Anda di halaman 1dari 6

MACAM-MACAM GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DAN CARA

MENANGGULANGINYA
Gangguan tidur pada lansia adalah sebuah hal yang sering di alami oleh kelompok
usia lanjut (lansia) ini. Gangguan tidur pada lansia ini di sebabkan oleh banyak faktor
penyebab, baik itu faktor fisik, psikologis maupun mental. Ganggun tidur pada lansia
bisa berupa gangguan kesulitan tidur ataupun gangguan mempertahankan waktu
tidur nyenyak.
Klasifikasi Umum Gangguan Tidur
Gangguan Tidur Primer

Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan


olehgangguan mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini
dibagi duayaitu disomnia dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan
gangguan pada jumlah,kualitas, dan waktu tidur. Parasomnia dikaitkan
dengan perilaku tidur atau peristiwafisiologis yang dikaitkan dengan tidur,
stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur bangun. Disomnia terdiri dari
insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi,gangguan tidur yang
berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritmik sirkadiantidur, dan
disomnia yang tidak dapat diklasifikasikan. Parasomnia terdiri darigangguan
mimpi buruk, gangguan teror tidur, berjalan saat tidur, dan parasomniayang
tidak dapat diklasifikasikan.

Gangguan tidur terkait gangguan mental lain

Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya


keluhangangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan
mental lain (seringkarena gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat
untuk ditegakkan sebagaigangguan tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa
mekanisme
patofisiologik
yangmendasari
gangguan
mental
juga
mempengaruhi terjadinya gangguan tidur-bangun.Gangguan tidur ini terdiri
dari: Insomnia terkait aksis I atau II dan Hipersomniaterkait aksis I atau II.

Gangguan tidur akibat kondisi medik umum

Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur
yang menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi
medik umum terhadap siklus tidur-bangun.

Gangguan tidur akibat zat

Yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan


ataumenghentikan penggunaan zat (termasuk medikasi). Penilaian sistematik

terhadapseseorang yang mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk


gangguan tidur yang spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medik umum,
dan zat atau medikasiyang digunakan, perlu dilakukan.

Stadium Tidur Normal pada Orang Dewasa


Stadium 0

Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata


menutup. Faseini ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12
siklus per detik. Tonusotot meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan
meningkatnya rasa kantuk. Pada fasemengantuk terdapat gelombang alfa
campuran.

Stadium 1

Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. Stadium 1
NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki sekitar 5% dari
totalwaktu tidur. Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas gelombang alfa
(gelombang alfamenurun kurang dari 50%), amplitudo rendah, sinyal
campuran, predominan beta danteta, tegangan rendah, frekuensi 4-7 siklus
per detik. Aktivitas bola mata melambat,tonus otot menurun, berlangsung
sekitar 3-5 menit. Pada stadium ini seseorangmudah dibangunkan dan bila
terbangun merasa seperti setengah tidur.

Stadium 2

Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi oleh


aktivitasteta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur dan kompleks K.
Kumparan tidur adalahgelombang ritmik pendek dengan frekuensi 12-14
siklus per detik. Kompleks K yaitugelombang tajam, negatif, voltase tinggi,
diikuti oleh gelombang lebih lambat,frekuensi 2-3 siklus per menit, aktivitas
positif, dengan durasi 500 mdetik. Tonus ototrendah, nadi dan tekanan darah
cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagaitidur dangkal. Stadium
ini menduduki sekitar 50% total tidur.

Stadium 3

Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus per
detik,amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot meningkat
tetapi tidak ada gerakan bola mata.

Stadium 4

Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3 dan 4
sulitdibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3. Rekaman EEG berupa
delta.Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam.
Stadium inimenghabiskan sekitar 10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi
antara sepertigaawal malam dengan setengah malam. Durasi tidur ini
meningkat bila seseorangmengalami deprivasi tidur.

Gangguan Tidur pada Lansia


Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat nonpatologik karena faktor usia danada
pula gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan pada lansia. Ada beberapa
gangguan tidur yang sering ditemukan pada lansia.
Insomnia Primer
Ditandai dengan:

Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar
meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan
Menyebabkan
penderitaan
yang
bermakna
secara
klinik
atau
impairmentsosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.-Gangguan tidur
tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental lainnya.
Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum atau
zat.

Insomnia kronik

Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapatdisebabkan


oleh kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat kebiasaan atau
pembelajaran atau perilaku maladaptif di tempat tidur. Misalnya, pemecahan
masalahserius di tempat tidur, kekhawatiran, atau pikiran negatif terhadap
tidur ( sudah berpikir tidak akan bisa tidur). Adanya kecemasan yang
berlebihan karena tidak bisatidur menyebabkan seseorang berusaha keras
untuk tidur tetapi ia semakin tidak bisa tidur.

Insomnia idiopatik

Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan


dini.Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut
selamahidup. Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh
ketidakseimbanganneurokimia otak di formasio retikularis batang otak atau
disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal sendiri atau adanya rasa ketakutan
yang dieksaserbasi pada malam haridapat menyebabkan tidak bisa tidur.
Insomnia kronik dapat menyebabkan penurunanmood (risiko depresi dan
anxietas), menurunkan motivasi, atensi, energi, dankonsentrasi, serta
menimbulkan rasa malas. Kualitas hidup berkurang danmenyebabkan lansia

tersebut lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan. Seseorang dengan


insomnia primer sering mempunyai riwayat gangguan tidur sebelumnya.
Sering penderita insomnia mengobati sendiri dengan obat sedatif-hipnotik
atau alkohol. Anksiolitik sering digunakan untuk mengatasi ketegangan dan
kecemasan.

Penanganan Gangguan Tidur Pada Lansia


Pencegahan Primer
Sebelas peraturan untuk mendapatkan higiene tidur yang baik telah berhasil
diidentifikasi untuk pencegahan primer gangguan tidur.

Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di hari
berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur, berlebihnya
waktu yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur
yang terputus-putus dan dangkal.
Waktu bangun yang teratur di pagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.

Jumlah latihan yang stabil setiap harinya dapat memperdalam tidur, namun,
latihan yang hanya dilakukan kadang-kadang tidak dapat memperbaiki tidur
pada malam berikutnya.

Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis, bunyi pesawat melintas)


dapat mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh
bunyinya dan tidak dapat mengingatnya di pagi hari. Kamar tidur kedap suara
dapat membantu bagi orang-orang yanh harus tidur di dekat kebisingan.

Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tida
ada bukti yang menunjukkn bahwa kamar yang terlalu dingin dapat
membantu tidur.

Rasa lapar menggau tidur, kudapan ringan dapat membantu tidur.

Pil tidur yang hanya kadang-kadang saja digunakan dapat bersifat


menguntungkan, namun penggunaannya yang kronis tidak efektif pada
kebanyakan penderita insomnia.

Kafein di malam hari dapat menggu tidur, meskipun pada prang-orang yang
tidak berfikir demikian.

Alkohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah,


tetapi tidur tersebut kemudian akan terputus-putus.

Orang-orang yang merasa marah dan frustasi karena tidak dapat tidur tidak
boleh berusaha terlalu keras untuk tertidur tetapi harus menyalakan lampu
dan melakukan hal lain yang berbeda.

Penggunaan tembakau secara kronis dapat mengganggu tidur.

Pencegahan sekunder
Seperti biasa, memvalidasi riwayat pengkajian dengan anggota keluarga atau
pemberian perawatan merupakan hal yang penting untuk memastikan ke akuratan
dan pengkajian jika pasien dianggap tidak kompeten untuk memberi laporan sendiri.
Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi
lansia di rumahnya sendiri. Informasi ini memberikan catatan yang akurat tentang
masalah tidur. Untuk mendapatkan gambaran sejati tentang gangguan tidur yang
dialami lansia di rumah atau di fasilitas kesehatan, catatan harian tersebut harus
dibuat selama 3 sampai 4 minggu. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor
berikut ini:
Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak
dapat tidur, atau menggunakan kamar mandi.
Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.

Berapa kali orang tersebut terbangun atau memberi perawatan.

Terjadinya konfusi atau disorientasi.

Penggunaan obat tidur.

Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.

Pencegahan Tersier
Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan,
kondisi pasien memerlukan rehabilitasi melalui tindakan-tindakan seperti
pengangkatan jaringan yang menyumbat di mulut dan memengaruhi jalan napas.
Saat ini sudah banyak pusat-pusat gangguan tidur yang tersedia di seluruh negara
untuk membantu mengevaluasi gangguan tidur.
Tempat-tempat tersebut, yang biasanya berkaitan dengan lembaga penelitian dan
kedokteran klinis atau universitas, dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih
untuk mendeteksi rekaman listrik di otak dan obstruksi pernapasan. Data-data
tersebut membantu menentukan pengobatan yang terbaik untuk mengatasi
kesulitan dan merehabilitasi lansia sehingga ia dapat menikmati tidur yang
berkualitas baik sampai akhir hidupnya.
Penanganan Terapeutik Gangguan Tidur pada Lansia
Nicassio menganjurkan aturan-aturan berikut untuk mempertahankan kenormalan
pola tidur:

Pergi tidur hanya jika mengantuk.


Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, jangan membaca, menonton
televisi, atau makan di tempat tidur.

Jika tidak dapat tidur, bangun dan pindah ke ruangan lain. Bangun sampai
anda benar-benar mengantuk, kemudian baru kembali ke tempat tidur. Jika
tidur masih tidak biasa dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat
tidur. Tujuannya adalah menghubungkan antara tempat tidur dengan tidur
cepat. Ulangi langkah ini sesering yang diperlukan sepanjang malam.

Siapkan alarm dan bangun di waktu yang sama setiap pagi tanpa
mempedulikan berapa banyak anda tidur di malam hari. Hal ini dapat
membantu tubuh menetapkan irama tidur bangun yang konstan.

Kurangi tidur di siang hari.

Referensi:
Coll P. Sleep Disorders. In : Adelman AM, Daly MP, Weiss BD, eds. 20
CommonProblems in Geriatrics. Boston. Mc Graw-Hill Companies, Inc;2001:187-203.
National Sleep Foundation. Washington DC. Melatonin the basic facts. Juni 2004
Stockslager, Jaime L. 2007 . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai