Anda di halaman 1dari 6

F.

Pembahasan
Darah merupakan unit fungsional seluler pada manusia yang berperan
sebagai alat transportasi pada proses fisiologis tubuh. Hemostasis adalah
mekanisme penghentian darah secara simultan saat terjadinya cedera atau luka
pada pembuluh darah untuk menghindari terjadinya kekurangan banyak darah
pada tubuh akibat pendarahan. Selain itu mekanisme ini juga digunakan tubuh
untuk mempertahankan konsistensi darah di dalam tubuh agar tetap cair. Ada
4 fase pada proses ini, yaitu vasokonstriksi, pembentukan agregat,
pembentukan fibrin dan pelarutan trombus oleh plasmin.
Mekanisme pembekuan darah atau koagulasi di dalam tubuh adalah
sebagai berikut, saat tubuh mengalami luka maka akan terjadi vasokonstriksi
agar darah yang keluar tidak berlebihan. Kemudian trombosit yang berada di
permukaan tubuh akan pecah akibat cedera yang terjadi dan menghasilkan
enzim trombokinase yang dengan bantuan ion Ca2+ akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Protrombin adalah protein yang diproduksi oleh
hati dengan bantuan vitamin K. Sedangkan trombin adalah enzim yang
berperan untuk mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang merupakan protein
berbentuk benang-benang yang tidak larut dengan plasma. Dengan bantuan
trombin, fibrinogen diubah menjadi fibrin yang merupakan protein berbentuk
benang-benang yang tidak larut dalam plasma. Dan kemudian akan mengeras
membentuk trombus yang akan menutup luka.
Mekanisme fibrinoslisis adalah mekanisme kebalikan dari koagulasi,
dimana mekanisme ini digunakan tubuh untuk mempertahankan konsistensi
darah di dalam tubuh agar tetap cair. Pada mekanisme ini, tubuh akan
mengaktivasi plasminogen yang kemudian diubah menjadi plasmin. Plasmin
adalah suatu enzim yang digunakan untuk melarutkan trombus atau benangbenang fibrin yang terbentuk, sehingga koagulasi tidak terjadi.

Pada percobaan ini dilakukan pengamatan terhadap waktu perdarahan


dan koagulasi pada mencit kontrol dan uji selama 90 menit, dengan cara
melukai ujung ekor mencit 1mm. Untuk mengetahui waktu perdarahan
ujung ekor yang berdarah ditotolkan pada kertas saring hingga bercak darah
tidak nampak lagi atau berhenti. Sedangkan waktu koagulasi diketahui dengan
cara mengalirkan darah pada pipa kapiler, kemudian pipa kapiler dipatahkan
hingga terlihat bentuk benang fibrin. Waktu perdarahan erat hubungannya
dengan koagulasi. Waktu perdarahan adalah lamanya terjadi suatu perdarahan
hingga terbentuk benang-benang fibrin, di mana terbentuknya benang-benang
fibrin menjadi parameter berakhirnya atau berhentinya perdarahan yang
terjadi.
Pada percobaan ini mencit dikelompokan menjadi mencit kontrol dan
mencit uji. Mencit kontrol hanya diberi aquades, sedangkan mencit uji diberi
obat aspilet secara oral. Aspilet mengandung bahan aktif aspirin yang
merupakan salah satu obat golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid).
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa waktu
perdarahan dan waktu koagulasi antara mencit uji dengan mencit kontrol
berbeda. Di mana waktu perdarahan dan koagulasi pada mencit uji lebih lama
dibandingkan dengan kontrol, yaitu pada mencit uji waktu perdarahan dan
koagulasi rata-rata pada kelompok 1 berturut-turut selama 70 dan 53,33,
sedangkan pada mencit kontrol lebih cepat dari uji yakni dengan rata-rata
selama 46,67 dan 40. Hal yang sama juga terjadi pada hasil pengamatan
kelompok 2 dan kelompok 3. Di mana waktu koagulasi dan waktu perdarahan
rata-rata mencit uji pada kelompok 2 berturut-turut adalah 132,33 dan
33,33, sedangkan pada mencit kontrol yakni dengan rata-rata selama 67,3
dan 26,67. Pada hasil pengamatan kelompok 3, waktu perdarahan dan
koagulasi rata-rata mencit uji ialah 126,67 dan 50, sedangkan pada mencit
kontrol yakni dengan rata-rata 85,33 dan 44.

