10 Komentar
A. Hakikat Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik),
yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran.
Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses perluasan, dan cara mendidik.
1. Menurut Pandangan Pakar Indonesia
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Menurut Raka Joni (1985:2) hakikat pendidikan adalah :
a. Pendidikan merupakan interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulan
subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
b. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang
mengalami perubhn yang semakin pesat.
c. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
e. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi
bagi pembentukan manusia seutuhnya.
Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa asumsi pokok pendidikan adalah :
a. Pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu
yang belajar dab lingkungan belajarnya.
b. Pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau
norma-norma yang baik.
c. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian
kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian
individu yang diharapkan.
Menurut Bojonegoro : Mendidik adalah memeri tuntunan kepada manusia yang belum dewasa
dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan
Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi pendidikan yaitu pendidikan sebagai usaha dasar dan
sistematis untuk mencapai taraf hidup dan kemajuan yang lebih baik.
Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah bimbingan. Pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
2. Menurut Pandangan Pakar Asing
John Dewey memaknai pendidikan sebagai proses pembaruan makna-makna pengalaman lewat
transmisi insidental dan intensional. Dengan usaha demikian, pendiidkan membantu manusia
merealisasikan segala kemampuan yang ada dalam dirinya untuk menjad pribadi yang mandiri.
Ialah sesuatu yang penting harus pula kelihatan dalam kegunaannya. Oleh Karena itu pertanyaan
what is harus dikembangkan menjadi what for dalam filsafat praktis. Menurut John Dewey, kita
harus sanggup bertindask, tidak selalu terjerumus dalam pertengkaran ideologis yang mandul
tanpa isi, melainkan berusaha memecahkan masalah dengan tindakan konkrit,
Prof. Lodge dalam buku Philosophy of Education menyatakan Perkataan pendidikan kadangkadang dipakai dalam pengertian yang luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas
pendidikan adalah semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup adalah pendidikan atau
pendidikan adalah hidup. Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi pada
fungsi tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi) dengan
latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi
berikutnya.
Menurut Brubacher dalam bukunya Modern Philosophies of Education, Pendidikan diartikan
sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam,
dengan teman dan alam semesta. Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi
dan kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani oleh dan untuk
kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang diarahkan demi menghimpun
semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya.
Sedangkan menurut Freire hakekat pendidikan adalah membebaskan. Freire mendobrak bahwa
pendidikan haruslah mencermati realitas sosial. Pendidikan tidaklah dibatasi oleh metode dan
tekhnik pengajaran bagi anak didik. Pendidikan untuk kebebasan ini tidak hanya sekedar dengan
menggunakan proyektor dan kecanggihan sarana tekhnologi lainnya yang ditawarkan seseuatu
kepada peserta didik yang berasal dari latar belakang apapun. Namun sebagai sebuah praksis
sosial, pendidikan berupaya memberikan bantuan membebaskan manusia di dalam kehidupan
objektif dari penindasan yang mencekik mereka
B. Pengertian Pendidikan dan Implikasi
1. Menurut Para Ahli
Ki Hajar Dewantara (1962:14) menjelaskan bahwa Pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter),pikiran (intellect) dan
tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar
supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anakanak yang kita didik selaras dengan dunianya.
Beliau lebih lanjut mejelaskan bahwa pendidikan harus mengtamakan aspek-aspek berikut:
a. Segala alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan.
b. Kodratnya keadaan itu tersimpan dalam adat-istiadat setiap rakyat, yang oleh karenanya
bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat prikehidupan sendiri-sendiri, sifat-sifat mana
terjadi dari bercampurnya semua usaha dan daya upaya untuk mencapai hidup tertib damai.
c. Adat istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha dan daya upaya akan
hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh zaman dan tempat.; oleh karena itu tidak tetap
senantiasa berubah.
d. Akan mengetahui garis-hidup yang tetap dari sesuatu bangsa perlulah kita mempelajari zaman
yang telah lalu.
e. Pengaruh baru diperoleh karena bercampurgaulnya bangsa yang satu dengan yang
lain,percampuran mana sekarang ini mudah sekali terjadi disebabkan adanya hubungan
modern.Haruslah waspada dalam memilih mana yang baik untuk menambah kemuliaan hidup
kita dan mana yang akan merugikan. Itulah diantara pikiran- pikiran beliau yang sangat sarat
dengan nilai.
John Dewey mengemukakan konsep pendidikan progresif sebagai berikut:
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar secara perorangan (indivudually learning).
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (learning experiencing).
c. Guru memberi dorongan semangat dan motivasi bukan hanya pemerintah.
Artinya bahwa guru memberikan penjelasan tentang arah kegiatan pembelajaran yang
merupakan kebutuhan siswa.
d. Guru mengajaksertakan siswa dalam berbagai aktifitas kehidupan belajar di sekolah yang
mencakup pengajaran, administrasi, dan bimbingan.
e. guru memberi arahan dan bimbingan sepenuhnya agar siswa menyadari bahwa hidup itu
dinamis dan mengalami perubahan yang begitu cepat.
Menurut Prof. Dr. Dedi Supriadi Pendidikan merupakan salah satu fungsi yang harus dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh keluarga dan masyarakat secara terpadu dengan berbagai
institusi yang memang diadakan dengan sengaja untuk mengembangkan fungsi pendidikan
Menurut Driyarkara Pendidian adalah pemanusiaan manusia muda . pengangkatan manusia
muda ke taraf insani.
Menurut Carter V. Good Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam
bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang
dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat
mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.
Menurut Godfrey Thomson Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk
menghasilkan perubahan yang tepat didalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya dan
perasaannya.
2. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
C. Pendidikan Sebagai Sistem
Tujuan sistem pendidikan nasional, manusia Indonesia diharapkan menjadi individu yang
mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk secara mandiri meningkatkan taraf hidup lahir
batin, dan meningkatkan perannya sebagai pribadi,pegawai/karyawan,warga masyarakat, warga
negar, dan mahluk Tuhan.
Pendekatan sistem merupakan sutu cara yang memandang pendidikan secara menyeluruh dan
sistemik, tidak persial atau fragmentaris. Proses Pendidikan adalah proses transformasi atau
perubahan kemempuan nyata untuk meningkatkan taraf hidup nyata lahir dan batin.
Hasil pendidikan adalah lulusan yang sudah terdidik berdasarkan/mengacu kepada tujuan
pendidikan yang telah ditentukan. Sistem, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu
kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan
berinteraksi secara dinamis untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Menurut Coombs ada 12 subsistem dalam pendidikan yaitu; Tujuan, Murid/Mahasiswa,
Manajemen, Stuktur dan jadwal wakru, Materi, Tenaga Pengajar dan pelaksana, Alatbantu
belajar, Fasilitas, Teknologi, Kendali mutu, Penelitian, Biaya pendidikan.
Sebagai sistem sosial, pendidikan merupakan system terbuka, yang oleh Katz dan Kan yang
dikutip oleh Mudyaharjo (1992), dibataskan sebagai sistem yang memperoleh masukan dari
lingkungan dan memberikan hasil transformasinya kepad lingkungan. Ciri-sistem terbuka
dijelaskan sebagai berikut :
1. Mengambil energi atau masukan dari lingkungan.
2. Mentransformasikan enegri yang tersedia.
3. Memberikan hasil kepada lingkungan.
4. Peristiwa yang terus berlangsung.
5. Bergerak melawan proses kehancuran.
6. Bersifat selektif.
7. Keadaan statis dan keseimbangan intern.
8. Bergerak menuju peranan yang makin berdiferensiasi.
9. Menuju keadaan akhir yang berbeda dari keadaan awal yang sama.
P.H Koombs dan W.J Platt mengemukakkan 3 macam sumber masukan pendidikan yang terdiri
atas :
1. Pengetahuan, nilai-nilai dan cita-cita yang terdpat dalam masyarakat.
2. SDM yang memenuhi persyaratan.
3. Hasil produksi dan penghasilan.
D. Unsur-unsur / Komponen / Faktor Pendidikan
1. Tujuan
Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggunng jawab.
Selain tujuan umum, juga ada tujuan khusus pendidikan. hal-hal yang menyebabkan terjadinya
pengkhususan tujuan umum itu adalah :
a. Karakteristik anak didik.
b. Tuntutan lingkungan.
c. Perbedaan pandangan hidup.
d. Perbedaan tujuan.
e. Kemampuan pendidik.
Empat jenjang tujuan pendidikan :
a. Tujuan umum pendidikan, yakni manusia pancasila.
b. Tujuan institusional.
c. Tujuan kurikuler.
d. Tujuan instruksional kompetensi dasar.
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan
nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Raka Joni menyatakan hakikat peserta didik :
a. Bertanggungjawab atas pendidikannya sendiri seumur hidup
b. Memiliki potensi yang berbeda-beda.
c. Memerlukan pembinaan individual dan perlakuan yang manusiawi.
d. Insan yang aktif.
Parayitno (2000) menytakan bahwa hak anak adalah memperoleh pendidikan yang layak
memperkembangkan segala potensi yang diberikan Allah secara optimal. Untuk itu
dimungkinkan agar anak :
a. Memperoleh fasilitas, kesempatan dan pelayanan pendidikan dari orang tua dan Negara.
b. Terhindar dari pemaksan kehendak dari pihak manapun.
c. Terhindar dari hambtan.
d. Terhindar dari perlakuan yang merugikan.
e. Terhindar dri kebijkan yang merugikan dan memaksakn kehendak.
3. Pendidik
Pendidik atau di Indonesia lebih dikenal dengan pengajar, adalah tenaga kependidikan yang
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi
pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu:
a. Guru (lihat guru)
b. Dosen (lihat dosen)
c. Konselor (lihat konselor)
d. Pamong belajar (lihat contoh SMP Terbuka)
e. widyaiswara
f. tutor
g. instruktur
h. fasilitator
i. Ustadz, dan sebutan lainnya.
Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang Penyelenggaraan Pendidikan.
Pendidik dikelompokkan menjadi dua ktegori :
a. Pendidik menurut kodrat, yakni orang tua.
b. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru.
Unsur hububungan orang tua dengan anaknya :
a. Unsur kasih saying
b. Unsur kesadaran akan tanggungjawab.
Unsur hubungan guru dengan peserta didik.
a. Kasih saying.
b. Tanggungjawab kepad tugas.
Menurut Prayitno (2000:9), pendidik harus :
a. Memahami potensi anak.
b. Memahami kondisi anak.
c. Melakukan kegiatn dan memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi
anak.
d. Memberikan laporan dan bertanggungjawab.
e. Bekerjasama dengan orang tua dan pohak lain.
f. Memahami dan melaksanakan perturan.
g. Menyelenggarakan pendidikan secara professional.
4. Isi Pendidikan
Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, ditetapkan isi dan materi pendidikan yang
relevan. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan isi pendidikan adalah :
a. Materi harus sesuai dan menunjang tercapinya tujuan.
b. Materi harus sesuai dengan karakteristik subjek didik.
Pertibangan bgi guru dalam memilih bahan / materi yang perlu diajarkan :
a. Harus sesui dan menunjang tujuan pendidikan
b. Urgensi bahan, yaitu bahan itu penting untuk diketahui.
c. Nilai praktis dan kegunaan.
d. Bahan wajib, sesuai dengan kurikulum.
e. bahan yang sumbernya sulit perlu disiapkn guru.
5. Metode Pendidikan
Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Dalam menetapkan
apakah suatu metode dapat digunakan atau kurang tepat ditentukan oleh beberpa faktor :
a. Tujuan yang ingin dicapai.
b. Faktor murid, disesuakan dengan keadaan peserta didik.
c. Faktor guru.
6. Alat Pendidikan
Kegiatan pendidikan berlangsung dengan menggunakan alat-alat pendidikan. Alat-alat
pendidikan adalah segala sesuatu yang secara langsung membantu terwujudnya pencapaian
tujuan pendidikan. Alat pendidikan dapat berupa dua hal, yaitu :
a. Bersifat tindakan, yaitu berupa upaya, siasat dalm kegiatan dengan kewibawaan yang
menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Pemilihan alat pendidikan ini harus memperhatikan :
1) Hubungan antar guru dn murid.
2) Perbedaan sifat dan tabiat murid.
3) Gunakan alat yang preventif pada anak yang normal.
4) Hati-hati dalam menghukum.
b. Alat pendidikan yang berupa kebendaan, sebagai alat bantu yang biasa disebut sarana
pengajaran. Penggunaan alat-lat ini harus mempertimbangkan faktor :
1) Tujuan yang ingin dicapai.
2) Alat yang tersedia.
3) Pendidik yang menggunakan.
4) Karakteristik nak didik.
5) Tempat menggunakannya.
Fungsi alat bantu / sarana pendidikan :
a. Merekam
b. Manipulatif
c. Stimulatif
d. Mengingatkan kembali
e. Memperagakan
f. Mengaktifkan respon murid
g. Evaluatif
h. Umpan balik.
7. Lingkungan (Konteks yang Mempengaruhi Suasana Pendidikan)
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam
seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun
di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan
bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.
Lingkungan dalam pendidikan ada dua hal :
a. Lingkungan Alam
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala
makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi
secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang mencakup wilayah dan
komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh manusia.
b. Lingkungan Sosial
Yang temsuk lingkungan sosial adalah semua manusia yang berada diur diri seseorang yang dpat
mempengaruhi diri seseorang tersebut, baik secara lngsung maupun tidak lngsung. Menurut
tempat pelaksanaaan pendidikan,lingkungan dibedakn atas :
1) Keluarga
2) Sekolah
3) Masyarakat
Tak boleh dilupakan, bahwa hakikat pendidikan bukan melulu soal pembinaan kecerdasan
intelektual, tapi juga kecerdasan moral atau akhlak. Peran sentral dalam pembinaan dua hal itu
tak lain adalah pendidik. Kita menyebutnya guru, ustaz, dosen, profesor, atau sebutan-sebutan
lain. Di era ini, saya tidak menyebut tidak ada, namun barangkali sudah langka sosok pendidik
yang selain ia seorang intelektual, juga punya karakter keteladanan yang kuat. Pendidik yang
diteladani murid-muridnya karena kekuatan moralnya.
Novel ini hadir di tengah keringnya kekuatan keteladanan itu. Bercerita dengan lugas tentang
kegigihan seorang guru dalam menegakkan prinsip-prinsip pendidikan yang benar. Ditulis
dengan bahasa sehari-hari, dramatis, kadang lucu, kadang juga seru.
Berlatar belakang kampung Bulusari, Sidomulyo, Lamongan sekitar tahun 1970-an. Kampung
dengan mayoritas petani sawah dan tambak yang ketika itu boleh dikata masih miskin dan
tertinggal. Pada saat itu, sekolah menjadi barang mewah di kampung tersebut. Mencari murid
untuk memenuhi ruang kelas, hampir sama sulitnya dengan mencari guru yang mengajarnya.
Dan salah seorang warga kampung yang rela menjadi guru dengan penghasilan tak seberapa itu,
adalah Pak Guru Musa. Dialah tokoh utama dalam novel ini.
Musa merupakan sosok sederhana yang tak mudah tergoda oleh arus modernisme dan
konsumerisme, yang dalam beberapa hal berdampak negatif terhadap misi seorang pendidik.
Semua tahu, gaji guru di kampung ketika itu tak seberapa. Oleh karena itu, jika mereka tak
mampu mengendalikan hasrat konsumerisme, itu berarti bencana. Tak hanya bagi guru, tapi juga
bagi dunia pendidikan itu sendiri.
Jika guru sibuk memenuhi hasrat konsumerisme, sementara gajinya tak cukup untuk itu,
konsentrasinya bakal tersita untuk kegiatan di luar aktivitas mengajar. Tak heran, ada guru yang
nyambi jadi tukang ojek, berdagang, menjadi makelar, dan sebagainya. Ini tentu tidak salah. Tapi
ketika mengganggu aktivitas belajar mengajar pasti menjadi masalah.
Musa termasuk salah seorang guru yang memegang teguh prinsip-prinsip kesederhanaan. Ia
menyadari bahwa menjadi pendidik adalah pengabdian. Totalitasnya sebagai pendidik
ditunjukkan dengan keikhlasan dan kebersahajaan dalam kehidupannya sehari-hari. Karena
memang langkah inilah yang harus dilakukan, jika tak ingin konsentrasinya dalam mendidik
murid berantakan. Tak heran, jika kemudian Musa diangkat menjadi kepala sekolah, meski
kehidupannya yang bersahaja tetap saja tidak berubah.
Adalah Pak Sarkowi, guru SDN Sidomulyo yang tak lain anak buah Musa, adalah satu dari
banyak guru yang tergoda hidup komsumtif. Suatu kali, ia meminta persetujuan Musa untuk
meminjam uang ke Koperasi Pegawai Negeri (KPN) untuk kredit sepeda motor. Dengan bijak
Musa menolak, karena pinjaman Pak Sarkowi yang dulu saja belum lunas. Jika meminjam lagi
artinya gaji Pak Sarkowi habis untuk melunasi utang ke KPN. Ini nanti akan menjadi alasan guru
senior itu untuk mencari tambahan di luar jam pelajaran, atau bahkan pada saat jam pelajaran.
Bagi Musa ini berisiko mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. Murid-murid akan
menjadi korban. Karena pengajuannya ditolak, Pak Sarkowi murka lalu memusuhi Musa.
Selain Pak Sarkowi, ada juga Bu Eni, guru perempuan yang sebetulnya bercita-cita menjadi
karyawan kantoran semacam sektretaris, staf admisnistrasi atau apa pun. Namun, orangtuanya
memaksa ia untuk menjadi guru di kampung saja. Akibatnya, Bu Eni tak bisa benar-benar total
dalam mengajar. Ini masalah juga bagi Musa sebagai kepala sekolah. Belum lagi, Bu Eni yang
masih muda dan cantik ini tergolong konsumtif. Ia senang memakai bedak, tas, sepatu, dan
beragam asesoris perempuan yang tak murah harganya.
Suatu kali, Bu Eni juga mengajukan pinjaman ke KPN untuk membeli sepeda motor. Musa jelas
tak setuju, sebab baginya sepeda motor bukan kebutuhan mendesak bagi seorang guru ketika itu.
Bu Eni muntab. Ia memusuhi sang kepala sekolah yang keras memegang prinsip itu. Sialnya, Bu
Guru Eni mempengaruhi guru-guru lain untuk tidak menyukai Musa sang kepala sekolah.
Walhasil, bertambah banyak yang tidak suka dengan prinsip Musa. Ia terpojok.
Perjuangan Musa menegakkan prinsip-prinsip ideal dalam pendidikan amat berat, ditambah
kehidupan keluarganya yang terganggu karena sang istri purik ke rumah orangtuanya sebab tak
tahan hidup dengan orang yang keras memegang prinsip ini. Namun, semua itu dapat dilalui oleh
Pak Guru Musa dengan sabar dan tabah. Nasihat almarhum kakaknya, Haji Husin, membuatnya
senantiasa tegar menghadapi berbagai tantangan. Haji Husin mengatakan, bahwa setan akan
selalu menghalangi langkah orang yang akan melakukan kebenaran. Tanda bahwa apa yang kita
lakukan benar adalah jika ada orang yang menentangnya, begitu pesan Haji Husin kepada
Musa yang sempat akan mengundurkan diri dari jabatan kepala sekolahnya itu.
Pada bagian akhir cerita, Musa akhirnya dapat membuktikan bahwa apa yang dikatakan
almarhum kakaknya itu benar. Bahwa Allah akan menolong hambanya pada saat yang tepat.
Musa pun dapat membuktikan kepada para guru yang lain bahwa prinsip yang selama ini
dipegangnya kuat-kuat adalah benar. Sejumlah guru yang menentangnya dulu, justru kemudian
menyadari kesalahannya. Sebagian bahkan harus berhadapan dengan pihak berwajib karena
ulahnya sendiri.
Novel ini pada akhirnya bukan sekadar bacaan yang menghibur karena kemenarikan jalan
ceritanya. Tetapi juga sebagai bahan renungan bagi kita semua, guru, dosen, mahasiswa,
orangtua, serta murid-murid sekolah, tetang hakikat pendidikan. Utamanya, di tengah karutmarutnya dunia pendidikan kita dewasa ini
hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah
laku seseorang sehingga mencapai kualitas hidup yang di harapkan.
E. Konsep Pendidikan Ditinjau Dari Perundang-Undangan Indonesia
Bila dilihat dari perkembangan pendidikan di Indonesia sudah sejak lama tokoh-tokoh
pendidikan di Negara kita menentang system pendidikan penjajahan (Belanda, Inggris, Jepang).
Dengan konsepsi masing-masing sekaligus para tokoh pendidikan ini mulai memikirkan
(merenungkan) dan merintis bagaimana konsep pendidikan (Nasional) yang sebenarnya.
Ketetapan MPR No.IV/MPR/197
Setelah melalui kurun waktu yang panjang dari sejak terbentuknya Undang-undang No.4/1950
dan dipertegas serta diluruskan arah tujuan pendidikan nasional, maka melalui sidang umum
MPR/1973, rumusan definisi pendidikan mengalami penyempurnaan yang lebih mendasar.
Adapun rumusan tersebut berbunyi sebagai berikut:Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
Jika dibandingkan rumusan sebelumnya, istilah membentuk telah diganti dengan usaha
sadar, selanjutnya di ikuti dengan mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pada rumusan ini terasa bahwa
pengaruh para ilmuwan pendidikan lebih besar, karena istilah-istilah yang di pilih mengandung
yang Nampak proporsinya lebih tepat dari rumusan sebelumnya.
Istilah membentuk misalnya dapat di tafsirkan merupakan penekanan yang berlebih-lebihan.
Padahal manusia tidak mungkin dapat di bentuk sesuka hatinya. Ia mempunyai kepribadian
sendiri dan kemampuan sendiri yang tidak dapat di paksa dan hanya mungkin di kembangkan.
(Wawasan Kependidikan Guru,1982:43). Selain itu pengertian kegiatan kompleks juga menjadi
wadah bagi segala elemen atau unsur yang semula nampaknya saling bertentangan, misalnya
apakah hakekat mendidik itu member bantuan, menuntun, mempengaruhi, membentuk atau
membimbing mempersiapkan atau melatih seterusnya.
Semua istilah tersebut dapat tercakup dalam istilah usaha sadar. Sedangkan dari segi elemen
kelembagaan, pendidikan tidak cukup di sekolah saja tetapi harus juga dilaksanakan di luar
sekolah. Penegasan tentang lembaga pendidikan di dalam dan di luar sekolah menunjukan
peranan bahwa peran pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang mempunyai jangkauan makro,
semakin besar. Lebih-lebih dengan batas pendidikan seumur hidup. Selain berwawasan modern
juga memicu seluruh lapisan masyarakat, sejak lapisan paling bawah sampai teratas, pria maupun
wanita berlomba-lomba mengejar ketinggalan melalui media pendidikan yang tersedia.
Meskipun demikian sifat keilmuwan justru selalu berkembang, tidak pernah puas diri, tidak
pernah berhenti. Banyak segi yang telah di perbaiki, tetapi tetap masih ada kekurangan
a) Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional
Dalam UUSP No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 di kemukakan bahwa: pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti ( kekuatan batin ), pikiran ( intelek ) dan
jasmani anak anak.
C. Menurut Pandangan Mono Disipliner
Dalam rangka menjawab pertanyaan apa hakekat pendidikan itu, sementara ahli hanya
berorientasi kepada salah satu (mono) disiplin ilmu tertentu saja.
Mereka itu antara lain adalah:
1. Pandangan Sosiologi
Menurut pandangan ini pendidikan hendaknya dilihat sebagai aspek sosial. Oleh karena itu
pendidikan dirumuskan sebagai: usaha (proses) pewarisan sosial dari generasi ke generasi (Redja
Mudyahardjo, 1985:3)
2. Menurut Pandangan Antropologi (budaya)
Pandangan ini melihat pendidikan dari segi budaya. Oleh karena itu pendidikan dirumuskan
sebagai: usaha pemindahan nilai-nilai budaya ke generasi berikutnya. Inti kebudayaan
disimpulkan adalah bermacam-macam pengetahuan. Hal ini sering dikenal sebagai proses cultur
overdrach. Pandangan ini sejalan dengan pandangan aliran Essensialisme
3. Menurut Pandangan Psikologi
Berbeda dengan kedua pandangan terdahulu, pandangan ini banyak cabang-cabangnya, sebanyak
aliran jiwa yang ada, misalnya behaviorisme, individualisme (ilmu jiwa, individual), psiko
analitik dan lain-lainnya. Jika orientasinya kepada behaviorisme, maka aspek tingkah laku
(behavior) yang di pentingkan. Jika orientasinya ilmu jiwa individual, maka aspek pribadi utuh
yang diutamakan.
4. Pandangan dari Sudut Ekonomi
Pandangan ini melihat pendidikan sebagai usaha penanaman modal insane (human ivensment)
5. Menurut Pandangan Politik
Pandangan dari sudut politik, pendidikan diartikan sebagai usaha pembinaan kader bangsa, cinta
bangsa
6. Menurut Pandangan Filosofis tentang Hakikat Manusia (Antropologi Filsafat)
Terhadap hakikat manusia terdapat banyak sekali pandangan-pandangan yang satu dengan yang
lain saling berbeda:
a) Manusia sebagai homo religious (makhluk beragama), maka hakekat pendidikan berarti:
mengembangkan kesadaran beragam melalui pendidikan agama
b) Manusia sebagai Homo sapiens (makhluk rasional/berpikir), maka hakekat pendidikan ialah
mengembangkan kemampuan berpikir anak/subjek didik, melalui pendidikan intelektual
(kognitif)
c) Manusia sebagai homo economicus makhluk ekonomis/kesadaran ekonomi, maka hakikat
pendidikan adalah: membimbing anak hingga dpat bertindak sesuai prinsip-prinsip ekonomi.
d) Manusia sebagai homo fiber (makhluk berpiranti), maka hakikat pendidikan adalah:
mengembangkan dan melatih berbagai macam keterampilan
e) Manusia sebagai homo etis (makhluk susila), hakikat pendidikan ialah:menanamkan normanorma kesusilaan dan mampu berbuat susila.
f) Manusia sebagai homo socius (makhluk sosial), hakikat pendidikan adalah proses sosialisasi
atau mempersiapkan hidup di masyarakat.
g) Manusia sebagai homo mono dualis (makhluk dwi tunggal), yaitu jasmani dan rohani hakikat
pendidikan berarti: mengembangkan kedua aspek tersebut sebagai kesatuan.
h) Manusia sebagai makhluk homo mono pluralis (makhluk seutuhnya dari macam-macam segi),
maka hakikat pendidikan berarti: mengmbangkan semua sisi kepribadiannya (individu, sosial,
agama, kecerdasan, ketrampilan, dan seterusnya)
D. Menurut Pandangan Multi Disipliner
a) Cara membahas pengertian pendidikan ditinjau dari berbagai disiplin ilmu atau dari aspek
kehidupan secara keseluruhan disebut tinjauan secara multi disipliner. Dalam tinjauan
pendidikan di lihat sebagai suatu system.
b) Berdasarkan tinjauan multi disipliner, Redja Mudyahardjo (1986:3) mengembangkan bahwa
pendidikan adalah keseluruhan kerja insansi yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai
hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah
laku seseorang sehingga mencapai kualitas hidup yang di harapkan.
E. Konsep Pendidikan Ditinjau Dari Perundang-Undangan Indonesia
Bila dilihat dari perkembangan pendidikan di Indonesia sudah sejak lama tokoh-tokoh
pendidikan di Negara kita menentang system pendidikan penjajahan (Belanda, Inggris, Jepang).
Dengan konsepsi masing-masing sekaligus para tokoh pendidikan ini mulai memikirkan
(merenungkan) dan merintis bagaimana konsep pendidikan (Nasional) yang sebenarnya.
Ketetapan MPR No.IV/MPR/197
Setelah melalui kurun waktu yang panjang dari sejak terbentuknya Undang-undang No.4/1950
dan dipertegas serta diluruskan arah tujuan pendidikan nasional, maka melalui sidang umum
MPR/1973, rumusan definisi pendidikan mengalami penyempurnaan yang lebih mendasar.
Adapun rumusan tersebut berbunyi sebagai berikut:Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
Jika dibandingkan rumusan sebelumnya, istilah membentuk telah diganti dengan usaha
sadar, selanjutnya di ikuti dengan mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pada rumusan ini terasa bahwa
pengaruh para ilmuwan pendidikan lebih besar, karena istilah-istilah yang di pilih mengandung
yang Nampak proporsinya lebih tepat dari rumusan sebelumnya.
Istilah membentuk misalnya dapat di tafsirkan merupakan penekanan yang berlebih-lebihan.
Padahal manusia tidak mungkin dapat di bentuk sesuka hatinya. Ia mempunyai kepribadian
sendiri dan kemampuan sendiri yang tidak dapat di paksa dan hanya mungkin di kembangkan.
(Wawasan Kependidikan Guru,1982:43). Selain itu pengertian kegiatan kompleks juga menjadi
wadah bagi segala elemen atau unsur yang semula nampaknya saling bertentangan, misalnya
apakah hakekat mendidik itu member bantuan, menuntun, mempengaruhi, membentuk atau
membimbing mempersiapkan atau melatih seterusnya.
Semua istilah tersebut dapat tercakup dalam istilah usaha sadar. Sedangkan dari segi elemen
kelembagaan, pendidikan tidak cukup di sekolah saja tetapi harus juga dilaksanakan di luar
sekolah. Penegasan tentang lembaga pendidikan di dalam dan di luar sekolah menunjukan
peranan bahwa peran pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang mempunyai jangkauan makro,
semakin besar. Lebih-lebih dengan batas pendidikan seumur hidup. Selain berwawasan modern
juga memicu seluruh lapisan masyarakat, sejak lapisan paling bawah sampai teratas, pria maupun
wanita berlomba-lomba mengejar ketinggalan melalui media pendidikan yang tersedia.
Meskipun demikian sifat keilmuwan justru selalu berkembang, tidak pernah puas diri, tidak
pernah berhenti. Banyak segi yang telah di perbaiki, tetapi tetap masih ada kekurangan
a) Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional
Dalam UUSP No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 di kemukakan bahwa: pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dari ayat ini dapat di fahami bahwa kegiatan pendidikan itu mendorong peserta didik secara aktif
berbuat untuk membentuk dirinya sehingga diharapkan akan terbentuk manusia-manusia
Indonesia yang agamis, mandiri berakhlak mulia terampil berguna bagi bangsa dan Negara.
Dari uraian tersebut baik atas tinjauan asal kata, pendapat para ahli serta perundang-undangan
yang ada maka pengertian pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dari pendidik yang mempunyai tanggung jawab
mengenai masa depan anak atau peserta didik
2. Tujuan yang ingin dicapai, yaitu pengembangan diri individu untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sehingga bermanfaat bagi kepentingan hidupnya
sebagai seorang pribadi dan sebagai anggota masyarakat serta mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang selalu berubah
3. Dalam setiap usaha pencapaian tujuan peserta didik dilibatkan dan diikutsertakan secara aktif
4. Proses dan waktu pendidikan berlangsung sepanjang hayat mulai dari lahir hingga manusia
meninggal
5. Pencapaian tujuan pendidikan terlaksanakan dalam suatu proses yang memerlukan bimbingan,
pengajaran dan latihan yang terencana, teratur dan sistematis
6. Kegiatan pendidikan terselenggara dalam jalur pendidikan di sekolah dan pendidikan di luar
sekolah.