Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II

Uji Boraks & Formalin

DISUSUN OLEH:

LEO SAPUTRA S
NIM. 06121010030

Dosen Pengasuh :
MAEFA EKA HARYANI, S.PD., M.PD.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

I.

PERTEMUAN KE

: 6

II.

JUDUL PERCOBAAN

: Uji Boraks dan Formalin

III. TUJUAN PERCOBAAN

: Menguji ada tidaknya kandungan boraks dan

formalin pada makanan bakso, pempek, tahu dan mie kuning.


IV.

LANDASAN TEORI
BORAKS
Bleng (IPA: /bl/, dari bahasa Jawa) adalah campuran garam mineral

konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional,


seperti karak dan gendar. Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium
tetraborat. Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni
buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks.[2] Dalam dunia industri,
boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan
pengontrol kecoak. Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi
sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari
ladang

garam

atau kawah

lumpur (seperti

di Bledug

Kuwu, Jawa

Tengah).

(http://id.wikipedia.org/wiki/Bleng).

Boraks.
Rumus Molekul. Na2B4O710H2O or Na2[B4O5(OH)4]8H2O

Boraks berasal dari bahasa arab yaitu BOURAQ yang berarti kristal lunak yang
mengandung unsur-unsur boron, berwarna dan larut dalam air. Boraks merupakan
kristal

lunak dengan nama

kimia Natrium Tetrabonat ( Na2.B4O7.10H2O). Boraks

mempunyai

nama

lain

natrium

biborat,

natrium

piroborat,

natrium

tetraborat yang seharusnya hanya digunakan dalam industri non pangan.


Karakteristik Boraks, antara lain:

berbentuk kristal putih


tidak berbau
larut dalam air
stabil pada suhu serta tekanan normal
Boraks dipasaran terkenal dengan nama pijer, petitet, bleng, gendar dan air kl.
Boraks juga biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, khususnya

industri kertas, gelas, pengawet kayu, keramik, antiseptik dan pembasmi kecoak, dan
mengurangi kesadahan air. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air
akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3) atau yang lazim kita kenal
dengan nama Bleng. Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik lemah yang sering
digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat
(H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan
dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%)
digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater.
Boraks seringkali disalah gunakan dalam proses pembuatan bahan makanan, seperti
digunakan sebagai bahan tambahan untuk pembuatan bakso, nuget, tahu, cenil,
kecap, ketupat/lontong serta kerupuk. Bahkan yang lebih ironis, penggunaan boraks
sebagai komponen dalam makanan sudah meluas di Indonesia. Padahal pemerintah
telah melarang penggunaan boraks per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri
KesehatanRINo.733/Menkes/Per/IX/1988.
Dampak Negatif Atau Bahaya Boraks Dalam Makanan
Sudah tidak asing lagi bahwa banyak zat-zat berbahaya yang langsung dicampur
sebagai bahan pembuat makanan, salah satu zat yang sering digunakan yaitu Boraks
atau Bleng. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta
berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit
karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif. Seringnya mengonsumsi
makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Boraks tidak
hanya diserap melalui pencernaan, namun juga melalui kulit. Boraks akan menganggu
enzim-enzim metabolisme.
Ada beberapa ciri Gejala Keracunan Boraks, antara lain sebagai berikut:

Keadaan umum: lemah, sianosis, hipotensi


Terhirup: iritasi membran mukosa, tenggorokan sakit, dan batuk, efek pada
sistem saraf pusat berupa hiperaktifitas, agitasi dan kejang. Aritmia berupa atrial
fibrilasi, syok dan asidosis metabolik. Kematian dapat terjadi setelah pemaparan,
akibat syok, depresi saraf pusat atau gagal ginjal.
Kontak dengan kulit: Eritrodemik rash (merah), iritasi dan gejala seperti orang
mabuk, deskuamasi dalam 3-5 hari setelah pemaparan.
Tertelan: mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, denyut nadi tidak
beraturan, nyeri kepala, gangguan pendengaran dan penglihatan, sianosis, kejang
dan koma. Keracunan berat dan kematian umumnya terjadi pada bayi dan anakanak dalam 1-7 hari setelah penelanan, sedangkan pada orang dewasa jarang
terjadi.
Dalam jumlah banyak boraks dapat menimbulkan keracunan kronis akibat timbunan
boraks, antara lain:

demam

anuria (tidak terbentuknya urin)

