Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Bimbingan Konseling yang
berjudul Tujuan, Asas-asas, Fungsi, Prinsip-prinsip dan Orintasi Bimbingan dan
Konselingdengan baik.
Penulis juga tidak lupa berterimakasih kepada Bapak Sigit Hariyadi sebagai dosen
pengampuh mata kuliah Kuliah Bimbingan Konseling dan juga semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kepentingan semua pihak yang membaca makalah ini.
Semarang, 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam
penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan
pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling yaitu: terwujudnya kehidupan
kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan
dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal,
mandiri dan bahagia.
Namun untuk mencapai tujuan tersebut Konselor haruslah memenuhi Asas dan Prinsipprisip Bimbingan dan Konseling. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan memperlancar
pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya
akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau
mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Begitu pula dengan
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling tidak bisa diabaikan begitu saja, karena prinsip
bimbingan dan konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar pemikiran yang dijadikan
pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program
pelayanan bimbingan. Dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan
main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi tujuan bimbingan dan konseling?
2. Asas-asas apa saja yang terdapat dalam bimbingan dan konseling?
3. Apa saja yang fungsi bimbingan dan konseling?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam bimbingan dan konseling?
5. Bagaimana orientasi bimbingan dan konseling?
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan tujuan bimbingan dan konseling
2. Dapat menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling
3. Dapat menjelaskan fungsi bimbingan dan konseling
4. Dapat menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
5. Dapat menjelaskan orientasi bimbingan dan konselin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan yang sangat erat dimana keduanya
memiliki tujuan untuk memperjelas arah atau sasaran yang hendak dicapainya.Adapun secara
garis besar, bimbingan dan konseling memiliki tujuan, yaitu :
1. Tujuan umum
Sejalan dengan perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling,maka tujuan
bimbingan dan konseling senantiasa mengalami perubahan,dari yang sederhana sampai ke
yang lebih komperehesif. Secara umum, bimbingan dan konseling bertujuan untuk individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi
yang dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakat bakatnya, berbagai latar belakang
yang ada (latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan
tuntutan positif lingkungannya. Dengan kata lain, bimbingan dan konseling bertujuan
membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya
seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas
perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin.Di sisi lain, menurut Prayitno
(1999:16) tujuan umum bimbingan dan konseling dilakukan dalam rangka pengembangan
keempat dimensi kemanusiaan individu. Dimensi ini dimaksudkan sebagai sesuatu yang
secara hakiki pada manusia di satu segi dan di segi lain sebagai sesuatu yang dapat
dikembangkan. Dimensi tersebut antara lain :
a. Dimensi keindividualan (individualitas)
Dimensi ini memungkinkan seseorang mengembangkan potensi yang ada pada dirinya
secara optimal yang mengarah pada aspek aspek kehidupan yang positif. Bakat
,minat,kemampuan dan berbagai kemungkinan yang termuat dalam aspek-aspek mentalfisik dan biologis berkembang dalam rangka dimensi individual itu.Dengan
perkembangan dimensi ini membawa seseorag menjadi individu yang mampu tegak
berdiri dengan kepribadiannya sendiri, dengan aku yang teguh, positif, produktif, dan
dinamis.
b. Dimensi kesosialan (sosialitas)
Dimensi ini memungkinkan seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul,
bekerja sama, dan hidup bersama dengan orang lain. Hal ini terjadi karena manusia
sebagai makhluk sosial yang harus mampu untuk berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain untuk mempertahankan hidupnya. Dimensi individual dan sosial
saling berinteraksi dan keduanya saling bertumbuh kembang,saling mengisi dan
menemukan makna yang sesungguhnya.
c. Dimensi kesusilaan (moral)
Dimensi ini memberikan warna moral terhadap perkembangan dimensi pertama dan
kedua. Norma, etika, dan berbagai ketentuan yang berlaku mengatur bagaimana
kebersamaan antar individu seharusnya dilaksanakan. Dimensi kesusilaan ini memiliki
peranan penting karena dengan dimensi ini menjadi pemersatu antara keindividualan
dan kesusilaan dalam satu kesatuan yang penuh makna Hidup bersama orang lain baik
dalam rangka memperkembangkan dimensi keindividual dan dimensi sosial tidak dapat
dilakukan seadanya saja,tetapi perlu dilakukan secara terarah. Hidup bersama orang lain
perlu diselenggarakan sedemikian rupa ,sehingga semua orang yang ada di dalamnya
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya,demi kehidupan bersama. Dimensi
kesusilaan dapat menjadi pemersatu,sehingga keindividualan dan kesosialan dapat
bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna.Tanpa adanya dimensi ini, maka
berkembangnya dimensi kendividualan dan kesusilaan akan tidak serasi, bahkan yang
satu akan cenderung menyalahkan yang lain. Dengan dimensi ini memungkinkan
manusia dapat menjalani kehidupan dengan sangat layak dan dapat mengembangkan
ilmu,teknologi dan seni.
d. Dimensi keberagamaan (religiusitas)
Kehidupan manusia yang selengkapnya yaitu yang menjangkau baik itu kehidupan di
duniawi maupun kehidupan di akhirat akan tercapai jika ketiga dimensi tersebut
dilengkapi dengan dimensi keempat. Dimensi ini lebih menitikberatkan pada hubungan
diri manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Di mana manusia tidak terpukau dan
terpaku pada kehidupan di dunia saja, melainkan mengaitkan secara serasi, selaras, dan
seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat
Dengan proses konseling,klien dapat :
Mendapat dukungan selagi klien memadukan segenap kekuatan dan kemampuan
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Memperoleh wawasan baru yang lebih segar tentang berbagai alternatif,pandangan
dan pemahaman-pemahaman serta keterampilan-keterampilan baru.
Menghadapi ketakutan-ketakutan sendiri;mencapai kemampuan untuk mengambil
keputusan dan keberanian untuk melaksanakannya; kemampuan untuk mengambil
resiko yang mungkin ada dalam proses pencapaian tujuan-tujuan yanng
dikehendaki.
Tujuan konseling dapat terentang dari sekadar klien mengikuti kemauan-kemauan
konselor sampai pada masalah pengambilan keputusan,pengembangan
kesadaran,pengembangan pribadi penyembuhan dan penerimaan diri sendiri.
Setiap rumusan pokok tujuan mengandung hal pokok sebagai berikut :
Rumusan 1 (Hamin &Clifford,dalam Jones,1951)
Agar individu dapat :
- Membuat pilihan pilihan
- Membuat penyesuaian-penyesuaian
- Membuat interpretasi-interpretasi.
Rumusan 2 (Broadshow dalam Mc.Daniel,1956)
Memperkuat fungsi-fungsi pendidikan.
Rumusan 3 ( Shoben,dalam Bernard Fullmer,1969)
Rekontruksi budaya sekolah.
Rumusan 4 ( Tiedeman,dalam Bernard&Fullmer,1996)
Membantu orang agar menjadi insan yang berguna.
Rumusan 5 (Colleman,dalam Thomson &Rudolph,1983)
Asas kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan,baik dari pihak
konselor maupun klien.Dengan ini keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling akan
tercapai.kesukarelaan itu ada pada konselor maupun pada klien. Artinya klien secara
sukarela tanpa cara terpaksa mau menyampaikan masalah yang ditanganinya dengan
mengungkapkan secara terbuka hal-hal yang dialaminya,serta mengungkapkan segenap
fakta,data dan seluk beluk yang berkenaan dengan masalah yang dialaminya. Sementara
konselor hendaknya dapat memberikan bantuan dnegan tidak terpaksa,atau dengan kata lain
konselor memberikan bantuan dnegan ikhlas.
3.
Asas keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan,baik
dari pihak konselor maupun klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekadar bersedia
menerima saran-saran dari luar, malahan lebih dari itu,diharapkan masing pihak yang
bersangkutan bersedia buka diri untuk kepentingan masalah.individu yang membutuhkan
bimbngan diharapakan dapat berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya
sendiri sehingga dengan keterbukaan ini penelahan serta pengkajian berbagai kekuatan dan
kelemahan klien dapat dilaksanakan
Keterusterangan si klien akan terjadi jika klien tidak lagi mempersoalkan asas kerahasiaan
dan kesukarelaan maksudnya klien betul- betul mempercyai konselor dan benar benar
mengharapakan bantuan dari konselornya.
Keterbukaan disisni ditinjau dari 2 arah .dari pihak klien diharapakan pertama-tama
membuka diri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh orang lain(dalam
hal ini orang konselor)dan yang kedua mau membuka diri dalam arti mau menerima saran
dan masukan lainnya dari pihak luar.dari pihak konselor keterbukaan terwujud dengan
kesedian konselor menjawab pertanyaan- pertanyaan dari klien dan mengunkapkan diri
konselor sendiri jika hal itu memang di kehendaki oleh klien.dalam hubungan suasana
seperti itu masing- masing pihak bersifat transparan(terbuka)terhadap pihak lainya.dengan
keterbukaan ini penelahan masalah serta pengkajian berbagai kekuatan dan kelemahan
klien semakin muda dipahami.
4.
Asas kekinian
Masalah klien yang ditangani melalui kegiatan dan bimbingan dan konseling adalah
masalah masalah yang sedang dirasakan,bukan masalah yang pernah dialami pada masa
lampau,dan juga bukan masalah yang mungkin dialami di masa yang akan datang .apabila
ada hal tertentu yang menyangkut masa lampu dan atau masalah yang akan datang yang
perlu dibahas dalam upaya bimbingan yang sedang di selenggrakan itu,pembahasan
tersebut hanyalah merupakn latar belakang dan atau latar depan dari maslah yang dihadapi
sekarang,sehingga masalah yang sedang dialami dapat terselesaikan.dalam usaha bersifat
pencegahan,pada dasarnya pertanyaan yang perlu dijawab adalah apa yang perlu dilakukan
sekarang sehingga kemungkinan yang tidak baik dapat di hindari.
Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa konselor tidak boleh menundah-nundah
pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas terlihat misalnya
adanya siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera memberi
bantuan. Konselor tidak selayaknya menunda-nunda memberi bantuan dengan berbagai
dalih. Konselor harus mendahulukan kepentingan klien dari pada yang lainnya. Jika
konselor benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak memberi bantuannya maka
harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang dilakukan itu justru untuk
kepentingan klien.
5.
Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan klien dapat berdiri sendiri tidak
bergantung pada orang lain atau konselor. Ciri-ciri pokok dari individu yang setelah
dibimbing dan dapat mandiri adalah sebagai berikut:
a. Mengenal diri sendiri dan lingkungan sebagai mana adanya
b. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis
c. Mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri
d. Mengarahkan diri sendiri sendiri sesuai keputusan itu
e.
Asas kegiatan
Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang berarti bila klien tidak
melakukan sendiri dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha
bimbingan dan konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya,melainkan harus dengan
kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaknya membangkitkan semangat klien sehingga
klien mampu dan mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian
masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
7.
Asas kedinamisan
Upaya pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri
klien yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Perubahan itu
tidak sekedar mengulang hal yang lama yang bersifat monoton melainkan perubahan yang
menuju ke suatu pembaruan,sesuatu yang lebih maju,dinamis,sesuai dengan arah
perkembangan klien yang dikehendaki. Asas kedinamisan mengacuh pada hal-hal; yang
baru yang hendaknya terdapat pada dan menjadi ciri-ciri dari proses konseling dan hasilhasilnya.
8.
Asas keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan sebagai aspek kepribadian
klien. Sebagaimana diketahui klien memiliki berbagai aspek kepribadian yang kalau
keadaannya tidak seimbang,serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah.
