Anda di halaman 1dari 4

Putusan

Pengadilan
Pajak Nomor
Jenis Pajak

Put. 43259/PP/M.I/15/2013

PPh Badan

Tahun Pajak

2008

Pokok Sengketa

bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi positif Terbanding atas Obyek Pajak
Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 berupa Koreksi Peredaran Usaha sebesar Rp.
1.483.365.000,00;

Menurut
Terbanding

bahwa koreksi Peredaran usaha PPh Badan berasal dari selisih Realisasi Titipan BBN
(selisih lebih), sehingga atas selisih tersebut seharusnya merupakan Dasar Pengenaan Pajak
Penjualan karena merupakan bagian dari harga yang harus dibayar oleh konsumen, bahwa
terhadap bukti Surat Edaran dari PT. Astra International Tbk tentang besaran biaya
STNK/BPKB, Terbanding berpendapat bahwa hal tersebut adalah upaya toleransi dari Main
Dealer Honda untuk menjaga stabilitas harga jual semata sehingga terjadi persaingan yang
sehat dilapangan, namun sama sekali bukan pembenaran atas pembuktian dari Pemohon
Banding;

Menurut
Pemohon
Banding

bahwa Pemohon Banding keberatan atas koreksi Terbanding dengan alasan sebagai bebahwa
faktanya dalam realita bisnis otomotif, Pemohon Banding harus membayar biaya jasa dan
pengurusan STNK dan BPKB di luar notice STNK. Jika biaya pengurusan STNK dan BPKB
yang dibayarkan kepada pengurus/biro jasa oleh tim pemeriksa pajak dianggap sebagai
omzet/pendapatan/penambahan kemampuan ekonomis Pemohon. Banding dan kemudian
menimbulkan kewajiban Pajak Penghasilan dalam jumlah yang besar, jelas amat
memberatkan dan dapat mematikan kelangsungan usaha Pemohon Banding;

Menurut
Majelis

bahwa Terbanding melakukan koreksi Peredaran Usaha yang berasal dari selisih Realisasi
Titipan BBN (selisih lebih), sehingga atas selisih tersebut seharusnya merupakan Dasar
Pengenaan Pajak Penjualan karena merupakan bagian dari harga yang harus dibayar oleh
konsumen;
bahwa sebagaimana diketahui dalam proses penjualan sepeda motor, hampir semua
konsumen membeli ON THE ROAD (lengkap dengan surat-surat dari pihak yang
berwenang seperti STNK, Plat Nomor dan lain-lain);
bahwa pada saat itulah konsumen menyerahkan sejumlah uang yang diposkan dalam akun
Titipan BBN oleh Pemohon Banding yang digunakan untuk biaya pengurusan surat-surat
kendaraan ke Samsat;
bahwa sehingga Terbanding berpendapat bahwa selisih tersebut adalah jasa yang harus
dibayar oleh konsumen atas jasa pengurusan surat-surat kendaraan yang diterima oleh
Pemohon Banding dan menjadi penghasilan lain-lain bagi Pemohon Banding;
bahwa sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam proses penyelesaian keberatan
sebenarnya Terbanding telah memberikan kesempatan kepada Pemohon Banding untuk
membuktikan keberatannya namun Pemohon Banding tidak dapat memberikan bukti resmi
biaya dari SAMSAT dan hanya dapat memberikan pembuktian bukti pengeluaran "Titipan

