Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi


(epileptic seizure). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi; sebab obat ini
jarang digunakan untuk gejala konvulsi lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk
terapi epilepsi telah ditinggalkan karena ditemukannya berbagai antiepilepsi baru yang lebih
efektif. Fenobarbital diketahui mempunyai efek antikonvulsi spesifik, yang berarti efek
antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya. Di Indonesia fenobarbital
ternyata masih digunakan, walaupun di luar negeri obat ini mulai banyak ditinggalkan.
Fenitoin (difenilhidantoin), sampai saat ini masih tetap merupakan obat utama antiepilepsi.
Di samping itu karbamazepin yang relatif baru makin banyak digunakan, karena
dibandingkan dengan fenobarbital pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku maupun
kemampuan kognitig lebih kecil. (1)
Obat antiepilepsi terdiri atas beberapa golongan antara lain: (1) golongan hidantoin, (2)
golongan barbiturat, (3) golongan oksazolidindion, (4) golongan suksinimid, (5)
karbamazepin, (6) golongan benzodiazepin, (7) asam valproat, (8) antiepilepsi lain seperti:
fenasemid dan penghambat karbonik anhidrase. (1)
Pada paper ini hanya akan dibahas mengenai asam valproat.
ASAM VALPROAT
Valproat (dipropilasetat, atau 2 propilpentanoat) terutama efektif untuk terapi epilepsi umum,
dan kurang efektif terhadap epilepsi fokal. Valproat menyebabkan hiperpolarisasi potensial
istirahat membran neuron, akibat peningkatan daya konduksi membran untuk kalium. Efek
antikonvulsi valproat didasarkan meningkatnya kadar asam gama aminobutirat (GABA) di
dalam otak.
Pemberian valproat per oral cepat diabsorpsi dan kadar maksimum serum tercapai setelah 1
3 jam. Dengan masa paruh 8 10 jam, kadar darah stabil setelah 48 jam terapi. Jika diberikan
dalam bentuk amida, depamida, kadar valproat dalam serum sepadan dengan pemberian
dalam bentuk asam valproat, tetapi masa paruhnya lebih panjang yaitu 15 jam.
Biotransformasi depamida menjadi valproat berlangsung in vivo, tetapi jika dicampur dengan
plasma in vitro perubahan tidak terjadi. Kira-kira 70% dari dosis valproat diekskresi di urin
dalam 24 jam. (1)
INDIKASI
Asam valproat adalah obat pilihan utama untuk pengobatan epilepsi umu seperti serangan
umum lena (petit mal), untuk serangan mioklonik, serangan tonik-klonik umum, dan juga
epilepsi parsial misalnya bangkitan parsial kompleks, terutama bila serangan ini merupakan
bagian dari sindrom epilepsi umum primer. Sedangkan terhadap epilepsi fokal lain
efektivitasnya kurang memuaskan. Obat ini juga dapat digunakan untuk semua jenis serangan
lainnya. Penggunaan untuk anak kecil harus dibatasi karena obat ini bersifat hepatotoksik.
Valproat telah diakui efektivitasnya sebagai obat untuk bangkitan lena, tetapi bukan
merupakan obat terpilih karena efek toksiknya terhadap hati. Valproat juga efektif untuk
bangkitan mioklonik dan bangkitan tonik-klonik. (1,2,3,4)

DOSIS DAN DOSIS AWAL


Obat ini dapat diberikan sekali, 2 kali atau 3 kali sehari. Dosis awal yang biasa diberikan 400
500 mg sehari dan dapat denaikkan sebanyak 200 250 mg setiap minggu. (1,2)
DOSIS RUMAT
Dosis rumat biasanya untuk pasien dewasa berkisar antara 600 1500 mg sehari dan untuk
anak-anak 30 50 mg/kgBB/hari. (2)
INTERAKSI OBAT
Interaksi obat dengan valproat biasa didapatkan. Asam valproat akan meningkatkan kadar
fenobarbital 40% karena terjadi penghambatan hidroksilasi fenobarbital, suatu efek yang
penting adalah meningkatnya kadar fenobarbital bila digunakan bersamaan dengan valproat
dan kombinasi kedua obat ini dapat menimbulkan sedasi. Kombinasi dengan fenitoin dan
dengan karbamazepin dapat meningkatkan kadar kedua obat ini. interaksinya dengan fenitoin
terjadi melalui mekanisme yang lebih kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan turun,
karena biotransformasi yang meningkat dan pergeseran fenitoin dari ikatan protein plasma,
sedangkan fenitoin bebas dalam darah mungkin tidak dipengaruhi. Kombinasi asam valproat
dengan klonazepam dihubungkan dengan timbulnya status epileptikus bangkitan lena.
Sedangkan kombinasi dengan aspirin dapat menaikkan kadar valproat. (1,2,3,4)
EFEK SAMPING
Toksisitas valproat berupa gangguan saluran cerna, sistem saraf, hati, ruam kulit, dan
alopesia. Gangguan saluran cerna berupa anoreksia, mual dan muntah terjadi pada 16%
kasus. Efek terhadap susunan saraf pusat berupa kantuk, ataksia, dan tremor, menghilang
dengan penurunan dosis. Gangguan pada hati berupa peninggian aktivitas enzim-enzim hati,
dan sesekali terjadi nekrosis hati yang sering berakibat fatal. Kira-kira 60 kasus kematian
telah dilaporkan akibat penggunaan obat ini. Dari suatu uji klinik terkendali, dosis valproat
1200 mg sehari, hanya menyebabkan kantuk, ataksia, dan mual selintas. Terlalu dini untuk
mengatakan bahwa obat ini aman dipakai karena penggunaan masih terbatas.
Efek samping yang kronik dapat berupa mengantuk, perubahan tingkah laku, tremor,
hiperamonemia, bertambahnya berat badan, rambut rontok, penyakit perdarahan, gangguan
lambung (formulasi bersalut non-enterik) (1,2)
Efek hematologis.
Aplasia sumsum tulang yang berat tetapi jarang juga telah dilaorkan pada penggunaan
etosuksimid, benzodiazepin dan valproat. Eosinofilia dengan ruam kulit dan demam dapat
juga terjadi sebagai bagian reaksi hipersensitivitas terhadap banyak obat antikonvulsi. Reaksi
imunologis yang jarang terjadi termasuk purpura trombositopenia autoimun akibat terapi
valproat.
Efek hepatolgi.
Efek samping yang jarang tapi berbahaya dari valproat adalah gagal hati akut yang seringkali
fatal. Mekanisme reaksinya yang tidak biasa ini belum jelas. Efek samping ini terjadi
terutama pada anak yang biasanya menerima terapi multipel, dalam 6 bulan pertama

