Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep ASI Eksklusif

2.1.1 Pengertian
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6 bulan tanpa
memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia
tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu
agar bayi kebal terhadap beragam penyakit pada usia selanjutnya (Depkes, 2007).
Pendapat yang dikemukakan oleh Utami Roesli (2004), ASI eksklusif atau lebih
tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biscuit, bubur nasi dan tim.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air
putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah itu diberi makanan padat pendamping yang
cukup dan sesuai. sedangkanASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih
(Sripurwanti Hubertin, 2005).
Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua, bayi akan lebih
sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik. Perusahaan,
lingkungan dan masyarakat pun lebih mudah mendapatkan keuntungan (Utami Roesli,
2005).
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupan (Soetjiningsih, 1997). ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

komposisi yang sangat seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi karena
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik secara kualitas maupun kuantitas.
ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi
normal sampai usia 4 6 bulan (Khairuniyah, 2004).
Menurut (Azrul Anwar, 2004), ASI eksklusif sangat penting untuk meningkatkan
SDM kita dimasa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini.
Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin
tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena
selain sebagai nutrisi yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar
tmbuh optimal (Utami Roesli, 2004).
Berdasarkan hal tersebut diatas, WHO-UNICEF membuat deklarasi yang dikenal
dengan deklarasi innocent pada tahun1990. Dimana dalam deklarasi ini bertujuan untuk
melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi
yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal hal berikut.
Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi
secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi
diberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah itu bayi diberi
makanan pendamping yang benar dan tepat sehingga ASI tetap diteruskan sampai usia 2
tahun atau lebih. Pemberian makanan bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan
cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat
menyusui secara eksklusif.
2.1.2 Kandungan ASI

Asi memiliki nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Hal ini membuat beberapa organisasi seperti (World Health Organization) WHO,
UNICEF, dan (World Health Assembly) WHA merekomendasikan pemberian ASI saja
selama 6 bulan (Amiruddin, 2007). Departemen kesehatan dunia juga menargetkan
cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 80%.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa,
dan garam-garam organik yang dikelurkan oleh kelenjar mamari manusia. Sebagai satusatunya makanan alami yang berasal dari ibu, ASI menjadi makanan terbaik dan
sempurna untuk bayi karena mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi (Siregar, 2005).
ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan sampai dengan bayi
berumur 6 bulan. Makanan tambahan yang dimaksud yaitu susu formula, air matang, jus
buah, air gula, dan madu. Vitamin maupun obat, dalam bentuk tetes atau sirup tidak
termasuk makanan tambahan (Pearl et all, 2004; Dee, 2008).
ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi 6 bulan karena kandungan gizinya
yang sesuai. Kapasitas lambung bayi baru lahir hanya dapat menampung cairan sebanyak
10-20 ml (2-4 sendok teh). ASI memiliki kandungan gizi yang sesuai serta volume yang
tepat sesuai dengan kapasitas lambung bayi yang masih terbatas (Depkes, 2012).
ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi yang terdapat
pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi ASI berbeda-beda sesuai
dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa gestasi janin saat lahir (Olds et all,

2001). Berdasarkan faktor yang telah disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang.
Kolostrum memiliki susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuning-kuningan
yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin yang larut
dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat penting
untuk diberikan karena selain tinggi akan immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun
pasif bagi bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran
pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum dimulai sejak masa kehamilan sampai
beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI
transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Olds et all, 2001; Roesli,
2004; Brown, 2005).
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai kurang
lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi semakin
menurun, namun kandungan lemak, laktosa dan vitamin larut air, semakin meningkat.
Volume ASI transisi semakin meningkat seiring dengan lama menyusui dan kemudian
digantikan oleh ASI matang (Olds et all, 2001; Roesli, 2004).
ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian
yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi
menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down.Foremilk mengandung
vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung lemak empat sampai lima
kali lebih banyak dari foremilk (Olds et all, 2001; Roesli, 2004).
2.1.3 Manfaat ASI Eksklusif

Bagi bayi dan ibu ASI eksklusif menyebabkan mudahnya terjalin ikatan kasih
sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan keuntungan awal
dari menyusui secara eksklusif. Bagi bayi tidak ada perbedaan yang lebih berharga dari
ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya. Selain
dapat meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak
potensial memiliki perkembangan sosial yang baik (Utami Roesli, 2005).
A. Manfaat ASI bagi Bayi
1.

ASI sebagai nutrisi

2.

Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup
karena mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama.

3.

Mengandung antibody (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit,


seperti diare dan gangguan pernafasan.

4.

Menunjuang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI eksklusif akan
lebih cepat jalan.

5.

Meningkatkan jalinan kasih sayang.

6.

Selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang sesuai.

7.

Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap.

8.

Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan
alergi.

9.

Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87%
ASI adalah air)

10. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi
dengan pemberian ASI Eksklusif potensial lebih pandai.

11. Menunjang perkembangan kepribadian dan kecerdasan emosional, kematangan


spiritual dan hubungan sosial yang baik (Utami Roesli, 2005).
B. Manfaat ASI bagi ibu
1.

Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah


dilahirkan, maka kemungkinan terjadi perdarahan setelah melahirkan akan berkurang
karena kadar oksitoksin meningkat sehingga pembuluh darah menutup dan
perdarahan akan cepat berhenti.

2.

Mengurangi terjadinya anemia.

3.

Menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah


dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak
akan hamil pada enam bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil
sampai bayi berusia 12 bulan

4.

Mengecilkan rahim
Kadar oksitoksin ibu yang menyusui akan membantu rahim kembali ke ukuran
sebelum hamil.

5.

Menurunkan risiko kanker payudara

6.

Membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja.
ASI selalu bersih, sehat, dan tersedia dalam suhu yang cocok.

7.

Lebih ekonomis dan murah

8.

Dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan memasak air dan tanpa
harus mencuci botol.

9.

Memberi kepuasan bagi ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan
merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2005)

C. Manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi Negara


1.

Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta


biaya menyiapkan susu

2.

Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret, dan sakit saluran
nafas.

3.

Penghematan obat obatan tenaga dan sarana kesehatan.

4.

Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk


membangun Negara. Karena anak yang mendapat ASI dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.

5.

Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya


generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.

2.1.4 Pengelompokan ASI


Berdasarkan waktu produksinya ASI digolongkan kedalam 3 kelompok :
a. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke empat
setelah melahirkan. Kolostrum merupakan cairan emas, cairan pelindung yang kaya
akan zat anti infeksi dan berprotein tinggi, merupakan cairan yang pertama kali
disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissuedebris dan residual material yang
terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
puerperium. Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum
merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning kuningan, lebih kuning
dibandingkan dengan susu yang matang. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal
untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan

saluran pencernaan makanan bayi dan makanan yang akan datang. Selain itu
Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibanding dengan ASI yang matur. Pada
kolostrum protein yang utama adalah globulin. (Utama Roesli, 2004). Kolostrum
memiliki manfaat yaitu Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare. Jumlah Kolostrum
yang diproduksi bervariasi tergantung dari isapan bayi pada hari hari pertama
kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi,
oleh karena itu harus diberikan kepada bayi. Kolostrum mengandung protein, vitamin
A yang tinggi, karbohidrat, dan lemak rendah. Sehingga sesuai dengan kebutuhan zat
gizi bayi pada hari hari pertama setelah kelahiran. Selain itu membantu pengeluaran
mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan (Depkes, 2002).
b. ASI transisi atau ASI peralihan
ASI transisi diproduksi pada hari ke empat sampai hari ke sepuluh kelahiran dari
masa laktasi. Tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa, pada kondisi
kondisi tertentu ASI transisi dapat diproduksi sampai minggu ke 5. ASI transisi
mengandung protein yang lebih rendah dibanding Kolostrum. Namun, kandungan
lemak dan karbohidrat ASI transisi lebih tinggi dibanding Kolostrum dan volume pada
ASI transisi makin meningkat.
c. Air susu dengan komposisi zat gizi tetap.
Setelah bayi berumur 1 bulan, komposisi zat gizi ASI tidak akan mengalami
perubahan (komposisinya tetap). Kondisi ini akan berlangsung sampai bayi berumur 2
3 tahun.

Volume ASI yang diproduksi akan mengalami perubahan seiring dengan


bertambahnya umur bayi. Ketika umur bayi mencapai 3 bulan, seorang ibu dapat
memproduksi ASI 800 ml sehari. Terjadinya perubahan volume ASI sesuai dengan
kebutuhan bayi. Menginjak umur 6 bulan, bayi membutuhkan makanan tambahan
berupa makanan pendamping ASI karena ASI yang diproduksi ibu mulai menurun dan
tidak mencukupi kebutuhan bayi. ASI tetap boleh diberikan sampai bayi berumur 2
tahun.
2.2

Konsep faktor faktor ibu bayi yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif

2.21

Faktor Internal
Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi beberapa dimensi seperti
biologis, kognitif, dan afektif (William et all, 2012). Ketiga dimensi dalam faktor internal
ini berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Bagian dari dimensi biologis yang
akan dibahas mencakup usia dan kondisi kesehatan, kognitif mencakup pengetahuan, dan
afektif yang mencakup persepsi yang berkaitan dengan ASI eksklusif.
a. Usia
Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2001).
Umur adalah faktor yang menentukan pemberian ASI. Dari segi produksi ASI, ibu
ibu yang berusia 19 23 tahun pada umumnya dapat menghasilkan cukup ASI
dibandingkan dengan yang berusia lebih tua. Primipara yang berumur lebih dari 35
tahun biasanya tidak akan dapat menyusui bayinya dengan jumlah ASI yang cukup
(Pudjadi, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh (Kusnadi, 2008) menyatakan bahwa proporsi


pemberian ASI eksklusif pada umur kurang dari 30 tahun lebih besar dibandingkan
umur lebih dari 30 tahun.
Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi
kehamilan, persalinan, dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu
yang berusia kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani
dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang
dilahirkan (Depkes RI, 1994 ). Sedangkan ibu yang berumur diatas 30 tahun menurut
(Hurlock, 1997) disebut sebagai masa dewasa dan disebut juga masa reproduksi
dimana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi
kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya. Menurut pendapat (Hurlock B.E,
2002), bahwa semakin meningkatnya umur dan tingkat kematangan maka kekuatan
seseorang dalam berfikir dan bekerja juga akan lebih matang.
b. Kondisi Kesehatan
Model kontinum sehat-sakit (Neuman, 1991) dalam (potter & perry, 2006)
mendefinisikan sehat sebagai sebuah keadaan dinamis yang berubah secara terus
menerus sesuai dengan adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan yang ada
dilingkungan internal dan eksternalnya.

Adaptasi penting dilakukan untuk

menghindari terjadinya perubahan dan penurunan dibanding kondisi sebelumnya.


Adaptasi terjadi untuk mempertahankan kondisi fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan dan spiritual yang sehat (potter & perry, 2006).

Dua kondisi yang penting dipertahankan karena berpengaruh terhadap pemberian


ASI yaitu kondisi fisik dan emosional. Kondisi fisik perlu dipertahankan agar
seseorang tidak mengalami masalah kesehatan, tidak terkecuali pada ibu menyusui.
Hasil penelitian (MacLaen, 1999) yang dibahas dalam (William, 2012) menunjukan
masalah kesehatan dalam memberikan ASI merupakan faktor utama ibu berhenti atau
tidak memberikan ASI pada bayi berusia 3-4 bulan. Masalah kesehatan atau penyakit
yang diderita ibu dapat menyebabkan pemberian ASI menjadi kontraindikasi bagi ibu.
(Olds, dkk, 2001) menyebutkan ibu yang menderita kanker payudara sebaiknya
tidak menyusui bayinya agar ibu dapat menjalankan pengobatan segera mungkin.
Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang menderita
galaktosemia, yaitu keadaan kongenital dimana hati tidak dapat merubah galaktosa
menjadi laktosa dan akan berpengaruh pada perkembangan bayi (Adams, dkk, 2008).
Penyakit lain yang dinilai menjadi kontraindikasi pemberian ASI yaitu HIV/AIDS
(Olds, dkk, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh (Swarts, Kruger, dan Dolman, tahun 2011) di
KwaZulu Natal menunjukan 48.6% ibu yang terinfeksi HIV memilih susu formula
sebagai asupan nutrisi utama untuk bayinya. Menurut responden, masyarakat
menganggap seseorang yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan menyusui karena
menginfeksi bayinya. Namun, hal ini sangat bertolak belakang dengan rekomendasi
dari WHO tentang penggantian ASI.
WHO menetapkan pengganti ASI, dalam hal ini susu formula, direkomendasikan
untuk ibu dengan HIV hanya jika cocok (acceptable), mudah dikerjakan (feasible),
mampu (affordable), digunakan terus menerus (sustainable), dan aman (safe).

Tingginya presentasi ibu yang memilih susu formula di KwaZulu natal menjadi fokus
perhatian karena lingkungan yang tidak aman dan tidak mendukung pemberian susu
formula. Bayi yang diberikan susu formula memiliki resiko meninggal tiga kali lebih
besar pada umur dua setengah kali lebih besar dari bayi yang diberikan ASI pada umur
dua sampai tiga bulan dan dua setengah kali lebih besar dari bayi yang diberikan ASI
pada umur yang sama.
Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar ibu tidak mengalami perubahan
perilaku dalam memberikan ASI eksklusif. Salah satu masalah emosi yang paling
umum dialami yaitu stress. (Wagner, 2013) menyatakan stress dapat terjadi pada ibu
menyusui akibat bayi cepat marah dan sering mencari susu ibu. Beliau juga
mengatakan stress memiliki pengaruh terhadap produksi ASI.
(Siregar, 2005) menyatakan bahwa ibu yang berada dalam keadaan tertekan secara
emosional, memiliki kemungkinan untuk mengalami kegagalan dalam menyusui
bayinya. Let-down reflex mudah sekali terganggu saat ibu mengalami goncangan
emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap Let-down reflex
mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi yang tidak cukup mendapat ASI akan menangis
dan tangisan tersebut membuat ibu lebih gelisan dan semakin mengganggu Let-down
Refleks.
c. Pengetahuan
pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan perilaku kognitif.
Seseorang dapat mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi baru dan dapat di
ingat kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman hidup yang

dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mempelajari informasi yang penting


(DeLaune & Ladner 2003; Potter dan Perry, 2005).
Informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang terkait pemberian ASI
eksklusif dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam memberikan ASI
eksklusif. Hal ini telah dibuktikan oleh (Yuliandarin, 2010) dalam penelitiannya yaitu
ibu yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 5,47 kali lebih besar untuk
menyusui secara eksklusif. (Asmijati, 2002) juga mendapatkan hasil serupa pada
penelitiannya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki kemungkinan 6,7
kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dari ibu yang memiliki pengetahuan
rendah.
d. Persepsi
Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut (Siregar, 2005), yaitu
sindroma ASI kurang. Pada kasus sindroma ASI kurang ibu merasa ASI yang ia
produksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu sering merasa payudara
sudah tidak memproduksi ASI karena ketegangannya berkurang. Hal ini telah
dibuktikan dalam penelitian (William Et Al, 2012) yang menyebutkan ibu yang
memiliki bayi berusia tiga sampai enam bulan berhenti menyusui bayinya karena
khawatir dengan persediaan ASI yang ia miliki.
Salah satu penyebab munculnya persepsi negatif ini karena bayi sering menangis
saat minta disusui (Siregar, 2005). Hal tersebut terjadi karena semakin bertambahnya
usia bayi, kebutuhan cairan bayi meningkat, sehingga bayi lebih sering minta disusui,
selain itu ASI cepat dicerna sehingga perut bayi cepat menjadi kosong. Hal tersebut

membuat ibu beranggapan bayi perlu diberi minuman tambahan bahkan dikenalkan
dengan makanan padat (Siregar, 2005; William, dkk, 2012).
2.2.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dibagi
menjadi beberapa dimensi yang menjadi intitusi, sosial, dan sosial demografi (William et
al, 2012). Dimensi institusi yaitu fasilitas kesehatan sosial yaitu, dukungan orang terdekat
dan promosi susu formula dan sosial demografi seperti pendidikan dan pekerjaan.
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu
dalam menghadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan
ini diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu- ibu yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi umumnya terbuka menerima perubahan atau hal
hal baru guna pemeliharaan kesehatnnya (Depkes RI,1996).
(Novita, 2009) dalam penelitiannya menyebutkan semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya.
Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki kesibukan
diluar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan ibu yang
berpendidikan rendah lebih banyak tinggal dirumah memiliki lebih banyak
kesempatan untuk menyusui bayinya. Hal ini didukung oleh penelitian (Nurjanah,
2008) yang menemukan proporsi pemberian ASI pada ibu yang berpendidikan rendah
lebih besar dari ibu yang berpendidikan tinggi.
Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan


kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan
kesadarannya melalui proses pembelajaran sehingga perilaku tersebut diharapkan akan
berlangsung lama dan menetap karena didasari oleh kesadaran. Memegang kelemahan
dan pendekatan kesehatan ini adalah hasil lamanya karena perubahan perilaku melalui
proses pembelajaran yang pada umumnya memerlukan waktu yang lama
(Notoatmodjo, 2003)
Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam
memberikan ASI eksklusif, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu
bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah (Notoatmodjo,
2003).
b. Dukungan Orang Terdekat
(Olds, London & Ladewig, 2001) menyatakan keputusan untuk memberikan ASI
sering dipengaruhi oleh keluarga seperti suami dan orang tua, teman dan lingkungan
sosial ibu dari pada pengetahuan ibu. Dukungan mereka telah terbukti berpengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif. Suatu penelitian menunjukan dalam memutuskan
pemberian ASI atau susu formula, 13% responden dipengaruhi oleh ibunya, saudara
perempuannya, teman dan lingkungan sosial. (Swarts, Kroger & dolman, 2011)
c. Promosi Susu Formula
Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat berdirinya usaha pemerahan
susu. Susu sapi dimodifikasi dan di proses menjadi susu formula yang menjadi asupan
untuk bayi. Secara kuantitas, susu hewan mungkin bernilai sama dengan susu manusia,

