Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ORTHODONSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
Oral Diagnosa dan Rencana Perawatan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Pembimbing :
drg. Leliana Sandra Devi P, Sp.Ort
Ketua
(131610101060)
(131610101058)
(131610101013)
Anggota :
1. Jerry Daniel
(131610101018)
(131610101020)
3. Duati Mayangsari
(131610101039)
4. Arini Al Haq
(131610101040)
5. Pungky Anggraini
(131610101042)
6. Rachel P W
(131610101049)
7. Fatimatuz Zahroh
(131610101051)
8. Cholida Rachmatia
(131610101056)
9. Primawati Dyah
(131610101077)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Orthodonsi.
Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok V pada
skenario pertama.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Leliana Sandra Devi P, Sp.Ort selaku tutor yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok V Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang
telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 25 Maret 2015
Tim Penyusun
SKENARIO I
ORTHODONSI
Anak laki laki umur 9 tahun datang dengan keluhan ingin
merapikan gigi atas dan bawah yang saling tumpang tindih. Pasien
sebelumnya tidak pernah ke dokter gigi, tidak ada riwayat trauma, proses
kelahiran normal.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Orthodonsi dalam artinya sangat banyak dipengaruhi oleh beberapa
kondisi yang timbul pada saat ilmu orthodonsi itu sendiri pertama kali
muncul. Ada beberapa pengertian yang sangat penting untuk diketahui.
Ilmuwan dari amerika serikat, pengertian orthodonsi diilhami oleh
penemuan fosil yang ditemukan di yunani yang berasal dari abad sebelum
masehi lalu. Orthodontic/ orthodonsi menurut amerika serikat terdiri dari 2
kata yaitu orthos/ortho yaitu lurus dan odontos/donsi yaitu gigi.
Sehingga dalam 2 kata tersebut dapat diambil pengertian yang dimaksud
orthodonsi adalah ilmu yang digunakan untuk membuat gigi lurus. Yang
dimaksud gigi lurus adalah gigi yang terletak pada lengkung rahang yang
normal.
Sedangkan ilmuwan-ilmuwan benua eropa orthodonsi diartikan
sebagai dental orthopedies atau orthopedie dentofaciale. Secara harfiah
dapat diartikan sebagai ilmu yang digunakan untuk membuat lurus tidak
hanya melibatkan gigi saja tetapi secara luas diartikan muka juga dibuat
lurus. Moyers dalam Handbook of orthodontic memberikan pengertian
orthodonsi sebagai bagian dari kedokteran gigi yang mempelajari
pertumbuhan dan perkembangan kompleks dari kraniofacial, perkembangan
oklusi dan perawatan keabnormalan dari dentofacial.
Perawatan ortodonti adalah salah satu jenis perawatan yang
dilakukan di bidang kedokteran gigi yang bertujuan mendapatkan
penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika yaitu dengan
menghilangkan susunan gigi yang berjejal, mengoreksi penyimpangan
rotasional dan apikal dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal
serta menciptakan hubungan oklusi yang baik.
Tujuan dari perawatan ortodontik sebagai suatu penciptaan
hubungan hubungan oklusal sebaik mungkin dalam kerangka estetika
wajah yang dapat di terima dan stabilitas dari hasil akhirnya. Tentu tujuan
BAB 2. PEMBAHASAN
STEP 1 Identifikasi Masalah
STEP 2
1. Apakah etiologi dari gigi berjejal ?
2. Apa diagnosa yang sesuai dengan klasifikasi maloklusi ?
3. Apa
saja
pertimbangan
yang
perlu
dilakukan
untuk perawatan
orthodontik?
STEP 3
1. Apakah etiologi dari gigi berjejal ?
-
Ukuran gigi besar dan rahang kecil yang menyebabkan gigi berjejal
Ekstra Oral
1.
2. Tipe profil
Brachisepali 0,8
Mesosepali 0,76-0,79
: cembung , cekung, lurus
Intra Oral
1. Ada dan tidaknya benih gigi dengan menggunakan rongten foto
2. Pengukuran mesial dan distal - pengurangan enamel dari mesial
dan distal gigi
3. Pencabutan dibutuhkan saat masa gigi campuran
4. Pengukuran gigi insisiv
5. Susunan dan simetri gigi dalam rahang
6. Analisi over jet dan overbite
7. pemeriksaan TMJ berhubungan dengan tonus otot
Pemeriksaan subjektiv
1. Kondisi psikologis berhubungan dengan prognosis perawatan
2. Motivasi pasien melakukan perawatan
3. Kebiasaan buruk saat masih gigi sulung harus dihentikan
STEP 4 MAPPING
Anamnesis
Keluhan utama
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan Penunjang
Etiologi
Diagnosis
Rencana perawatan
Prognosis
Gigi yang sudah erupsi sudah sesuai dengan umur pasien (menurut
umur erupsi gigi).
Pasien wanita lebih sensitif dari pada pasien lelaki oleh karena itu
perawatan harus dilakukan dengan cara yang lebih lemah lembut dari
pasien lelaki.
Pasien wanita biasanya lebih tertib lebih sabar dan lebih telaten dari
pada pasien lelaki dalam melaksanakan ketentuan perawatan.
4.
dimaksudkan
agar
operator
dapat
menelusuri
riwayat
maloklusi?
Perlu
diketahui
kemungkinan
adanya
Adakah gigi susu yang karies besar tidak dirawat. Adakah sisa-sisa
akar gigi susu yang tertinggal pada saat gigi permanen mulai erupsi ?
Perlu diketahui pada umur berapa dan berapa lama penyakit itu
diderita pasien dan
Asthma
Tubercolosis
Dll.
Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :
Brahisepali : lebar, persegi
Mesosepali : lonjong / oval
Oligisepali : panjang / sempit
Umumnya tipe muka berkaitan erat dengan bentuk lengkung gigi pasien.
Klasifikasi bentuk muka dan kepala menurut Sukadana (1976)
berdasarkan:
-
masing menjadi :
-
Cembung (Anteface ) bila titik Sub nasale (Sn) berada di depan titi
Nasion (Na)
Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat segaris
dengan Nasion (Na)
Cekung (Retroface) bila titik Sub nasale (Sn) berada di belakang titik
Nasion (Na)
frenulum
dilakukan
untuk
mengetahui
posisi
Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien.
Tulislah rumusgigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri
keterangan.
Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi
yang tidak normal atau telah mengalami perawatan.
Penyabunan
Kurve spee
Kurve Spee merupakan lengkung yang menghubungkan
insisal insisiv dengan bidang oklusal molar terakhir pada rahang
bawah. Pada keadaan normal kedalamannya tidak melebihi 1.5mm.
Pada kurva spee positif seperti pada pasien, bentuk kurvanya jelas
dan dalam. Biasanya didapatkan gigi insisiv yang supra posisi atau
gigi posterior yang infra posisi atau gabungan kedua keadaan ini.
e. Diastema
Diastema adalah ruang antara dua gigi yang berdekatan,
gingival diantara gigi-gigi kelihatan.
f.
Hal ini juga dapat dilihat berdasrkan gigi yang terletak salah. Jika retrusi
anterior harus ada gigi yang palatoversi atau lingoversi. Sedangkan jika
protrusi anterior harus ada gigi yang labioversi.
h. Relasi gigi geligi rahang atas terhadap rahang bawah
Sagital
Relasi gigi caninus rahang atas dan rahang bawah baik sebelah
kanan maupun sebelah kiri tidak ada relasi. Karena gigi-gigi caninus
permanen kanan belum ada yang erupsi sehingga masih gigi sulung,
sedangkan gigi caninus permanen kiri hanya rahang bawah yang sudah
erupsi. Tidak terdapat relasi gigi caninus dikarenakan gigi caninus masih
sulung
Relasi gigi molar permanen rahang atas dan rahang bawah kanan
maupun kiri didapatkan relasi neutroklusi.
Terdapat relasi pada gigi molar terhadap rahang bawah yaitu
hubungan neutroklusi.
Transversal
Lebar rahang mempengaruhi lebar lengkung. Pada bayi gusi atas
lebih lebar dari bawah dan bila molar susu bererupsi cusp bukal gigi-gigi
atas menutupi cusp bukal bawah. Hubungan transversal serupa juga
terdapat pada gigi geligi tetap.
Lebar rahang juga dipengaruhi oleh otot pipi dan lidah. Jadi,
inklinasi gigi-gigi pada beberapa keadaan, dapat mengkompensasi
penyimpangan lebar antara rahang atas dan bawah.
Bila dasar maksila sempit dalam hubungannya dengan mandibula
dan inklinasi gigi-gigi tidak mengkompensasi keadaan tersebut, rahang
atas dan bawah dapat memiliki lebar sama. Pada keadaan ini, mandibula
biasanya tergeser satu sisi pada saat menutup mulut untuk mendapat
intercuspal maksimal. Keadaan ini menghasilkan crossbite (gigitan silang)
unilateral. Bila masih ada penyimpangan lebar yang besar maka terbentuk
croosbite bilateral.
Crossbite sangat sering terjadi bila ada hubungan rahang klas III,
karena bagian rahang bawah yang lebih besar merupakan antagonis
maksila.
Tetapi bila ada crossbite, harus diingat bahwa mungkin terdapat malrelasi
basal. Bila crossbite unilateral dan ada pergeseran lateral mandibula pada
saat menutup mulut ke oklusi, pelebaran sederhana seringkali berhasil.
Crossbite bilateral mencerminkan penyimpangan basal yang lebih parah
dan maloklusi tidak dapat dirawat dengan pesawat sederhana.
Vertikal
Hubungan vertikal antara maksila dan mandibula
sangat
antara
dasar
maksila
dan
mandibula
disebut
ruang
premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar, maka dapat
dilakukan ekspansi premolar.
Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana
perawatan dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk
memutuskan
apakah
akan dilakukan:
sentral
molar
pertama.
Pont
juga
gigi. Rasio
anterior
diperoleh
menunjukkan
dengan
cara
rahang atas
tidak berlebih. Jika rasio anterior lebih dari 77,2 berarti terdapat
kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula. Jika kurang dari 77,2 maka
terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas.
e) Analisis Arch Length Discrepancy (ALD)
Analisis ALD merupakan salah satu cara penetapan
kebutuhan ruang untuk pengaturan gigi-gigi dalam perawatan
ortodontik. Analisis ini juga merupakan
penyederhanaan dari
berapa
selisihnya
agar
dapat
ditentukan
indikasi
perawatannya.
Metode ini mempunyai prinsip dasar yang sama dengan
metode Kesling, yaitu menetapkan diskrepansi antara lengkung gigi
yang direncanakan dengan besar gigi yang akan ditempatkan pada
lengkung tersebut pada saat melakukan koreksi maloklusi.
Perbedaannya adalah, pada metode Kesling dilakukan langsung pada
model dengan memisahkan gigi - gigi yang akan dikoreksi dengan
cara menggergaji masing - masing mahkota gigi dari bagian
processus alveolarisnya setinggi 3 mm dari marginal gingiva,
kemudian menyusun kembali pada posisi yang benar. Diskrepansi
ruang dapat diketahui dari sisa ruang untuk penempatan gigi
Premolar pertama dengan lebar mesiodistal gigi tersebut untuk
masing - masing sisi rahang.
Pada metode determinasi lengkung dilakukan dengan cara
tidak langsung yaitu dengan mengukur panjang lengkung ideal yang
direncanakan pada plastik transparan di atas plat gelas, kemudian
membandingkan dengan jumlah lebar mesiodistal gigi yang akan
ditempatkan pada lengkung tersebut. Dengan metode ini perencanaan
perawatan akan lebih mudah dilakukan karena tidak perlu membuat
model khusus (Set up model), jadi langsung bisa dilakukan pada
model studi.