Hasil pengamatan pada kelompok 4, 5, dan 6 berbeda dengan


kelompok sebelumnya. Berdasarkan tabel hasil pengamatan diketahui bahwa
pada kelompok 4 didapatkan waktu rata-rata perdarahan mencit uji lebih
lama dibandingkan dengan mencit kontrol, yaitu selama 79 dan 70,33.
Namun sebaliknya, pada koagulasi waktu rata-rata yang diperlukan mencit
kontrol lebih lama dibandingkan dengan mencit uji, yaitu selama 43,33 dan
33,33. Sedangkan pada kelompok 5, didapatkan waktu koagulasi antara
mencit kontrol lebih lama dibandingkan dengan mencit uji. Waktu koagulasi
dan waktu perdarahan rata-rata mencit uji pada kelompok 5 berturut-turut
adalah 33,33 dan 102,33, sedangkan pada mencit kontrol yakni dengan
waktu rata-rata selama 68,86 dan 156,67. Hal yang sama juga terjadi pada
hasil pengamatan kelompok 6. Di mana waktu koagulasi dan waktu
perdarahan rata-rata mencit uji pada kelompok 6 berturut-turut adalah 26,67
dan 38, sedangkan pada mencit kontrol yakni dengan rata-rata selama 36,67
dan 46,67.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 4, 5, dan 6 yang diperoleh
rata-rata waktu koagulasi mencit kontrol lebih lama dibandingkan dengan
mencit uji. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori, karena aspilet merupakan
antiplatelet, seharusnya waktu koagulasi pada mencit uji lebih lama
dibandingkan dengan mencit kontrol. Ketidaksesuaian tersebut dapat terjadi
karena kesalahan pada saat pematahan pipa kapiler. Pematahan pipa kapiler
seharusnya dilakukan sedikit demi sedikit, yakni kurang dari 0,5 cm.
Pematahan

pipa

kapiler

yang

terlalu

banyak

akan

menyebabkan

ketidaksesuaian hasil dengan teori. Waktu 10 detik merupakan waktu minimal


yang diperlukan oleh darah untuk membeku.
Selain itu, waktu perdarahan dan koagulasi seharusnya terletak pada
interval atau selang waktu yang sempit, karena apabila perdarahan berhenti
maka dapat dipastikan koagulasi telah terjadi. Namun karena beberapa

kesalahan saat pengamatan, seperti mobilisasi atau pergerakan pada ekor


mencit, menyebabkan benang-benang fibrin yang sudah terbentuk menjadi
lisis kembali, sehingga koagulasi tidak jadi terbentuk. Atau dapat disebabkan
oleh kesalahan teknis pada saat pengujian waktu perdarahan, dimana ekor
mencit diurut dan mengakibatkan terjadinya rangsangan pengeluaran darah,
sehingga waktu perdarahan bertambah lama. Adanya perbedaan interval
waktu pengambilan darah saat pengujian juga dapat mengakibatkan terjadinya
interval waktu yang jauh antara waktu perdarahan dengan waktu koagulasi.
Perbedaan waktu perdarahan dan waktu koagulasi antara mencit
kontrol dengan uji merupakan efek dari pemberian obat aspilet terhadap
mencit uji. Dimana salah satu efek dari obat ini tidak memperpanjang waktu
perdarahan dan waktu koagulasi pada mencit. Hal ini disebabkan karena
aspilet mengandung bahan aktif aspirin yang dosisnya dikurangi hingga 80
mg yang kemudian dapat berperan sebagai anti agregasi platelet. Aspirin
merupakan salah satu obat golongan AINS (Anti Inflamasi Non steroid) yang
digunakan untuk mencegah atau mengobati inflamasi. Inflamasi adalah suatu
kondisi yang menunjukan telah terjadinya kerusakan jaringan di dalam tubuh
akibat berbagai rangsangan dari luar tubuh, baik secara fisik, kimia, atau
mekanik, salah satunya adalah luka. Saat tubuh terluka, akan terjadi kerusakan
seluler terutama dibagian membran fosfolipid A2 dan akan membentuk asam
arakidonat. Asam arakidonat yang berikatan dengan enzim mediator
inflamasi, salah satunya COX-1 (siklooksigenase-1) akan menyebabkan
terbentuknya mediator inflamasi, yaitu prostaglandin dan tromboksan.
Tromboksan merupakan mediator inflamasi dari senyawa eicosanoid yang
bertanggung jawab dalam proses terbentuknya platelet atau proses pembekuan
darah dan dalam keadaan normal tromboksan akan membantu dalam proses
pembentukan platelet sehingga perdarahan tidak terjadi saat luka atau cidera.

Oleh karena itu aspilet diberikan untuk mencegah terjadinya pembekuan


darah.
Adapun aspirin bekerja dengan mekanisme penghambat terhadap
enzim mediator inflamasi yang sifatnya non selektif, artinya aspirin dapat
menghambat enzim COX-1 maupun COX-2. Tetapi aspirin lebih paten dalam
menghambat kerja enzim COX-1. Apabila enzim COX-1 dihambat, asam
arakidonat tidak dapat berikatan dengan enzim mediator inflamasi, yaitu
COX-1, akibatnya mediator-mediator inflamasi tidak terbentuk, terutama
prostaglandin dan tromboksan.

G. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Aspirin menyebabkan waktu perdarahan dan waktu koagulasi yang terjadi
lebih lama.
2. Antikoagulan dapat menghambat proses pembekuan darah. Mekanisme
kerja antikoagulan dengan cara menginaktivasi thrombin dan prokoagulan
seperti Xa, IXa, dan XIIa.

Anda mungkin juga menyukai