Koma

merangsang sistem saraf pusat

menimbulkan depresi

apatis

sianosis

tekanan darah turun

kerusakan ginjal

pingsan

kematian.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tak sertamerta

berakibat buruk terhadap kesehatan. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap dalam
tubuh konsumen secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks juga bisa
diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh ini akan disimpan secara
kumulatif di dalam hati, otak, dan testes (buah zakar).
Daya toksitasnya adalah LD-50 akut 4,5-4,98 gr/kg berat badan (tikus). Dalam
dosisi tinggi, boraks di dalam tubuh manusia bisa menyebabkan pusing-pusing, muntah,
mencret, kram perut, dan lain-lain. Pada anak kecil dan bayi, boraks sebanyak 5 gram di

dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian. Sedangkan kematian pada orang dewasa
terjadi jika dosisnya mencapai 10-20 gram atau lebih.
Dampak Positif Atau Manfaat Boraks
Boraks juga memilki dampak positif. Boraks bermanfaat tentu saja selain
makanan. Hal tersebut juga didukung oleh Peraturan Mentri Kesehatan yang telah
melarang penggunaan Boraks bagi makanan. Boraks hanya boleh digunakan pada selain
makanan dan selain yang berhubungan dengan makanan (gelas, piring, sendok, dlkl).
Beberapa diantaranya dalam pembuatan bahan material, pembuatan bahan bangunan,
antiseptik, pembasmi serangga dll.
Contoh pemanfaatan boraks pada selain makanan:

Salah satu bahan untuk membuat keramik


Campuran membuat kertas
Pembasmi kecoa
Dapat digunakan untuk mengurangi kesadahan air, dll.

Namun, ada beberapa manfaat boraks dalam makanan antara lain :


Memberi tekstur yang bagus dan memberi kesan menarik
Mengawetkan makanan
Mengenyalkan dan memberi rasa gurih, dll.
(http://palupikesling.blogspot.com/2012/02/identifikasi-boraks-dalam-makanan.html)
FORMALIN
Formaldehid adalah senyawa organic dengan struktur CH20, dihasilkan dari
pembakaran tak sempurna dari sejumlah senyawa organic. Terdapat dalam asap
batubara dan kayu, terutama asap yang dihasilkan untuk mengasapi daging babi dan
ikan. Ditemukan di udara, terutama kota-kota besar. Dibuat secara komersial
menggunakan oksidasi fase uap katalitik methanol menggunakan udara sebagai
pengoksidasi dan perak, tembaga, alumina, atau batubara arang sebagai katalisnya.
Formaldehid merupakan senyawa kimia berbentuk gas atau larutan dan
kedalamnya ditambahkan methanol 10 - 15% untuk mencegah polimerisasi. Dalam
perdagangan tersedian larutan folmaldehid 37% dalam air yang dikenal sebagai
formalin. Larutan ini mempunyai sifat tidak berwarna atau hamper tidak berwarna
seperti air, sedikit asam baunya sangat menusuk dan korosif, terurai jika dipanaskan dan
melepaskan asam formiat. Formaldehid merupakan reduktor kuat yang bereaksi kuat
dengan bahan pengoksidasi dan berbagai senyawa organic. Bereaksi dengan asam

klorida menghasilkan senyawa biskloromrtil eter (BCME) yang sangat beracun.