Gambar
1. Cara pengukuran
lebar
mesiodistal gigi
dengan
melalui
setiap
gigi,
pada
geligi
posterior
melalui
Jarak
diukur
mulai
mesial
membandingkan ukuran
panjang lengkung
gigi
ideal
dengan
dengan cara
membagi
hingga
yang jelas
radiografi.
pengukuran
Ketepatan
bergantung
pada
gambaran
kualitas
memperkenalkan
suatu
analisis
dengan
dasar
banyak
dianjurkan
karena mempunyai
cepat, tidak
memerlukan
dan dapat
dilaksanakan
radiografi,
alat-alat
oleh
memerlukan
penghitungan
dilakukan
khusus ataupun
pemula karena
tidak
pengukuran
dan
insisif
dan
premolar
yang
belum
memperkirakan
erupsi.
ukuran
Menurut mereka,
gambaran
rontenogram
ini
dapat
membantu
adalah
progneti mandibula. Maloklusi kelas III dapat terkadi karena faktor sklet,
yaitu maksila yang kurang tumbuh sedangkan mandibula normal atau
maksila norma dan mandibula yang tumbuh berlebihan atau kombinasi
kedua keadaan tersebut. Selain itu juga diengaruhi oleh panjang basis
kranial serta sudut yang terbentuk antara basis kranial posterior dan
anterior. Jaringan lunak tidak begitu memainkan peranan dalam terjadinya
maloklusi kelas III kecuali adanya tendens tekanan dari bibir dan lidah
yang mengkompensasi relasi skelet kelas III sehingga terjadi retroklinasi
insisiv bawah dan proklinasi insisiv atas.
Faktor genetik lebih memengaruhi skelet sedangkan faktor
lingkungan lebih memengaruhi letak gigi dalam lengkung geligi.
b) Kelainan Gigi
Beberapa kelainan gigi yang dipenagruhi faktor herediter ialah
kekurangan jumlah gigi (hipodontia), kelebihan jumlah gigi (hiperdontia),
misalnya ada mesiodens, bentuk gigi yang khas misalnya karabeli pada
molar, kaninus yang impaksi di palatal, transposisi gigi misalnya kaninus
yang terletak diantara premolar.
c) Kekurangan Jumlah Gigi
Anodontia adalah suatu keadaan tidak terbentuknya gigi sama
sekali. Bentuk gangguan pertumbuhan yang tidak separah anodontia
adalah hipodontia, yaitu suatu keadaan beberapa gigi mengalami agenesis(
sampai dengan 4 gigi), sedangkan oligodontia adalah gigi yang tidak
terbentuk lebih dari 4 gigi. Gigi yang sering agenesis adalah molar ketiga,
premolar kedua, dan insisiv lateral.
d) Kelebihan Jumlah Gigi
Yang paling sering ditemukan adalah gigi kelebihan yang terletak
di garis median rahang atas biasa disebut mesiodens. Jenis gigi kelebihan
lainnya adalah yang terletak disekitar insisiv lateral sehingga disebut
laterodens dan premolar tambahan. Adanya gigi yang kelebihan dapat
menghalangi terjadinya oklusi normal.
e) Disharmoni Dentomaksiler
Disharmoni dentomaksiler adalah suatu keadaan disproporsi antara
besar gigi dan rahang dalam hal ini lengkung gigi. Menurut Anggraini
(1975) etiologi disharmoni dentomaksiler adalah faktor herediter. Tandatanda klinis suatu disharmoni dentomaksiler di regio anterior yang mudah
diamati antara lain:
-
Tidak ada diastema fisiologis pada fase geligi sulung yang secara
umum dapat dikatakan bahwa bila pada fase geligi sulung tidak ada
diastema fisiologis dapat diduga bahwa kemungkinan besar akan
terjadi gigi berdesakan bila gigi-gigi permanen telah erupsi.
Pada saat insisiv sentral akan erupsi, gigi ini meresorpsi akar
insisiv sentral sulung dan insisiv lateral sulung secara bersamaan
sehingga insisiv lateral sulung tanggal prematur.
Pada saat insisiv lateral permanen akan erupsi dapt terjadi dua
kemungkinan. Yang pertama insisv lateral permanen meresorpsi
akar kaninus sulung sehingga kaninus sulung tanggal prematur dan
insisiv lateral permanen tumbuh dalam letak yang normal karena
tempatnya cukup.
Kebiasaan Buruk
Suatu kebiasaan yang berdurasi sedikitnya 6 jam sehari,
berfrekuensi
cukup
tinggi
dengan
intensitas
yang
cukup
dapat
ortodontik
mempunyai
kemungkinan
terjadinya
Prognosis baik
Pasien kooperatif
Prognosis buruk
H. DIAGNOSIS
Ditulis diagnosis gigi ataupun jaringan pendukungnya yang
memerlukan
perawatan
utama
ataupun
keseluruhan
kasus
untuk
Keinginan pasien
Wajah pasien
Kesehatan mulut
Sebelum
memulai
perawatan
ortodontik
harus
diupayakan
kesehatan mulut yang baik. Gigi-gigi yang karies perlu dirawat demikian
juga adanya kalkulus dan penyakit periodontal harus dirawat. Bila
didapatkan penyakit sistemik, misalnya diabetes mellitus kadar gula darah
harus terkontrol .
-
Penjangkaran
Mavam penjangkaran yang digunakan perlu dipikirkan untuk
mencegah terjadinya kehilangan penjangkaran (gigi penjangkar bergeser
ke mesial) yang berlebihan, apakah penjangkaran cukup dari gigi-gigi
yang ada ataukah perlu mendapat penjangkaran dari tempat yang lain
misalnya dari penjangkaran ekstra oral.
Masa retensi
Perlu perencanaan masa retensi pada akhir perawatan untuk kasus
yang dirawat ortodontik. Hampir semua kasus yang dirawat ortodontik
membutuhkan masa retensi untuk mencegah relaps, yaitu kecenderungan
untuk kembali ke posisi sebelum dilakukan perawatan. Macam piranti
retensi dan lama pemakaian piranti tersebut perlu dijelaskan kepada pasien
sebelum dilakukan perawatan ortodontik. Untuk piranti retensi lepasan
dibutuhkan kepatuhan pasien untuk memakai piranti retensinya.
II.
III.
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap/panggilan : Ahmad Jamaludin/Jamal
Tanggal lahir/Umur
: 12-6-2003/12 tahun
Pekerjaan/Sekolah
: Pelajar/SDN Sumbersari 2
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Kaliurang RT 06/RW VII, Jember
Status Perkawinan
: Belum kawin
Nama orang tua
: Muhammad Alif
Kebangsaan/Suku bangsa : Indonesia/Madura
KONSUL/RUJUKAN DARI : ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan gigi pada rahang atas dan bawah berdesakan.
2. Riwayat penyakit bedasakan keluhan utama
Pasien mengatakan pernah ada gigi yang copot sebelum waktunya
3. Riwayat perawatan gigi dan mulut yang pernah dilakukan
Wali pasien mengatakan pernah dilakukan perawatan gigi yaitu
membersihkan karang gigi.
4. Riwayat kesehatan umum (penyakit sistemik/alergi)
5. Kebiasaan buruk
V Buruk
2. Pemeriksaan gigi dan jaringan periodontal
Perkusi
Tes Kavitas
Vitalitester
Tes Panas
Resesi Gingiva
Supurasi
TAA
Sakit
TAA
TAA
Tekstur
Konsistensi
Pembesaran
Warna
BOP
Fraktur Mahkota
Tekanan
Tes Dingin
TAA
12
Tes Vitalitas
TAA
Kedalaman Karies
11
PEMERIKSAAN JARINGAN
PERIODONTAL
TAA
TAA
GIGI
No.
IV.
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink
TAA
34
TAA
13
TAA
32
-
TAA
12
-
TAA
31
-
TAA
11
-
TAA
26
-
TAA
10
-
TAA
65
-
TAA
9
-
TAA
24
TAA
8
TAA
22
-
TAA
TAA
21
TAA
TAA
16
TAA
TAA
55
TAA
TAA
14
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
TAA
Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink Coral Pink
TAA
46
TAA
19
-
TAA
85
TAA
18
TAA
42
TAA
17
TAA
41
TAA
16
TAA
36
TAA
15
TAA
75
TAA
14
ODONTOGRAM
c. Keadaan gigi
1. Relasi gigi
-
Relasi molar
: Gigitan tonjol
Relasi caninus
:-
2. Relasi Anterior
Overjet
:2
mm
Overbite
: 2,5
mm
3. Oklusi
: Normal
Gigitan silang
: TAA
Gigitan terbuka
: TAA
: TAA
Gigi berdesakan
: TAA
3. Pemeriksaan Penunjang
Urutan erupsi gigi
27
13
23
15
25
14
24
22
16
55
54
53
84
83
1
2
82
1121
62
63
64
8171
72
73
74
65
26
44
34
43
33
VI.
VII.
DIAGNOSIS
Maloklusi klas 1 Angle dan berdesakan anterior rahang bawah, rotasi
gigi 21, pergesaran garis median rahang bawah 1,5 mm ke kiri.
PROGNOSIS
: Baik
RENCANA PERAWATAN
1. DHE
2. Ekstraksi gigi 53, 62, 72, 83
3. Koreksi berdasakan gigi rahang bawah dan rotasi gigi 21
4. Koreksi garis median
5. Fase evaluasi
6. Fase retensi
: 8,1-7,9 = 2 mm
: normal / tidak normal
: normal / tidak normal
: normal / tidak normal
2. Analisa Model
Bentuk lengkung geligi Rh. atas
: normal / tidak normal
Rh. bawah : normal / tidak normal
Jumlah lebar 4 incisif RA
:Diskrepansi pada model(model discrepancy)
Tempat yang tersedia (available space) :
RA nance : 79
RB nance : 71
Moyers : 78
moyers : 74
Tempat yang dibutuhkan (required space):
RA moyers : 82
RB moyers : 76
Jumlah kekurangan/kelebihan tempat: kekurangan RA: 4 mm
RB : 5 mm
Kurva spee positif/datar/negative: Diastema Rh. atas
:Rh. bawah : 3. Pergeseran gigi-gigi :
Rh. atas : 26 lebih ke mesial dari 16
mesial dari 31
11 lebih ke mesial dari 21
mesial dari 32
mesial dari 46
Gigi-gigi yang terletak salah :
Rh. atas : 21 disto labial rotasi exsentris
Infra posisi
Retrusi anterior
Protrusi anterior
kecil)
Kebiasaan jelek
:Kehilangan premature gigi sulung
Kelainan otot mulut : Kelainan jumlah gigi : Letak salah benih
: Gigi 21
Kelainan patologik : Defek kongenital
:Sebab-sebab yang tidak diketahui
Lain-lain
:-
:-
:-
6. Ringkasan
6.1. Diagnosa
6.2. Diskrepansi
: RA = -4 RB = -5
: 2 mm
6.5. Etiologi
7. Macam perawatan
:
Ekstraksi seri
Ortodonsi Cekat
: - DHE
- Ekstraksi gigi caninus sulung
- Gigi I2 (insisivus kedua) digeser kearah yang di
inginkan
- Insisivus bawah crowded (berdesakan) digeser ke
arah distal
BAB 4. PENUTUP
Prosedur penegakan diagnosa Ortodonsia meliputi analisa umum, analisa
lokal, analisa fungsional, analisa model. Dari beberapa analisa tersebut dapat di
simpulkan sebuah diagnosa. Setelah diagnosa ditegakkan maka kita dapat
menentukan rencana perawatan. Kesalahan penegakan diagnosa berpengaruh
terhadap rencana perawatan pasien, untuk itu diperlukan langkah langkah yang
sistematik dan teliti.
DAFTAR PUSTAKA
T.D Foster. 1997, 1999. Buku Ajar Ortodonsi, Edisi III. Jakarta : EGC
Rahardjo, Pambudi. 2008. Diagnosis Ortodonti. Surabaya : Airlangga University
Press.
Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga Universitas Press
White and Pharoah. 2004. Oral Radiology: Principles and Interpretation Fifth
Edition. USA:Mosby.