BAWAH TANAH
Sebagai alternatif penyimpan air baku pada
daerah kering dan pulau-pulau kecil
Basic Study untuk menunjang terwujudnya
bendungan bawah tanah di Bunutan - Bali
Apa Permasalahannya ?
Secara umum negeri Indonesia adalah negara beriklim tropis yang mempunyai 2
(dua) musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, masing-masing musim
berlangsung selama 6 (enam) bulan. Seharusnya Indonesia tidak perlu kekurangan
air di saat musim kemarau.
Kenyataannya banyak daerah yang berada dibagian Indonesia Tengah dan Timur
mengalami rawan air terutama pada pulau-pulau kecil.
Tidak jarang penduduk di suatu tempat harus mendapatkan air dengan jarak cukup
jauh atau beberapa daerah yang penduduknya tidak dapat mandi setiap hari pada
musim kemarau.
Mengapa tiada ketersediaan air ?
Ada beberapa faktor penyebab rawan air di suatu daerah, antara lain:
Kondisi geologi yang kurang menguntungkan, yaitu adanya lapisan batuan yang
porous sehingga air meresap jauh dibawah permukaan tanah atau lapisan batuan
yang terlalu kedap sehingga air tidak dapat meresap kedalam batuan dan menjadi
larian permukaan saja, kemudian langsung mengalir ke laut;
Hujan
Hujan
Permukaan tanah
Laut
Lahan pertanian
Lapisan kedap
Permukaan tanah
Laut
Laut
Lahan pertanian
Lapisan kedap
Laut
Pada areal diatas reservoir bendungan bawah tanah, tetap dapat dilakukan
aktivitas seperti sebelum menjadi reservoir bendungan bawah tanah.
Apakah bendungan bawah tanah sudah ada di Indonesia ?
Bendungan bawah tanah belum pernah ada di Indonesia, karena itu Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Air di Bandung mulai merintis untuk mewujudkan keberadaan
bendungan bawah tanah di Indonesia. Hal ini dilakukan antara lain dengan membuat studi
dan pengujian alternatif lokasi bendungan bawah tanah. Lokasi studi yang pernah dilakukan
antara lain di Bunutan, Bali dan di Sikumana, Kupang NTT.
Bunutan, Bali, mempunyai kondisi geologi yang spesifik untuk bendungan bawah
tanah dengan tipe alluvial reservoir,