Formalin memiliki titik didih 101C; pH: 2,8 4,0; densitas:1,067 (udara=1); pKa =
13,27 pada suhu 25C; titik nyala 85C; larut dalam alcohol, eter, aseton dan benzene.
Kelarutan dalam air: 4 x 105mg/L pada suhu 20C.

Formalin dikenal luas sebagai pembunuh hama (disinfectant) dan pengawet spesimen
(Fiksatif), dan banyak digunakan dalam industri termasuk industri plywood sebagai
perekat. Sejauh ini pemanfaatannya tidak dilarang namun setiap pekerja yang terlibat
pengangkutan dan pengolahan bahan ini harus hati-hati mengingat resiko yang berkaitan
dengan bahan ini cukup besar. Formalin 2 8% digunakan sebagai germisida.
Pengunaan formalin yang salah (misuse) kerap kali dilakukan dalam
mengawetkan pangan walaupun senyawa ini sesungguhnya dilarang (mengingat
bahayanya) untuk digunakan sebagai pengawet pangan. Praktek yang salah semacam ini
dilakukan oleh produsen pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh
produk pangan yang mengandung formalin meliputi ikan asin, ikan segar, ayam potong,
mie basah, dan tahu yang beredar dipasaran.
Penggunaan Utama

Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal,


gudang, dan pakaian

Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna cermin, kaca dan bahan
peledak

Dalam dua fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan
kertas

Bahan penbuatan pupuk lepas lambat (sustained release) dalam bentuk ureaformaldehyde

Bahan untuk pembuatan produk parfum

Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku

Pencegah korosi untuk sumur minyak

Bahan untuk insulasi busa

Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)

Dalam konsetrasi yang sangat kecil (<1%) digunakan sebagai pengawet untuk
berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci
piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan pembersih karpet.

Aspek Toksikologi Dan Batas Paparan


Data Toksisitas:
LD50 (oral, tikus) = 100 mg/kg
LD50 (oral, mencit) = 42 mg/kg
LD50 (oral, marmut) = 260 mg/kg
LD50 (oral, kelinci) = 270 ul/kg
LD50 (subkutan, tikus) = 420 mg/kg
LD50 (intravena, tikus) = 87 mg/kg
Data Karsinogenisitas:
IARC : Karsinogenik pada manusia (Kelas 1)
ACGIH : Menyebabkan kanker pada manusia (Kelas A2)
Batas Paparan:
OSHA : 0,75 ppm
OSHA STEL : 2 ppm 15 menit
OSHA : 0,5 ppm
ACGIH ciling : 0,3 ppm (0,37 mg/m3)
NIOSH direkomendasi TWA 0,016 ppm 10 jam
NIOSH direkomendasi ceiling 0,1 ppm 15 menit
Bahaya Utama Terhadap Kesehatan

Bahaya utama dapat terjadi dan berpotensi fatal jika terhirup, berbahaya jika
kontak dengan kulit atau tertelan, dapat menyebabkan kulit melepuh, selaput mukosa
terbakar, iritsai saluran pernafasan dan mata (kemungkinan parah), lakrimasi, reaksi
alergi bahaya kanker (pada manusia). (lihat gambar berikut).

Bahaya Paparan Jangka Pendek (Akut)


Jika Terhirup
konsentrasi 0,1 - 5,0 bpj dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan; 10
- 20 bpj dapat menyebab susah bernafas, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan,
dan batuk; 25 - 5- bpj dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan luka saluran
pernafasan seperti pneumonitis dan kadang-kadang udem paru. gejala lain seperti
bersin, sulit bernafas, radang tenggorokan, radang batang tenggorok, sakit kepala,
disfagia, sangat haus (exessive thirst), kelelahan, berdebar-debar, mual dan muntah.
Pada konsentrasi sangat tinggi akan menyebabkan kematian. REaksi hipersensitifitas