namun secara kualitas keduanya berbeda. Berdasarkan perbedaan komposisi tersebut


bayi yang mengkonsumsi ASI dinilai memiliki komposisi tubuh yang berbeda dengan
bayi yang mengkonsumsi Susu formula (Coad & Dunstall, 2006).
(Widodo, 2008) dalam tesisnya menyatakan pergeseran perilaku pemberian ASI
ke susu formula terjadi karena susu formula di anggap lebih bergengsi. Beliau
mengemukakan hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh media yang di dominasi oleh
televisi. Banyaknya iklan susu formula di televisi yang bersaing dalam memberikan
nutrisi unggulan untuk bayi, memberikan dampak negatif bagi pemberian ASI
eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian (Mardaya, 2003) yang menemukan akses
informasi memiliki dampak negatif yang dapat menurunkan pemberian ASI eksklusif.
(Swarts, Kruger, dan Dolman, 2011) mengemukakan beberapa alasan ibu dalam
memilih susu formula. Alasan yang pertama kali ditemui adalah ibu memilih susu
formula agar dapat meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat mengurus
bayinya. Alasan ini berpengaruh dengan penyakit yang diderita ibu, yaitu ibu tidak
ingin menularkan penyakit yang diderita melalui ASI. Alasan terakhir ibu berpendapat
ia memilih susu formula yaitu pemerintah memberikannya secara Cuma-Cuma.
d. Status Pekerjaan
pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Nursalam, 2001).
Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan
kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang
bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak
bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah (sector formal)

memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi tentang pemberian ASI
eksklusif (Depkes RI, 1999).
Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan pendapatan sehingga dapat
memenuhi kebutuhan keluarganya. Apabila ia tidak bekerja maka tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, bekerja untuk perempuan seringkali bukan
pilihan akan tetapi karena pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangganya (Novaria, 2000).
Menurut (Utami Roesli, 2005), bekerja bukan alasan untuk menghentikan
pemberian ASI secara eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin
sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar
tentang menyusui, adanya perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan
kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif. Menurut
hasil penelitian (Andryani, 2005) diperoleh bahwa sebanyak 52,5 % ibu yang bekerja
mempunyai pengetahuan menyusui dengan baik dan 47,5% ibu bekerja memiliki
pengetahuan kurang baik tentang ASI eksklusif.

2.3

Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan teori tentang pemberian ASI yang telah di bahas sebelumnya,
peneliti merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini.

ASI

Faktor-Faktor

Konsep ASI Eksklusif

- Pengertian

Faktor Internal

Faktor Eksternal

- Kandungan ASI

Usia

Pendidikan

- Manfaat ASI

Pengetahuan

Pekerjaan

Persepsi

Dukungan Orang

Kondisi Kesehatan

Eksklusif
- Pengelompokan
ASI

Terdekat
-

Promosi Susu Formula

Pemberian ASI

Eksklusif : memberikan

Tidak Eksklusif : tidak

ASI selama enam bulan

memberi ASI selama

tanpa makanan/

enam bulan tanpa

minuman tambahan

makanan/minuman
tambahan

Sumber : Pearl et all (2005); Dee (2008); William (2012)

2.1 Gambar : Kerangka Teori


2.4

Kerangka Konsep
Faktor Internal yang di teliti meliputi Usia dan pengetahuan. Selanjutnya Faktor
Eksternal yang diteliti meliputi pendidikan dan dukungan orang terdekat.

Faktor Internal
Usia
Pengetahuan
Kondisi kesehatan
Persepsi

Pemberian ASI
eksklusif

Faktor Eksternal
pendidikan
Dukungan orang terdekat
Promosi Susu Formula
pekerjaan

Ket

:
:

: Variabel yang di teliti


: Variabel yang tidak di teliti

: Variabel Independen
: Variabel Dependen

Gambar 2.5 : Faktor faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
2.5

Hipotesis Penelitian

2.5.1 Ada hubungan antara Usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
2.5.2 Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
2.5.3 Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
2.5.4 Ada hubungan antara dukungan orang terdekat dengan pemberian ASI eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai