Oleh:
NIRMALA YULISNINGATI
121710101064
1.
RHEOLOGY
bahan yang menggunakan pompa atau melalui pipa alir tersebut diketahui.
Penerimaan konsumen terhadap suatu produk dipengaruhi oleh sifat
reologinya. Misalnya, mudah tidaknya jam atau selai dioleskan, liat dan
jarum suntik
Ilmu kedokteran : cairan tubuh (seperti misalnya darah),penerimaan obat
bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh
(bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi
Stress didefenisikan sebagai gaya (force) pada suatu luas permukaan gaya per
satuan luas.
bola atau suatu adonan roti misalnya dengan kedua telapak tangan kita.
Tensile Stress.Contoh terapan tensile stress terjadi bila kita menarik atau
tangential stress
Isotropic Stress adalah stress yang seragam pada semua arah, seperti
halnya pada tekanan hidrostatis.
F
A
Suatu bahan . Bahan berupa kawat logam dengan panjang L dan luas
penampang A digulung menjadi pegas. Jika logam mempunyai modulus Young Y
dan perubahan transversal kawat gulungan kawat itu diabaikan, tunjukkan bahwa
tetapan pegasnya diberikan oleh YA/Lo.
Jawab :
Sepanjang deformasi terjadi pada daerah hukum Hooke, maka akan berlaku
F = k x.
F = YA
L/Lo. Dalam hal ini x = L, sehingga dari kedua persamaan di atas diperoleh k
L = YA
L/Lo atau k = Y A/Lo.
B.
SISTEM NON-NEWTONIAN
Fluida non newtonian tidak berubah ketika terdapat gaya yang
bekerja pada fluida. Ada 3 jenis tipe aliran dalam sistem Non-Newtonian, yaitu :
Plastis, Pseudoplastis, dan Dilatan.
1. Aliran Plastis
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu
shearing stress (atau auakan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut
diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai
6
harga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai
sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield value, zat
bertindak sebagi bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak
mengalir).
U=(Ff)
G
U adalah viskositas plastis, dan f adalah yield value.
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang
tersuspensi dalam suspensi pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya
kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van
der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield
value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin banyak suspensi yang
terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan friksi antar partikel juga
berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value terlampaui (shear stress di atas
yield value), sistem plastis akan menyerupai sistem newton.
2. Aliran Pseudoplastis
Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom
alam dan sisntesis seperti dispersi cair dari tragacanth, natrium alginat, metil
selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis diperlihatkan
oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini berkebalikan dengan sistem plastis,
yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi. Kurva untuk aliran
pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan suatu harga
tunggal.
Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of
shear. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan
adanya aksi shearing terhadap molekul-molekul polimer (atau suatu bahan
berantai panjang). Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang
secara normal tidak beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah
7
aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dari dalam bahan tersebut dan
mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya.
FN = G
Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton.
Jika N=1 aliran tersebut sama dengan aliran newton.
3. Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat
terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk
mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan,
suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan
volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam
suspensi ini cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu
memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya pada
rate of shear yang rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari system itu
mengembang atau memuai (dilate).
partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak cukup memenuhi
ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena
partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh
pembawa. Akhirnya suspensi menjadi pasta yang kaku.
selama bounce yang sangat cepat. Di sisi lain, jika ditarik dalamketegangan
dengan
menerapkannya
secara
bertahap
untuk
meningkatkan
stress,
materiberelongasi atau mengalir seperti cairan yang sangat kental. Untuk bahanbahanviskoelastisitas lain, laju regangan menentukan apakah deformasi tersebut
merupakandeformasi elastik atau kental.
B. Plastisitas
Plastisitas adalah kemampuan suatu bahan padat untuk mengalami perubahan
bentuk tetap tanpa ada kerusakan, serta memiliki beberapa sifat yaitu :
C. Koloid
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu
bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar berkisar antara 1 100 nm
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain
yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa
(suspensi).
9
10
Sifat-sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang
cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang
ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan
cahaya,
sedangkan
pada
sistem
koloid,
cahaya
akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikelpartikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya,
pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang
terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati
koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel
tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan
gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut
dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown),
sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak
brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan
partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu
sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran
partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah
gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
11
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit
diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikelpartikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin
rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Muatan koloid
Dikenal dua macam muatan koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid
bermuatan negatif.
Koagulasi koloid
Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.
Dialisis
12
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan
koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring.
Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati
koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
Elektroforesis
13
Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarikmenarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi.
Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen.
Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya
tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase
terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh, disperse emas, belerang
dalam air.
Sifat-Sifat
Pembuatan
Sol Liofil
Dapat dibuat langsung
Sol Liofob
Tidak dapat dibuat hanya
terdispersinya
Mempunyai muatan yang
pendisperinya
Memiliki muatan positif
Adsorpsi medium
pendispersi
mengadsorpsi medium
pendispersinya. Terdapat
pendispersinya. Muatan
adsorpsi partikel-partikel
teradsorpsi di sekeliling
partikel sehingga
menyebabkan partikel sol
Viskositas (kekentalan)
Penggumpalan
Sifat reversibel
pendispersi
viskositas medium
pendispersi
Tidak mudah menggumpal Mudah menggumpal
dengan penambahan
dengan penambahan
elektrolit
elektrolit karena
mempunyai muatan.
Irreversibel artinya sol
dipisahkan dengan
medium pendispersinya.
Memberikan efek Tyndall
yang lemah
yang jelas
Dapat bermigrasi ke anode, Akan bergerak ke anode
listrik
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Larutan Kimia. http://wikipedia.org/larutan-kimia.
(Tanggal akses 1 Januari 2013)
Anonim. 2009. Rheologi. http://farmasiforyou.wordpress.com. (Tanggal
akses 1 Januari 2013)
Ahmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung: Cintra Aditya Bakti.
Bresnick, Stephen. 2002. Kimia Umum. Jakarta: Hipokrates.
Cotton, Wilkinson. 2007. Kimia Organik Dasar. Jakarta: UI Press.
Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta :
Yudhistira.
Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa
Exact.
Wiyono. 2009. Rheologi. http://wiyono372.blogspot.com. (Tanggal
akses 1 Januari 2013)
16
17