Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Demam sejak jaman Hipocrates sudah diketahui sebagai pertanda
penyakit. Galileo pada abad pertengahan menciptakan alat pengukur suhu dan
Santorio di Padua melaksanakan aplikasi pertama penemuan alat ini di
lingkungan klinik.1
Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan
infeksi, dimana suhu tubuh meningkat ketika ada infeksi. Demam merupakan
gejala dari kebanyakan penyakit infeksi. Gejala-gejala lain yang biasanya
mengikuti demam yaitu antara lain; kedinginan, rasa sakit pada badan,
keadaan terasa lesu, peningkatan suhu badan pada termometer, pipi
kemerahan, dan perasaan panas atau dingin, menggigil.2
Pada manusia suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 -37,2 oC. Suhu
tubuh

biasanya

diukur

dengan

termometer

air

raksa

dan

tempat

pengambilannya dapat di daerah axilla, oral atau rektal. Biasanya terdapat


perbedaan antara pengukuran suhu di axilla dan oral maupun rektum. Dalam
keadaan biasa perbedaan ini berkisar sekitar 0,5 oC, suhu rektal lebih tinggi
daripada suhu oral.1
Demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2 oC. Apabila
kenaikan suhu sampai setinggi 41,2 oC atau lebih disebut hiperpereksia,
sedangkan suhu tubuh dibawah 35 oC disebut hipotermia.1

I.2 TUJUAN PENULISAN


1. Penulis referat ini ditujukan untuk mengetahui dan memahami
mengenai definisi demam, penyebab demam, patofisiologi demam,
stadium-stadium pada demam serta klasifikasi demam.
2. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh pendidikan profesi
kedokteran umum di RSUD Margono Soekarjo, Purwokerto.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI
Definisi demam menurut Nelwan adalah suhu tubuh diatas 37,2 oC,
dimana suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 37,5 oC.1
Sedangkan menurut Gelfand demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas
variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat
termoregulasi yang terletak dalam hipothalamus anterior. Suhu tubuh normal
dapat dipertahankan ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya
kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara
panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan
panas yang hilang. Dalam keadaan demam, keseimbangan tersebut bergeser
hinga terjadi peningkatan suhu dalam tubuh.2

II.2 ETIOLOGI
Substansi yang dapat menyebabkan demam disebut pirogen dan dapat
berasal dari hospes(pejamu), sementara pirogen endogen diproduksi oleh
pejamu, umumnya sebagai respon terhadap stimuli awal yang biasanya
dicetuskan oleh infeksi atau inflamasi. Mayoritas pirogen eksogen adalah
mikroorganisme, produk mereka atau toksin. Pirogen eksogen yang paling
baik dikenal adalah kelompok molekul heterogen yang umumnya bagi semua
bakteri gram negatif yang dikenal sebagai endotoksin (lipopolisakarida,

LPS). Sedangkan pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh


jenis sel pejamu terutama monosit/makrofag. Yang termasuk kedalam pirogen
adalah 1L-1, 1L-1, TNF- , 1L G dan IFN- , yang biasa disebut
dengan sitokin.2
Menurut sumber lain, etiologi demam dapat dibedakan yaitu antara lain
karena infeksi, trauma mekanis, tumor kelainan hemotopoesis, kecelakaan
yang mengenai pembuluh darah, penyakit autoimun, dan kelainan metabolik
(misalnya krisis thyroid).4

II.3 PATOFISIOLOGI
Demam dapat terjadi apabila pirogen endogen (1L-1, 1L-1, TNF , 1L
6 dan IFN) yang dihasilkan baik secara sistematik atau lokal, berhasil
memasuki

sirkulasi

dan

mencapai

tingkat

pusat

termoregulasi

di

hipothalamus. Dimana pirogen eksogen menginduksi pembentukan pirogen


endogen dengan stimulasi sel-sel pejamu, umumnya monosit dan makrofag.
Selain oleh monosit atau makrofag sitokin juga dihasilkan oleh limfosit, selsel epithel, keratinosit dan fibroblas.
Suhu tubuh manusia dikendalikan oleh hipothalamus. Neuron-neouron
pada hipothalamus anterior praoptik dan hipothalamus pasterior menerima
dua jenis sinyal, satu dari sarap perifer yang mencerminkan reseptor-reseptor
untuk hangat dan dingin dan lainnya dari temperatur darah yang membasahi
daerah ini. Kedua sinyal ini diintegrasikan oleh pusat termoregulasi
hipothalamus untuk mempertahankan temperatur normal. Sebagai tambahan,

terdapat kelompok neuron pada hipothalamus preoptik atau anterior yang


disuplai oleh suatu jaringan kaya vaskuler dan sangat permeabel, dengan
fungsi sawar darah otak berkurang. Jaringan vaskuler yang khusus ini disebut
Organum Vasculorum Laminae Terminalis (OVLT). Adalah mungkin bila selsel endothel OVLT melepaskan metabolit asam arakidonat ketika terpapat
pada pirogen dari sirkulasi. Metabolit asam arakidonat, yang sebagian besar
prostglandin E2 (PG E2), kemudian diduga berdifusi kedalam daerah
hipothalamus preoptik / anterior dan mencetskan demam. Adalah mungkin
apabila PGE2 / produk asam arakidonat lainnya mengiduksikan suatu
pembawa pesan kedua (Second Mesanger) seperti AMP siklik yang pada
gilirannya menaikkan titik termoregulasi yang sudah ditetapkan. Secara
skematis dapat dilihat dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kronologis kejadian-kejadian yang diperlukan bagi induksi
demam
Agen infeksius
Toksin
Mediator inflamasi