Disamping keterpaduan pada diri klien,juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses
layanan yang diberikan. Jangan terjadinya aspek layanan yang satu dengan aspek layanan
yang lainnya menjadi tidak serasi. Untuk terselenggaranya asas keterpaduan,konselor perlu
memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan klien dan aspek-aspek lingkungan
klien,serta sebagai sumber yang dapat diaktifkan untuk menangani masalah klien.
Kesemuanya itu dipadukan dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya
bimbingan dan konseling.
9.
Asas kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang
berlaku,baik ditinjau dari norma agama,adat,hukum atau negara,ilmu, maupun kebiasaan
sehari-hari. Asas ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan
dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian
pemahaman terhadap lingkungan yang lebih luas itu yaitu diperolehnya berbagai
informasi yang diperlukan oleh individu seperti informasi pendidikan dan
jabatan,informasi promosi dan pendidikan lebih lanjut, bagi para karyawan, dan lain
sebagainya.
2. Fungsi pencegahan
Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini
layanan yang diberikan berupa
bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi,
program bimbingan karier, inventarisasi data dan sebagainya.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan konselor adalah:
Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap
individu yang bersangkutan.
Mendorong perbaikan kondisi pribadi diri pribadi klien.
Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi
perkembangan dan kehidupannya.
Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang
besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberi manfaat.
Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
3. Fungsi pengentasan
Klien yang mengalami masalah akan datang pada konselor dengan tujuan
untuk
dientaskannya masalah yang tidak mengenakkan dari dirinya. Di sinilah
fungsi
pengentasan ( perbaikan ) itu berperan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami klien.
4. Fungsi pengembangan
Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat
membantu para klien dalam memelihara dan mengembangkan
keseluruhan pribadinya
secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif
dijaga agar tetap baik dan mantap.
Dengan demikian klien dapat memelihara dan
mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Semua fungsi bimbingan dan konseling harus dijalankan sesuai fungsi masingmasinng
bidang karena dari fungsi ini akan berkaitan dengan manfaat atau kegunaan dan keuntungan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Karena tujuan bimbingan dan konseling disini
adalah membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka
secara optimal.
D. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan
konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil
penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan hakikat manusia
dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi dan proses penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar ini sangatpenting dan perlu
terutama dengan kaitannya dalam penerapan di lapangan. Konselor yang telah memahami secara
benar dam mendasar prinsip-prinsip dasar bimbingan dan konseling ini akan dapat
menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam praktik pemberian
layanan bimbingan dan konseling. Misalnya Van Hoose (1969) mengemukakan bahwa :
a. Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikankebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mapu membantu
anak memanfaatkan potensinya itu.
b. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik; seorang anak berbeda dari
yang lain.
c. Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan
perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
d. Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa
yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya.
e. Bimbingan adalah pelayanan unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihanlatihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi
khusus pula.
Semua butir yang dikemukakan oleh Van Hoose itu benar, tetapi butir-butir
tersebut belum merupakan prisip-prisip yang jelas aplikasinya dalam praktek bimbingan dan
konseling. Apabila butir-butir tersebut hendak dijadikan prisip-prinsip bimbingan dan konseling,
maka aspek-aspek operasionalnya harus ditambahkan. Berkenaan dengan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling, Arifin dan Eti Kartikawati (1994) menjabarkan prinsip-prisip
bimbingan dan konseling kedalam empat bagian, yaitu :
a. Prinsip-prinsip umum
b. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu
c. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan pembimbing
d. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan
dan konseling.
Prinsip-prinsip yang akan dibahas dapat ditinjau dari prinsip-prinsip secara umum, dan
prinsip-prinsip khusus prinsip-prinsip khusus adalah prinsip-prinsip bimbingan yang berkenaan
dengan sasaran layanan, masalah klien/ permasalahan individu, program layanan, dan prinsipprinsip perkembangan pelaksanaan pelayanan.
Berikut penjelasan prinsip-prinsip umum bimbingan dan konseling.
1. Prinsip-prinsip umum
a) Karena bimbingan ini berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlu diingat
bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek keperibadian yang
unik dan ruwet karena dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman.
b) Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu-individu yang
dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan
c) Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
d) Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan pada individu atau
lembaga yang mampu dan berwenang ,melakukannya
tentang kemampuan mental, hasil belajar, bakat dan minat, dan berbagai ciri
kepribadian hendaknya dikumpulkan, disimpan, dan digunakan sesuai dengan
keperluan.
Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan
individu dengan lingkungannya.
Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dengan konseling hendaknya
diletakkan dipundak seseorang pimpinan program yang terlatih dan terdidik secara
khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerja sama dengan staf dan
personal, lembaga di tempat ia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat
menunjang program bimbingan dan konseling
Penilaian periodik perlu dilakukan terhadap program yang sedang berjalan.
Kesuksesan pelaksanaan program diukur dengan melihat sikap-sikap mereka yang
berkepentingan dengan program yang disediakan (baik pihak-pihak yang melayani
maupun yang dilayani) dan perubahan tingkah laku mereka yang pernah dilayani.
e. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling, sekolah merupakan Lembaga
yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik. Mengingat sekolah
merupakan lahan yang secara potensial sangat subur; sekolah memiliki kondisi dasar
yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi, para siswanya yang
sedang dalam tahap perkembangan yang meranjak memerlukan segala jenis layanan
bimbingan dan konseling dalam segenap fungsinya. Namun harapan akan tumbuh
kembangnya pelayan bimbingan dan konseling di sekolah sesubur-suburnya itu sering
kali masih tetap berupa harapan saja. Pelayanan bimbingandan konseling secara resmi
memang ada di sekolah tetapi keberadaannya belum seperti dikehendaki. Dalam kaitan
ini Belkin (1975) menegaskan 6 prinsip untuk menegakkan dan menumbuhkembangkan
pelayan bimbingan dan konseling.
Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas,
dan memiliki kesiapan kerja yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut. Konselor
juga memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa untuk
mengetahui program-program yang hendak dijalankan itu.
Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu
keharmonisan antara konselor dengan personal lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor
harus menonjolkan keprofesionalnya, tetapi tetap menghindari sikap elitis atau
kesombongan/ keangkuhan profesional.
Konselor bertangung jawab untuk memenuhi peranannya sebagai konselor
profesional dan menerjemahkan peranannya itu ke dalam kegiatan nyata. Konselor harus
pula mampu dengan sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang siapa ia akan
bekerja sama tentang tujuan yang hendak dicapai oleh konselor serta tanggung jawab
yang terpikul di pundak konselor.
Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal,
yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami
permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang
memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari
khalayak ramai, serta yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru,
konselor dan personal sekolah lainnya.
Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu
siswa-siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswa
yang menderita gangguan emosional, khususnya melalui penerapan program-program
kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah dan kegiatan di luar sekolah, serta bentukbentuk kegiatan lainnya.
Konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah,
memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasankecemasannya. Konselor memiliki kesempatan yang baik untuk menegakkan citra
bimbingan dan konseling profesional apabila ia memiliki hubunganyang saling
menghargai dan saling memperhatikan dengan kepala sekolah.
E. Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi bimbingan dan konseling adalah titik berat pandangan atau pusat perhatian
konselor terhadap kliennya. Berikut beberapa jenis orientasi bimbingan dan konseling.
1. Orientasi perseorangan
Orientasi perorangan bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor
menitikberatkan pandangan pada siswa secara optimal. Dalam hal ini individu diutamakan
dan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap
individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan untuk kepentingan dan kebahagiaan
individu dan bukan sebaliknya. Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak
berarti mengabaikan kepentingan kelompok, dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan
dalam kaitannya dalam hubungan timbal balik yang wajar antara individu dengan
kelompoknya.
Kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui terpenuhinya
kepentingan dan terpercayainya kebahagiaan individu. Apabila secara individu para anggota
kelompok itu dapat terpenuhi kepentingannya dan merasa bahagia dapat diharapkan
kepentingn kelompokpun terpenuhi pula. Pelayanan bimbingan dan konseling yang
berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun bertentangan
dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam kelompok sepanjang nilai-nilai itu sesuai
dengan norma-norma umum yang berlaku.
Kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling,
yaitu:
a) Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling
diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran
layanan.
Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan yang berkenaan dengan individu
untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi dan kemampuan potensialnya yang
semuanya unik, membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi dan
potensinya kearah pengembangan yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya
untuk dirinya sendiri dan lingkungan.
c) Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual
(Ronger, dalam mcdaniel, 1956).
d) Tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan klien serta
untuk menyesuaikan program-program pelayanan dan kebutuhan klien setepat mungkin.
2. Orientasi perkembangan
Orientasi perkembangan dalam bidang bimbingan dan konseling menekankan peran
perkembangan yang terjadi pada saat ini dan yang akan terjadi pada diri individu di masa
yang akan datang. Orientasi ini lebih menekankan pentingnya peranan yang terjadi pada
individu dan sekaligus bertujuan mendorong konselor dan klien menghilangkan problem yang
menjadkan laju perkembangan klien. Menurut Myrick (dalam mayers, 1992) perkembangaan
individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti pelayanan bimbingan.
Tahun 1950-an perkembangan bimbingan dan konseling sejalan dengan konsepsi tugas-tugas
perkembangan yang dicetuskan oleh havighurst. Dalam hal ini peranan bimbingan dan
konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjadi alur
perkembangannya.
b)
Ivey dan Rigazio (dalam Mayers,1992) menekankan bahwa orientasi perkembangan yang
justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan. Praktek bimbingaan dan
konseling tidak lain adalah memberikan kemudian yang berlangsung pada perkembangan
berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai
terhalangnya perkembangan, dan hal itu mendorong semua konselor dan klien bekerja sama
untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan klien.
Secara khusus Thompson & Rudolph (1983) melihat perkembangannya anak- anak
berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk :
1. Hambatan egosentrisme ketidakmampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang
dipahaminya.
2. Hambatan konsentrasi ketidakmampuan memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek
tentang suatu hal.
3. Hambatan reversibilitas ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang
dipahami semula.
4. Hambatan transformasi ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada suasana urutan yang
ditetapkan.
Di sisi lain, Thompson & Rudolp menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling
adalah menangani hambatan - hambatan perkembangan itu.
3. Orientasi permasalahan
Orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan fungsi dan fungsi
pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah
yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar
individu yang sudah terlanjur megalami masalah dapat terentaskan masalahnya. Fungsi
lainnya yaitu fungsi pemahaman dan fungsi pemeliharaan atau pengembangan pada
dasarnya juga bersangkut paut dengan permasalahan dengan klien.
Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami informasi dan aspek
lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien, dan
dapat pula bermanfaat dalam upaya pengentasan masalah yang terjadi. Fungsi pemeliharaan
dapat mengarah pada tercegahnya ataupun terentaskannya masalah tertentu. Konsep
orientasi masalah terentang seluas daerah beroperasinya fungsi-fungsi bimbingan, dan
dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan kegiatan belajar bimbingan dan
konseling.
Ketiga orientasi tersebut dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat
diselenggarakan baik di sekolah maupun luar sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Priyatno dan Erman Amti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Mugiarso, Heru. 2012. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDKLP3 UNNES
Kartadinata Sunaryo,dkk tahun 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: CV Maulana.
http://teguhfuady.blogspot.com/2010/04/asas-prinsip-dan-tujuan-bimbingan.html
http://ashakhso.blogspot.com/2012/01/asas-asas-dan-prinsip-prinsip-bimbingan.html