Anda di halaman 1dari 9

KONSTRUKSI MESIN

MODUL KE-9
DOSEN PENGASUH
Ir. PIRNADI. T. M.Sc

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK MESIN

PROGRAM KULIAH KELAS KARYAWAN


2008

9.

PERANCANGAN LANJUT KOMPONEN


KONSTRUKSI MESIN

PENDAHULUAN

Pengantar, pada perancangan komponen konstruksi mesin dianggap perlu untuk


mengetahui diagram alir perancangan yang sesuai. Metoda ini juga perlu didukung
oleh sarana dan prasarana, yaitu computer (PC) yang memegang peranan penting
dalam era teknologi industri masa kini dan akan bertambah besar dan keterkaitannya
hampir dalam setiap kegiatan permesinan di masa yang dating.
Peranan pemilihan material teknik juga tidak kalah pentingnya dalam pernacangan
komponen konstruksi mesin agar tujuan umum perancangan dapat tercapai.
Termasuk, juga pada penentuan jenis dan prediksi beban-beban yang akan bekerja
sesuai dengan kondisi lingkungannya.

Diberikan beberapa contoh, diagram alir proses perancangan untuk beberapa


komponen utam konstruksi mesin, sedangkan penjelasannya akan diberikan pada
saat tatap muka, sebagi berikut:
1. Diagram alir untuk merancang poros dengan beban puntir, berikut:
Start (mulai proses)
1.

Menetapkan daya yang akan ditranmisikan, P (kW), dan besar putaran


poros, n1 (rpm).

2.

Menetapkan faktor koreksi, fc

3.

Menghitung daya yang direncanakan, Pd (kW)

4.

Mengihutng momen puntir yang direncanakan, T (kg mm)

5.

Memilih bahan poros, perlakukan panas, kekuatan tarik, B (kg / mm 2 )


Apakah poros bertangga atau beralur pasak
Menetapkan faktor keamanan Sf1, dan Sf2

6.

2
Menentukan tegangan geser yang diijinkan, a ( kg / mm )

7.

Menetapkan faktor koreksi untuk momen punter, Kt


Menetapkan faktor lenturan poros, Cb

8.

Menghitung diameter poros, ds (mm)

9.

Menetapkan jari-jari filet dari pors tangga, r (mm)


Menghitung ukuran pasak dan alur pasak

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Pirnadi. T. M.Sc.

KONSTRUKSI MESIN

Menetapkan factor konsentrasi tegangan pada poros tangga, , dan

10.

pada pasak,

11.

Menghitung tegangan geser,

12.

Beberapa pilihan:
-

Bila harga

(kg/mm2)

a S f2
: cb K t lebih kecil (
atau

), mala proses kembali ke

No. 5, No. 8 atau ke No. 9


-

Bila harga ini lebih besar atau sama dengan ( ), maka proses lanjut ke
No. 13

13. Memutuskan besar diameter poros, ds (mm)


Menetapkan material poros,
Menetapkan perlakuan panas untuk poros,
Menetapkan hasil jari-jari filet dari poros bertangga, dan
Menetapkan ukuran pasak dan alur pasak
14.

Stop

15.

E n d ( selesai proses)

2. Diagram alir untuk merencanakan poros dengan beban lentur murni, berikut:
S t a r t (mulai proses)
1. Diketahui beban statis pada satu gander, W (kg)
Jarak telapak roda, g (mm)
Jarak bantalan radial, j (mm)
Tinggi titik berat, h (mm)
Kecepatan kerja maks. V (km/h)
Jari-jari telapak roda, r (mm)
2. Momen pada tumpuan roda karena beban statis, M1 (kg mm)
3. Beban tambahan karena getaran vertical/ Beban statis = v
Beban horizontal/ Beban statis pada satu gander = L
4. Momen pada tumpuan roda karena gaya vertical tambahan, M2 (kg mm)
5. Jarak dari tengah bantalan ke ujung luar naf roda, a (mm)
Panjang naf roda, l (mm)
6. Beban horizontal, P (kg)
Beban pada bantalan karena bebaan horizontal, Qo (kg)
Beban pada telapak roda karena beban horizontal, Ro (kg)
7. Momen puntir pada naf tumpuan roda sebelah dalam karena beban horizontal,
M3 (kg mm)
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Pirnadi. T. M.Sc.

KONSTRUKSI MESIN

8. Macam, pemakaian, bahan, perlakuan panas dari roda.


2
Tegangan lentur yang diizinkan menurut macam roda, Wb ( kg / mm )

Faktor tambahan untuk tegangan menurut pemakaian roda, m


9. Diameter tumpuan roda, ds (mm)
10. Tegangan lentur pada tumpuan roda di sebelah dalam naf roda b (kg/mm2)
11. Faktor keamanan kelelahan, n
12. Pilihan: Bila n : l , lebih kecil ( < ), maka proses kembali ke No. 8, dan
Bila n : l , lebih besar atau sama dengan, maka proses langsung ke No. 13
13. Diameter tumpuan roda, ds (mm)
Bahan poros
Perlakuan panas
14. S t o p
15. E n d (selesai proses).

3. Diagram alir untuk merancang poros dengan beban puntir dan lentur,
berikut:
Start (mulai proses)
1. Menetapkan daya yang akan ditranmisikan, P (kW), dan
besar putaran poros, n1 (rpm).
2. Menetapkan faktor koreksi, fc
3. Menghitung daya yang direncanakan, Pd (kW)
4. Mengihutng momen yang direncanakan, T (kg mm)
5. Keadaan beban yang digambarkan
6. Perhitungan beban horizontal
Perhitungan beban vertikal
7. Gaya reaksi engsel
8. Gambar bidang momen lentur
9. Momen lentur gabungan MR (kg mm)
10. Memilih bahan poros,
Perlakukan panas,
Kekuatan tarik, B (kg / mm 2 )
Apakah poros bertangga atau beralur pasak
Menetapkan faktor keamanan Sf1, dan Sf2
2
11. Menentukan tegangan lentur yang diijinkan, ba ( kg / mm )

12. Menetapkan faktor koreksi untuk momen lenturan, Km

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Pirnadi. T. M.Sc.

KONSTRUKSI MESIN

Menetapkan faktor puntiran poros, Kt


13. Menghitung diameter poros, ds (mm)
14. Menghitung defleksi puntiran, o
15. Pilihan: Bila : maks . , lebih besar maka proses kembali ke No. 10 atau No.
13
Bila berharga lebih kecil sama dengan ( ) proses langsung ke No.
16
16. Perhitungan defleksi maksimum
17. Pilihan: Bila Y : Y maks. Lebih besar ( > ), maka proses kembali ke No.10 dan
No.13
Bila berharga lebih kecil atau sama dengan ( ), maka proses langsung ke
No. 18
18. Berat masing-masing benda/komponen yang berputar, Wt (kg)
19. Putaran kritis untuk masing-masing benda/komponen yang berputar, Ncl (rpm)
20. Putaran kritis system, Nco (rpm)
21. Pilihan N1/Nco : (0,6 0,7)
Bila berharga lebih besar ( > ), maka proses kembali ke No. 10 dan No. 13
Bila berharga lebih kecil atau sama dengan ( ), maka proses langsung ke
No. 22
22. Diameter poros, ds (mm)
Bahan poros
Perlakuan panas
23. S t o p
24. E n d ( selesai proses)
4.

Diagram alir untuk merancang bantalan luncur sederhana, sebagai berikut:


Start (mulai proses)
1. Menetapkan beban bantalan, Wo (kg),
Besar putaran poros, n (rpm).
2. Menetapkan faktor koreksi, fc
3. Menghitung beban yang direncanakan, W (kg)
4. Menetapkan bahan bantalan
Tekanan permukaan yang diizinkan, pa (kg/mm2), (pv)a (kg m/mm2s)
5. Keadaan panjang bantalan, l (mm)
6. Bahan poros, kekuatan tarik, B (kg / mm 2 )

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Pirnadi. T. M.Sc.

KONSTRUKSI MESIN

2
Tegangan lentur yang diizinkan, a (kg / mm )

7. Menentukan diameter poros, d (mm)


8. Menetapkan besar, l /d
9. Pilihan l / d : daerah standar
Bila tidak standar, maka proses kembali ke No. 4 dan No. 5
Bila memenuhi standar, maka proses langsung ke No. 10
10. Tekanan permukaan, p (kg/mm2)
Kecepatan keliling, v (m/s2)
Harga, pvs (kg m / mm2 s)
11. Pilihan: (p : pa) dan pv : (pv)a
Bila berharga lebih kecil ( < ), maka proses kembali ke No. 4, No.5.
Bila berharga lebih besar atau sama dengan ( ), maka proses langsung ke
No. 12
12. Kerja gesekan, H (kg m/s)
Daya yang diserap, PH (k W)
13. Panjang bantalan, l (mm)
Diameter poros, d (mm)
Daya yang diserap, PH (kW)
14. S t o p
15. E n d (selesai proses)
16.

5.

Diagram alir untuk merancang bantalan peluru pada persneleng mobil, sbb:
Start (mulai proses)
1. Momen yang akan ditransmisikan, T (kg mm),
Putaran poros transmisi, n1 (rpm)
Umur bantalan yang diinginkan, Lhc (jam)
2. Kombinasi roda gigi transmisi, i
Proporsi frekuensi, qi
3. Bantalan A, B
Jarak sumbu poros dA, dB (mm)
4. Gigi roda gigi, modul, sudut tekanan
Sudut puntiran
Arah puntiran
Jarak sumbu poros
5. Putaran poros penengah, n2 (rpm)
Putaran poros utama untuk masing-masing gabungan n1 (rpm)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Pirnadi. T. M.Sc.

KONSTRUKSI MESIN

6. Letak roda gigi di antara titik-titik tumpu, a, b, l (mm)


7. Roda gigi poros penggerak
Roda gigi poros penengah
Gaya tangensial Kt (kg) dan arahnya
Gaya pisah Ks (kg) dan arahnya
Gaya aksial Ka (kg) dan arahnya
8. Kombinasi hal-hal di atas :
Reaksi Fr1 (kg) pada tumpuan karena Kt dan arahnya
Reaksi Frs (kg) pada tumpuan karena Ks dan arahnya
Reaksi Fra (kg) pada tumpuan karena Ka dan arahnya
9. Roda gigi poros tengah
Roda gigi poros utama
Gaya tangensial Kt (kg) dan arahnya
Gaya pisah Ks (kg) dan arahnya
Gaya aksial Ka (kg) dan arahnya
10. Kombinasi reaksi di atas pada tumpuan Fr1 (kg) karena Kt dan arahnya
Reaksi pada tumpuan Frs (kg) karena Ks dan arahnya
Reaksi pada tumpuan Fra (kg) karena Ka dan arahnya
11. Beban radial gabungan

Beban aksial gabungan

(kg )
(kg )

12. Bantalan A
13. Nomor nominal bantalan yang diasumsikan.
Kapasitas nominal dinamis spesifik C (kg)
Kapasitas nominal statis spesifik, Co (kg)
14. Faktor tumbukan, fw
15. Cincin yang berputar (dalam atau luar):

/ C o , faktor, e

/V ,

, faktor X, Y

Beban radial ekivalen dinamik Pri (kg)


16. Putaran rata-rata nm (rpm)
Beban efektif rata-rata Pm (kg)
17. Faktor kecepatan fn
Faktor umur, fh
18. Umur Lh (jam)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Pirnadi. T. M.Sc.

KONSTRUKSI MESIN

Umur kendalan, Ln (jam)


19. Pilihan Lh atau Ln : Lha :
Bila berharga lebih kecil ( < ), maka proses kembali ke No. 13
Bila berharga lebih besar - sama dengan ( ), maka proses langsung ke No. 20
20. Keputusan : Nomor bantalan
21. Bantalan B
22. Ulangi : # 13 s/d 20
23. Keputusan : pasan, ketelitian
24. Nomor nominal bantalan
Pasan, ketelitian, dan umur bantalan A dan B
25. S t o p
26. E n d ( selesai proses)

Demikianlah beberapa contoh diagram alir perancangan poros mesin dan


blok bantalan baik luncur maupun peluru secara umum. Selanjutnya dapat
dikembangkan sendiri yang lebih kompleks atau rumit, dengan mengaplikasikannya
pada program computer agar lebih cepat dan akurat hasil perhitungannya.

Adapun penjelasan secara lengkap sesuai dengan kebutuhannya akan


diberikan langsung pada saat tatap muka, dengan berbagai contoh aplikasinya.
Mengenai berbagai macam bahasa pemrograman dapat dijelaskan di sini, seperti :
bahasa Fotran, Bahasa Pascal, Bahasa Delphi, dan lain-lain

Catatan pada blok bantalan, dengan bertambah panjangnya umur karena


adanya perbaikan besar dalam mutu bahan dank arena tuntutan kendalan yang lebih
tinggi, maka bantalan modern direncanakan dengan Lh yang dikalikan dengan factor
koreksi. Jika Ln menyatakan kendalan umur (100 n)(%), maka berlaku :
Ln = a1 . a2 . a3 . Lh
Dimana :
a1 : faktor kendalan (ada tabelnya), a1 = 1, bila kenadalan 90% dipakai seperti
biasanya, atau 0,21 bila keandalan 99% dipakai.
a2 : faktor bahan, a2 = 1 untuk bahan baja bantalan yang dicairkan secara terbuka,
dan kurang lebih = 3 untuk baja bantalan de-gas hampa.
a3 : faktor kerja, a3 = 1 untuk kondisi kerja normal, dan kurang dari 1 untuk hal-hal
berikut ini, seperti:
I,

Bantalan rol, dengan pelumasan minyak berviscositas 13 (cSt) atau (-).

ii. Bantalan rol, dengan pelumasan minyak berviscositas 20 (cSt) atau (-).
iii. Kecepatan rendah, yang besarnya sama dengan atau kurang dari 10000
(rpm) dibagi diameter jarak bagi elemen gelinding (peluru).

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Pirnadi. T. M.Sc.

KONSTRUKSI MESIN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ir. Pirnadi. T. M.Sc.

KONSTRUKSI MESIN

Anda mungkin juga menyukai