Monosit / makrofag
Sel-sel endothel
Jenis-jenis sel lain

DEMAM

Peningkatan produksi panas


Peningkatan konservasi panas

Sitokin-sitokin pirogenik
IL-1, TNF, Il-6, INF

Peningkatan
PGE2

Hipothalamus anterior

Selain itu pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya


vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan
pasien akan merasa demam.
Keadaan demam dapat memberikan beberapa efek diantaranya adalah
peningkatan kecepatan metabolisme (glukosa, lemak, katabolisme protein),
peningkatan frekuensi pernafasan (2,5/min), myalgia, sakit kepala, malaise,
lemah, kejang demam (pada anak-anak), dehidrasi, infeksi herpes lablalis.
Demam juga dapat memberikan beberapa keuntungan bagi tubuh diantaranya
adalah meningkatnya sel-sel imun dalam mekanisme pertahanan tubuh :
proliferasi sel-sel B/T dan kemotaksis neutrofil.

II.4 STADIUM
1. Stadium incrementi - suhu inti tubuh meningkat sampai ke setting
point yang baru.
- Produksi panas meningkat : vasokonstiksi pada
kulit, aktivitas otot meningkat, kedinginan
(merinding dan menggigil). Kulit tampak
pucat, dingin dan kering. Menggigil merupakan
aktivitas yang tidak disadari ketika kecepatan
metabolisme meningkat 2-3 kali dari normal.
2. Stadium Acmes (Fastigium)

Fase stabil : keseimbangan antara


produksi panas pada setting polut yang

baru. Kulit terasa hangat, kemerahan


dan kering.
3. Stadium Decrementi

Demam mulai turun, setting point kembali


normal, tubuh terasa sangat hangat kemudian
terjadi vasodilasi dan berkeringat. Demam
mulai hilang karena lysis = secara progressife
atau krisis = secara tiba-tiba (biasanya
meningkat secara tiba-tiba sebelum hilang
Perturbatio epicritica).

Stadium-stadium yang terjadi pada demam ini, agar lebih mudah


memahaminya dapat dilihat dalam gambar 2.2.
Gambar 2.2 Stadium dari demam

II.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi demam menurut beberapa literatur dapat dibedakan
berdasarkan dari :
1. Temperatur, yaitu :
a.

Subfebrile (37O 38OC)

b.

Febrile (38O 39,.5OC)

c.

Pyretic (39,5O 41OC)

d.

Hyperpyretic ( > 41OC)

2. Dinamik, yaitu :
a. Demam Kontinyu (+ 1 OC)
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat,
misalnya pada influenza, demam Thypoid, thypus.
b. Demam Remitten (+ 2 OC)
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal, misalnya pada TB paru, infeksi virus, pleuritis
eksudativa.
c. Demam Hektik (+ 4 OC)
Suhu badan berangkat naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat normal pada pagi hari, misalnya pada
sepsis, infeksi pirogen berat.
d. Demam Intermitten (peningkatan suhu dalam jangka waktu singkat
secara periodik)
Suhu badan turun meningkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari, misalnya pada abses, TB milier, endocarditis bakterial.
e. Demam Rekuren
Demam tanpa interval yang reguler. Misalnya pada demam kambuhan.
f. Demam Undulans
g. Demam Inversa
Suhu badan pada pagi hari sangat tinggi.
h. Demam Ephemera (peningkatan suhu dalam jangka waktu singkat yang
tidak singnifikan)

i. Demam Siklik
Kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
j. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari.
k. Demam Periodik
Periodik demam singkat (3 6 hari) muncul diantara satu atau
beberapa hari dari suhu normal misalnya pada malaria.

BAB III
KESIMPULAN

Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan infeksi,


dimana suhu tubuh meningkat ketika ada infeksi.
Demam menurut Nelwan adalah suhu tubuh di atas 37,5 oC. Sedangkan
menurut Gelfand demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipothalakus anterior.
Suhu tubuh normal pada manusia berkisar antara 36,5 37.2 oC.
Demam disebabkan oleh adanya suatu substansi yang disebut dengan pirogen.
Dimana pirogen tersebut dapat dibedakan menjadi pirogen eksogen maupun
endogen.
Mekanisme kerja pirogen sehingga mencetuskan demam adalah Pirogen
eksogen menginduksikan pembentukkan pirogen endogen dimana pirogen
endogen menghasilkan sitokin-sitokin pirogenik (IL 1, TNF, IL 6, IFN)
kemudian berdifusi kedalam daerah hipothalamus anterior sehingga terjadi
peningkatan PGE2, karena peningkatan ini maka terjadilah Demam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nelwan, Demam : Tipe Dan Pendekatan, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid 1, Edisi Ketiga, Jakarta, FK UI,1996, Hal 407 413.
2. Guyton & Hall, Suhu Tubuh, Pengaturan Suhu, dan Demam, Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, Cetakan I, Jakarta, EGC, 1997, Hal 1142 1156.
3. Gelfand, Dinarello, Demam, Termasuk Demam Yang Tidak Diketahui
Penyebabnya, Prinsip Prinsip Penyakit Dalam, Volume 1, Cetakan I,
Jakarta, EGC, 1999, Hal 97 107.
4. Anonim, Thermoregulation, 2003, http//www.google.com.
5. Anonim, Thermoregulation Disorders, 2003, http// Thermoregulation.htm.
6. Anonim, Causes of Fever, 2003, http// Causes of Fever.htm.

Anda mungkin juga menyukai