BBN berupa kwitansi yang tidak jelas siapa pihak penerima uang pengurusan STNK/BPKB,
karena dalam kwitansi tersebut hanya terdapat tanda tangan penerima tanpa ada nama
lengkap yang jelas (contoh terlampir);
bahwa dengan demikian meskipun Pemohon Banding menyatakan bahwa biaya tersebut
benar-benar ada, namun Terbanding tidak dapat meyakini bukti yang diajukan karena data
pendukung yang tidak kuat, sehingga Peneliti memutuskan untuk mengakui besarnya
pengeluaran Titipan BBN hanya sebesar jumlah dalam STNK serta biaya yang resmi sesuai
dengan peraturan yang ada;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi Terbanding tersebut dengan alasan
faktanya dalam realita bisnis otomotif, Pemohon Banding harus membayar biaya jasa dan
pengurusan STNK dan BPKB di luar notice STNK. Jika biaya pengurusan STNK dan BPKB
yang dibayarkan kepada pengurus/biro jasa oleh tim pemeriksa pajak dianggap sebagai
omzet/pendapatan/penambahan kemampuan ekonomis Pemohon. Banding dan kemudian
menimbulkan kewajiban Pajak Penghasilan dalam jumlah yang besar, jelas amat
memberatkan dan dapat mematikan kelangsungan usaha Pemohon Banding;
bahwa Terbanding tidak mau mengakui adanya fakta Biaya Jasa Pengurusan BBN, STNK
dan BPKB yang harus dibayarkan Pemohon Banding kepada Biro Jasa perseorangan.
Terbanding hanya mau mengakui Biaya STNK dan BPKB yang tertera pada notice saja,
sedangkan selisihnya dianggap sebagai pendapatan/penambahan kemampuan ekonomis
Pemohon Banding sehingga timbul kewajiban PPN dan PPH Badan yang amat besar dan
tidak relevan dengan usaha Pemohon Banding;
bahwa untuk membuktikan adanya fakta Biaya Jasa dan Pengurusan STNK dan BPKB di
luar notice STNK dimaksud di atas, Pemohon Banding telah memberikan dan menunjukkan
bukti- bukti berupa kuitansi biaya jasa dan pengurusan dimaksud kepada Terbanding;
bahwa Terbanding hanya bersedia menerima bukti yang diserahkan Pemohon Banding
apabila Biaya Jasa dan Pengurusan STNK dan BPKB dilakukan oleh Biro Jasa yang
berbentuk Badan Usaha berbadan hukum atau non badan hukum. Sedangkan jasa dan
pengurusan STNK dan BPKB Pemohon Banding dilakukan oleh Biro Jasa Perseorangan
yang memiliki NPWP yaitu dilakukan oleh Sdr. H. Slamet M Makmur ;
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat 1 huruf (a) Undang Undang Nomor 17 tahun
2000 tentang Perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan berbunyi : Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri
dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
bahwa secara singkat Majelis berpendapat koreksi sebesar Rp. 1.483.365.000,00 menurut
Pemohon Banding adalah biaya yang dibayarkan kepada Biro Jasa untuk pengurusan Bea
Balik Nama Kenderaan Bermotor, sedangkan Terbanding tidak mengakui dalil ini karena
dari bukti-bukti yang disampaikan Pemohon Banding tidak jelas nama penerimanya (bukti
pengeluaran tidak valid);
bahwa di persidangan Pemohon Banding telah melampirkan bukti-bukti berupa kwitansi dan
bukti pengeluaran kas/bank dan daftar rincian Debitur;

bahwa Majelis telah mempertimbangkan dan meneliti bukti-bukti yang diajukan oleh
Pemohon Banding dan memang benar bukti-bukti berupa kwitansi dan bukti pengeluaran kas
bank tersebut tidak mencantumkan nama penerima, dan hanya ada tanda tangan saja;
bahwa Majelis berpendapat walaupun bukti-bukti kwitansi tersebut tidak jelas nama
penerimanya, dalam proses pemeriksaan Terbanding seharusnya dapat melakukan
penelusuran lebih lanjut ke pembukuan dan rekening koran Pemohon Banding atau catatan
lain yang relevan untuk dapat menyimpulkan apakah memang terdapat pengeluaran kepada
Biro Jasa Perorangan (Sdr H Slamet M. Makmur) atau tidak. Terbanding tidak boleh serta
merta berpendapat adanya selisih antara titipan Bea Balik Nama dari konsumen dengan
jumlah yang tercantum dalam STNK sebagai adanya tambahan penjualan unit kendaraan;
bahwa selama proses persidangan tidak terdapat argumen tambahan dari Terbanding untuk
mendukung koreksi nya selain tidak diakuinya bukti kwitansi dan bukti pengeluaran kas/bank
karena tidak ada nama penerimanya;
bahwa oleh karena itu Majelis berpendapat koreksi Terbanding atas Peredaran Usaha sebesar
Rp.1.483.365.000 tidak dapat dipertahankan;
Menimbang

bahwa oleh karena tidak terdapat selisih antara jumlah Pajak Penghasilan yang masih harus
dibayar yang disengketakan Pemohon Banding dan jumlah Pajak Penghasilan yang masih
harus dibayar yang dapat dikabulkan Majelis, maka Majelis berketetapan untuk menggunakan
kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak, untuk mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding;

Mengingat

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundangundangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;

Memutuskan

Mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur


Jenderal Pajak Nomor : KEP-1696/WPJ.10/2011 tanggal 26 September 2011 mengenai
keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan Nomor:
00006/206/08/502/10 tanggal 2 Juli 2010 Tahun Pajak 2008, atas nama : PT. XXX,
sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 yang masih harus dibayar
menjadi sebagai berikut:
Penghasilan neto
Penghasilan Kena Pajak
Pajak terutang
Kredit Pajak
Jumlah pajak yang kurang dibayar
Sanksi Administrasi:
Bunga Ps. 13 (2) KUP
Jumlah yang masih harus/(lebih) dibayar

Rp
Rp
Rp
(Rp
Rp

261.628.478,00
261.628.000,00
60.988.400,00
16.759.500,00)
44.228.900,00

Rp
Rp

16.806.982,00
61.035.882,00

Anda mungkin juga menyukai