Hari/Tanggal
Praktikum
:9
Ruang
: BS Fisika
Nilai
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang kaya akan kelembagaan yang ditujukan untuk
kesejahteraan bersama. Salah satunya yaitu koperasi yang berperan serta untuk
mewujudkan kesejahteraan bersama bagi masyarakat Indonesia. Selayaknya salah
satu badan yang bertindak mewujudkan keejahteraan, faktor ekonomi menjadi
penting dalam perwujudan visi dan misi dari koperasi. Faktor ekonomi menjadi salah
satu penentu keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang notabene
membutuhkan kesejahteraan baik modal, bantuan dan dukungan dana.
dari LIPI, dan hasil pembibitan. Pada tahun 2013 unit koperasi agribisnis
LIPI mendapatkan profit sebesar Rp 74.600.000 yang nilainya naik
sebesar 2,22% dari tahun 2012. Hal ini menunjukan bahwa unit agribisnis
naik peringkat dari tahun sebelumnya.
Unit usaha simpan pinjam (USP) merupakan usaha inti dari
kegiatan koperasi LIPI.unit usaha ini terus dikembangkan untuk melayani
para anggota terutama yang membutuhkan dana pinjaman untuk
pengobatan, pendidikan, dan pinjaman lain yang mendesak. Biaya-biaya
yang dikelurkan untuk unit ini adalah jasa simpanan anggota, biaya
administrasi, honor pengelola. Koperasi mendapatkan profit sebesar Rp
74.676.426 dan mengalami kenaikan sebesar 13,84%. Nilai ini
mengartikan bawha unit simpan pinjam mengalami peningkatan dari
tahun sebelaumnya yang didukung oleh adanya pengisian kartu
pengawasan simpan pinjam dari masing-masing anggota.
ii.
iii.
iv.
Ketua
Anggota
2) Pengurus
Ketua
: Handrie
Wakil Ketua
: Fifi Afiati
Sekretaris
: Warda Tuhera
Bendahara
: Munali
3) Manajemen
Manager
Unit Niaga
Ketua Unit
: Windhi Astuti
Layanan
: Aries
Unit Agribisnis
Kepala unit
: Taryadi Rachmat
Tenaga Lapangan
: 4 orang
: Anisa Alawiyah
Unit Kantin
Kepala Unit
: H. Moch. Yachya
4) Pengawas
Ketua
: Ramlanto
Anggota
: 1. Suyamto
2. Hayat Raharja
i. Kegagalan pasar(marketfailure):
Kegagalan pasar terjadi karena mekanisme pasar tidak berfungsi
secara efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi
yang ada di masyarakat.
Kegagalan pasar merupakan keadaan dimana pasar tidak memberi
respons atas suatu produk saat terjadi kelebihan penawaran maupun
kelebihan permintaan. Dan harga tidak mampu membatasi
permintaan dan tidak bisa meningkatkan penawaran sehingga tidak
tercipta suatu pasar yang efisien.
Kegagalan pasar membuat kaum marginal dalam ekonomi seperti
buruh akan semakin terpojokkan. Untuk melakukan koreksi pasar
dapat dilakukan dengan membentuk lembaga yang mampu
memenuhi kebutuhan mereka seperti koperasi.
ii. Cara koperasi mengkoreksi kegagalan pasar
Menurut Rahardja & Manurung (1999), pasar dapat menjadi alokasi
sumber daya yang efisien bila asumsi-asumsinya terpenuhi, antara lain
pelaku bersifat rasional, memiliki informasi sempurna, pasar berbentuk
persaingan sempurna, dan barang bersifat privat. Sayangnya,
kenyataannya asumsi-asumsi ideal tersebut sulit terpenuhi di dunia
nyata. Sebagai akibatnya terjadilah kegagalan pasar di mana pasar gagal
menjadi alat alokasi yang efisien. Penyebab kegagalan tersebut antara
lain:
Koreksi
Informasi dalam system koperasi adalah simetris,karena pemilik sekaligus
pelanggan (double identity). Hal ini akan meningkatkan daya tawar,
dimana koperasi tidak menjadi price taker tetapi price maker.
Koreksi
Koperasi menyediakan barang
Ataupun jasa sesuai dengan kebutuhan anggota, bukan
berdasarkan keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan hal ini,
terlihat bahwa koperasi lebih memahami kebutuhan anggota.
Koreksi:
Koperasi selain berperan meningkatkan kesejahteraan ekonomi,
juga untuk meningkatkan kesejahteraan sosial para anggotanya.
Untuk menangani supply-demand barang altruisme, pemerintah
membentuk PMI (Palang Merah Indonesia) atau membuat
berbagai regulasi yang mencegah jual-beli organ tubuh secara
ilegal. PMI sebagai lembaga yang dibuat pemerintah memiliki
fungsi dan cara kerja yang menganut sistem perkoperasian.
DAFTAR PUSTAKA
Koperasi Pegawai Bioteknologi LIPI, laporan pertanggungjawaban pengurus
(2014)
M, Baga, Lukman, dkk. 2009. Koperasi Dan Kelembagaan Agribisnis. Depertemen
Agribisnis FEM IPB. Bogor