Anda di halaman 1dari 99

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Pembangunan Nasional menempatkan Kesehatan Reproduksi
Remaja sebagai salah satu program pemerintah di dalam sektor pembangunan
sosial budaya, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi, dimana remaja ini merupakan
kelompok yang paling potensial dalam pembangunan suatu negara karena
remaja adalah sebagai aset penerus dan penentu masa depan bangsa (BKKBN,
2010).
Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa di
mana timbul ciri-ciri seksual sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi
perubahan-perubahan psikologi dan kognitif (Soetjiningsih, 2007). Masa remaja
disebut juga masa adolescence (tumbuh menjadi dewasa). Masa remaja ditandai
oleh masa pubertas yaitu waktu seorang perempuan mampu mengalami konsepsi
yaitu menstruasi/haid pertama, dan adanya mimpi basah pada anak laki-laki.
Pada masa tersebut remaja mengalami perkembangan seksual diantaranya,
kematangan organ seksual mulai berfungsi, baik untuk reproduksi/menghasilkan
keturunan maupun rekreasi/mendapat kesenangan (Moersintowati, 2002).
Pada masa ini diharapkan remaja mulai memperhatikan kesehatan diri
(personal hygiene) terutama kesehatan reproduksi. Tinggal di daerah tropis
seperti di Indonesia membuat keadaan tubuh menjadi lebih lembab dan
berkeringat. Akibatnya bakteri mudah berkembang dan menyebabkan bau tidak
sedap terutama pada bagian lipatan tubuh yang tertutup seperti ketiak dan lipatan

organ genitalia pada wanita. Untuk menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan
bersih harus memperhatikan kebersihan perseorangan atau personal hygiene.
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang. Kebersihan
perseorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang, menjaga kesehjatraan fisik dan psikis
(Laily dan Sulistyo, 2012).
Kesehatan reproduksi wanita usia subur tidak lepas dari kesehatan di
bidang kebidanan dan kandungan. Hingga saat ini masih banyak ditemukan
penyakit-penyakit infeksi yang mengganggu alat reproduksi wanita yang dapat
menyebabkan komplikasi antara lain infertilitas (kemandulan) dan meningkatkan
kejadian kehamilan ektopik/hamil di luar kandungan (Manuaba, 2009).
Beberapa penyakit infeksi pada organ reproduksi wanita adalah dapat
berupa trikomoniasis, vaginosis bacterial, kandidiasis, vulvovaginitis, gonorea,
klamidia, dan sifilis. Salah satu gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ
reproduksi wanita adalah terjadi keputihan. Keputihan (flour albus) adalah
cairan berlebih yang keluar dari vagina. Untuk itu, siswi sangat perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam menjaga kesehatannya terutama kesehatan
reproduksi remaja.
Infeksi tersebut salah satunya bisa terjadi karena kurangnya perilaku
hygiene saat menstruasi. Hygiene saat menstruasi merupakan awal dari usaha
menjaga kesehatan. Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat
mudah terkena infeksi. Oleh karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih
dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada
saluran reproduksi. Salah satu keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi

adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur kandida yang akan subur
tumbuhnya pada saat haid (Sarwono, 2006).
Sebanyak 75% perempuan termasuk di dalamnya remaja putri di seluruh
dunia minimal pernah mengalami keputihan satu kali dalam hidupnya.
Sedangkan di Indonesia ada sekitar 70% remaja putri mengalami masalah
keputihan. Keputihan yang terjadi pada remaja putri tersebut kebanyakan
disebabkan oleh masih minimya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama
dalam kebersihan organ genetalia
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia / SDKI tahun
2010, jumlah remaja di indonesia yang berumur 10 -19 tahun mencapai 30% dari
jumlah penduduk, yakni sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
anak remaja perlu mendapat perhatian, karena remaja sangat rentan oleh perilaku
personal hygiene yang kurang. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu
masalah yang banyak dihadapi oleh para remaja. Berdasarkan hasil penelitian
Widyantoro (2008) pada perempuan pengunjung rumah sakit di Subang dan
Tanggerang menunjukkan bahwa sebagian besar (77,5% di Tanggerang dan
68,3% di Subang) mempunyai perilaku personal hygiene yang buruk.
Berdasarkan hasil penelitian Mardani, Aris dan Priyoto (2010)
menunjukkan bahwa 60% remaja putri berpengetahuan kurang tentang
kesehatan reproduksi dan hampir 95% remaja putri pempunyai perilaku
personal hygiene kurang pada saat menstruasi. Berdasarkan penelitian Lianawati
(2012) tentang personal hygiene saat menstruasi pada siswi kelas X SMA Islam
Terpadu AL-MAHSYUR PATI menunjukkan 23,33% termasuk dalam kategori
baik, 66,67% kategori cukup, dan 10% kategori kurang.

Studi tentang kebersihan menstruasi di antaranya dilakukan oleh Saadah


(1999), yang melaporkan bahwa hanya 49,6% dari responden membersihkan alat
kelaminnya secara benar pada keadaan biasa dan 45,5% pada saat mengalami
menstruasi. Sebanyak 82,6% responden mempumyai perilaku hygiene yang
kurang baik, yang mungkin disebabkan karena kurangnya informasi yang benar
tentang hygiene menstruasi.
Wisnuwardhani (1997), melaporkan hasil penelitiannya bahwa pada
umumnya responden menggunakan pembalut saat menjalani menstruasi. Tetapi
hanya 30% responden yang mengganti pembalut sebanyak 4 kali pada saat
menstruasi banyak (deras), dan hanya 70-80% yang membersihkan alat kelamin
secara benar pada keadaan biasa maupun ketika sedang mengalami menstruasi.
Dari

hasil

penelitian

Arfina

(2008)

diketahui

bahwa

praktek

pemeliharaan kebersihan menstruasi yang baik pada siswi SLTP I di Kabupaten


Purwakarta sebanyak 25%, sedangkan yang kurang baik mencapai 75%. Maka
berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa praktek pemeliharaan
kebersihan menstruasi yang baik pada siswi SLTP I Kabupaten Purwakarta
masih rendah.
Hasil penilitian yang dilakukan oleh Widyasari (2001) dengan
menggunakan 55 responden, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara
perineal hygiene dengan kejadian infeksi organ reproduksi. Dari penelitian
tersebut didapatkan bahwa responden yang memiliki status perineal yang baik,
83.3% mengalami infeksi organ dalam dan hanya 16.7% yang tidak mengalami
infeksi organ dalam. Perineal hygiene yang dilakukan saat menstruasi lebih baik
daripada perineal hygiene yang dilakukan sehari-hari dan hampir semua.
Responden melakukan perineal hygiene selama masa menstruasi. Penelitian ini

menunjukkan bahwa hanya terdapat sekitar 1.8% remaja putri yang


membersihkan vagina dengan benar.
Banyaknya remaja putri yang kurang pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi menyebabkan remaja melakukan perilaku personal hygiene yang
kurangbaik. SMA Bina Bangsa Sejahtera yang terletak di Jln.Dramaga km.7
Margajaya Bogor masih memiliki suasana yang asri dan sistem pengairan yang
belum menggunakan air PAM hingga penggunaan air bersih masih kurang dan
dengan demikian ada hubungannya dengan hygiene, dan letaknya di pinggiran
kota bogor maka masih kurang mendapat penyuluhan dari dinas kesehatan
bogor.
Oleh karena berbagai hal tersebut sehingga peneliti memutuskan untuk
meneliti tentang Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Dengan Perilaku Personal hygiene Menstruasi Pada Remaja Puteri
di SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor.

B. Rumusan masalah
Dari data di atas terlihat masih rendahnya perilaku personal hygiene pada
remaja putri. Dengan demikian masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian
ini adalah Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Dengan Perilaku Personal hygiene Menstruasi Pada Remaja Puteri
di SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran dan hubungan antara tingkat Pengetahuan
tentang

Kesehatan

Reproduksi

dengan

Perilaku

Personal

hygiene

Menstruasi Pada Remaja di SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor.


2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada
remaja puteri.
b. Diketahuinya gambaran perilaku personal hygiene menstruasi pada
remaja puteri.
c. Diketahuinya adakah hubungan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dengan perilaku personal hygiene menstruasi pada remaja
puteri.
D. Ruang Lingkup
Penelitian mengenai Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang
Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Personal hygiene Menstruasi Pada
Remaja Puteri di SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor yang dilakukan untuk
mengetahui

Hubungan

antara

tingkat

Pengetahuan

tentang

Kesehatan

Reproduksi dengan Perilaku Personal hygiene menstruasi Pada Remaja puteri


yang meliputi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hygiene
menstruasi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional
dengan pendekatan cross sectional yang bersifat kuantitatif. Tujuannya untuk
mencari hubungan antara variabel bebas (tingkat pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi dan variabel tergantung perilaku personal hygiene menstruasi)


dengan menggunakan kuesioner.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
a. Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dengan Perilaku personal hygiene
menstruasi pada remaja puteri bagi para pembacanya.
b. Akan menjadi suatu sumbangan pemikiran dan wacana baru bagi
mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Program Studi
Pendidikan Dokter.
2. Bagi masyarakat
Memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene menstruasi
pada remaja puteri, sehingga masyarakat baik guru maupun orang tua lebih
memberikan perhatian tentang informasi kesehatan reproduksi dan perilaku
hygiene menstruasi yang benar.
3. Bagi pemerintah
Sebagai bahan masukan dalam penyelenggaraan upaya peningkatan
kesehatan reproduksi remaja dan tindakan preventif akibat tidak hygiene
selama menstruasi, dapat timbul penyakit - penyakit yang berkaitan dengan
infeksi alat alat reproduksi.

4. Bagi peneliti lain


Dapat dijadikan sebagai informasi untuk penelitian lain yang lebih
lanjut mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dengan perilaku personal hygiene menstruasi pada remaja puteri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Kesehatan Reproduksi
a.

Pengertian Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan namun dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi serta fungsi dan prosesnya. Tujuan dari program kesehatan
reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami dan
menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat
dan tentu saja bertanggung jawab dengan masalah kehidupan
reproduksi (Widyastuti,2009).
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi, serta prosesnya.
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor
yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan repoduksi yaitu :
1) Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan,
tingkat

pendidikan

yang

rendah,

dan

ketidaktahuan

10

tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi


tempat tinggal yang terpencil).
2) Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak
anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak
8 dan remaja karena saling berlawanan satu
dengan yang lain, dsb).
3) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja,
depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga
wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).
4) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi
pasca penyakit menular seksual, dsb).
b.

Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan
sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas
dari kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit
menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, serta semua bentuk
kekerasan dan pemaksaan seksual.

B. Pengertian Remaja
Remaja atau aldolescence, berasal dari bahasa latin yang
berarti tumbuh kearah kematangan. kematangan yang dimaksud adalah
bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan
psikologis (Widyastuti, 2009). Definisi remaja menurut buku-buku

11

pediatri adalah bila seorang anak perempuan berusia 10-18 tahun dan
anak laki-laki berusia 12-20 tahun. Sedangkan menurut WHO, Remaja
adalah bila anak (baik perempuan maupun laki-laki) telah mencapai
umur 10-18 tahun (Santrock, 2008).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun
menurut Depkes RI adalah anatara 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin.menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19
tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia
dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan
dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2009).
Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organorgan fisik (organobiologik) secara cepat dan perubahan tersebut tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadi
perubahan mental besar ini umumnya membingungkan remaja yang
mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini,
memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan
dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut
terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sehingga kelak
remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani,
rohani, dan sosial (Widyastuti, 2009).
Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting
dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena

12

bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan


menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Para ahli
dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap
remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan
reproduksi

remaja

agar

dapat

tertangani

secara

tuntas

memiliki

serangkaian

asumsi

tentang

(Widyastuti,2009).
Tiap

kebudayaan

pertumbuhan manusia dan kemampuan reproduktif yang pada


umumnya dapat terlihat secara jelas pada masa pubertas dan pada masa
remaja. Tiga pola budaya yang pada umumnya digunakan oleh
sekelompok manusia untuk mengenali awal pubertas dan masa remaja:
1. Pengakuan atas kedewasaan seksual dalam hal bersikap. Margaret
Mead (1928) menjelaskan pola tersebut bagi negara Samoa.
Tercatat bagi beberapa anak laki-laki dan gadis di Samoa, masa
remaja dianggap sebagai bagian sebuah perkembangan teratur dari
hal-hal yang menjadi perhatian budaya dan kegiatan-kegiatan
pendewasaan secara perlahan yang umumnya ditandai dengan
dengan pertumbuhan pola organ-organ reproduksi
2. Penggunaan ritual dan upacara adat yang panjang (lama) bagi salah
satu atau kedua jenis kelamin, beberapa menimbulkan rasa sakit
dalam pelaksanaannya. Di antara masyarakat adat Arunta di
Australia Tengah, baik laki-laki maupun perempuan menjalani
ritual yang spesifik, sebaliknya di masyarakat seperti Ndembu di
Zambia Utara dan Shoshone di Amerika Utara satu ritual pubertas
diperuntukkan baik bagi laki-laki maupun perempuan.

13

3. Adanya jeda atas pengakuan kedewasaan seksual hingga seseorang


mampu menunjukkan kemampuan ekonomi dalam berdagang dan
kegiatan-kegiatan

pemenuhan

nafkah

seperti

halnya

pada

masayarakat Alor di Indonesia (Du Bois, 1944)

1.

Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya.


Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat
perlu

mengenal

perkembangan

remaja

serta

ciri-cirinya.

Bedasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu)


remaja ada tiga tahap yaitu:
a. Masa remaja awal (10-12 tahun).
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak dan merasa ingin bebas.
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berpikir khayal (abstrak).
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun).
1) Tampak merasa ingin mencari identitas diri.
2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan
jenis.
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.
4) Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.
5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun).
1) Menampakan pengungkapan kebebasan diri.
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

14

3) Memilki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.


4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.
5) Memilki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

C. Menstruasi/ Haid dan Keputihan


Menstruasi/Haid adalah keluarnya darah dari kemaluan
perempuan setiap bulan akibat gugurnya dinding rahim karena sel
telur tidak dibuahi. Sebenarnya proses yang terjadi adalah luruhnya
lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh
darah bersama dengan sel telur yang tidak dibuahi. Darah yang keluar
dari rahim perempuan yang sehat bukan akibat melahirkan, istihadah
atau perdarahan (Sherwood, 2001).
1.

Usia Pertama Kali Menstruasi


Menstruasi pertama kali dialami oleh remaja perempuan
disebut menarche, menarche merupakan ciri biologis dari kematangan
seksual perempuan yang umumnya terjadi pada usia sekitar 12 tahun.
Usia gadis remaja pada waktu pertama kali mendapat menstruasi
(menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun tetapi rataratanya 12,5 tahun. Munculnya menstruasi berarti perempuan sudah
bisa hamil apabila melakukan hubungan seksual (Jusuf, 2009).

2.

Proses Terjadinya Menstruasi


Alat reproduksi perempuan yang utama adalah sepasang
indung telur (ovarium) yang terletak disisi kanan-kiri rahim. Setiap
sebulan sekali atau persiklus haid,ovarium mengeluarkan 1-2 sel telur

15

(ovum). Kemudian sel telur masuk ke saluran ( tuba falopi), peristiwa


ini disebut dengan ovulasi. Sel telur bertahan selama 1 hari di saluran
telur. Bila tidak ada sperma yang masuk ke saluran, telur akan tururn
ke rongga rahim. Pengaruh hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan penebalan dinding rahim (endometrium), yang berguna
sebagai tempat sel telur bersarang setelah dibuahi sperma. Bila sel
telur tidak dibuahi, dinding rahim akan luruh dan akan ke luar dari
vagina dalam bentuk darah haid (menstruasi). lama menstruasi
berkisar 3-8 hari (Sherwood, 2001).
3.

Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah jarak antara masa haid, yaitu jarak
dari hari pertama haid terakhir ke hari pertama haid berikutnya.
Biasanya berkisar anatara 20-35 hari, para medis membuat patokan
siklus haid selama 28 hari. Menstruasi terjadi setiap bulan dengan
pola siklus yang berlainan pada setiap perempuan. Siklus menstruasi
penting diketahui untuk menentukan kapan masa subur. Pembuahan
sel telur oleh sperma terjadi pada masa subur, yaitu sekitar 11-17 hari
setelah hari pertama menstruasi (Jusuf, 2009).

4. Keputihan
Menurut Wiknjosastro (2007), Leukorea (white discharge,
fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada
cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genetalia yang tidak berupa
darah. Keputihan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu normal
(fisiologis) dan tidak normal (patologis). Dalam keadaan normal,

16

cairan yang dikeluarkan cenderung jernih atau sedikit kekuningan


dan kental seperti lendir serta tidak disertai bau, rasa gatal, nyeri
saat

buang

air kecil

atau warnanya

sudah

kehijauan

atau

bercampur darah, maka ini dapat dikategorikan tidak normal dan


perlu diwaspadai (Indrawati, 2007).
Beberapa penyebab keputihan yaitu, perilaku tidak higienis
(air cebok

tidak bersih, celana dalam

tidak menyerap keringat,

penggunaan pembalut yang kurang baik), gangguan hormon yaitu


perubahan hormon akibat siklus menstruasi atau kehamilan, pola
hidup tidak sehat yaitu tidak membersihkan vagina setelah buang
air atau tidak mengetahui cara vulva hygiene
Cara mencegah keputihan antara lain, selalu

menjaga

kebersihan daerah genetalia dengan menjaganya agar tetap kering


dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana

dengan

bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana dalam


ketat. Biasakan mengganti pembalut atau pantyliner pada waktunya
untuk mencegah berkembang biaknya bakteri. Biasakan membasuh
dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang (dari arah vagina ke anus). Penggunaan cairan pembersih
vagina tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina.

D.

Flora Mikroba Normal Tubuh Manusia


Istilah Flora mikroba normal menunjukan populasi

mikroorganisme yang hidup di kulit dan membran mukosa orang


normal yang sehat. Keberadaan flora virus normal pada manusia

17

masih diragukan. Kulit dan membran mukosa selalu mengandung


berbagi mikroorganisme yang dapat tersusun menjadi dua kelompok:
(1) flora residen terdiri dari jenis mikroorganisme yang relatif tetap
dan secara tertur ditemukan di daerah tertentu pada usia tertentu. Jika
terganggu, flora tersebut secara cepat akan hidup kembali dengan
sendirinya. (2) flora transien terdiri dari mikroorganisme yang nonpatogen atau secara potensial bersifat patogen yang menempati kulit
atau membran mukosa selama beberapa jam, hari, atau minggu.
Berasal dari lingkungan tidak menyebakan penyakit, dan tidak dapat
menghidupkan dirinya sendiri secara permanen di permukaan.
Anggota flora transien secara umum memiliki makna yang kecil
selama flora residen normal tetap utuh. Namun, apabila flora residen
terganggu, mikroorganisme transien dapat berkolonisasi, berfloriserasi
dan menyebabkan penyakit (Jawetz & Adelberg, 2007).
1. Peran Flora Residen
Mikroorganisme yang secara konstan ada di permukaan
tubuh bersifat komensal. Pertumbuhannya di daerah tertentu
bergantung pada faktor-faktor fisiologi yaitu temperatur, kelembaban,
dan adanya zat gizi serta zat inhibitor tertentu. Keberadaan flora
tersebut tidak penting bagi kehidupan, karena hewan bebasmikroorganisme dapat hidup pada keaadaan tidak adanya flora
mikroba normal. Namun flora residen di daerah tertentu memainkan
peran yang nyata dalam mempertahankan kesehatan dan fungsi
normal.

18

Hal yang penting adalah bahwa mikroba yang tergolong


flora residen normal tidak membahayakan dan dapat menguntungkan
di lokasi normalnya pada pejamu serta pada keadaan tanpa kelainan
yang menyertai. Organisme tersebut dapat menyebabkan penyakit jika
dimasukan ke dalam lokasi lain dalam jumlah besar dan jika terdapat
faktor predisposisi (Jawetz & Adelberg, 2007).
2. Flora Normal Vagina
Segera setelah lahir, laktobasilus aerob tampak dalam
vagina dan menetap sepanjang pH tetap asam (beberapa minggu). Bila
pH menjadi netral (menetap sampai pubertas) terdapat flora campuran
kokus dan basilus saat pubertas. Laktobasilus aerob dan anaerob
tampak kembali dalam jumlah banyak dan mempertahankan pH asam
dengan menghasilkan asam dari karbohidrat terutama glikogen.
keadaan ini tampaknya merupakan mekanisme penting dalam
mencegah

timbulnya

organisme

yang

lain,

yang

mungkin

membahayakan di dalam vagina. Jika laktobasilus ditekan akibat


pemberian obat-obat antimikroba, ragi atau berbagai bakteri
meningkat jumlahnya dan menyebabkan iritasi serta peradangan.
Setelah menopause, laktobasilus kembali berkurang jumlahnya dan
flora campuran kembali timbul. flora vagina normal termasuk
streptococcus grup B terdapat sebanyak 25% perempuan usia subur.
Selama proses kelahiran, bayi dapat terpajan streptococcus grup B,
yang kemudian dapat menyebakan sepsis neonatal dan meningitis.
Flora vagina normal juga sering mencakup streptococcus alfa

19

hemolitik,

streptococcus

anaerob

(peptostreptococus),

spesies

prevotella, klostridia, gradnerella vaginalis, ureaplasma urealytikum


dan kadang-kadang listeria atau spesies mobilunkus. Mukus servikal
mempunyai aktifitas antibakteri dan mengandung lisozim. Pada
beberapa perempuan, introitus vagina mengandung flora yang banyak
menyerupai flora di perineum dan area perianal. Keadaan tersebut
dapat menjadi faktor predisposisi infeksi saluran kemih rekuren.
Organisme di vagina yang terdapat saat persalinan dapat menginfeksi
neonates misalnya, streptococcus grup B (Jawetz & Adelberg, 2007).

E. Personal hygiene
Hygiene adalah

ilmu yang berkenaan dengan masalah

kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau


memperbaiki kesehatan (Manuaba, 2002).
Menurut Patricia (2005) personal hygiene sama dengan
peningkatan kesehatan. Dengan implementasi tindakan hygiene yang
dapat dilakukan saat menstruasi. Sikap seseorang dalam melakukan
personal hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi:
citra tubuh, praktek sosial, status sosio-ekonomi, pengetahuan,
variable kebudayaan, pilihan pribadi, kondisi fisik.
Perawatan pada saat menstruasi merupakan komponen
hygiene perorangan yang memegang peranan penting dalam status
perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya
gangguan pada fungsi alat reproduksi. Pada saat menstruasi
pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh karena

20

itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah
sekali masuk dan dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi
(Manuaba, 1999).
Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah untuk
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan
selama masa menstruasi sehingga mendapakan kesejahteraan fisik dan
psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang
(Patricia, 2005).
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut Tarwoto (2004), sikap seseorang melakukan
personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :
a. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi
terhadap peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu
terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
b.Lingkungan
Kebiasaan

keluarga,

jumlah

orang

di

rumah,

dan

ketersediaan air bersih atau air mengalir hanya merupakan beberapa


faktor yang mempengaruhi perawatan personal hygiene
c. Status sosio ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampo, dan alat mandi yang semuanya

21

memerlukan uang untuk menyediakannya. Dalam hal ini yaitu untuk


membeli pembalut
d.Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan
itu sendiri tidaklah cukup. Seseorang harus termotivasi untuk
memelihara perawatan diri
e. Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang
berbeda mengikuti praktek perawatan diri yang berbeda. Sejumlah
mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa saat
individu sakit ia tidak boleh dimandikan karena dapat memperparah
penyakitnya.
f. Pilihan pribadi
Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk
perawatan diri, memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih
bagaimana cara melakukan perilaku hygiene.

g.Agama
Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu
dalam melaksanakan kebersihan sehari-hari. Agama islam misalnya,

22

umat islam diperintahkan untuk selalu menjaga kebersihan karena


kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini tentu akan mendorong
individu

untuk

mengingat

pentingnya

kebersihan

diri

bagi

kelangsungan hidup.
h.Cacat jasmani/mental bawaan
Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat
kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri.

F. Personal hygiene Menstruasi


Perawatan daerah kewanitaan merupakan bagian dari
perawatan diri. Tujuannya adalah untuk membersihkan sekret dan bau
dari perineum, untuk mencegah terjadinya infeksi, dan untuk
meningkatkan kenyamanan (Kozier, et. al, 1995).
Hygiene pada saat menstruasi merupakan komponen
personal hygiene (kebersihan perorangan) yang memegang peranan
penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk
menghindari adanya gangguan pada fungsi reproduksi. Blum (1991),
menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang seperti lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan (genetik).
Hygiene perseorangan atau kebersihan diri termasuk di
dalam kelompok perilaku (Becker, 1979). Dengan demikian menjaga
kebersihan diri saat menstruasi juga merupakan komponen hygiene

23

perseorangan yang juga memegang peranan penting dalam status


perilaku

kesehatan

seseorang,

termasuk

menghindari

adanya

gangguan pada fungsi organ reproduksi.


Perlu diperhatikan pada saat menstruasi yang berkaitan
dengan pemeliharaan kebersihan pada saat mengalami haid, antara
lain diperlukannya alat untuk menampung cairan darah haid
tersebut, yang saat ini sudah banyak digunakan yaitu pembalut
perempuan yang cara penggunaannya mudah tetapi memiliki
kekurangan dapat melukai kulit lipatan paha (Llewellyn, 1997).
Selain itu dikenal juga alat untuk menampung cairan darah
menstruasi yang dimasukkan kedalam vagina yaitu tampon.
Kelebihan dari tampon ini adalah lebih enak dipakai, tidak kelihatan
dan tidak mempersulit gerakan. Tampon harus diganti setiap 4 jam
sekali selama haid, karena jika tidak dapat menyebabkan gangguan
pada vagina, berupa keputihan yang hebat dan pada akhirnya dapat
menyebabkan infeksi (De Moya, 1982).
Untuk mencegah infeksi pada alat reproduksi, seharusnya
mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani produk dari
menstruasi, serta tidak menyemprotkan air langsung ke vagina
(Czerwinski, 1996). Cara membersihkan vagina harus dengan air
bersih dari arah depan kebelakang, jangan menyiram dari belakang
atau membersihkan dengan tangan yang telah menyentuh lubang
dubur yang banyak mengandung kuman, serta mengganti pembalut 4
kali sehari (Wisnuwardhani, 1997).

24

Utama (2001) menyatakan bahwa ada beberapa cara yang


dapat dilakukan untuk merawat daerah kewanitan antara lain sebagai
berikut:

1. Membersihkan daerah kewanitaan


a.Membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih.
b.

Membasuh dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil atau
buang air kecil atau buang air besar untuk mencegah vagina tercemar
organisme yang berasal dari anus.

c.Jangan terlalu sering menggunakan produk pembersih vagina.


d.

Hindari terlalu sering menggunakan tissue toilet (khususnya yang


wangi) setiap buang air kecil atau buang air besar. Tissue toilet dapat
diganti dengan menggunakan handuk kecil yang bersih.

e.Hindari pemakaian tissue atau pembalut yang dapat menyebabkan


alergi.
2. Menjaga kebersihan pada masa menstruasi
a.Menstruasi pembalut untuk menampung darah menstruasi.
b.

Pembalut diganti sekitar 4-5 % dalam sehari untuk menghindari


pertumbuhan bakteri pada pembalut yang digunakan serta untuk
mencegah masuknya bakteri tersebut ke dalam vagina.

c.Membersihkan daerah kewanitaan setiap akan ganti pembalut.


3. Memilih pakaian dalam
a.Menggunakan bahan yang terbuat dari bahan katun sehingga dapat
menyerap keringat.

25

b.

Hindari menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat dapat


menyebabkan peredaran darah tidak lancar.

c.Mengganti pakaian dalam minimal 2 x 1 hari setelah mandi; terutama


bagi wanita aktif dan mudah berkeringat.
d.

Dapat pula menggunakan panty liners atau pembalut tipis sekali


pakai untuk melapisi pakaian dalam.

1. Tujuan perilaku personal hygiene menstruasi :


Tujuan

personal

hygiene

menstruasi

adalah

untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama


masa menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis
serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku personal


hygiene menstruasi :
a.

Pengetahuan mengenai menstruasi


Anak yang mendapatkan pengetahuan seks dari orang tua
akan berperilaku reproduksi sehat lebih baik dibandingkan dengan
anak yang mendapatkan pengetahuan seks pertama kali dari orang lain
(BKKBN, 1997).
Pengetahuan remaja perempuan mengenai menstruasi
cenderung

belum

adekuat,

terlebih

yang

berkaitan

dengan

pemeliharaan kebersihan genital. Penanganan kebersihan diri yang


tidak benar dan tidak bersih dapat mengakibatkan tumbuhnya

26

mikroorganisme secara berlebihan yang pada akhirnya akan


mengakibatkan gangguan fungsi reproduksi (PKBI, 1999).

b.

Sikap terhadap menstruasi


Steinsdottir

(1993),

melaporkan

hasil

penelitiannya

terhadap 178 sampel, didapatkan bahwa menstruasi sebagai sesuatu


yang alamiah dan sebagian besar mengatakan bahwa menstruasi
sebagai sesuatu yang memberatkan, dan tidak dapat diingkari bahwa
menstruasi dapat mempengaruhi perilaku. Hasil penelitian di Sydney
tahun 1994, lebih dari 75% responden menyatakan, jika ada metode
yang aman mereka lebih menyukai tidak mengalami menstruasi.
Dalam sebuah kajian di Rajasthan yang dilakukan oleh
Khanna, et. al. (2005), hampir 92% gadis tidak peduli dengan
menstruasi pada tahap menarche. Menarche yang merupakan
menstruasi pertama dianggap sebagai kejadian yang amat biasa, tanpa
ada ritual apapun. Hal ini dianggap sebagai seuatu peristiwa yang
terjadi antara ibu dan anak.
c.

Pendidikan orang tua


Pendidikan ayah dan ibu erat kaitannya dengan kesehatan
keluarga, dimana semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu semakin
baik taraf sosio ekonomi. Demikian juga pemeliharaan anakyang baik
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keadaan sosio
ekonomi dari keluarga (Abdel H, 2010)

d.

Lingkungan

27

Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi formal dan


informal didapatkan bisa dari ibu, saudara kandung, guru, teman
sebaya, buku, petugas kesehatan, majalah, internet, hingga iklan yang
menjual produk menstruasi. Sumber informasi terkait menstruasi yang
paling umum berasal dari teman sekelas dan teman bermain mereka,
karena mereka dapat berdiskusi tentang hal ini. 77.7% gadis bercerita
kepada teman mereka untuk meminta saran terkait menstruasi mereka.
Orang berikutnya yang menjadi rekan diskusi para gadis tersebut
adalah saudara perempuan mereka atau kerabat keluarga perempuan
lain yang lebih muda (15.5%). Yang mengejutkan, hanya 6.6% dari
gadis dalam penelitian yang mendiskusikannya dengan ibu mereka.
Alasan dari hal ini adalah gap yang cukup besar antara ibu dan anak
(Abdel H, 2010)
Peran media dan LSM dalam program tertentu menjadi penting.
Informasi dapat disediakan melalui iklan TV dan drama dengan caracara yang dapat diterima secara sosial maupun agama. Juga tidak lupa
mengenai kebutuhan untuk menyediakan pembalut tersedia pada
harga yang dapat dijangkau gadis dari keluarga miskin. (Abdel H,
2010).
e.

Budaya
Perilaku remaja putri saat menghadapi menstruasi berbeda
beda tergantung kepada kebudayaan yang mereka anut. Pada suku
bangsa tertentu, menstruasi merupakan hal yang tabu untuk
dibicarakan.

28

Di Mesir, akibat kepercayaan budaya dan keagamaan, menstruasi


dianggap sebagai topik yang tidak sepantasnya diperbincangkan. Hal
ini mengakibatkan kurangnya akurasi dan ketersediaan data. Dari
penelitian terkini, hampir seluruh gadis (92.2%) mengatakan bahwa
media masa merupakan sumber pengetahuan mereka tentang
kebersihan menstruasi, selanjutnya pengetahuan yang diperoleh dari
ibu mereka (45%) (Abdel H, 2010)
Dari persepktif Barat, ritual yang melibatkan pengasingan maupun
pengenaan rasa sakit bagi seseorang dapat dipandang kejam dan
menimbulkan sakit yang tidak semestinya diperlukan, sesuatu yang
tidak akan dapat ditoleransi pada tingkatan resmi apapun (Morris,
1988).

3.

Jenis-jenis perilaku personal hygiene saat menstruasi :

a. Perawatan Kulit dan Wajah.


Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung,
sekresi, eksresi, pengaturan temperatur, dan sensasi. Kuilit memiliki
tiga lapisan utama yaitu: epidermis, dermis dan subkutan. Kulit
berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi dan cairan dengan
pembuluh darah yang berada dibawahnya, mensitesa sel baru dan
mengeliminasi sel mati. Kulit sering kali merefleksikan perubahan
pada warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperatur dan hidarasi
(Patricia, 2005).
Kesehatan dan kencantikan dapat tercemin dari kulit, terutama
kulit wajah, kulit yang bersih dan sehat akan membuat penampilan

29

lebih segar. Oleh karena itu perawatan kulit dan wajah selama
menstruasi sangatlah penting untuk dilakukan. Perawatan kulit dan
wajah selama mentruasi mempunyai fungsi penting yaitu : melindungi
jaringan tubuh yang ada dibawah kulit, mengatur suhu tubuh karena
pada saat mentruasi kelenjar keringat akan meningkat, menghilangkan
kotoran karena keringat (Patricia, 2005).
Wajah merupakan bagian yang paling sensitif bagi seorang
remaja terutama remaja putri. Masalah jerawat pada remaja terkait
dengan penampilan mereka. Pada saat menstruasi kerja dari kelenjar
sebaseus akan meningkat sehingga produksi keringat meningkat. Pada
saat menstruasi sangat bermanfaat untuk membersihkan muka dua
sampai tiga kali sehari guna membantu mencegah timbulnya jerawat
(Varney, 2007).
Cara perawatan kulit tergantung pada bagian tubuh, kulit wajah
perlu perawatan yang lebih karena merupakan kulit yang paling
sensitif diantara kulit tubuh lain. Perawatan wajah pada saat
menstruasi terdiri dari perawatan dalam dan perawatan luar.
Perawatan dalam ini meliputi makan-makanan dengan menu
seimbang diperlukan untuk kesehatan kulit karena semua zat gizi dan
vitamin sanga penting bagi kulit. Perawatan dari luar dapat dilakukan
dengan pembersih dan pelembab (Patricia, 2005).
b. Kebersihan Rambut
Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena pada saat
menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga
akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lain. Agar

30

kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga, usahakan minimal


membersihkan rambut dua hari sekali. Kebersihan rambut bisa
membantu lancarnya sirkulasi darah pada kulit kepala. Rambut yang
bersih juga membantu mengurangi stres dan membantu jaringan
metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal
(Patricia, 2005).
Kotoran atau debu yang melekat di rambut dapat merusak
rambut dan membuat kulit kepala menjadi gatal, oleh karena itu
bersihkan rambut dengan mecuci secara teratur paling sedikit dua kali
dalam seminggu. Kebersihan rambut genitalia saat menstruasi juga
penting untuk dijaga. Hindari membersihkan bulu di daerah kemaluan
dengan cara mencabut karena akan ada lubang pada bekas bulu
kemaluan tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan
jamur. Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit.
Perawatan bulu itu disarankan untuk dirapikan saja dengan
memendekkan, dengan gunting atau dicukur tetapi sebelumnya
menggunakan busa sabun terlebih dahulu dan menggunakan alat
cukur khusus yang lembut, dan sudah dibersihkan dengan sabun dan
air panas. Perlu diketahui setelah menggunakan simpan dalam tempat
yang bersih dan kering, jangan di tempat yang lembab (Patricia,
2005).
Rambut-rambut tersebut berfungsi untuk kesehatan alat
kelamin, yaitu berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik
yang melawan bakteri jahat serta menghalangi masuknya benda asing
kecil ke dalam vagina, menjaga alat kelamin tetap hangat dan

31

merupakan bantalan ketika berhubungan seksual dan melindungi dari


gesekan. Sehingga perlu rajin menjaganya agar tidak menjadi sarang
kutu dan jamur (patricia, 2005).
Merapikan rambut kemaluan dengan cara di cukur, dilakukan
minimal satu kali dalam sebulan. Tujuannya adalah untuk
menghindari tumbuhnya jamur atau kutu yng dapat menimbulkan rasa
gatal atau tidak nyaman pada alat kelamin (Mitra citra remaja,
perkumpulan Kb Indonesia, 2000).

c. Kebersihan Tubuh dan Organ Genital


Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini
juga berlaku bagi kesehatan organ-organ seksual. Udara yang panas
cenderung lembab dan keringetan.Keringat ini membuat tubuh kita
lembab, terutama di bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan,
yang

akan

menyebabkan

bakteri

mudah

berkembang

biak,

menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga menimbulkan penyakit


(Siswono, 2001).
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting
diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan sabun mandi
biasa, pada saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat
dibersihkan. Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik
ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus
diperhatikan dalam membasuh daerah kewanitaan kita, terutama
setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah
depan ke belakang (dari vagina ke arah anus), bukan sebaliknya.

32

Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari daerah


anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina
(Varney, 2007). Kegiatan membersihkan vagina dimulai dengan
membasuh labia mayora, labia minora dan area diantaranya,
kemudian keringkan. Hal ini penting dilakukan karena sekresi vagina
yang menumouk di sekitar labia minora dapat menjadi tempat
tumbuhnya bakteri. Arah gerakan dalam membasuh harus dari depan
ke

belakang.

Ketika

membersihkan

penting

juga

dilakukan

pengamatan pada daerah perineal untuk mengamati timbulnya


inflamasi, rasa gatal atau bengkak. Juga amati adakah cairan yang
keluar dari vagina yang tidak seperti biasa atau berbau.
Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan
dengan cairan pembersih atau cairan lain karena cairan tersebut akan
semakin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila
menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan
pH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral. Setelah
memakai sabun, hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai
tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa
sabun yang tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit. Setelah
dibasuh, harus dikeringkan dengan handuk atau tissue, tetapi jangan
digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan tubuh dapat memberikan
kesegaran bagi tubuh dan memperlancar peredaran darah (Siswono,
2001).
Menurut Siswono (2001), perawatan vagina pada saat
menstruasi memiliki beberapa manfaat, antara lain :

33

1) Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman


2) Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal
3) Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5 4,5)
Menurut Siswono (2001), tujuan perawatan selama menstruasi
pada alat reproduksi eksternal adalah sebagai berikut :
1) Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.
2) Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva
diluar vagina.
3) Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5 - 4,5.
4) Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.
5) Mencegah munculnya keputihan dan virus.
d. Kebersihan Pakaian Sehari-hari
Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama
pakaian dalam, gunakan pakaian dalam yang kering dan menyerap
keringat karena pakaian dalam yang basah akan mempermudah
tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang telah terkena darah sebaiknya
direndam terlebih dahulu dan setelah kering disetrika. Pemakaian
celana yang terlalu ketat sebaiknya dihindari, karena hal ini
menyebabkan kulit susah bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan
daerah kewanitaan menjadi lembab dan teriritasi (Varney, 2007).

34

Untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang


nyaman dan menyerap keringat, seperti misalnya katun. Ukuran
celana dalam juga perlu jadi pertimbangan. Jangan pilih celana dalam
yang terlalu ketat karena selain gerah juga menyebabkan peredaran
darah tidak lancar. Celana dalam memilih yang ukurannya sesuai
(Varney, 2007).
e. Penggunaan Pembalut dan pantyliner
Menjaga kebersihan, termasuk memakai pembalut dan
pembersihan daerah genital secara benar sangat penting saat
menstruasi. Wanita dan gadis dalam masa reproduktif perlu mendapat
akses ke berbagai produk kesehatan penyerap yang bersih dan lembut.
Pemahaman tentang kebersihan selama menstruasi merupakan aspek
penting dari edukasi kesehatan bagi gadis remaja, mengingat pola
yang terbentuk pada masa remaja biasanya terbawa hingga masa
dewasa. Helaian handuk atau kain tidak bersifat absorbent, kurang
bersih dan dapat memunculkan bau. (Abdel H, 2010)
Penelitian dilakukan di daerah Ghatiyali dan Kanwarpura di
Phagi Block, distrik Jaipur semua responden menggunakan bantalan
buatan sendiri yang terbuat dari pakaian bekas yang dilipat dan
digulung menjadi lapisan-lapisan layaknya lap kesehatan. Temuan ini
secara signifikan berbeda dari penelitian lain yang dilakukan di lokasi
yang hampir sama (Abdel H, 2010). Jenis kain yang sama digunakan
tiap bulan hingga akhirnya rusak. Mereka juga menambahkan
beberapa perca di antara lapisan untuk meningkatkan daya serapnya.
Kain ini diganti dua hingga tiga kali sehari dan dikeringkan dengan

35

cara dijemur di bawah pakaian lainnya atau di atas atap (tempat yang
jarang dilewati anggota keluarga laki-laki atau anak-anak). Setelah
penggunaan kain ini biasanya disembunyikan di tempat yang tidak
higienis untuk siklus yang berulang kali. Mengenai kesadaran mereka
mengenai pembalut siap pakai yang tersedia di pasar, 63 gadis tidak
mengetahui hal tersebut. 23 gadis menyatakan telah melihat iklannya
di televisi dan sisanya tahu dari teman-teman maupun saudara
perempuan mereka (Abdel H, 2010).
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat
mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih
dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan
penyakit pada saluran reproduksi. Pilihlah pembalut yang daya
serapnya

tinggi,

sehingga

tetap

merasa

nyaman

selama

menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang tidak mengandung


gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi
dan menyebabkan timbulnya rasa gatal (Varney, 2007).
Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5
kali atau setiap setelah mandi dan buang air kecil. Penggantian
pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah ada
gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang
terdapat di permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang
sangat baik untuk perkembangan jamur. Jika menggunakan pembalut
sekali pakai sebaiknya dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu
dibuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya sebaiknya

36

direndam memakai sabun di tempat tertutup sebelum dicuci (Varney,


2007).
Pembalut biasanya memiliki 3 ukuran: pantyliner, regular
dan super. Gunakan ukuran yang lebih besar jika menstruasi masih
banyak atau saat tidur di malam hari. Perekat di bawah pembalut akan
menjaga pembalut tetap di tempatnya. Beberapa pembalut memiliki
sayap di kedua sisinya untuk mencegah darah merembes ke celana
dalam (Pudjiastuti, 2003).
Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus juga
tidak dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat
keputihan banyak saja, dan sebaiknya jangan memilih pantyliner yang
berparfum karena dapat menimbulkan iritasi kulit. Pantyliner adalah
pembalut kewanitaan yang dipakai oleh kaum perempuan tapi
ukurannya jauh lebih kecil dan tipis.
Pantyliner dibuat untuk menjaga area kewanitaan agar tetap
kering dan bersih dari cairan yang berlebih seperti saat sedang
keputihan, banyak berkeringat karena cuaca atau karena banyak
aktivitas berat di luar rumah sehingga terhindar dari bau kurang sedap.
Pantyliner juga sering digunakan pada saat-saat menjelang menstruasi
atau di hari-hari akhir menstruasi. Pantyliner yang baik memiliki
permukaan dengan daya serap yang tinggi, namun tetap aman dan
lembut karena lapisan permukaannya berinteraksi langsung dengan
kulit area kewanitaan. Salin pantyliner sehabis buang air kecil
maupun buang air besar atau setiap 2 jam sekali (Varney, 2007).

37

Menurut Pudjiastuti (2003) kesalahan yang sering dilakukan


saat pemakaian pembalut:
1) Membuka dan memasang pembalut tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu.
2) Menyimpan Pembalut ditempat lembeb seperti kamar mandi.
3) Menggunakan pembalut yang telah kadarluarsa.
4) Pemilihan pembalut tanpa mempertimbangkan kualitas pembalut.
5) Memakai pembalut yang mengandung bahan penghilang bau.
6) Pakai pembalut yang terlalu lama.

4.

Manfaat perilaku personal hygiene menstruasi

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang


b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
5.
a.

Dampak perilaku personal hygiene menstruasi yang buruk

Dampak Fisik :
Perawatan daerah kewanitaan yang buruk dapat mengakibatkan
terjadinya inflamasi/peradangan pada daerah kewanitaan. Inflamasi
(peradangan) pada vagina (vaginistis) dibagi atas dua jenis yaitu
vaginistis infeksi dan vaginistis non-infeksi. Vaginistis infeksi

38

disebabkan oleh organisme seperti jamur Candida albicans dan bakteri


Haemophillus vaginalis.

b.

Dampak Psiko-sosial :
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman (Tarwoto dan Wartonah,
2004).

G. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah
orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakniin dera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dalam Wikipedia
dijelaskan pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi
tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan
prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau
berguna.
Berdasarkan

pendekatan

kontruktivistis,

pengetahuan

bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari,


melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek,
pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal
menerimanya. Pengetahuana dalah sebagai suatu pembentukan yang

39

terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi


karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat
langgeng.
Proses adopsi perilaku, menurut Rogers dalam Notoatmodjo,
sebelum seseorang mengadopsi sesuatu, di dalam diri orang tersebut
terjadi suatu proses yang berurutan yaitu:
1. Awareness (kesadaran), individumenya dari adanya stimulus.
2. Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang
tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada tahap
ini subjek memiliki sikap yang lebih baik.
4. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6
tingkatan, yaitu:

40

1. Tahu (know)
Tahu dapat diperhatikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali suatu spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari meliputi pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi,
nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori dan kesimpulan. Oleh
karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang

dipelajari

antara

lain

menyebutkan,

menguraikan,

mendefinisikan, mendatakan dan lain sebagainya (Notoatmodjo,


2003).
2.

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau

materi

harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang


dipelajari. (Notoatmodjo, 2003)
3.

Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya
(real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukumhukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks lain.
(Notoatmodjo, 2003)

41

4.

Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan mengelompokkan dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007)

5.

Sintesis (synthesis)
Sintesis

menunjukkan

pada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu


bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas,
dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada. (Notoatmodjo, 2003)
6.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian didasarkan pada
kriteria tertentu. (Notoatmodjo, 2003)

H. Perilaku
Menurut Notoatmodjo perilaku terbuka (overt behavior)
adalah respon seseorang terhadap stimulus baik dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah

42

dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah


diamati atau dilihat orang lain. (Notoatmodjo, 2010)
Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(ransangan dari luar). Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini,
maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:
1) Perilaku tertutup
Respon terhadap stimulus dalam bentuk terselubung. Respon
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain (Notoatmodjo, 2010).
2) Perilaku terbuka
Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003)

1. Determinan Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk
respon dari stimulus. Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya
sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor
yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan
prilaku. Determinan prilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

43

a. Faktor Internal yaitu karakteristik orang bersangkutan yang bersifat


given atau bawaan misalnya: kecerdasan ,tingkat emosional, jenis
kelamin dan sebagainya.
b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi,
politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor
yang dominan yang mewarnai prilaku seseorang

2. Proses terjadinya perilaku


Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi prilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan yaitu:
a. Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.
b. Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang
tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada tahap
ini subjek memiliki sikap yang lebih baik.
d. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.
e. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan , kesadaran dan sikap
yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau
bersifat langgeng (long lasting) . Perubahan perilaku seeorang dapat

44

diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang


dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan
sebagainya. Setiap orang memiliki persepsi berbeda, meskipun
objeknya sama. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak
agar tercapai tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini
diwujudkan dalam bentuk prilaku (Notoatmodjo, 2003)
Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis
yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan
jasmani. Sedang keadaan jasmani merupakan hasil keturunaan
(bawaan). Dalam proses pencapaian kedewasaan pada manusia semua
aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan
berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Oleh karena itu,
perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan
(Notoatmodjo, 2010)
Faktor yang memegang peranan di dalam pembentukan
perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu factor intern, berupa
kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk
mengolah pengaruh dari luar.Faktor ekstern meliputi: objek, orang,
kelompok dan hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam
mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua factor tersebut akan dapat
terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungan, bila
perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat
diterima oleh individu yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010)

45

B. Kerangka Teori

Perilaku personal hygiene menstruasi


Perawatan Kulit dan Wajah.
Kebersihan Rambut.
Kebersihan Tubuh.
Kebersihan Pakaian Sehari-hari.
Penggunaan Pembalut.

aktor-faktor yang mempengaruhi perilaku personal hygiene menstruasi

endidikan
ebudayaan
osial ekonomi
ingkungan
gama
ilihan pribadi
acat jasmani

Perilaku personal hygiene menstruasi

Tingkat pengetahuan remaja putri

C. Kerangka Konsep
Variabel Independent

Variabel Dependent

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksiPerilaku personal hygiene menstruasi

Pendidikan
Kebudayaan
Sosial ekonomi
Lingkungan
Agama
Pilihan pribadi
Cacat jasmani

Variabel Perancu
Keterangan :
Variabel yang diteliti
Varibel yang tidak diteliti

46

D. Hipotesis
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene menstruasi
pada remaja puteri di SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor.

47

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMA Bina Bangsa Sejahtera pada bulan Juni
tahun 2014.

B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan
pendekatan cross sectional yang bersifat kuantitatif. Tujuannya untuk mencari
hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan
hygiene menstruasi Pada Remaja puteri di SMA Bina Bangsa Sejahtera.

C. Variabel dan Definisi Operasional


1. Variabel
Berdasarkan pada kerangka konsep penelitian diatas maka penulis
mengelompokan variable menjadi dua bagian, yaitu :
a. Variabel Independen
Variable independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi
b. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku hygiene
menstruasi.

47

48

2. Definisi Operasional
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengumpulan data mengenai
beberapa variabel. Untuk menghindari kesalahan persepsi, diperlukan
batasan yang ditetapkan dari variabel-variabel tersebut sehingga diperlukan
definisi operasional yang meliputi definisi variable dalam penelitian
maupun alat, cara, hasil serta skala ukur. Definisi operasional dari masingmasing variable tercantum pada table 2.1 di bawah
Table 2.1
Definisi operasional
No.

Variabel

Definisi

Pengetahuan
tentang
kesehatan
reproduksi
yang berkaitan
dengan
menstruasi

Perilaku
hygiene
menstruasi

Tingkat
pemahaman siswi
SMA tentang
kesehatan system
organ, fungsi, dan
proses reproduksi
yang berkaitan
dengan
menstruasi
Perilaku siswi
SMA dalam
memelihara
kebersihan alat
reproduksinya
selama
mengalami
menstruasi.
Perilaku
pemeliharaan saat
menstruasi,
meliputi
membersihkan
alat kelamin dan
mengganti
pembalut

Cara
Ukur
Kuesioner

Kuesioner

Hasil Ukur

Skala

Skor
Interval
pengetahuan

Skor
perilaku

Ordinal

49

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai subjek kasus
adalah remaja puteri di SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor.
2. Sampel
Sampel yang digunakan sebanyak sampel, sampel berikut sudah
memenuhi beberapa kriteria, diantaranya:
a.

Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi sampel yang akan diteliti adalah siswi kelas X dan XI
SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor yang sudah mengalami menstruasi
dan bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek memenuhi
kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian.
Dalam hal ini kriteria eksklusi nya adalah :
1) Siswi yang tidak hadir saat penelitian
2) Siswi yang sedang sakit di sekolah.
3. Penentuan Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X dan XI di
SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor.

E. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian

50

Pengukuran dan pengamatan variable penelitian digunakan kuisioner


(lampiran 1) yang isinya tentang pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi dan
perilaku hygiene menstruasi siswi kelas X dan XI di SMA Bina Bangsa
Sejahtera Bogor.
Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja untuk setiap
aspek dikategorikan sebagai berikut:
1.

Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja baik apabila


skor > 80

2.

Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja cukup apabila skor


60-80

3.

Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kurang apabila skor


< 60
Tingkat perilaku hygiene menstruasi pada remaja untuk setiap aspek

dikategorikan sebagai berikut:


1.

Tingkat perilaku hygiene menstruasi pada remaja baik apabila skor > 80

2.

Tingkat perilaku hygiene menstruasi pada remaja cukup apabila skor 60 - 80

3.

Tingkat perilaku hygiene menstruasi pada remaja kurang apabila skor < 60

F. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Dilakukan

melalui

wawancara

terhadap

menggunakan kuesioner yang telah disiapkan


2. Data Sekunder

responden

dengan

51

Data sekunder diperoleh dari pihak sekolah yang berhubungan


dengan jumlah siswi kelas X dan XI di SMA Bina Bangsa Sejahtera
Bogor.

3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


a. Uji Validitas
Uji validitas telah dilakukan yang dimana hasil validitas dari 20
item pertanyaan mengenai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
dan 23 item pertanyaan perilaku personal hygiene menstruasi.
Menunjukkan bahwa rxy> rtabel sehingga dapat dikatakan item
pernyataan pada kuesioner tersebut valid. Perhitungan validitas
kuesioner dilakukan dengan menggunakan program computer SPSS for
Windows.
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas telah dilakukan yang dimana hasilnya dari uji
reliabilitas item pertanyaan mengenai pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi menunjukkan nilai 0,900 dan hasil uji reliabilitas pertanyaan
mengenai perilaku personal hygiene menstruasi menunjukkan nilai
0,839. Angket atau kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai r total > r
tabel atau dengan nilai reliabilitas > 0,8 sehingga kuesioner mengenai
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku personal
hygiene menstruasi dapat dikatakan reliabel. Perhitungan reliabilitas
kuesioner dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for
Windows.

52

G. Analisa Data
1. Pengolahan data
Langkah langkah pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing data
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan atau editing terlebih dahulu.
b. Coding data
Mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
c. Entry data
Setelah mengubah data dalam bentuk kode, kemudian memasukan data
kedalam komputer.
d. Cleaning data
Data yang sudah dimasukan, perlu di cek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya keslahan kode, ketidak lengkapan
dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisi Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi pada variable independen dan variable dependen yang diteliti.
Variabel independen adalah tingkat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, sedangkan variable dependen yaitu perilaku personal
hygiene menstruasi.

53

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan
variabel independen (umur, kelas, dan pendidikan orangtua) dan
variabel dependen (perilaku personal hygiene menstruasi). Analisis ini
menggunakan uji Chi Square, diperoleh nilai p (pvalue) dengan tingkat
kemaknaan 0,05. Sehingga jika nilai p 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima, yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kedua
variabel yang diuji. Sedangkan jika nilai p>0,05 maka Ho diterima dan
Ha di tolak, dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara dua
variabel yang diuji.
Rumus uji Chi Square adalah sebagai berikut :
=

(OE)
E

Keterangan :
= nilai Chi-Square
O = frekuensi observasi / observed frequencies
E = frekuensi harapan / expected frequencies
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara
variable independen (pengetahuan kesehatan reproduksi) dengan
variabel dependen (perilaku personal hygiene mesntruasi) dan untuk
melihat kemaknaan antara variabel. Uji statistik yang digunakan adalah
korelasi regresi sederhana.

54

Analisa korelasi dan regresi sederhana membahas tentang


keterkaitan antara sebuah variabel dengan variabel lain. Alat analisa ini
digunakan untuk melihat besar, arah, dan tingkat keeratan variabelvariabel yang diuji. Hubungan antara dua variabel berkisar pada :
1) Korelasi : teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik
pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Analisis
korelasi (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui
keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah
hubungan yang terjadi.
2) Regresi : studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen
(terikat) dengan satu atau lebih variabel independent (variabel
penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan/ atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel
dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.
Bila P value 0,05 maka hasil uji statistik bermakna atau
adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Bila P value > 0,05 maka hasil uji statistik tidak
bermakna atau tidak adanya hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
Uji kemaknaan statistik tentang hubungan antara variabel
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan variabel perilaku
hygiene menstruasi adalah :
P value 0,05 adalah bermakna, yang berarti ada hubungan
P value > 0,05 adalah tidak bermakna, yang berarti tidak ada
hubungan

55

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor


SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor terletak di Jln.Dramaga km.7
Margajaya Bogor 16680. Memiliki Visi dan Misi:
VISI:
Menghasilkan SDM yang unggul prestasi, berwawasan kebangsaan dan
berakhlakul karimah.
MISI:
1. Meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar siswa dan guru.
2. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik.
3. Meningkatkan pemahaman tentang wawasan kebangsaan.
4. Mengupayakan suasana lingkungan yang kondusif untuk belajar dan
beribadah.
5. Membina hubungan yang baik antara sesama warga sekolah dan warga luar
sekolah.

B. Analisis Univariat
Untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian ini penulis
menggunakan analisis univariat. Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi

56

frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independen


maupun dependen.

1. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Diagram 4.1
Karakteristik
55 Umur Responden

UMUR
14
19% 13%

15
16

28%

17

41%

Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 135 siswi kelas X


dan XI. Dilihat dari diagram diatas, umur 14 tahun sebanyak 17 orang
(13%), umur 15 tahun sebanyak 38 orang (28%), umur 17 tahun sebanyak
25 orang (18%) dan umur 16 tahun 55 orang (41%).
2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas
Diagram 4.2
Gambaran Karakteristik Kelas Responden

USIA
X
54%

46%

XI

57

Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 135 siswi kelas X


dan XI. 62 orang dari kelas X dan 73 orang dari kelas XI.
3. Gambaran Karakteristik Tingkat Pendidikan Orangtua Responden
Diagram 4.3
Gambaran Karakteristik Pendidikan Orangtua

Pendidikan Orangtua
SD - SMA

24%

D3

44%

S1 - S2
32%

Tingkat pendidikan orangtua

responden dalam penelitian ini

berdasarkan jumlah responden 135 siswi. Dilihat dari diagram diatas,


tingkat pendidikan orangtua SD hingga SMA sebanyak 32 orang (24%),
tingkat pendidikan orangtua D3 sebanyak 43 orang (32%) dan tingkat
pendidikan orangtua S1 hingga S2 60 orang (44%).
4. Gambaran Pengetahuan Responden Terhadap Kesehatan Reproduksi
Tabel 4.1
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Secara Keseluruhan
Pengetahuan
Jumlah (n)
Presentase (%)
Baik
18
13.3
Sedang
103
76.3
Kurang
14
10.4
Total
135
100

58

Dapat dilihat pada tabel 4.1 mengenai pengetahuan secara


keseluruhan, menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang sedang sebanyak 103 responden (76,3%). Responden
yang berpengetahuan baik 18 responden (13,3%) dan berpengetahuan
kurang sebanyak 14 responden (10,4%)

5. Gambaran Perilaku Responden Terhadap Personal hygiene Menstruasi


Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi
Secara Keseluruhan
Perilaku
Jumlah (n)
Presentase (%)
Baik
Sedang
Kurang
Total

8
113
14
135

5,9
83,7
10,4
100

Berdasarkan tabel 4.2 yaitu perilaku responden secara keseluruhan


menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden sebanyak 113
responden (83,7%) memiliki perilaku personal hygiene menstruasi yang
sedang. Sebanyak 14 responden (10,4%) memiliki perilaku yang kurang dan
hanya 8 responden (5,9%) memiliki perilaku yang baik.

59

C. Analisis Bivariat
1. Hubungan Umur dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Siswi dan Hubungannya
dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi SMA Bina Bangsa
Sejahtera Bogor Tahun 2014
Perilaku personal hygiene menstruasi
Umur

Baik

Sedang

Total

Kurang

14 15

1,8%

45

81,8%

16,4%

55

100%

16 17

8,8%

68

85%

6,3%

80

100%

Total
8
5,9% 113 83,7% 14 10,4% 135 100%
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan diperoleh hasil =
5.89 dengan p = 0.052 (lihat lampiran Tabel 4.6.1). oleh karena nilai p=
0.052 > 0.05 maka Ho diterima sehingga Ha ditolak. Artinya tidak ada
hubungan antara umur dengan perilaku personal hygiene menstruasi pada
taraf signifikan 5%.
2. Hubungan Kelas dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kelas Siswi dan Hubungannya
dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi SMA Bina Bangsa
Sejahtera Bogor Tahun 2014
Perilaku personal hygiene menstruasi
Kelas
X

Baik

Sedang

Total

Kurang

1,6%

54

87,1%

11,3%

62

100%

60

XI

9,6%

59

80,8%

9,6%

73

100%

Total

5,9%

113

83,7%

14

10,4%

135

100%

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan diperoleh hasil =


3.85 dengan p = 0.14 (lihat lampiran Tabel 4.7.1). oleh karena nilai p= 0.14
> 0.05 maka Ho diterima sehingga Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan
antara kelas dengan perilaku personal hygiene menstruasi pada taraf
signifikan 5%.
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang tua dengan Perilaku Personal
Hygiene Menstruasi Siswi
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orangtua
Siswi dan Hubungannya dengan Perilaku Personal Hygiene
Menstruasi SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor Tahun 2014
Perilaku personal hygiene menstruasi

Total

Tingkat
pendidikan
orangtua

SD SMA

6,3%

26

81,3%

12,5%

32

100%

D3

2,3%

36

83,7%

14%

43

100%

S1 S2

8,3%

51

85%

6,7%

60

100%

Total

5,9%

113

83,7%

14

10,4%

135

100%

Baik

Sedang

Kurang

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan diperoleh hasil =


3.03 dengan p = 0.55 (lihat lampiran Tabel 4.8.1). oleh karena nilai p= 0.55
> 0.05 maka Ho diterima sehingga Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan perilaku personal hygiene
menstruasi siswi pada taraf signifikan 5%.

61

4. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku


Personal Hygiene Menstruasi
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi dan Hubungannya dengan Perilaku Personal Hygiene
Menstruasi SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor Tahun 2014
Perilaku personal hygiene menstruasi

Pengetahuan
kesehatan
reproduksi

Baik

0,0%

12

66,7%

33,3%

14

100%

Sedang

7,8%

87

84,5%

7,8%

103

100%

Kurang

0,0%

14

100%

0,0%

18

100%

Total

5,9%

113

83,7%

14

10,4%

135

100%

Baik

Sedang

Total

Kurang

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan diperoleh hasil =


3.03 dengan p = 0.005 (lihat lampiran Tabel 4.9.1). oleh karena nilai p=
0.005 < 0.05 maka Ho ditolak sehingga Ha diterima. Artinya ada hubungan
antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku personal
hygiene menstruasi siswi pada taraf signifikan 5%.

D. Uji Hipotesis
Untuk analisis bivariat digunakan nilai korelasi berdasarkan analisis
regresi. Besarnya korelasi antara variabel pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan

perilaku personal hygiene menstruasi sebesar r = 0,25 dengan

determinasi (R2) = 0,062 (lihat lampiran Tabel 4.3). Artinya besarnya pengaruh
pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku personal hygiene
menstruasi sebesar 6,2 %, sehingga ada sekitar 83,8 % faktor-faktor lain yang

62

tidak diamati dalam penelitian ini berpengaruh terhadap perilaku personal


hygiene menstruasi responden.
Berdasarkan hasil komputasi analisis regresi sederhana diperoleh
persamaan regresi yaitu: Y = 22,27 + 0,38 X (lihat lampiran Tabel 4.3), dimana
Y adalah perilaku personal hygiene menstruasi responden dan X adalah
pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi. Persamaan regresi
tersebut signifikan nilai F sebesar 8,79 dengan nilai p = 0,004 yang lebih kecil
dari 0,05 (p < 0,05). Komputasi statistik uji F ditunjukkan pada lampiran Tabel
4.5.
Oleh karena persamaan regresi ini signifikan maka dilanjutkan dengan
analisis uji-t untuk mengetahui pengaruh variabel pengetahuan kesehatan
reproduksi terhadap perilaku personal hygiene menstruasi. Dari hasil komputasi
diperoleh nilai statistik t sebesar 2,96 dengan nilai p = 0,004 (lihat lampiran
Tabel 4.4). Oleh karena nilai p = 0,004 < 0,05 sehingga variabel pengetahuan
kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap personal hygiene menstruasi dari
responden.

