Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

PENGARUH SHALAT TAHAJUD TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL


MAHASISWA FAKULTAS USHULUDDIN
IAIN WALISONGO SEMARANG
A; Latar belakang masalah

Tidak bisa dipungkiri bahwa kecerdasan intelektual atau Intelegensi Quotient (IQ)
merupakan kecerdasan yang sering dianggap oleh masyarakat sebagai kecerdasan yang
mempunyai peluang tinggi dalam meraih kesuksesan. Padahal, selain dari kecerdasan
intelektual, peran kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (IQ) juga berpengaruh.
Para ahli psikolog menyebutkan bahwa IQ hanya mempunyai peran 20 % dalam
menentukan hidup, sedangkan 80 % ditentukan oleh faktof-faktor lain, terutama
kecerdasan emosional. Dengan demikian, kecerdasan emosional mempunyai kontribusi
yang sangat besar dalam mencapai kesuksesan.
IQ berhubungan dengan kemampuan berfikir kritis dan analitis, dan diasosiakan
dengan otak kiri. Sedangkan, EQ lebih banyak berhubungan dengan perasaan dan emosi
yang diasosiasikan oleh otak kanan. Jika ingin mendapat tingkah laku yang cerdas, maka
kemampuan emosi harus diasah dan diamanage sebaik mungkin. Sebab, untuk
berhubungan dengan diri sendiri atau pun orang lain membutuhkan kemampuan mengerti
dan mengendalikan emosi diri sendiri dan orang lain. Disinilah peran atau fungsi
kecerdasan emosional. Sebagaimana dijelaskan oleh Freud dalam Civilization and Its
Discontents, masyarakat harus memeperlakukan peraturan-peraturan dengan maksud
mengurangi ekses-ekses gejolak emosi yang terlampau bebas dari dalam diri manusia.
Tahun 1990 dilontarkan oleh Pater Sovoley dan John Mayer bahwa kecerdasan
emosional adalah himpunan bagian dari kecerdasan yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah
semua dan menggunakan informasi untuk membimbing pikiran dan tindakan.1
Kecerdasan emosinal bukanlah sebuah bakat yang dibawa sejak lahir, tetapi suatu
kemampuan yang dapat dikembangkan dan dilatih. Kecerdasan emosional akan terbentuk
dengan baik, apabila dilatih dan dikembangkan secara intensif dengan cara, metode, dan
waktu yang tepat.
Untuk meningkatkan kecerdasan emosi dan dapat terbentuk dengan baik, maka
metode yang digunakan adalah shalat. Sebagaimana diungkapkan Robert K. Cooper dan
Ayman Sawaf bahwa metode untuk meningkatkan kecerdasan emosi yaitu meluangkan
waktu dua atau tiga menit dan bangun lima menit lebih awal dari biasanya, pasang

1 Pater Savoley dan John Mayer, 1990.

telinga hati, keluar pikiran, dan masuk ke dalam hati. 2 Sama halnya dengan shalat yang
pada hakekatnya adalah menyelami hati yang terdalam dan untuk menemukan sifat-sifat
luhur yang berada di dasar hati dan diaplikasikan dengan perbuatan.
Penulis menitikberatkan pada shalat tahajjud. Sebab, shalat tajjud merupakan
shalat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Allah. Selain itu, shalat tahajjud juga dapat
menenangkan, meningkatkan ketahanan tubuh imunologik3, mengurangi resiko terkena
penyakit jantung, dan masih banyak lagi.
Dijelaskan dalam firman Allah surat al-Isra: 79


Artinya: dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajjud (sebagai suatu
ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Allah mengangkatmu ke tempat yang
terpuji.
Shalat tahhajud merupakan salah satu shalat yang dapat menumbuhkan pikiran
bahwa kehidupan menjadi indah apabila keragaman dapat dijaga dan dikelola. Selain itu,
juga dapat menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama dan mengabdi ke masyarakat. 4
Dapat disimpulkan bahwa dengan rajin mengerjakan shalat tajjud akan memunculkan
kemampuan kecerdasan sosial. Yaitu kemampuan yang langsung berhubungan dengan
orang lain dan lebih peka terhadap lingkungan. Dan kemampuan seperti inilah yang
disebut sebagai salah satu bentuk kecerdasan emosional.
Di Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang yang berbasis agama pasti
tidak asing dengan shalat tahajjud. Sebab, jika dilihat dari latar belakangnya, mayoritas
mahasiswa fakultas ushuluddin berasal dari sekolah-sekolah yang berbasis islam,
misalnya Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Bahkan, ada yang
tinggal di pesantren bertahun-tahun. Meskipun, sebagian ada yang berasal dari sekolahsekolah umum seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pada hakekatnya, mahasiswa yang berasal dari sekolah berbasis islam pasti
mempunyai kecerdasan emosional yang baik, karena rajin melakukan shalat tahajjud. Hal
ini terlihat pada perilaku atau akhlak yang baik, mampu memanage emosi dengan baik,
dapat berhubungan baik dengan orang lain, dan lain sebagainya. Berbeda dengan
mahasiswa berasal dari sekolah umum yang jarang melakukan shalat tahajjud, mereka
cenderung lebih urakan atau bisa dikatakan bahwa akhlaknya kurang sopan dan lebih
mudah emosi. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa yang berasal
dari sekolah umum mempunyai akhlak yang baik dan bisa memanage emosi. Begitu pun
2 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ), (jakarta: Arga
Wihaya Persada, 2001), hlm. 200.
3 Imunologik adalah kekebalan (daya tahan) tubuh terhadap infeksi dan penyakit. Lihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
4 M. Thobroni, Tahajjud Energi Sejuta Mukjizat, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2008), hlm. 3.

sebaliknya, mahasiswa yang berasal dari sekolah berbasis islam lebih emosi dan kurang
dalam berakhlak.
Oleh karena itu, untuk membuktikan apakah ada pengaruh shalat tahajjud
terhadap kecerdasan emosional, penulis melakukan penelitian tentang PENGARUH
SHALAT TAHAJJUD TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA
USHULUDDIN UIN WALISONGO SEMARANG.
B; Rumusan masalah
a; Bagaimana kecerdasan emosional mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo
Semarang yang rajin melakukan shalat tahajud?
b; Bagaimana kecerdasan emosional mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo
Semarang yang jarang melakukan shalat tahajud?
c; Adakah pengaruh yang signifikan antara shalat tahajud terhadap kecerdasan
emosional mahasiswa IAIN Walisongo Semarang?
C; Tujuan dan manfaat peneletian
a; Tujuan Penelitian
1; Mengetahui kecerdasan emosional mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang yang rajin melakukan shalat tahajud.
2; Mengetahui kecerdasan emosional mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo yang jarang melakukan shalat tahajud.
3; Mengetahui pengaruh shalat tahajud terhadap kecerdasan emosional mahasiswa
Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
b; Manfaat Penelitian
1; Menambah pengalaman dan memperluas wawasan akademik yang berhubungan
dengan shalat tahajud dan tingkat kecerdasan emosional mahasiswa.
2; Memberi informasi kepada pembaca bahwa shalat tahajud mempunyai pengaruh
terhadap kecerdasan emosional mahasiswa. Sehingga, dapat dijadikan acuan dalam
meningkatkan kecerdasan emosional mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang.
D; Kajian pustaka
Penulisan terkait penelitian tentang pengaruh shalat tahajjud terhadap kecerdasan
emosional telah banyak dilakukan oleh kalangan Sarjana (S1) atau pun Magister (S2),
bahkan Doktor (S3). Seperti dalam skripsi yang berjudul Korelasi antara Intensitas
Pelaksanaan Shalat Tahajjud dengan Perilaku Keagamaan Santri Putri Al-Hikmah
Tugurejo Semarang (Analisis Fungsi Bimbingan Islam). Dalam skripsi ini menjelaskan
bahwa dengan melakukan shalat tahajjud secara rutin, maka akan mendapatkan banyak
hikmah.
Sedangkan dalam khazanah displin ilmu pengetahuan, terutama psikologi , istilah
kecerdasan emosional merupakan istilah yang relatif baru. Istilah ini dipopulerkan oleh

Daniel Goleman. Berdasarkan hasil penelitian Daniel tentang neorolog dan psikolog
yang menunujukan bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya dengan kecerdasan
intelektual.
Dalam skripsi yang berjudul Hubungan antara Kedisplinan Pelaksanaan, shalat
Tahajjud dengan Kecerdasan Emosional (EQ) Santri di Pondok Pesantren al-Hikmah
Tugurejo Semarang yang disusun oleh Siti Rokhmah. Dalam skripsi ini dijelaskan
bahwa shalat tahajud mempunyai peran yang sangat urgen dalam menunjang kecerdasan
emosional. Shalat tahajjud menjadi salah satu penentu faktor pokok seseorang mampu
memanage emosi dengan baik.
Dalam buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spritual
(ESQ) karya Ary Ginanjar Agustian, dijelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan, memahami, dan secara afektif menerapkan daya dan kepekaan
emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh manusia. 5
Sedangkan dalam buku Agama sebagai Terapi; Telaah Menuju Ilmu Kedokteran
Holistik karya M. Shaleh dan Imam Musbikin menjelaskan bahwa orang yang
menjalankan shalat tahajud secara rutin, khusuk, iklas, continoue dan dengan tepat, dapat
menimbulkan persepsi dan motivasi positif serta memperbaiki emosi dan mengurangi
stres. Dan menjalankan shalat tahajud dengan displin itu akan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan emosional seseorang.
E; Landasan teori
a; Pengertian Sholat Tahajud

Tahajud berasal dari kata Tahajjada yang berpadanan kata istaiqazha, yang
berarti terjaga, sengaja bangun, atau sengaja tidak tidur. Hal itu tentu saja dilakukan
di waktu malam, sehingga dinamakan sholatul Lail/qiyamul lail atau sholat malam.
Dalam nash banyak ditemukan keterangan sholat tahajud (qiyamul lail),
diantaranya firman Allah SWT:
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang Terpuji.(QS. Al Isra:79)
Di ayat lain Allah mengambarkan aktifitas orang-orang baik sebagai berikut,
(17) Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. (18) dan selalu
memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz-Dzariyat:17-18)
; Keutamaan sholat Tahajud

5 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses membangunkecerdasan Emosi dan Spritual (ESQ), hlm. 199.

Banyak keutamaan dari shalat tahajud di malam hari, diantaranya dijelaskan


dalam sebuah hadis panjang dari umar bin Al-Khattab: dari Rasulullah saw
berkata,Bagi yang melakukan sholat di waktu malam dan khusyuk
menjalankannya, maka Allah akan memuliakan dengan sembilan perkara, lima di
dunia dan empat di akhirat.
Adapun lima perkara di dunia tersebut adalah
Allah menjaganya dari bencana-bencana
Tampak bekas taat di wajahnya
Ia akan disenangi oleh hamba-hamba yang saleh bahkan oleh semua manusia
Kata-katanya mengandung hikmah
Allah memberikannya rezeki kepahaman terhadap agama
Adapun yang empat di akhirat
1; Dibangkitkan dari kubur dengan wajah yang putih dan cemerlang
2; Dimudahkan baginya hisab
3; Berjalan diatas shirat(jembatan akhirat) laksana kilat(bagai petir menyambar)
4; Diberikan kitab catatan amalnya melalui tangan kanan pada hari kiamat6
; Kenikmatan sholat Tahajud

Abu sulaiman berkata: orang yang melakukan shalat malam akan merasakan
kenikmatan melebihi kenikmatan orang yang bersenang-senang. Factor utama yang
bisa memotivasi orang untuk shalat tahajud adalah rasa cinta kepada Allah dan
kenyakinan kuat bahwa dirinya sedang munajat kepada Allah sebab dia ada
bersamanya dan melihatnya. Abdullah Haddad mengemukakan bahwa pada saat
qiyam al-lail orang-orang banyak sekali mengalami sentuhan-sentuhan agung dan
getaran halus dalam lubuk hati yang bersumber dari-Nya, Yakni kenyamanan,
kesyahduhan dan kenikmatan bermunajat kepada-Nya. Namun menurutnya
kenikmatan yang mereka rasakan tersebut tidak akan dapat dicapai kecuali setelah
lama bersusah payah serta tahan penderitaan yang berkepanjangan dalam
melaksanakan shalat malam, seperti yang dikatakan Uthbah al-Ghulam selama dua
puluh tahun aku bersusah payah dan menderita dalam melaksanakan shalat malam
dan akhirnya selama dua puluh tahun berikutnya aku merasakan kenikmatannya
; Adab-adab shalat malam
Hasby Ash-Shiddiqy dalam bukunya pedoman shalat, terdapat enam adab yang
harus dipelihara dalam mengerjakan shalat malam, diantaranya yaitu:
1; Berniat ketika akan tidur, bahwa dia akan bangun mengerjakan shalat malam.

6 Dr. Ahmad Sudirman Abbas, The Power Of Tahajud cara dan kisah nyata orang-orang sukses,
(Jakarta:Qultum Media.2007).cet. 6, Hlm. 1-3

2; Membasuh muka saat bangun tidur, kemudian menyegarkan mulut dan

dilanjutkan memandang langit seraya berdoa.


3; Membuka shalat malam dengan dua rakaat yang ringan, sesudah itu dilanjutkan
sesuai dengan jumlah rakaat yang diinginkan
4; Membangunkan anggota keluarga dari tidur di malam hari
5; Menghentikan shalat untuk tidur kembali bila merasa kantuk hingga hilang
kantuknya.
6; Jangan memberatkan diri, hendaknya melakukan shalat semampunya
; Waktu yang utama untuk shalat malam
Para ulama menjelaskan bahwa shalat malam bisa dikerjakan di permulaan,
pertengahan, dan penghabisan malam. Waktu-waktu tersebut apabila
diinterpretasikan menurut waktu Indonesia bahwa spertiga malam kira-kira pukul
22.00-23.00 WIB, seperdua malam kira-kira pukul 00.00-01.00 WIB, dua pertiga
malam sekitar pukul 02.00/03.00 sampai sebelum fajar/shalat subuh.
Menurut hadis yang shahih sebaik-baik waktu untuk menjalankan shalat tahajud
adalah sepertiga malam yang terakhir yaitu pukul 02.00 / 03.00 WIB sampai
sebelum fajar. Seperti halnya dalam hadis:
1; Tuhan kita Azza wa Jalla, tiap malam turun ke langit dunia pada sepertiga
malam terakhir. Pada saat itulah Allah berfirman : barangsiapa yang berdoa
kepada-Ku pasti kukabulkan, barangsiapa yang meminta kepada-Ku pasti kuberi
dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti kuampuni (HR. Jamaah)
2; pada saat manakah shalat malam yang lebih utama? Abu Dzar menjawab
Saya pernah menanyakan demikian kepada Rosulullah Saw, maka beliau
bersabda: Pada tengah malam yang terakhir, tapi sedikit sekali yang suka
mengerjakannya (HR. Ahmad)
3; Nabi SAW bersabda Sedekat-dekatnya hamba kepada Allah Swt ialah ditengah
malam yang akhir, maka jika engkau termasuk golongan orang yang berdzikir
kepada Allah Swt pada waktu itu usahakanlah (HR. Al-Hakim)7.
; Manfaat Sholat Tahajud
Ada beberapa manfaat sholat tahajud diantaranya:
1; Memudahkan hafalan al-Quran
2; Mengubah kemiskinan menjadi kekayaan
3; Mengubah kebodohan menuju kecerdasan
4; Mengubah kesusahan menjadi kemudahan
5; Mengubah petaka menuju hidup bahagia
6; Menjadi pribadi berkecukupan rezeki

7 Sulaiman Al-Khumayi, Shalat Penyembahan dan Penyembuhan, Semarang: Erlangga, 2007. Hal, 163-173.

7; Hidup penuh cinta, mati masuk surga8


b; Pengertian kecerdasan emosional

Kecerdesan emosional merupakan suatu konsep yang cukup baru di dunia


Psikologi. Namun demikian sudah cukup banyak ilmuan yang tertarik pada konsep ini
dan merekapun kemudian mengembangkannya, sehingga sampai sekarang sudah
banyak ilmuan yang mengemukakan definisi kecerdasan emosional (emotional
Intelligence) beserta aspek-aspeknya. Istilah ini juga dipopulerkan oleh Daniel
Goleman berdasarkan hasil penelitian tentang neurolog dan psikolog yang
menunjukan bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya dengan kecerdasan
intelektual. Goleman berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi
pikiran yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakan oleh
kemampuan intelektual atau yang populer dengan sebutan intellegence quatient
(IQ) sedangkan kecerdasan emosional atau populer dengan sebutan Emotional
Quatient yang digerakan oleh emosi.
Menurut Goleman, kecerdesan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali
perasaan kita sendri atau perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan
dengan orang lain. Kecerdasan emosi mencakup keampuan-kemampuan yang berbeda
tetapi saling melengkapi denagn kecerdasan akademik (academic intellegence), yaitu
kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ.9
Shapira mendifinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari
kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik
pada diri sendiri maupun orang lain. Kemudian memilah-milah dan menggunakan
informasi itu untuk membimbing pikiran dan tindakan. Pengertian senada, tapi lebih
rinci dinyatakan oleh Cooper dan Sawaf, bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi, sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.10
IQ yang lazimnya dipandang sebagai kecerdasan emosional, juga merupakan
kecerdasan tubuh.11
Pada dasarnya emosional manusia dibagi menjadi dua (2) kategori umum. Jika
dilihat dari dampak yang ditimbulkannya.
Emosional positif (Efect Positif) Efect Positif memberikan dampak
menyenangkan dan menenangkan.
Contoh: seperti tenang, santai, rilex, gembira, haru, dan senang.
8 Muhammad Thobroni, Tahajud Energi Sejuta Mukjizat, (Pustaka Marwa:yogyakarta, 2008). cet. 1. Hlm, 2133.
9 Desmita. Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.170
10 Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hlm,
123.
11 Danah Zohar dan Ian Marsal, SQ (Kecerdasan Spiritual), (Bandung: Mizan Pustaka, 2000) , hlm, 45.

Emosional Negatif (Efect Negatif) ketika kita merasakan Efect Negatif ini
maka dampak yang kita rasakan ini adalahnegatif tidak menyenangkan dan
menyusahkan.
Contoh: sedih, susah, kecewa, putus asa, despresi, tidak berdaya, marah,
prustasi, dendam, dan lain-lain.12
Kedua jenis muatan ynag berlawanan ini bahkan sering dipasangkan untuk
menimbulkan Efect Kontradiktif (pertentangan). Hal ini tersurat dalam al-Quran
surat At-taubah: 82

Artinya: Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai
pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.
Q.S. Al-Imran: 106