seperti udem laring, asma bronkhitis, bronkhitis parah, dan dilaporkan terjadi urtikaria
pada orang yang pernah terpapar.
Jika Kontak Dengan Kulit
Uap atau larutan dapat menyebabkan rasa sakit, perubahan warna putih, keras, mati
rasa, dan luka bakar tingkat. Sensitisasi dermatitis yang ditandai dengan eksim, reaksi
vesikular disertai dengan erupsi pada kelopak mata, wajah, leher, skrotum, dan
pundak terjadi pada orang yang pernahterpapar. Juga dilaporan terjadi urtikaria. Dosis
letal pada kelinci sebesar 270 mg/kg.
Jika Kontak Dengan Mata
KOnsentrasi 0,05 - 3,0 bpj dapat menyebabkan iritasi dengan kemerahan, gatal, sakit,
berair, penglihatan kabur, dan lakrimasi sedang. 4 - 20 bpj dapat menyebabkan
lakrimasi hebat, dan kerusakan mata permanen, dan kebutaan.
Jika Tertelan
Kasus tertelan formalin dalam bentuk gas tidak mungkin terjadi, tapi jika terjadi,
dapat menyebabkan mulut, tenggorokan dan lambung terbakar, sulit bernafas, mual,
muntah dan diare, kemungkinan pendarahan, sakit perut parah, sakit kepala, hipotensi,
vertigo, stupor, kejang, pingsan, dan koma. Perubahan degeneratif dari hati, jantung
dan otak, dan gangguan limpa, pankreas, susunan saraf pusat, dan ginjal dengan
albuminuria, hematuria, anuria, dan asidosis dapat terjadi.
Bahaya Paparan Jangka Panjang (Kronis)
Jika Terhirup
Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan sakit kepala, rinitis mual,
mengantuk, gangguan pernafasan, gangguan ginjal, dan sensitisasi paru. Efek
neuropsikologi seperti gangguan tidur, iritabilitas, ganggguan keseimbangan,
penurunan daya ingat, hilang konsentrasi dan perubahan kejiwaan. Gangguan haid
dan sterilitas pada wanita. Efek reproduktifi pada hewan.
Jika Kontak Dengan Kulit
Paparan berulang atau jangka panjang mungkin akan menyebabkan luka bakar tingkat
dua, mati rasa, gatal, gangguan pada kuku, pengerasan dan penyamakan kulit dan
sesitisasi. Dermatitis dapat terjadi atau terlihat beberapa tahun kemudian dimulai
dengan erupsi pada area digital, dan bagian lain tubuh. Kerusakan hati yang parah

pada mencit mengikuti percobaan seperti pada kulit.


Jika Kontak Dengan Mata
Efek tergantung pada konsentrasi dan lama paparan. Keterulangan atau kontak lama
dengan bahan korosif dapat menimbulkan konjungtivitas atau efek seperti pada
paparan jangka pendek.
Jika Tertelan
Tertelan formalin dalam jumlah sedikit secara berulang dapat menyebabkan iritasai
saluran pencernaan, muntah, dan pusing. Reaksi Sensitisasi pernah dilaporkan. Pria
yang menelan formalin dalan susu selama 15 hari mengeluh sakit pada lambung dan
sakit kepala. gejala lain yang dilaporan termasuk rasa terbakar pada tenggorokan,
penurunan suhu badan, dan 4 orang pria mengalami gatal-gatal pada dada dan paha.
(http://www.enviro.bppt.go.id/sipop/B3/Formalin/Formalin.httm)
V.

ALAT DAN BAHAN


Alat:

Pipet tetes

Mortar dan pestle

Gelas kimia/beker glass

Gelas ukur

Plat tetes

Bahan :
Kunyit
Buah naga
Ubi jalar ungu
Boraks
Asam borat
Air
Bakso
Pempek
Tahu
Mie kuning

VI.