Diagram 4.4
Diagram Sketter Pengetahuan - Perilaku

63

BAB V
PEMBAHASAN

A. Penafsiran dan Pembahasan Temuan Hasil Penelitian


1. Pembahasan Analisis Univariat
a. Gambaran karakteristik responden berdasarkan umur
Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan pada diagram
4.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden dalam penelitian ini
berjumlah 135 respondenyang terdiri dari kelas X dan XI. Dengan umur
15 tahun sebanyak 65 orang (48%), umur 17 tahun sebanyak 25 orang
(19%) dan umur 16 tahun 45 orang (33%).
Penelitian yang dilakukan oleh Novita (2012) di SMAN 9
Kebon Pala Jakarta Timur , menunjukkan karakteristik usia responden
berumur 14 tahun sampai 18 tahun. Sebagian besar responden berumur
16 tahun.
Penelitian yang dilakukan Mariene, Rahma, dan Ikhsan (2012)
di SMAN 1 Sesean Kabupaten Toraja Utara, menunjukkan karakteristik
usia responden berumur 14 tahun sampai 19 tahun. Sebaran umur
dengan presentase tertinggi berada pada umur 16 tahun yaitu sebanyak
53 siswi.
Hasil penelitian yang dilakukan dr. Shamima (2013) di India
menunjukkan karakteristik usia responden tertinggi berumur 16 tahun
sebanyak 60%. Penelitian yang dilakukan Ria Hariana (2013)

64

menunjukkan bahwa dari 80 responden, kelompok umur tertinggi 16-17


tahun sebanyak 49 (61,2%) .
b. Gambaran karakteristik responden berdasarkan kelas
Berdasarkan tabel diagram 4.2 dapat dilihat bahwasannya
jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 135 siswi kelas X dan
XI. 65 orang dari kelas X58
(50%) dan 70 orang dari kelas XI (50%).
Pada penelitian Fatikah (2010) didapatkan bahwa responden
terbanyak terdapat di kelas XI sebanyak 85 responden (44, 27 %).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Donatila (2011) bahwa
responden terbanyak menurut tingkat kelas, yaitu kelas XI sebesar 38
responden (59,4%) dibandingkan kelas X (40,6%).
Tingkatan kelas pada penelitian Mariene, Rahma, Ikhsan (2012)
didapatkan bahwa responden terbanyak terdapat di kelas XI sebesar
35,6% yaitu sebanyak 62 siswi. Tingkatan kelas pada penelitian dr.
Shamima (2013) didapatkan bahwa responden terbanyak terdapat di
kelas XI sebesar 60%.
c. Gambaran karakteristik tingkat pendidikan orangtua responden
Berdasarkan tabel diagram 4.2 dapat dilihat bahwasannya
tingkat pendidikan orangtua SD hingga SMA sebanyak 32 orang
(24%), tingkat pendidikan orangtua D3 sebanyak 43 orang (32%) dan
tingkat pendidikan orangtua S1 hingga S2 60 orang (44%). Jadi
pendidikan orangtua responden sebanyak 44% berpendidikan akademi
sampai perguruan tinggi tamat.

65

Penelitian Suryati (2012) didapatkan bahwa pendidikan


orangtua tamat akademi sampai perguruan tinggi sebesar 66,7% dan
sisanya tamat SD SLTA sebesar 33,3%.
d. Gambaran pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi
Dapat dilihat pada tabel 4.1 mengenai pengetahuan secara
keseluruhan, menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang sedang sebanyak 88 responden (65%). Responden
yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 31 responden (23%) dan
berpengetahuan baik 16 responden (12%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kusyogo
(2008), yaitu pengetahuan responden berada dalam kategori sedang
yaitu sebanyak 55,4%, baik 26,4% dan rendah 18,2%.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fatikah (2010) sebagian
besar remaja putri di SMA N 5 Surakarta mempunyai pengetahuan yang
baik (66,67%) tentang kesehatan reproduksi. Hal ini disebabkan SMA
N 5 Surakarta bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan
penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada siswi yang baru masuk
kelas X
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ratna (2012) di SMK Kristen Gergaji Semarang menunjukkan
responden yang memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi cukup
yaitu sebesar 60% dan paling sedikit responden yang memiliki
pengetahuan kesehatan reproduksi kurang yaitu sebesar 13,3%.

66

e. Gambaran

perilaku

responden

terhadap

personal

hygiene

menstruasi
Berdasarkan tabel 4.2 yaitu perilaku responden secara
keseluruhan menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden
sebanyak 113 responden (83,7%) memiliki perilaku personal hygiene
menstruasi yang sedang, 14 responden (10,4%) memiliki perilaku yang
kurang dan hanya 8 responden (5,9%) memiliki perilaku yang baik.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Kusyogo (2008)
Sebagian besar praktik kesehatan reproduksi responden buruk (47,3%),
sedang 35,4%, dan hanya 17,3% yang praktiknya baik.
Penelitian yang dilakukan Aprilica (2010) menunjukkan bahwa
perilaku hygiene organ reproduksi siswa perempuan kelas X di SMAN
1 Sambungmacan Sragen sebanyak 58 responden berperilaku baik
(52%). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Donatila (2011),
didapatkan sebagian besar siswi (95,3%) memiliki perilaku baik.

2. Pembahasan Analisis Bivariat


a. Hubungan antara umur dengan perilaku personal hygiene
menstruasi
Dilihat dari tabel 4.6 menunjukkan hasil bahwa umur 14 dan 15
dengan perilaku baik terhadap personal hygiene menstruasi sebanyak 1
responden (1,8%) namun untuk kategori umur 16 dan 17 tahun
sebanyak 7 responden (8,8%). Pada kategori umur 14 dan 15 tahun
dengan perilaku sedang terhadap personal hygiene menstruasi
menunjukkan hasil yang berbeda jauh yaitu 45 responden (81,8%)

67

sedangkan untuk umur 16 dan 17 tahun dengan perilaku sedang


sebanyak 68 responden (85%). Kategori umur 14 dan 15 tahun dengan
perilaku kurang terhadap

personal hygiene menstruasi terdapat

sebanyak 9 responden (16,4%), sedangkan umur 16 dan 17 sebanyak 5


responden (6,3%).
Hasil uji Chi Square diperoleh p value = 0,052 yang mana
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan
perilaku responden terhadap personal hygiene menstruasi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Novita (2012) menunjukkan bahwa responden yang berumur kurang
dari 16 tahun berprilaku baik dibandingkan dengan responden yang
berumur lebih dari 16 tahun. Namun hubungan ini tidak bermakna
secara statistik (p value = 0,457)
b.

Hubungan antara kelas dengan perilaku personal hygiene


menstruasi
Berdasarkan dengan hasil dari tabel 4.7 menunjukkan hasil
bahwa pada kelas X dengan perilaku baik terhadap personal hygiene
menstruasi terdapat 1 responden

(1,6%) berbeda dengan kelas XI

dengan perilaku baik terhadap personal hygiene menstruasi terdapat 7


responden (9,6%). Sedangkan untuk kelas X dengan perilaku sedang
terdapat 54 responden (87,1%) dan untuk kelas XI terdapat 59
responden (80,8%) dengan perilaku sedang.
Responden kelas X yaitu sebanyak 7 responden (11,3%)
mempunyai

perilaku

yang

kurang

terhadap

personal

hygiene

68

menstruasi, sama dengan kelas XI sebanyak 7 responden (9,6%)


berperilaku kurang terhadap personal hygiene menstruasi.
Hasil uji Chi Square diperoleh p value = 0,14 (p value > 0,05)
dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
kelas responden dengan perilaku responden terhadap personal hygiene
menstruasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang, makin mudah pula ia menerima informasi, dan pada
akhirnya,

makin

banyak

pula

pengetahuan

yang

dimilikinya.

Sebaliknya, jika tingkat pendidikan seseorang rendah, itu akan


menghambat perkembangan perilakunya terhadap penerimaan informasi
dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mandias, 2012)
c. Hubungan antara tingkat pendidikan orangtua dengan perilaku
personal hygiene menstruasi
Berdasarkan dengan hasil dari tabel 4.8 menunjukkan hasil
bahwa pendidikan orangtua SD-SMA dengan perilaku

siswi baik

terhadap personal hygiene menstruasi terdapat 2 responden (6,3%),


pendidikan orangtua D3 dengan perilaku siswi baik terhadap personal
hygiene menstruasi terdapat 1 responden
orangtua S1 S2 dengan perilaku

(2,3%), dan pendidikan

siswi baik terhadap personal

hygiene menstruasi terdapat 5 responden (8,3%).


Sedangkan untuk pendidikan orangtua SD-SMA dengan
perilaku siswi sedang terhadap personal hygiene menstruasi terdapat
26 responden (81,3%), pendidikan orangtua D3 dengan perilaku siswi
sedang terhadap personal hygiene menstruasi terdapat 36 responden
(83,7%), dan pendidikan orangtua S1 S2 dengan perilaku siswi

69

sedang terhadap personal hygiene menstruasi terdapat 51 responden


(85%).
pendidikan orangtua SD-SMA dengan perilaku siswi kurang
terhadap personal hygiene menstruasi terdapat 4 responden (12,5%),
pendidikan orangtua D3 dengan perilaku

siswi kurang terhadap

personal hygiene menstruasi terdapat 6 responden


pendidikan orangtua S1 S2 dengan perilaku

(14,0%), dan

siswi baik terhadap

personal hygiene menstruasi terdapat 4 responden (6,7%).


Hasil uji Chi Square diperoleh p value = 0,55 (p value > 0,05)
dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
kelas responden dengan perilaku responden terhadap personal
hygiene menstruasi.
Penelitian ini tidak sama hal nya dengan penelitian yang telah
dilakukan

sebelumnya

oleh

Suryati

(2012)

tentang

perilaku

kebersihan saat menstruasi menunjukkan hasil uji statistik p= 0,039 (p


value < 0,05) bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
orangtua dengan perilaku siswi terhadap personal hygiene menstruasi.

3. Pembahasan Uji Hipotesis

70

a. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku personal


hygiene menstruasi
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dapat diketahui
hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri X dan XI di SMA
Bina Bangsa Sejahtera Bogor dengan perilaku personal hygiene
menstruasi yaitu mayoritas siswi memiliki tingkat pengetahuan yang
sedang dengan perilaku personal hygiene yang sedang.
Analisis bivariat menggunakan nilai korelasi berdasarkan
analisis regresi. Berdasarkan hasil komputasi analisis regresi sederhana
diperoleh persamaan regresi yaitu: Y = 22,27 + 0,38 X (lihat 4.3),
dimana Y adalah perilaku personal hygiene menstruasi responden dan
X adalah pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi.
Persamaan regresi tersebut signifikan nilai F sebesar 8,79 dengan nilai p
= 0,004 yang lebih kecil 0,05 (p < 0,05). Komputasi statistik uji F
ditunjukkan pada Tabel 4.5. Dari hasil komputasi diperoleh nilai
statistik t sebesar 2,96 dengan nilai p = 0,004 (lihat Tabel 4.4). Oleh
karena nilai p = 0,004 < 0,05 sehingga variabel pengetahuan kesehatan
reproduksi berpengaruh terhadap perilaku personal hygiene menstruasi
dari responden.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arfina (2008), diketahui bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan
perilaku personal hygiene menstruasi (p Value = 0,377; = 0,05).
Menurut Widyastuti (2009), pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja sangat penting agar remaja memiliki sikap dan

71

perilaku yang bertanggung jawab. Pembekalan pengetahuan tentang


perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual
akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai
keadaan yang membingungkannya.
Hasil uji Chi square pada penelitian Dewi (2009) dengan derajat
kebebasan (df) = 2 dan tingkat kepercayaan = 0,05 didapatkan nilai
( ) hitung = 29,294 > ( ) tabel = 5,991

yang berarti terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

menstruasi

dengan perilaku kesehatan remaja puteri tentang menstruasi.


Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Chusnul (2011) menunjukkan hasil uji hubungan antara pengetahuan
tentang menstruasi dengan perilaku personal hygiene selama menstruasi
diperoleh nilai r sebesar 0,833 dengan nilai signifikansi 0,000 (p <
0,05), yang menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan tentang
menstruasi dengan perilaku personal hygiene selama menstruasi yang
memiliki hubungan sangat kuat dan bersifat positif, yang berarti bahwa
semakin baik pengetahuan siswi tentang menstruasi maka semakin baik
pula perilaku siswi dalam menjaga kebersihan selama menstruasi,
begitu juga sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Novita (2012) menunjukkan
proporsi responden yang berpengetahuan baik lebih besar berperilaku
personal hygiene baik juga yaitu sebesar 71,8%. Berdasarkan hasil uji
statistik ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
dengan perilaku personal hygiene (p <0,05). Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Notoatmojo (1993) dimana tindakan yang

72

didasari pengetahuan akan lebih baik dibandingkan tanpa didasari


pengetahuan.

