Pengertian
Hikayati,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIP. 197602202002122001
Glasgow Coma Scale (Gcs) adalah suatu skala neurologik
yang dipakai untuk menilai secara obyektif derajat kesadaran
seseorang.
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Alat dan Bahan
Skor GCS
Prosedur
Tahap PraInteraksi
Tahap Orientasi
Tahap Kerja
A. Eye Respon
B. Verbal Respon
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat
Memberikan salam dan menyapa klien
Langkah-langkah
Skor
1. Spontan
2. Rangsangan Suara
Meminta klien membuka
mata.
3. Rangsangan Nyeri
Mata terbukaterhadap
rangsangan nyeri
4. Tidak Ada Reaksi
dengan rangsang nyeri
klien tidak membuka
mata
1. Berorientasi baik
Menanyakan dimana ia
berada, tahu waktu, hari,
bulan
2. Bingung (confused)
Menanyakan dimana ia
3.
4.
5.
C. Respon Motorik
1.
2.
3.
4.
5.
1
6
Dokumentasi
Tingkat Kesadaran
1. Compos mentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dpaat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis yaitu keadaaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium yaitu gelisah,disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriakteriak, berhalusinasi, kadang berkhayal.
4. Somnolen yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,
namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi respon dengan verbal.
5. Stupor yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun,
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya).
Interpretasi
1. Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E, V,
M selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah E1V1M1.
2. Setelah dilakukan scoring maka dapat dimabil kesimpulan :
Compos mentis GCS 15-14
Apatis GCS 13-12
Somnolen GCS 11-10
Delirium GCS 9-7
Stupor GCS 6-4
Coma GCS 3
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Prosedur
Hikayati,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIP. 197602202002122001
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah suatu usaha untuk
mengembalikan fungsi pernafasan atau fungsi jantung serta
menangani akibat-akibat berhentinya fungsi-fungsi tersebut
pada orang yang tidak diharapkan mati pada saat itu.
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya
pernafasan
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan
ventilasi dari pasien yang mengalami henti jantung atau
henti nafas melalui resusitasi jantung paru (RJP)
1. Henti nafas
Ditandai dengan adanya gerakan dada dan aliran udara
pernafasan dari korban/pasien
2. Henti jantung.
Pernafasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan
tanda awal akan terjadi henti jantung.
1. DNAR (do not attempt resuscitation)
2. Tidak ada manfaat fisiologis karena fungsi vital telah
menurun
3. Ada tanda kematian yang reversibel (rigormortis / kaku
mayat, dekapitasi, dekomposisi, atau pucat).
1. Sarung tangan dan alat pelindung (ex : masker).
2. Alat pemancar panas diaktifkan sebelum bayi lahir
3. Linen atau kain yang bersih, kering dan hangat.
4. Pengganjal bahu
5. Alat penghisap lendir
6. Stetoskope (dianjurkan untuk neonatus)
1. Menilai Dan Menjawab 5 Pertanyaan
Dalam beberapa detik secara cepat, nilai dan jawab 5
pertanyaan
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah bersih dari mekonium?
Apakah bayi bernapas dan menangis?
Apakah tonus ototnya baik?
6.
7.
8.
9.
jempol, telunjuk,
dan jari tengah memegang melingkari tepi sungkup,
jari manis dan kelingking mengangkat dagu untuk
mempertahankan jalan napas bayi tetap terbuka.
Lekatan yang ketat dan tidak bocor antara tepi
sungkup dan wajah penting untuk mendapatkan
tekanan posistip yang dibutuhkan untuk
mengembangkan paru-paru.
18. Periksa lekatan (ventilasi 2-3 kali dengan tekanan yang
tepat dan amati gerakan dinding dada)
Jika dinding dada tidak naik, periksa kemungkinan
satu atau lebih penyebab:
Lekatan tidak adekuat: betulkan kembali letak
sungkup
Jalan napas tersumbat
Reposisi kepala bayi, hisap cairan secret mulut dan
hidung. Ventilasi dengan mulut sedikit terbuka
Tekanan tidak cukup
Naikkan tekanan ventilasi
Dua jari
Ujung jari tengah dan telunjuiksalah satu tangan
secara tegak lurus digunakan untuk kompresi dada.
Tangan yang lain diletakkan di punggung bayi.
30. Dalamnya tekanan kompresio dada 1/3 diameter
antetroposterior dada.
31. Rasio kompresi dada dan VTP 3:1 (90 kompresi dada dan
VTP dalam 1 menit).
32. Evaluasi
Sesudah 30 detik kompresi dada, lakukan evaluasi
frekuensi denyut jantung dalam 6 detik. Jika menghitung
dengan perabaan pada pangkal tali pusat, sambil
menghitung, ventilasi tetap diberikan. Tetapi jika
menggunakan stetoskop, ventilasi dihentikan sementara
untuk menghitung frekuensi denyut jantung.
33. Frekuensi denyut jantung :
a. 60/menit, hentikan kompresi dada dan lanjutkan
VTP 4060/menit
a. >100/menit, hentikan kompresi dada, hentikan VTP
bertahap jika bayi bisa bernafas spontan
b. < 60/menit, lakukan intubasi ET. Yang mungkin
1.
2.
3.
4.
Tanggal Terbit
Hikayati,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIP. 197602202002122001
Pengertian
Tujuan
Indikasi
Kontraindikasi
Posisi supine
6. Airway
Pemeriksaan jalan nafas
Jangan lakukan head till sebelum pastikan tidak ada
sumbatan jalan nafas
Membuka jalan nafas (Head tild-Chin lif atau Jaw
thrust)
7. Breathing
Dokumentasi
OLEH :
RENANDA DWI ANUGERAH
04021481317016