pengobatan dan mungkin berhubungan dengan telah adanya kelainan dasar metabolisme.
Efek samping ini harus dibedakan dengan kenaikan enzim hati yang sepintas dan ringan yang
sering terjadi akibat valproat (pada kira-kira 30% kasus) yang secara klinis tidak bermakna.
Efek idiosinkratik akut berupa pankreatitis hemoragik fatal pernah dilaporkan. Karena
berbahai efek ini, dokter wajib memonitor secara klinis semua pasien yang menerima
valproat dan mempertimbangkan dengan seksama kebutuhan dari obat tersebut pada pasien
dengan katagori berisiko tinggi (tetapi pemeriksaan biokimia rutin pada pasien yang
asimpthomatik tidak begitu bermanfaat).
Efek neurologis.
Valproat dapat menyebabkan mengantuk hebat dan kelambanan mental, terutama tetapi tidak
selalu hanya bila digunakan bersama-sama dengan fenobarbital. Mekanisme hal ini tidak
jelas, tetapi kemungkinan berhubungan dengan hiperamonemia akibat valproat. Tremor dapat
terjadi pada pasien yang mendapat terapi valproat kronik.
Efek metabolik dan endokrin.
Valproat secara konsisten menyebabkan hiperamonemia sebagai fenomena yang berkaitan
dengan dosis karena menghambat siklus enzim urea. Derajat kenaikan amonia serum
bervariasi cukup besar dan mungkin bergantung pada faktor genetik. Makna klinis
hiperamonemia yang diindusi oleh obat tidak seluruhnya jelas, tetapi mungkin karena kurang
mendapat perhatian. Keadaan ini dapat berupa letargi, hilang nafsu makan, nausea atau
muntah dan terapi valproat harus dihentikan jika timbul gejala-gejala tersebut.
Hiperglisinemia, hiperaminoasiduria dan defisiensi karnitin relatif telah juga dilaporkan,
mungkin mempunyai makna klinis yang kecil dan disebabkan karena gangguan metabolisme
seluler. Valproat merupakan asam lemak rantai pendek dan mempunyai banyak efek
metabolik yang potensial karena hambatan enzim mitokondria, yang banyak belum diteliti
secara formal. Valproat kadang-kadang menimbulkan amenorea dan menstruasi tidak teratur.
Efek pada rambut dan jaringan ikat.
Valproat dapat mempunyai beberapa efek yang aneh terhadap pertumbuhan rambut.
Penipisan atau pengeritingan rambut bukan tidak biasa dan bisa berat, kadang-kadang
menimbulkan botak total. Perubahan ini kadang-kadang sementara, tetapi kadang-kadang
perlu penghentian terapi. Perubahan rambut biasanya terjadi dalam 6 bulan setelah mulai
pengobatan.(1,2,3,4)
DAFTAR RUJUKAN
1. Utama H., Gan VHS., Sunaryo. Anti Konvulsan. Dalam: Farmakologi dan Terapi Edisi 4.
Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1995: 163
74.
2. Shorvon SD. Epilepsi. Dalam: Epilepsi Untuk Dokter Umum. Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1 32.
3. Prof. Dr. I. Gusti Ng. Gd. Ngoerah. Epilepsi. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf.

Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. 1990: 179 86.


4. http://www.yahoo.id/search/cache?/epilepsi/anti_konvulsan/html.
5. https://dokmud.wordpress.com/2009/10/22/asam-valproat/

Anda mungkin juga menyukai