B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian

ini

mempunyai

keterbatasan-keterbatasan

yang

dapat

mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, yaitu :


1. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Desain
ini hanya bersifat menggambarkan adanya hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen, tetapi tidak dapat melihat arah sebab
akibat. Sehingga tidak dapat dipastikan variabel yang menjadi penyebab dan
variabel yang menjadi akibat.
2. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan dalam jumlah variabel yang
diteliti. Secara teori, banyak sekali variabel yang berhubungan dengan
perilaku personal hygiene menstruasi. Namun karena keterbatasan yang
dimiliki, maka peneliti hanya meneliti satu variabel yaitu pengetahuan.
3. Alat ukur yang digunakan peneliti adalah wawancara dengan alat bantu
kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti, kemungkinan ada
ketidak jujuran pada responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

73

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai hubungan
pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku personal hygiene menstruasi
di SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor Tahun 2014 di peroleh kesimpulansebagai
berikut :
1. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sedang sebanyak 88
responden (65%). Responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak
31 responden (23%) dan berpengetahuan baik 16 responden (12%).
2. Sebagian besar responden sebanyak 113 responden (83,7%) memiliki
perilaku personal hygiene menstruasi yang sedang. Sebanyak 14 responden
(10,4%) memiliki perilaku yang kurang dan hanya 8 responden (5,9%)
memiliki perilaku yang baik.
3. Tidak ada hubungan antara umur, kelas, dan tingkat pendidikan orangtua
dengan perilaku personal hygiene menstruasi siswi.
4.

Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan


reproduksi dengan perilaku hygiene menstruasi (p = 0,004 < 0,05).

5. Besarnya pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku


personal hygiene menstruasi sebesar r = 0,25 atau sebanyak 6,2 %, sehingga
ada sekitar 83,8 % faktor-faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap perilaku personal hygiene menstruasi

B. Saran
1. Untuk orangtua :

68

74

Dianjurkan untuk memberikan informasi intensif tentang pengetahuan


reproduksi kepada anak agar perilaku personal hygine menstruasi baik.
2. Untuk pemerintah :
Meningkatkan penyuluhan baik secara kelompok maupun individu yang
diberikan kepada wanita khususnya remaja putri tentang pentingnya
kesehatan reproduksi serta perilaku personal hygiene menstruas di sekolah
menengah atas.
3. Untuk sekolah :
Dianjurkan agar sekolah memberikan pelajaran tentang kesehatan
reproduksi baik secara kurikuler maupun ko-kurikuler.
4. Untuk penelitian selanjutnya :
a. Menambah jumlah responden penelitian
b. Mengembangkan alat ukur (instrument) tentang pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan perilaku personal hygiene menstruasi.
c. Meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku personal
hygiene menstruasi, seperti kebudayan, sosial ekonomi, lingkungan,
agama, pilihan pribadi dan cacat jasmani
d. Melakukan penelitian yang sama namun sasaran berbeda (wanita yang
sudah berkeluarga)

DAFTAR PUSTAKA

75

Abdel H, Gilany, Karima B, Sanaa. Menstrual Hygiene Among Adolescent


Schoolgirl in Mansoura. Reproductive Health Matters. Egypt; 2010
Aprilica Manggalaning, M. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku
Personal hygiene Organ Reproduksi Pada Siswi Kelas X Di SMAN
Sambungmacan Sragen; 2010
Arfina. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Remaja Puteri Saat
Menstruasi : Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Jakarta; 2008
Becker, EL. Development Through The Lifespan. A Viacom Company. USA; 1979
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson textbook of pediatrics. 17th ed.
Philadelphia: Saunders; 2004
Blum, Henrik, L. Planning for Health Generic for the Eighties, Second Edition.
Human Science. Press Inc New York; 1991
BKKBN. Reproduksi Sehat. Jakarta; 1997
BBKBN. Kesehatan Reproduksi Remaja; 2002
Available from : http://www.kespro.info/krr/okt/krr 02. Html
Chusnul Tri R, Yuli Kusumawati, Zaenal Abidin. Hubungan Antara Sumber
Informasi dan Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Perilaku Personal
hygiene Menstruasi; 2011
Czerwinski, B.S. Adult Feminine Hygiene Practices. University of Texas Houston
Health Science Center. USA; 1996
De Moya, et al. Sex and Health. Stein and Day, Publisher. New York; 1982
Depkes RI. Kesehatan Remaja. Jakarta : Depkes RI; 2010
Departemen Kesehatan RI. Asuhan kesehatan reproduksi pada remaja. Jakarta:
Buletin Departemen Kesehatan RI; 2003
Dewi. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Menstruasi Dengan Perilaku
Kesehatan Remaja Puteri Tentang Menstruasi. Jakarta; 2009
Donatila Novrinta A. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Menjaga
Kebersihan Genitalia Eksterna Pada Siswi SMAN 4 Semarang. Semarang;
2011
Hurlock, Elizabeth.Psikologi perkembangan edisi kelima. Jakarta: Erlangga; 2001

76

Jusuf Hanafiah, M. Haid dan Siklusnya. Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo; 2009
Kozier, B, Erb, G, Blais, K & Wilkinson, J. M. Fundamentals of Nursing : concepts,
process and practice (5th edition). Addison-Wisley. California; 1995
Kusyogo C, Tri Prapto K, Ani M. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik
Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMAN 1 Purbalingga. Volume 3, No 2.
Semarang; 2008
Laily, Sulistiyo. Personal hygiene Konsep, Proses dan Aplikasi dalam Praktek
Keperawatan; 2002
Llewellyn, D & Jones, M.D. Woman Health and Ginecology; 1997
Mandias R. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Perilaku Masyarakat Desa
Dalam Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan Di Desa Pulisan Kecamatan
Likupang Timur; 2012
Manuaba, IBG. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC; 2009
Mitra Citra Remaja PKBI Jawa Barat. Memelihara dan Merawat Organ Reproduksi
Wanita.
Available from : http//www.nt.ngo.or.id/pkbi/pkbijabar/mer/tips/caranya.htm
Moersintowati, dkk. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.Jakarta:Sagung Seto; 2002
Notoatmodjo, soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta;
2003
Notoatmodjo, soekidjo. Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka cipta; 2007
Notoatmodjo, soekidjo. Konsep Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta; 2007
Notoatmodjo, soekidjo. Definisi Pengetahuan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan.
Available from : www.duniabaca.com/definisi-pengetahuan-serta-faktorfaktor-yang-mempengaruhi-pengetahuan.html
Novita, R. Perilaku Perawatan Kebersihan Alat Reproduksi Dalam Pada Siswi
SMAN 9 Kebon Pala Jakarta Timur. Universitas Indonesia. Depok; 2012
Patricia, A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep. Edisi 4. Jakarta; 2003
PKBI. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta, 1999
Pudjiastuti, Sri Surini. Kebersihan Diri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2003
Qomariah,dkk. Infeksi Saluran Reproduksi Pada Wanita. Jakarta : BKKBN; 2001.

77

Ratna Indriana, D. Hubungan Akses Media Masa Dengan Pengetahuan Kesehatan


Reproduksi Pada Remaja. Universitas Negeri Semarang. Semarang; 2012
Saadah, F. Tingkat Pengetahuan dan Presepsi Tentang Menstruasi Pada Pelajar Kelas
II SLTPN 1 BOGOR : Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Jakarta; 1999
Shamima Y, Nirmalya M, Sarmila M, Ashfaque A, Baisakhi P. Menstrual Hygiene
Among Adolesenct School Students. Volume 5, Issue 6. India; 2013
Saladin.Anatomi & Physiology: The Unity of Form and Function,Third Edition The
McGraw-Hill Companies;2003
Santrock, WJ. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga; 2008
Sarwono. W. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers; 2011
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem.Ed. 2. Jakarta: EGC; 2001 .
Jawetz,Melnick,&Adelberg.Mikrobiologi Kedokteran.Jakarta:EGC;2007
Siswono, A. Merawat Organ Reproduksi wanita. Jakarta; 2001
Available from : http://www.gizi.net/cgi.bin/berits/lsin/indek.shtml
Siti Asiyah Mardani, Arifal Aris, Priyoto. Hubungan Kesehatan Reproduksi Remaja
Putri Dengan Perilaku Personal hygiene Menstruasi Di Desa Kedung Kumpul
Kecamatan Sari Rejo Kab. Lamongan; 2010
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta: Sagung
Seto; 2007
Sri, Purnamaningsih. Tips Merawat Kebersihan dan Kesehatan Vagina. Jakarta:
Majalah Aulia; 2011
Steinsdottir, H. Attitude Preparations and Characteristic Menstruation. Scan J Caring
Sel. Iceland; 1993
Suryati, B. Perilaku Kebersihan Remaja Saat Menstruasi. Jurnal Health Quality. Vol
3 No.1. Jakarta; 2012
Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi
ketiga. Jakarta : Salemba Medika; 2004
Trijatmo Rachihadhi. Anatomi Alat Reproduksi. Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009
Utamadi, G. Merawat Organ Reproduksi Wanita. Jakarta; 2001
Available from : http:/www.kompas.com/kompas-cetak/0109/21/dikbud.htm
Varney, H. Buku Ajar Asuahan Kebidanan Volume 2.Jakarta : EGC; 2007

78

Widyasari, D. Hubungan Perineal Hygiene Dengan Kejadian Infeksi Organ


Reproduksi Pada Siswi Kelas 1 SMAN 65 Jakarta. Riset master. Jakarta;
2001
Widyastuti, Y. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya; 2009
Wisnuwardhani, S.D & Agustina, F.M.T. Studi Higienis Menstruasi dan Infeksi Alat
Reproduksi. Bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta; 1997

79

LAMPIRAN 1

PENGANTAR PENELITIAN

Sehubungan dengan penyusunan Skripsi yang akan saya teliti dengan judul
Hubungan Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hygiene
menstruasi pada remaja puteri di SMA Bina Bangsa Sejahtera yang merupakan
tugas akhir dan syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Maka dari itu, saya mengharapkan kesediaan teman-teman untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kuisoner yang diberikan. Penelitian ini tidak
akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi anda sebagai responden. Kerahasiaan
semua informasi yang diberi akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Atas perhatian dan kesediaan nya untuk berpartisipasi mengikuti penelitian
ini, saya ucapkan banyak terima kasih.

Jakarta, Juli 2014


Peneliti

Nudiya Azimah

80

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, setelah membaca dan memahami isi
penjelasan pada lembar pertama, saya bersedia turut berpartisipasi sebagai responden
penelitian yang akan dilakukan oleh Nudiya Azimah mahasiswi fakultas kedokteran
dan kesehatan universitas Muhammadiyah jakarta program studi pendidikan dokter
dengan judul hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku
hygiene menstruasi pada remaja puteri di SMA Bina Bangsa Sejahtera
Saya memahami penelitian ini tidak akan berdampak negatif terhadap saya.
Oleh karena itu saya menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan
dari pihak manapun.

Bogor, Juli 2014


Responden

()

81

Nama :

Kelas :

Umur :

Pendidikan terakhir orangtua :

SOAL KUESIONER
A. PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI
Berilah tanda silang (x) pada jawaban pertanyaan sesuai dengan pengetahuan
anda tanpa melihat catatan atau bertanya pada responden lain.
1.

Apakah yang dimaksud dengan Kesehatan Reproduksi Remaja?


a. Keadaan sehat fisik pada masa remaja dan terhindar dari berbagai penyakit
b. Keadaan sehat mental pada masa remaja
c. Keadaan sehat fisik, mental dan sosial yang utuh dan terbebas dari
berbagai penyakit dan hal yang berkaitan dengan reproduksi
d. Tidak Tahu

2.

3.

Kesehatan reproduksi pada remaja meliputi


a.

Kesehatan organ pencernaan

b.

Perkembangan intelektual.

c.

Menstruasi

d.

Tidak tahu

Organ reproduksi (alat genitalia) wanita dibagi atas?


a.

Alat genitalia luar dan dalam

b.

Alat genitalia kecil dan besar

c.

Alat genitalia luar

d.

Tidak tahu

82

4.

Organ manakah yang termasuk alat kelamin wanita adalah ?


a. Vagina
b. Payudara
c. Penis
d. Tidak Tahu

5.

6.

7.

Yang termasuk ke dalam system organ reproduksi wanita adalah?


a.

Vulva, vagina, uterus, tuba falopi, ovarium

b.

Esofagus, hati, lambung, usus, rectum

c.

Jakun, penis, vas deferens, testis, urethra

d.

Tidak tahu

Pada alat kelamin wanita yang paling sering terkena kanker adalah?
a.

Tuba falopi

b.

Uterus

c.

Servix

d.

Tidak tahu

Apakah fungsi utama dari vagina?


a.

Menghasilkan sel telur

b. Saluran keluar bagi sekret

8.

c.

Tempat berkembangnya embrio saat hamil

d.

Tidak tahu

Apakah fungsi dari uterus (rahim)?


a.

Tempat berkembangnya embrio saat hamil

b.

Sebagai jalan lahir

c.

Menghasilkan sel telur

d.

Tidak tahu

83

9.

Apakah fungsi dari ovarium?


a.

Sebagai jalan lahir

b. Menghasilkan sel telur


c.

Tempat berkembangnya embrio saat hamil

d.

Tidak tahu

10. Salah satu tujuan perawatan alat kelamin yaitu?


a. Agar terhindar dari penyakit infeksi yang di sebabkan oleh virus,
bakteri, protozoa.
b. Agar vagina tidak berbau
c. Agar darah haidnya tidak terganggu
d. Tidak Tahu
11. Apakah yang dimaksud dengan menstruasi?
a. Pengeluaran darah secara berulang setiap bulan dari vagina ( liang
senggama) karena tidak ada proses pembuahan
b. Pengeluaran darah yang diakibatkan karena suatu penyakit
c.

Pengeluaran darah yang diakibatkan karena adanya sel-sel tubuh.

d. Tidak tahu
12. Usia berapa haid pertama kali yang normal terjadi pada remaja putri ?
c.

10 16 tahun

d.

16- 20 tahun

e.

21 23 tahun

f.

Tidak tahu

84

13. Berapakah normalnya haid datang untuk haid berikutnya ?


a. 28 35 hari
b. Lebih dari 40 hari
c. 2 minggu
d. Tidak tahu
14. Di bawah ini cara yang baik untuk merawatan alat kelamin luar sehari-hari
adalah ?
a. Berendam dalam air sirih atau menggunakan cairan pembersih vagina
kemasan secara rutin
b. Cebok dengan air bersih dan sabun setiap mandi/buang air besar
(BAB)/buang air kecil (BAK)
c. Menggunakan pantyliner setiap hari
d. Tidak tahu
15. Apakah yang akan terjadi bila alat kelamin lembab?
a. Pertumbuhan bakteri atau jamur
b. Perdarahan alat kelamin
c. Kerusakan alat kelamin atau lecet
d. Tidak Tahu
16. Apa akibatnya jika keseimbangan asam-basa/PH Vagina tidak seimbang?
a. Bakteri-bakteri yang menguntungkan akan mati sehingga terjadi
infeksi ke organ reproduksi bagian dalam
b. PH Vagina menjadi turun
c. Bakteri atau jamur tidak berkembang
d. Tidak Tahu

85

17. Setahu saudari cara mencebok yang baik setelah buang air kecil (BAK) adalah:
a. Dari belakang ke depan
b. Dari depan ke belakang
c. Disemprot hingga air masuk ke dalam vagina
d. Tidak tahu
18. Mengapa penggantian celana dalam harus dilakukan setiap hari?
a. Supaya nyaman
b. Untuk menghindari infeksi bakteri-bakteri jamur berkembang dengan
cepat
c. Supaya terhindar kanker leher rahim
d. Tidak Tahu
19. Infeksi apa yang dapat timbul apabila tidak menjaga kebersihan saat menstruasi?
a. HIV/AIDS
b. Infeksi saluran kemih
c. Gingivitis
d. Tidak tahu
20. Bahan yang cocok untuk celana dalam adalah?
a. Kaos
b. Bahan yang terbuat dari katun
c. Nilon

d. Tidak Tahu

86

B. PERILAKU HYGIENE MENSTRUASI


Berilah tanda () pada pertanyaan Selalu, Kadang-kadang atau Tidak Pernah
pada kolom yang telah disediakan di bawah ini.
Petunjuk : S

: Selalu (perawatan dilakukan setiap hari selama menstruasi)

KD : Kadang-kadang (selama menstruasi perawatan dilakukan tiga


sampai empat kali)
TP

: Tidak pernah (perawatan selama mestruasi tidak pernah


diakukan)

No

Pertanyaan tentang personal hygiene selama


menstruasi
Perawatan Kulit dan Rambut

Jawaban
S

KD

TP

KD

TP

KD

TP

1. Saya membersihkan wajah dua sampai tiga kali sehari


2.

Saya keramas dua kali dalam seminggu selama menstruasi

3.

Saya mencukur rambut kemaluan dengan cara mencabut

4.

Saya mencukur rambut kemaluan dengan menggunakan alat

5.

cukur khusus
Sebelum mencukur rambut kemaluan, saya terlebih dahulu
menggunakan busa sabun
Kebersihan Tubuh dan organ genitalia

6.

Membersihkan daerah kemaluan dari arah depan ke arah

7.

belakang
Membersihkan kemaluan dengan sabun setelah buang air

8.

kecil dan buang air besar


Saat mandi membersihkan kemaluan

9.

Mengeringkan daerah kemaluan dengan tissue setelah

10.

buang air kecil dan buang air besar


Mengeringkan daerah Kemaluan dengan handuk setelah

mandi
11. Tidak mengeringkan daerah kemaluan setelah buang air
kecil dan buang air besar
Kebersihan Pakaian Sehari-hari

87

12.

Mengganti pakaian dalam setiap hari selama mentruasi

13.

Memakai celana dalam yang ketat selama mestruasi

14.

Menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan

15.

menyerap keringat seperti katun


Pakaian dalam yang terkena darah setelah kering di setrika

16.

Menggunakan celana dalam sesuai dengan ukuranya


Penggunaan pembalut

17.

Menggunakan pantyliner setiap hari

18.

Saya menggunkan pembalut yang berbahan lembut dan

19.

menyerap banyak
Pembalut dibersihkan, dimasukan ke kantong plastik lalu

20.

dibuang
Mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai pembalut

21.

Menggunakan pembalut yang sesuai dengan ukuran

22.

Memakai pembalut terlalu lama

23.

Pembalut diganti setiap setelah mandi dan buang air kecil

KD

TP

LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
PENGETAHUAN
Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1

2
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1

3
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0

4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

5
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1

6
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1

7
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1

8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1

9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1

Skor Item
10 11 12
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1

13
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0

14

88

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68

1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1

1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1

0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1

0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1

1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1

0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1

0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0

0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0

89

69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119

0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0

0
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0

1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1

1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

90

120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0

1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1

91

DATA PENELITIAN
PERILAKU

Skor Item

Subjek
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
1
2
2
0
0
2
2
1
2
0
1
0
1
2
1
1
2
1
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
2
2
1
2
1

3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

4
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
2
1
0
2
0
0
2
0
0
1
2
2
0
2
1
1
0
0
0
0
0
0
2
0
2
1
0
0
0
0
0
0

5
0
0
0
2
0
2
0
0
0
0
2
0
0
2
0
1
1
0
0
1
0
2
0
2
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
2
0
0
0
1

6
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
1
2
2

7
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
0
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
2
1
1
0
1

8
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

9
2
1
2
1
1
0
0
1
1
1
1
2
1
0
2
1
2
0
2
1
2
0
1
2
2
2
0
0
1
0
2
0
0
1
2
2
0
2
0
1
1
1

10
2
2
2
0
2
2
1
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
0
2
2
1
2
2
2

11
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

12
2
2
1
1
1
2
1
2
2
1
1
2
2
2
2
1
1
2
1
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
2
1
0
2
2
0
1
2

13
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

14
1
0
1
1
1
1
0
1
2
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
2
2
0
0
1
0
1
1
1
1
1
2
1
0
0
1
1
1

15
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

92

43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93

2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1

1
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
2
1
0
1
1
1
1
1
2
2
1
2
0
1
1
1
1
1
1
2
1
2

0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0

0
0
1
0
0
0
0
1
0
2
2
0
0
0
0
0
0
2
2
0
2
2
2
2
0
0
0
0
0
2
2
0
1
0
2
1
0
0
2
2
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0

0
0
1
0
0
0
0
1
0
2
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
2
1
2
1
0
0
1
0
0
2
2
1
0
0
2
1
0
0
2
2
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0

1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
0
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
1
2
1
2
2
2
2
2
2

2
1
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
0
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

1
0
1
0
0
2
2
2
1
0
0
0
2
1
2
0
1
1
1
0
0
1
2
0
1
0
2
1
1
1
2
1
1
2
1
1
2
2
2
1
1
0
1
1
2
1
0
2
2
2
1

2
1
2
2
2
0
2
2
2
2
0
2
2
1
2
0
1
2
2
1
2
2
2
2
1
0
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
2
2

1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2

1
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
2
0
2
2
0
1
2
2
2
2
2
1
0
0
0
2
2
0
1
2
1
2
1
1
2
1
0
0
2
1
1
1
2
0
1
2
2

2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
2
1
1
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2

1
0
0
1
1
2
1
0
0
1
2
0
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
2
2
2
0
0
2
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
2
0
2
1
0
2

2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
0
2
2
2

93

94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1

2
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
2

0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0

0
1
1
1
0
0
2
0
1
0
0
2
1
0
1
0
2
0
0
2
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
2
0
0
2
0
1
0
1
1
1
0

0
1
0
1
0
0
2
0
1
0
0
2
0
0
1
0
2
0
0
2
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
2
0
0
2
0
0
0
0
1
1
0

2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

1
2
1
2
1
2
1
0
2
0
2
1
1
0
2
1
1
0
0
1
0
1
0
2
0
2
2
0
1
0
2
1
2
1
1
0
1
2
1
2
2
1

2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2

LAMPIRAN 3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Nudiya Azimah

2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2

2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
2
0
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
2
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
2

1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
2

94

Tempat / tanggal lahir

: Ujungpandang / 23 April 1993

Agama

: Islam

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat

: Jl. Gaharu Terusan 1

No.5B 008/011 Antasari

Cilandak Barat, Jakarta Selatan


Email

: Nudiyaazimah@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1996-1998

: TK Kartika XI, Pengadegan

1998-2004

: SD Negeri 08 Pagi, Pengadegan

2004-2005

: SMP Negeri 182, Kalibata

2005-2007

: SMP Islam Avicenna, Tanjung Barat

2007-2010

: SMA Avicenna, Jagakarsa

2010- Sekarang

: Diterima di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Fakultas


Kedokteran dan Kesehatan, Program Studi Kedokteran

LAMPIRAN 4
Hasil analisis data (Uji Univariat dan Uji Bivariat)
Descriptive Statistics
Mean

Std. Deviation

95

Perilaku
pengetahuan

27.9778
14.9407

3.15866
2.05798

135
135

Correlations
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

Perilaku
1.000
.249
.
.002
135
135

Perilaku
Pengetahuan
Perilaku
Pengetahuan
Perilaku
Pengetahuan

Pengetahuan
.249
1.000
.002
.
135
135

Variables Entered/Removeda
Model
Variables Entered
1
pengetahuanb
a. Dependent Variable: perilaku
b. All requested variables entered.

Variables Removed

Method
. Enter

Model Summary

Mo
del
1

R
Std. Error
Squar Adjusted R
of the
e
Square
Estimate

R
.
249

.062

.055

Change Statistics
F
R Square Chan df
Sig. F
Change
ge
1 df2 Change

3.07072

.062 8.785

13
3

.004

a. Predictors: (Constant), pengetahuan

ANOVAa
Model
1
Regression
Residual

Sum of
Squares
82.837
1254.097

Df

Mean Square
1
82.837
133
9.429

F
8.785

Sig.
.004b

96

Total
1336.933
a. Dependent Variable: perilaku
b. Predictors: (Constant), pengetahuan

134

Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
22.270
1.944
Pengetahuan
.382
.129
.249
a. Dependent Variable: perilaku

t
11.456
2.964

Sig.
.000
.004

97

LAMPIRAN TABEL

Tabel 4.3
Model Summary (Nilai R dan R2)
Model

Std. Error of the


R

,249

R Square
Adjusted R Square
,062
,055

Tabel 4.4
Statistik Uji F (Anova)b
Model
Sum of
Squares
df
Mean Square
1
Regression
82,837
1
82,837
Residual
1254,097
133
9,429
Total
1336,933
134
a. Predictors: (Constant), Pengetahuan
b. Dependent Variable: Perilaku
Tabel 4.5
Coefficients Regresia
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
22,270
1,944
Pengetahuan
,382
,129
,249
a. Dependent Variable: Prilaku

Estimate
3,07072

F
8,785

Sig.
,004a

T
11,456
2,964

Sig.
,000
,004

Descriptives
Descriptive Statistics
N

Minimum Maximum

Mean

Std. Deviation

98

Perilaku
Pengetahuan
Valid N (listwise)

135
135

19.00
9.00

35.00
19.00

27.9778
14.9407

3.15866
2.05798

135

Tabel 4.6.1
Chi-Square Tests umur perilaku

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases

Value
5.897a
6.279

2
2

Asymp. Sig. (2sided)


.052
.043

.016

df

5.839
135

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.26.

Table 4.7.1
Chi-Square Tests kelas perilaku

Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association

Value
3.851a
4.386
1.936

2
2

Asymp. Sig. (2sided)


.146
.112

.164

df

N of Valid Cases
135
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.67.
Table 4.8.1
Chi-Square Tests pendidikan orangtua perilaku
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
Pearson Chi-Square
3.034
4
.552
Likelihood Ratio
3.308
4
.508
Linear-by-Linear Association
1.289
1
.256
N of Valid Cases
135
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
1.90.

Table 4.9.1
Chi-Square Tests pengetahuan kesehatan reproduksi perilaku

99

Asymp. Sig. (2sided)


.005
.005
.010

Value
df
a
Pearson Chi-Square
14.838
4
Likelihood Ratio
14.811
4
Linear-by-Linear Association
6.556
1
N of Valid Cases
135
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .83.

Anda mungkin juga menyukai