PROSEDUR PERCOBAAN
Identifikasi Boraks:

1. Haluskan kunyit, buah naga ungu dan ubi ungu yang telah dikupas
kulitnya lalu disaring dan diambil sarinya.
2. Membuat larutan kunyit, larutan buah naga ungu, dan larutan ubi ungu
sebagai indikator.
3. Membuat larutan boraks sebagai pembanding dengan indikator.
4. Haluskan bahan yaitu bakso, mie kuning, pempek dan tahu yang akan
diuji.
5. Letakkan sedikit bahan-bahan (bakso, mie kuning, pempek dan tahu)
yang telah dihaluskan ke dalam wadah plat.
6. Teteskan bahan-bahan yang akan diuji tersebut dengan meneteskan
larutan indikator kunyit ke dalam setiap bahan.
7. Amati perubahan yang terjadi. Apabila bahan uji positif mengandung
boraks warnanya berubahan menjadi merah atau akan sama dengan
warna larutan boraks yang digunakan sebagai pembanding. Hasil ujinya
negatif apabila tidak terjadi perubahan warna.
8. Lakukan langkah ke 6-7 dan mengganti indikator kunyit dengan larutan
buah naga ungu dan ubi ungu.
Identifikasi Formalin :
1. Membuat larutan indikator KMnO4
2. Haluskan semua sampel yang akan diuji (bakso, mie kuning, pempek dan
tahu).
3. Letakkan sampel yang akan diuji ke dalam wadah plat.
4. Teteskan sampel uji tersebut dengan larutan KMnO4

5.

Amati perubahan yang terjadi. Apabila bahan uji positif mengandung


boraks warnanya berubahan menjadi coklat atau akan sama dengan
warna larutan boraks yang digunakan sebagai pembanding. Hasil ujinya
negatif apabila tidak terjadi perubahan warna.

VII. HASIL PENGAMATAN


Identifikasi Boraks
Indikator

Sampel Uji

Hasil Pengamatan

Kesimpulan

Kunyit

Tahu

Sampel berwarna kuning


kecoklatan setelah ditetesi

Positif

kunyit
Sampel berwarna kuning
kecoklatan setelah ditetesi
kunyit

Pempek

Sampel berwarna kuning tua


setelah ditetesi kunyit
Positif

Bakso aki
Bakso depan
SMAN 1
Indralaya

Sampel berwarna kuning


kecoklatan setelah ditetesi
kunyit
Sampel berwarna merah
setelah ditetesi kunyit

Mie kuning

Sampel berwarna ungu tua

Tahu

Sampel berwarna ungu tua

Pempek
Buah naga
ungu

Positif

Sampel berwarna ungu


muda agak tua

Bakso aki

Positif

Positif
Positif
Positif
Positif

Bakso depan
SMAN 1
Indralaya
Mie kuning
Tahu

Sampel berwarna ungu tua

Pempek

Sampel berwarna coklat


agak tua

Positif

Sampel berwarna coklat


agak tua

Positif

Bakso aki
Ubi ungu
Bakso depan
SMAN 1
Indralaya
Mie kuning

Positif
Sampel berwarna ungu tua
Sampel berwarna coklat tua

Positif
Positif

Sampel berwarna coklat tua


Positif
Sampel berwarna coklat
agak tua

Positif

Identifikasi Formalin
Sampel Uji

Hasil Pengamatan

Kesimpulan

Tahu
Pempek
Bakso aki
Bakso depan SMAN 1

Sampel berwarna coklat


Sampel berwarna coklat
Sampel berwarna keunguan
Sampel berwarna coklat

Positif
positif
negatif
Positif

Indralaya
Mie Kuning

Sampel berwarna coklat tua

Positif

VIII. Reaksi
Uji Boraks
Reaksi yang terjadi pada percobaan identifikasi boraks pada makanan adalah:
Boraks

+ Kurkumin

Na2B4O7 + C21H20O6

Rosocyanine
B[C21H19O6]2Cl

Uji Formalin
Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan oksidator
kuat seperti KMnO4. Tes positif jika ion MnO4- (warna ungu) berubah menjadi
endapan MnO2 (warna coklat).
R-CHO + 2KMnO4 R-COOH + MnO2 + H2O
Ungu
Coklat

IX.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami menguji kandungan boraks dan formalin pada

makanan bakso, pempek, tahu dan mie kuning. Adapun alasan memilih sampel tersebut
dikarenakan banyak beredar di masyarakat dimana kualitas dan kandungannya belum
terjamin karena pada masa ini banyak sekali makanan jajanan seperti sampel yang
kedapatan mengandung boraks serta formalin sebagai pengawet.
Pertama identifikasi kandungan boraks. Sebelum dilakukan identifikasi boraks,
kami melakukan uji standar indikator boraks terlebih dahulu. Dimana bahan yang kami
gunakan adalah kunyit, buah naga dan ubi jalar ungu. Adapun alasan mengapa kunyit,
buah naga dan ubi jalar ungu digunakan sebagai indikator dalam identifikasi boraks
karena adanya kandungan kurkumin. Kurkumin jika bereaksi dengan boraks yaitu
sampel yang mengandung boraks akan menghasilkan rosocyanine. Sedangkan cara
untuk identifikasi yang dilakukan adalah dengan mengamati perubahan warna yang
dihasilkan setelah ditetesi indikator. Warna yang dihasilkan oleh reaksi sampel dengan

indikator yang ditetesi disesuaikan warnanya. Bila terjadi kecocokan warna baik yang
pekat maupun yang kurang, itu artinya bahwa sampel yang diuji mengandung atau
teridentifikasi boraks. Dari hasil pengamatan kami, semua sampel yang diuji yaitu
bakso terdiri dari 2 tempat berbeda, pempek, tahu dan mie kuning teridentifikasi atau
positif mengandung boraks.
Kedua identifikasi kandungan formalin. Formalin merupakan golongan aldehid.
Pada uji ini, ada reagent yang digunakan yaitu larutan kalium permanganat (KMnO 4).
Kalium permanganat memiliki warna ungu. Maka jika bereaksi dengan aldehid akan
mengahasilkan endapan yang berwarna coklat. Sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
R-CHO + 2KMnO4 R-COOH + MnO2 + H2O
Ungu
Coklat
Oleh karena itu, uji sampel akan positif teridentifikasi formalin jika warna sampel
setelah ditetesi larutan KMnO4 berubah warna menjadi warna coklat. Dari hasil
pengamatan kami, dari kelima sampel yang diuji hanya terdapat satu sampel yang
negatif teridentifikasi mengandung formalin sedangkan sampel yang lainnya positif
teridentifikasi mengandung formalin.

X.

KESIMPULAN

1. Hasil pengamatan menyatakan semua sampel positif teridentifikasi mengandung


boraks.

2. Hasil pengamatan juga menyatakan hanya terdapat satu sampel yaitu bakso aki
yang negatif teridentifikasi mengandung formalin, selain dari itu keempat
sampel yang lain positif teridentifikasi mengandung formalin.
3. Boraks merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus.
4. Boraks bersifat basa, maka keberadaan boraks dapat dideteksi dengan
menggunakan indikator basa (larutan kurkumin dalam alkohol), yang akan
menunjukkan warna merah kecoklatan.
5. Dalam pengidentifikasian boraks pada makanan jika boraks direaksikan dengan
kurkumin akan menghasilkan senyawa berwarna merah yang disebut rososiania.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. http://id.wikipedia.org/wiki/Bleng (diakses pada tanggal 26 Maret 2015).
Anonim. 2015. http://www.enviro.bppt.go.id/sipop/B3/Formalin/Formalin.httm (diakses
pada tanggal 26 Maret 2015).
Palupi.

2012.

http://palupikesling.blogspot.com/2012/02/identifikasi-boraks-dalam-

makanan.html (diakses pada tanggal 26 Maret 2015).

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai