, di mana semua
ini mengacu pada hasil analisa laboratorium dan model lingkungan pengendapan
Wilson (1975).
PENDAHULUAN
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya
dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses
pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu
kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida
(CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 )
dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai.
Lokasi pengambilan data terletak di Daerah Gunung Batuputih, Kecamatan
Samarinda Ulu, Kotamadya Samarinda, Kalimantan Timur. Secara geografi kordinat
berada pada 9953000 mN 9945229 mN, 509741 mE 514484 mE dengan luas
2
43,198 km (8,2 km x 5,2 km). Atau pada Peta Rupa Bumi Indonesia pada Lembar
1915 41 Air Putih Edisi I tahun 1991 dengan skala 1 : 50.000
GEOLOGI REGIONAL
Van Bemmelen, (1949) mengelompokkan fisiografi Pulau Kalimantan ke dalam
beberapa zona. Zona-zona tersebut, yaitu Zona Cekungan Kutai, Zona Tinggian

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

Kuching, Zona Blok Schwaner, Zona Cekungan Pasir Selatan dan Zona Blok
Paternoster. Adapun daerah telitian terdapat di Zona Cekungan Kutai.
Secara fisiografi dari barat ke timur Cekungan Kutai dibagi menjadi tiga zona
geomorfologi yang memanjang dari utara ke selatan. Zona-zona itu dari barat yaitu
Tinggian Kutai (Sinklinorium Danau Kutai), bagian tengah adalah Antiklinorium
Samarinda, dan bagian timur adalah kompleks Sinklinorium Delta Mahakam.
Cekungan Kutai dibatasi di bagian utara oleh Punggungan Mangkalihat dan
Tinggian Kuching, bagian selatan dibatasi oleh Batas Sesar Selatan Kutai dan
Paparan Sunda, bagian barat dibatasi oleh Cekungan Melawi Ketungau, dan di
bagian timur dibatasi oleh Selat Makassar (Rose dan Hartono, (1978) dalam Nuay,
(1985)). Daerah tinggian Danau Kutai merupakan kompleks sinklinorium dengan
lipatan dengan cukup kuat dan perbukitan yang terbentuk karena adanya gravitasi
atau disebut juga dengan Kutai Gravity High.Zona ini berada di sebelah barat dari
daerah Danau Kutai yang berada pada hulu Sungai Mahakam.
Bagian tengah merupakan kompleks Antiklinorium Samarinda yang menempati
sebagian besar dari Cekungan Kutai.Zona ini terdiri dari perbukitan bergelombang
sedang-kuat, dimana perbukitan ini memanjang dari relief tinur laut ke barat
daya.Puncak-puncak bukit dan gunung di zona ini memiliki ketinggian antara 300400 meter di atas permukaan air laut.Perbukitan ini tersusun seluruhnya oleh batuan
sedimen yang membentuk morfologi lembah dan perbukitan, yaitu batupasir yang
membentuk perbukitan bergelombang sedang sampai kuat dan batugamping yang
membentuk perbukitan sembul (Horst). Zona yang berada paling timur adalah
kompleks Sinklinorium Delta Mahakam yang membentuk lembah sampai dataran
delta yang kaya akan minyak bumi dan berkembang terus kea rah timur (BEICIP,
(1977) dalam Rose dan Hartono, (1978)). Daerah telitian termasuk dalam Komplek
Antiklinorium Samarinda

Gambar 1. Antiklinorium Samarinda yang berarah umum baratdaya-timurlaut


(Van Bemmelen, (1949)
STATIGRAFI REGIONAL
2

Cekungan Kutai meliputi suatu daerah sekitar 165.000 km , terletak di pantai timur
Kalimantan dan daerah paparan sebelahnya.Batas utaranya adalah Semenanjung
Mangkalihat yang merupakan suatu daerah tinggian batuan dasar yang
memisahkan Cekungan Kutai daripada Cekungan Tarakan.Batas daripada paparan
benua adalah Selat Makassar dapat dianggap sebagai batas timur daerah

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

cekungan. Di sebelah selatan, cekungan ini dibatasi oleh daerah Paparan


Paternoster dan gugusan Pegunungan Meratus, sedangkan batas barat dari
cekungan adalah daerah Tinggian Kuching yang umumnya berumur Pra-Tersier dan
merupakan bagian daripada inti benua Pulau Kalimantan. Cekungan Kutai ini
dinterpretasikan terjadi karena adanya gerak pemisahan Kalimantan dan Sulawesi
yang mungkin dimulai pada Kala Kapur Akhir hingga Kala Paleogen Awal (Samuel
dan Muchsin, 1975).
Sedimentasi pada Cekungan Kutai Bawah telah didominasi oleh sistem delta yang
sama dengan tipe dan lokasi pada Delta Mahakam Modern diperkirakan sejak akhir
Kala Miosen Tengah. Sejak kala tersebut, sistem transpor sungai utama telah ada
sedikit atau banyak lokasi yang sama sebagai Sungai Mahakam sekarang, dimana
sungai tersebut mengukir memotong antiklin daripada Antiklinorium Samarinda.
Bagian ini merupakan urut-urutan stratigrafi pada Cekungan Kutai Bawah dengan
karakter tipis, unit fasies agrasional, dan ciri-ciri unit progradasi atau backstepping
(pembanjiran/transgresi).
Menurut Supriatna dan Rustandi, (1994) stratigrafi Cekungan Kutai dari tua ke
muda, dimulai oleh pengendapan Formasi Pamaluan, Formasi Bebuluh (Kala
Oligosen Akhir Miosen Awal), Formasi Pulaubalang (Miosen Awal Miosen
Tengah), Formasi Balikpapan (Kala Miosen Tengah Miosen Akhir), Formasi
Kampung Baru (Kala Miosen Akhir Pliosen) dan Satuan Endapan Aluvial yang
merupakan endapan resen.
Formasi Pamaluan
Ciri litologi : Batupasir dengan sisipan batulempung, serpih, batubara, batugamping,
dan batulanau. Diendapkan pada Kala Oligosen Akhir awal Miosen Awal di
lingkungan neritik.Formasi pamaluan tersingkap pada daerah yang luas, menempati
daerah topografi rendah.Dari litologi penyusunnya, Formasi Pamaluan terlihat
bahwa bagian bawah formasi ini dalam lingkungan delta plain dengan terdapatnya
batubara.Kemudian terjadi transgresi, lingkungan berubah menjadi pantai dengan
diendapkan pasir pantai dan kemudian pada posisi laut dangkal diendapkan
batugamping Formasi Bebuluh. Formasi Pamaluan mempunyai hubungan beda
fasies dengan Formasi Bebuluh.
Formasi Bebuluh
Ciri litologi : Batugamping dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih.
Kandungan foraminifera besar yang dijumpai pada batugamping menunjukkan umur
Kala Oligosen Akhir awal Miosen Awal dilingkungan neritik. Di atas batugamping
Formasi Bebuluh diendapkan secara selaras Formasi Pulaubalang.
Formasi Pulaubalang
Ciri litologi : Batupasir kuarsa, batulempung dan batupasir dengan sisipan
batulanau, serpih dan batubara. Satuan batupasir kuarsa ini berkembang sikuen
menghalus ke atas, mulai batupasir konglomeratan, batupasir halus berubah
menjadi batulempung.Batulempung di atasnya diendapkan batulanau dengan batas
tegas.Kadang-kadang pada bagian atas sikuen batulempung terendapkan
batubara.Formasi ini diendapkan di lingkungan delta, pada Kala Miosen Tengah
Miosen Akhir.
Formasi Kampungbaru

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

Ciri litologi : Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih, batulanau dan lignit.
Singkapannya sangat jarang karena trtutup oleh soil.Formasi ini diendapkan di
lingkungan delta, pada Kala Miosen Akhir Plistosen.
Satuan Endapan Aluvial
Ciri litologi : tersusun oleh material lepas berukuran lempung hingga pasir halus,
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Kampungbaru. Pengendapan
masih berlangsung hingga sekarang, dan berumur Kala Resen.
GEOLOGI DAERAH TELITIAN
Daerah telitian berdasarkan data dan pengamatan di lapangan, dapat di bagi
menjadi beberapa satuan geomorfologi, yaitu: Perbukitan Terkikis (D1), Perbukitan
Homoklin (S2), Perbukitan antiklin (S1), dan Bukit Sisa (D2). Jenis pola aliran yang
berkembang di lapangan setelah di amati, diklasifikasi kedalam pola aliran
Rektangular. Stadia geomorfik pada daerah telitian merupakan stadia dewasa.
Dengan melakukan beberapa pengamatan pada daerah telitian serta studi literatur,
maka peneliti dapat membagi daerah telitian dalam beberapa satuan batuan
berdasarkan urutan statigrafi dari tua ke muda :
1. Satuan Batupasir Bebuluh
2. Satuan Batugamping Bebuluh
3. Satuan Batupasir Pulaubalang

Gambar 2. Kolom Statigrafi Daerah Telitian Oleh Penulis

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

Satuan Batupasir Bebuluh


Penamaan satuan ini berdasarkan atas ciri-ciri batuan ,yaitu keterdapatan di
lapangan batulempung kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus
kelabu tua kehitaman, batupasir bersemen karbonat. Dari ciri-ciri batuan tersebut
maka dapat disebandingkan dengan Formasi Bebuluh dan dinamakan sebagai
satuan batupasir Bebuluh.Penyebaran singkapan satuan batupasir Bebuluh
2
menempati luas sekitar 20 % atau 8.592 km dari luas daerah telitian.Singkapan ini
dijumpai sebelah barat Gunung Batuputih memanjang ke arah timurlaut ke arah
Gunung Pinang.(Foto 1)

Foto 1. Foto insert singkapan batupasir sisipan batulempung. Foto ini diambil pada LP 16
dekat Gunung Pinang dengan arah kamera timurlaut (Penulis, 2008).

Satuan Batugamping Bebuluh.


Penamaan satuan batugamping Bebuluh berdasarkan atas ciri-ciri batuan, yaitu
keterdapatan di lapangan batugamping struktur perlapisan, berbutir sedang,
terdapat pecahan-pecahan bioklastik terumbu, setempat terdapat batugamping yang
menghablur dan mengandung foraminifera besar. Dari ciri-ciri batuan tersebut maka
dapat disebandingkan dengan Formasi Bebuluh dan dinamakan sebagai satuan
batugamping Bebuluh.Penyebaran singkapan satuan batugamping Bebuluh
2
menempati luas sekitar 10% atau 4,296 km dari luas daerah telitian. Singkapan ini
dijumpai pada Gunung Batuputih memanjang ke timur laut .berdasarkan hasil
npengukuran dari penamapang peta geologi didapat ketebalan rata-rata 300 m.
Batugamping Bebuluh merupakan satuan yang tersebar memanjang searah dengan
kelurusan puncak Antilklin Karangasam Besar.Sataun batugamping Bebuluh terdiri
dari batugamping perlapisan dengan terdapat fragmen berupa pecahan bioklastik
terumbu. Satuan batuan ini secara megaskopis di lapangan dicirikan oleh: Kalsirudit
dengan warna coklat, padat, struktur perlapisan dan setempat menghablur, dan
tersusun dari pecahan bioklastik (Foto 2)
Dari hasil analisa petrografi yang dilakukan terhadap batugamping didapatkan
deskripsi sebagai berikut :

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

Batugamping yang disusun oleh koral, ganggang, foraminfera besar, dan bermasa
dasar didominasi oleh mikrokristalin. Penamaan petrografis adalah grainstone
(menggunakan klasifikasi Dunham, 1962)

Foto 2. Foto insert singkapan batugamping dengan perlapisan dan bioklastik. Foto ini
diambil pada LP 1 Gunung Batuputih dengan arah kamera baratlaut (Penulis, 2008).
Satuan Batupasir Pulaubalang
Satuan batupasir Pulaubalang ini termasuk dalam Formasi Pulaubalang,
berdasarkan ciri litologi batupasir ini memiliki struktur sedimen cross bedding trough
dan perlapisan, terdapat batubara yang memiliki tebal kurang lebih 1 m, terdapat
lempung karbonan dan batupasir konglomeratan yang berfragmen batubara dan
kalsedon. Penyebaran singkapan satuan batupasir Pulaubalang menempati 53 %
2
atau 30,076 km dari luas daerah telitian. Singkapan satuan batuan ini dijumpai
melampar di selatan daerah telitian dan kecil di bagian baratlaut daerah telitian.
Adapun lokasi detil geografi singkapan satuan batuan ini adalah di daerah
Tanjungbatu, Loabahu, Teluklerong Ulu dan Wonorejo. (Gambar 3 dan 4)

Foto 3. Foto insert singkapan batupasir dengan fragmen batubara. Foto ini diambil pada
lokasi profil 5 dengan kamera menghadap ke timur (Penulis, 2008).

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

Foto 4. Foto insert singkapan batulempung. Foto ini diambil pada lokasi profil 2
dengan kamera menghadap baratlaut (Penulis, 2008).

PENGERTIAN DAN MUTU SEMEN YANG BAIK


Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya
dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses
pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu
kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida
(CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 )
dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil
akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg
atau 50 kg.
Jenis-jenis semen menurut BPS
-

Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebirubiruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi
yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan
prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd.
V.

Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu
dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler
atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone
murni.
Oil well cementatau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

Mixed & fly ash cementadalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari
pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida,
besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah.Semen ini
digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.

Mutu Serta Proses Pembuatan Semen


Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya jika
dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan
rumus :
(% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali).
Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti
untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
1. Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan
dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak,
bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah
keterbatasan energi BBM.
2. Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian
dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap
pengelolaan yaitu :

proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
meal.
proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan
campuran yang homogen.
proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
proses pendinginan terak.
proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan
cement mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa)
yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida
besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

POTENSI BATUGAMPING Gn. BATUPUTIH FORMASI BEBULUH


Dari beberapa proses dan pengamatan langsung di lapangan dan pelaksanaan
analisa serta perhitungan yang dapat di perhatikan dalam penyajian data penulis,
maka dapat di lihat potensi batugamping pada daerah telitian dalam hal ini daerah
Gn. Batuputih, memiliki cadangan yang cukup banyak untuk bahan dasar semen
dan memiliki kandungan CaO yang sangat tinggi dan kalau di lihat memasuki
standar untuk produksi sebagai bahan dasar semen.
Cadangan batugamping Gn. Batuputih sebagai bahan dasar semen
Daerah Gn. Batuputih daerah Samarinda memiliki cadangan batugamping yang
sangat besar, daerah ini terletak pada X : 053462, Y : 9946177 cadangan sebesar
3
7.866.541 m . Untuk batugamping di lokasi telitian, total cadangan didapati dari tiga
lapisan utama yang terdiri dari beberapa lapisan kecil di mana penulis mencoba
menggabungkan 2 lapisan kecil menjadi 1 lapisan besar atau utama, dengan
metode perhitungan yang di pakai adalah:
-

Metode TRAPEZOIDAL
Rumus ini di gunakan untuk untuk mengetahui luasan total dari masing-masing
area, di mana pada batugamping penulis membagi dalam tiga lapisan utama,
yaitu lapisan A, B, dan C.
jika sudah di ketahui luasan dari masing-masing area, maka kita lanjutkan
dengan perhitungan panjang total dari masing-masing area dan tinggi rata-rata
dari masing-masing area.
Jika kita telah mengetahui Panjang, Lebar, dan Tinggi total dari masing-masing
area, maka kita akan mencari volume total dari area ini dengan menggunakan
rumus:

Vtot= (P+L+T).
Luas didapat dari jumlah beberapa trapesium
(A1 + A2)h (A2 +A3)h (A3 + A4)h
Luas =-----------------+--------------+---------------+......
2
2
2

Dengan penggunaan rumus di atas, maka penulis dapat mengetahui total volume
dari batugamping yang berada di daerah telitian. Perhitungan cadangan dapat di
sajikan seperti di bawah ini.

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

Tabel 1. Data perhitungan cadangan lapisan A


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Azimuth
X
Y
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177

Area

Volume ( M3)

A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13

30
42
52
35
25
27
31
33
34
35
47
58
57

10
15
15
18
20
24
24
25
20
18
16
10
8

24
26
20
21
27
20
21
19
25
20
20
21
19
total

172800
425880
312000
277830
364500
259200
328104
297825
425000
252000
300800
255780
164616
3836335
1918167.5

Tabel 2. Data perhitungan cadangan lapisan B


No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Azimuth
X
53462
53462
53462
53462
53462
53462
53462
53462

Y
9946177
9946177
9946177
9946177
9946177
9946177
9946177
9946177

Area

Volume ( M3)

B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8

58
60
27
35
51
41
43
47

10
13
15
15
17
18
14
12

32
30
29
30
28
24
23
22
total

593920
702000
340605
472500
679728
425088
318458
272976
1902637.5

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

Tabel 3. Data perhitungan cadangan lapisan C


No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Azimuth
X
Y
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177

Area

Volume ( M3)

C1
C2
C3
C4
C5
C6
C7
C8

62
30
32
50
43
24
22
24

7
5
6
8
10
5
5
9

12
14
14
17
15
19
16
13
total

62496
29400
37632
115600
96750
43320
28160
36504
449862
224931

Tabel 4. Data perhitungan cadangan lapisan diperkirakan


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Azimuth
X
Y
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177
53462
9946177

Area

Volume ( M3)

B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13

58
60
27
35
51
41
43
47
30
42
52
35
25
27
31
33
34
35
47
58
57

10
13
15
15
17
18
14
12
10
15
15
18
20
24
24
25
20
18
16
10
8

32
30
29
30
28
24
23
22
24
26
20
21
27
20
21
19
25
20
20
21
19
total

593920
702000
340605
472500
679728
425088
318458
272976
172800
425880
312000
277830
364500
259200
328104
297825
425000
252000
300800
255780
164616
3836335
3820805

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

Persentasi kadar CaO dan MgO pada batugamping G. Batuputih.


Untuk kandungan batugamping di daerah Gn. Batuputih daerah Samarinda ini,
mimiliki kandungan CaO dan MgO yang memiliki standar potensi untuk di jadikan
bahan dasar dalam pembuatan semen, hasil analisa dapat di lihat di (Tabel 4.5).
Tabel 5 Hasil analisa kandungan CaO dan MgO pada Batugamping Lapisan 1 dan 2 sebagai
perwakilan dari Batugamping yang terdapat di lokasi telitian
Unsur

Sample 2

Sample 3

CaO

44,49

49,39

MgO

3,22

2,41

Dari table di atas dapat kita lihat besarnya presentase kandungan CaO yang
mendominasi dari sample batuan yang di analisa dan minimnya kandungan MgO.
Kelayakan G. Batuputih Untuk Produksi Semen
Dengan tingginya kandungan CaO pada batigamping di daerah telitian, maka
potensi yang di miliki oleh batugamping G. Batuputih sangat berpotensi untuk
produksi semen di mana hal ini sudah di tegaskan berdasarkan stadar dasar dari
BPS dalam presentase kandungan CaO sebagai stadar dasar untuk menghasilkan
kualitas produksi semnen yang baik.
Kalau di lihat dari total cadangan yang di miliki oleh batugamping di daerah telitian,
3
batugamping tersebut memiliki jumlah cadangan yang sangat besar (Total dalam m
3
:7.866.541 m sedangkan total dalam Ton : 21.318.326 Ton). Sehingga penulis
memiliki keyakinan berdasarkan data yang di peroleh, maka batugamping di daerah
telitian memiliki standar kelayakan untuk produksi bsemen.
Dasar Potensi batugamping G. batuputih sebagai produksi semen di lihat dari total
cadangan batugamping yang sangat besar dan kandungan unsure CaO yang
sangat tinggi.
KESIMPULAN
-

Geomorfologi daerah telitian terbagi menjadi satuan geomorfik yaitu, satuan


geomorfik bentukan denudasional dengan subsatuan geomorfik bukit sisa (D1)
dan subsatuan geomorfik perbukitan terkikis (D2) dan satuan geomorfik
bentukan struktural dengan subsatuan geomorfik perbukitan antiklin (S1) dan
subsatuan geomorfik perbukitan homoklin (S2).Pola pengaliran yang
berkembang pada daerah telitian adalah pola aliran rektangular.Stadia
geomorfologi daerah telitian dilihat dari aspek kualitatif adalah stadia dewasa.
Stratigrafi daerah telitian terbagi menjadi 3 satuan batuan dalam 2 formasi yaitu
satuan batupasir Pulaubalang yang terendapkan pada Kala Miosen Awal
Tengah dengan sub lingkungan pengendapan distributary mouth bar dan tidal
channel lingkungan pengendapan lower delta plain sampai upper delta front,
satuan batupasir Bebuluh yang terendapkan selaras terhadap batupasir
Pulaubalang pada Kala Miosen Awal Tengah dengan sub lingkungan
pengendapan tidal flat lingkungan pengendapan upper delta front, satuan
batugamping Bebuluh yang terendapkan selaras dengan batupasir Bebuluh dan
batupasir Pulaubalang, namun batugamping Bebuluh beda fasies dengan

Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 2, Juli 2013

satuan batupasir Pulaubalang dan batupasir Bebuluh pada Kala Miosen Awal
Tengah dengan lingkungan pengendapan batugamping yaitu foreslope.
- Hasil analisa lingkungan pengendapan, batugamping Formasi Bebuluh
terendapkan pada daerah foreslope. Dengan potensi batugamping G. Batuputih
yang dapat di ekspo sebagai bahan dasar pembuat semen karna mengandung
unsure CaO dengan besar presentase 44,49 pada sample 2 dan 49,39 pada
3
sample 3 dengan besar cadangan yaitu 7.866.541 m dan kalau di hitung dalam
ton maka total cadangan batu gamping adalah 21.318.326 ton, total cadangan
batugamping pada daerah telitian dapat di ketahui melalui metode perhitungan
cadangan {Vtot= (P+L+T)}
Luas didapat dari jumlah beberapa trapezium
(A1 + A2)h
(A2 +A3)h (A3 + A4)h
Luas = ----------------- + --------------- + --------------- +......
2
2
2
-

Dengan besar cadangan yang di miliki, maka Batrugamping Formasi Bebuluh,


sangat berpotensi untuk di tambang dan di kelolah sebagai bahan dasar utama
semen.

DAFTAR PUTAKA
Armin R.A. dkk., 1995, Sequence Stratigraphy of Lower Kuta basin, Kalimantan,
Indonesia, Procceding of the International Symposium of Sequence
Stratigraphy in S.E.Asia, 1995.
Dunham R.Y., 1962 Classification of Carbonate Rocks According to Depositional
Texture, Classification of Carbonate Rock a symposium, AAPG Mem.I,
p.108 121.
Mairuhu N, 2009, Geologi dan Potensi Batugamping Sebagai Bahan Dasar Semen
daerah Gunung Batuputih dan Sekitarnya Kecamatan Samrinda Ulu
Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, Jurusan Teknik Geologi,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Skripsi (tidak
dipublikasikan).
Samuel, L.& Muchsin S., 1975, Stratigraphy and Sedimentation in The Kutai Basin,
Kalimantan, Proceedings of Indonesian Petroleum Association, 4 th Annual
Convention, Jakarta, Indonesia.
UGM, 1994, Perhitungan Cadangan Bahan Galian,Diklat Praktikum Geologi Teknik,
Yogyakarta, Indonesia.
Van Bemellen, R. W.,1949. The Geology of Indonesia, vol. IA. Martimus Nijhoff
Government Printing Office, The Hagues.

Anda mungkin juga menyukai