PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di
bidang informasi visual melalui lambang-lambang kasat mata, dewasa ini mengalami
perkembangan sangat pesat. Hampir di segala sektor kegiatan, lambang-lambang, atau
simbol-simbol visual hadir dalam bentuk gambar, sistem tanda, corporate identity,
sampai berbagai display produk di pusat pertokoan dengan aneka daya tarik. Di dalam
rancang grafis yang kemudian berkembang menjadi desain komunikasi visual banyak
memanfaatkan daya dukung gambar sebagai lambang visual pesan, guna
mengefektifkan
berangkat dari premis bahwa bahasa visual memiliki karakteristik yang bersifat khas
bahkan sangat istimewa untuk menimbulkan efek tertentu pada pengamatnya. Hal
demikian ada kalanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa verbal.
Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karya desain komunikasi
visual disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,
tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal,
akan didekati pada aspek ragam bahasa, tema, dan pengertian yang didapatkan.
Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya, apakah secara
ikonis, indeksikal, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom
estetiknya. Tanda-tanda yang telah dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah,
kemudian diklasifikasikan, dan dicari hubungan antara yang satu dengan lainnya.
Dengan pendekatan teori semiotika diharapkan dapat diketahui dasar keselarasan
antara tanda verbal dengan tanda visual untuk mendukung kesatuan penampilan karya
desain komunikasi visual serta mengetahui hubungan antara jumlah muatan isi pesan
(verbal dan visual) dengan tingkat kreativitas pembuatan karya desain komunikasi
visual.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Pendekatan Semiotika
Semiotika adalah ilmu paling sering bersentuhan dengan bidang desain.
Semiotika adalah ilmu mengenai "tanda" (Science of sign). Istilah Semiotik
berasal dari bahasa Yunani, Semeion yang berarti tanda (Adams, 1996: 133)
Aristoteles telah menggunakan istilah Semiotiki atau "Seni Tanda pada sekitar
1300 SM. Orang yang membaca tanda (penghayat tanda) disebut Semiotikos.
Kemudian Plato membuat teori tentang "wujud tanda" dan arti tanda", yang
pada intinya tanda memberi arti yang lain dari sekedar wujud visual tanda
tersebut. Sedangkan Euclid telah membuat tanda-tanda matematika pada 300
SM.
Pada abad ke-18 istilah semiotika sebenarnya telah digunakan kembali
oleh Lambert (Filsuf Jerman) secara populer, yang dipadankan dengan kata
Logika. Tetapi Charles Sanders Peirce (1839-1914), seorang ahli filsafat dan
matematika, kemudian secara lebih jelas mengungkapkan masalah semiotika.
Karena itulah Charles Sanders Pierce merupakan tokoh penting dalam
pengembangan semiotika abad ke-19, karena telah mengembangkan logika
berkaitan dengan Relasi obyek (Tanda), Pengirim (Pembuat Tanda) dan
Pembaca Tanda.
Kemudian tokoh penting lainnya adalah Ferdinan de Sausure (18571913) seorang ahli sastra, yang telah menggunakan istilah Semiologi dalam
Semiotika serta menekankan tanda -tanda sebagai dasar linguistik umum.
2.1.2
Menurut Charles Sanders Pierce , pada dasarnya ada tiga jenis tanda dalam
2.1.3
dan sebagainya.
Legisign, adalah tanda yang menunjukkan sesuatu yang terstruktur, sistematis
dan keteraturan. Contoh: karya arsitektur, sistem sruktur pada jembatan dan
sebagainya.
2.1.4
Dalam
kehidupannya,
manusia
adalah
mahluk
sosial
yang
perahu di dalam gua, karya arsitektur, karya sastra, benda pakai manusia purba
dan sebagainya. Dengan ditemukannya gambar-gambar binatang atau perahu di
dalam gua dan peralatan batu dari manusia purba, maka dapat diketahui oleh
para ahli bagaimana kehidupan atau peradaban manusia di zaman purba.
Sebab secara tidak langsung manusia purba telah mengkomunikasikan suatu
sistem tanda dan peradabannya di masa lalu.
Dalam kebudayaan tradisional di Indonesia. bahasa tanda atau bahasa
simbol sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi bangsa timur khususnya bagi
bangsa Indonesia. Di Jawa antara lain dikenal Candrasangkala memet,
sedangkan di Bali dikenal dengan Candrasangkala dan Suryasangkala .
Contoh bahasa simbol dalam babad mengenai tahun keruntuhan Kerajaan
Majapahit disebutkan dengan kalimat simbolik : Hilang sirna kertaning bhumi,
yang berarti tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi (Hilang = 0; Sirna= 0;
Kerthaning = 4; Bhumi =1 ; dalam perhitungan tahun Saka dibaca 1400;
berdasarkan perhitungan tahun Masehi: 1400 + 78 = 1478) Kemudian tahun
berdirinya Kerajaan Klungkung Bali digambarkan secara simbolik berupa
gambar, Cakra paksi palsi, yang berarti tahun saka 1622 atau tahun Masehi
1700 (Sri Resi Ananda Kusuma dalam skripsi Mugi Raharja,1988: 54-55)
Gambar Cakra bernilai : 1;
Candrasangkala, di Bali juga dikenal Palelintangan untuk membaca tandatanda alam (meteorologi) Palelintangan ini digunakan untuk menentukan hari
baik bercocok tanam (pertanian) dan kegiatanke laut (nelayan). Membaca
tanda-tanda alam juga dilakukan oleh umat Muslim untuk menentukan awal
puasa atau Tahun Baru Hijriyah, yaitu dengan melihat cahaya bulan.
2.1.6
antra lain :
Robert Venturi (1966) yang memulai wacana semiotika pada bidang
arsitektur.
5
menganalogikan
sebagainya.
Roman Jacobson seorang tokoh semiotik- pragmatik, menganjurkan agar
desain dianggap sebagai "alat komunikasi" Dengan demikian kajian semiotik
dikirim dan diterima atau dimengerti melalui kode. Kode yang dimaksud bisa
berkaitan dengan kode bahasa ( henmeneutik, semantik. narasi), kode simbolik
2.1.7
parameter filosofis.
Dalam proses desain, semiotik berfungsi evaluatif (setelah ada produk atau
bendanya)
Jadi semiotika tidak mengajarkan "bagaimana merancang. Dalam hal
ini seorang desainer diharapkan mengerti "bahasa bentuk atau "hahasa
produk ,dan juga harus mampu membiarkan produknya berbicara sendiri.
Untuk itulah seorang desainer memerlukan pengetahuan semiotik.
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3.3 Daftar Pustaka