Artinya: pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula
muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada
mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu
rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".
Q.S. Abasa: 38-41
Artinya: banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan bergembira ria,
dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh
kegelapan.
Sedangkan menurut Pater Salovey dan Jack Mayer, kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih, dan membengkitkan perasaan untuk
membantu pikiran, memahami perasaan, serta mengendalikan perasaan secara
mendalam, sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.13
Dalam bahasa sehari-hari kecerdasan emosional biasanya kita sebut sebagai akal
sehat. Ini terkait dengan kemampuan membaca lingkungan politik dan sosial dan
menatanya kembali, kemampuan memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan
dibutuhkan orang lain, kelebihan, dan kekurangan mereka, kemampun untuk tidak
mempengaruhi oleh tekanan dan kemampuan untuk menjadi orang yang
menyenangkan, yang kehadirannya di dambakan orang lain.14
Kecerdasan Emosional adalah kemampuan untuk bisa mengendalikan diri sendiri
dari kesenangan-kesenangan maupun dari sifat-sifat yang kurang baik yang melekat
12 Triyantoro Syafariah, Menejemen Emosi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm, 13.
13 Aliyah B Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam. Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia
dari Pra Kelahiran hingga Pasca Kematian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm, 162.
14 Steven D Stein dan Howard E. Book, Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses,
(Bandung: Kaifa, 2003), hlm, 30-31.

pada diri seseorang dan juga bisa mengatur suasana hati dari beban-beban yang
membuat dirinya tidak bersemangat lagi dalam menjalankan kehidupan.
Dari uraian diatas dapat diabil pemahaman bahwa kecerdasan emosional itu
menentukan potensi kita untuk bisa mengenali diri sendiri, motivasi, dan mengatur
diri dalam bersosialisasi dengan orang lain atau kecerdasan emosional itu kemampuan
untuk mengenali dan memahami perasaan, sehingga muncul ide-ide yang baik yang
berkaitan dengan lingkungan politik maupun sosial dengan ide tadi manusia menjadi
senang sehingga kehadirannya dibutuhkan orang lain.
F; Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan yang masih kurang atau belum sempurna. 15 Penulis
mengajukan hipotesis terhadap penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara
shalat tahajud terhadap kecerdasan emosional mahasiswa Fakultas Ushulussin IAIN
Walisongo Semarang.
G; Metodelogi penelitian
1; Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Menurut Yatim
Riyanto, penelitian Korelasional adalah penelitian yang akan melihat hubungan antara
variabel atau beberapa variabel dengan variabel lain.16
2; Variabel penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu variabel
pengaruh atau variabel bebas dan variabel terpengaruh atau variabel terikat. Sahalat
Tahajud sebagai variabel X atau variabel bebas dan kecerdasan emosional mahasiswa
Fakultas Ushuluddin sebagai variabel Y atau varibael terikat.
3; Populasi dan sample
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya,
sebagai objek-objek tersebut dapat menjadi sumber data penelitian. 17 Populasi dalam
penelitian ini adalah Mahasiswa Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
Sedangkan, Sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam
penelitian. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik Random Sampling atau
Problability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sacara acak.
4; Metode pengambilan data
15 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmuilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 75.
16 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm.56
17 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmuilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 99.

a; Metode angket/skala

Metode angket adalah serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Penelitian ini
menggunakan metode angket langsung terbuka yang ditujukan oleh peneliti untuk
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang.
b; Wawancara
Dalam memperoleh data, peneliti menggunakan teknik wawancara sistematik.
Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu
pewanwancara mempersiapkan pedoman tertulis tentang apa yang hendak
ditanyakan kepada responden.18
c; Observasi
Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra
mata sebagai alat bantu utama selain pancaindra lainnya. Teknik ini digunakan
untuk mengetahui tingkat laku responden yang akan berpengaruh kepada prestasi
belajar.
5; Teknik analisis data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua macam yaitu analisis deskriptif
dan inferensial. Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang bertujuan untuk
memberikan deskriptif mengenai objek penelitian berdasarkan data dari variabel yang
diperoleh dari sekelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk
pengujian hipotesis. Teknik analisis inferensial yaitu teknik analisis data untuk
mengambil kesimpulan dengan menguji hipotesis.
H; Sistematika penelitian
I; Daftar pustaka

18 Ibid,. hlm. 127.

Anda mungkin juga menyukai