Anda di halaman 1dari 11

KEPARAHAN PENYAKIT

(Laporan Praktikum Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Tanaman)

Oleh
Miandri Sabli Pratama
(1424011016)

MAGISTER AGRONOMI
PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dan hewan herbivora dapat hidup sangat bergantung pada tumbuhan.
Sedangkan tumbuhan dalam kehidupannya sering dihadapkan pada berbagai
gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT), salah satunya adalah
serangan dari patogen yang akan berpengaruh terhadap hasil produksi
tanaman. Adanya penyakit tumbuhan sudah lama diketahui sejak sebelum
masehi, bahkan dilaporkan bahwa penyakit telah ada sebelum manusia
membudidayakan tanaman (Sinaga, 2003).
Analisis mengenai tingkat keparahan penyakit tanaman serta keberadaannya
sangat dibutuhkan dalam mempelajari kehilangan hasil tanaman, peramalan
tingkat penyakit, dan sistem pengendalian yang harus dilakukan untuk
meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh serangan patogen. Parah atau
tidaknya penyakit dapat diklasifikasikan dalam tiga kriteria utama, yaitu
insidensi penyakit (diseases insident), intensitas penyakit (diseases severity),
dan kehilangan hasil (crop loss) (Sastrahidayat, 2011).
Insidensi penyakit (desease insidence atau frequency) atau sering disebut juga
sebagai Kejadian Penyakit merupakan proporsi individual inang atau organ
yang terserang penyakit, tanpa mempedulikan seberapa berat penyakitnya.

Sedangkan Severitas penyakit (Desease Severity) atau disebut keparahan


penyakit yang merupakan proporsi permukaan inang yang terinfeksi terhadap
total permukaan inang yang diamati. Pengamatan keparahan penyakit dapat
ditentukan dengan dua cara, yaitu insitu dan pengamatan organ secara
destruktif. Insitu merupakan pengamatan penyakit yang dapat diperkirakan
secara visual langsung dari unit contoh (misalkan daun). Setiap keparahan,
ataupun gejala berat dapat dinyatakan ke dalam persentase luas gejala
terhadap luas total permukaan daun dengan skala kerusakan yang beragam,
mulai dari 0% - 100%.
Penilaian Penyakit yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan sistem
skoring. Penilaian penyakit ini penting dilakukan untuk menentukan tingkat
kepentingan suatu penyakit, peramalan dan pengambilan keputusan untuk
pengendalian yang akan dilakukan, evaluasi cara pengendalian, dan
memprediksi tingkat kehilangan hasil tanaman.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Untuk mengetahui keterjadian dan keparahan penyakit.
2. Untuk mngetahui cara menghitung keparahan penyakit pada secara
skoring daun yang terserang patogen.

II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat catat dan kamera.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun tanaman alpukat yang
terserang penyakit.

2.2 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan daun tanaman alpukat yang terserang penyakit.
2. Menyiapkan alat catat.
3. Melakukan skoring atau penilaian pada daun yang terserang patogen.
4. Mengambil foto sampel daun tanaman alpukat yang terserang patogen.

2.3 Analisis Data


Rumus yang digunakan dalam praktikum ini adalah rumus keparahan
penyakit (KpP) sebagai berikut :
KpP=

(n . v )
x 100
N .V

Keterangan:
KpP

: Keparahan Penyakit (%)

: Jumlah daun dengan skor tertentu

: Skor daun

: Jumlah daun yang diamati

: Skor daun tertinggi

Tabel 1. Sistem skoring tanaman (Lologau, 2006)


Nilai skala

Tingkat kerusakan tanaman (%)

0
1
2
3
4

Tidak ada gejala serangan


> 0 20
> 20 40
> 40 60
> 60

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel 2. Hasil skoring daun tanaman alpukat yang terserang patogen
No

Gambar

Keterangan
Terdapat 6 helai daun
dengan skor 1
(gejala serangan 0-20%)

Terdapat 5 helai daun


dengan skor 2
(gejala serangan 2040%)

Terdapat 2 helai daun


dengan skor 3
(gejala serangan 4060%)

4
Terdapat 2 helai daun
dengan skor 4
(gejala serangan lebih
dari 60%)

3.2 Pembahasan
Penyakit tumbuhan dapat diartikan sebagai gagalnya sel atau jaringan
melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya akibat gangguan terusmenerus
oleh agen atau penyebab primer (patogen) dan menimbulkan gejala.
Sementara itu gejala penyakit adalah kelainan atau penyimpangan keadaan
normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan dapat dilihat
oleh mata telanjang. Menurut sifatnya gejala penyakit dapat dibedakan
menjadi dua yaitu gejala morfologi dan gejala histologi. Gejala morfologi
adalah penyimpanagan pada tanaman yang mudah dikenal dengan panca
indra yaitu dapat dilihat, raba, dan cium (Diana, 2009).
Pengukuran penyakit seringkali masih bersifat subjektif sehingga dalam
mengkuantitatifkan penyakit perlu dibuat standard diagram yang spesifik
untuk masing-masing jenis tanaman, patogen, penyakit, lokasi, dan bagian
tanaman yang terserang, misalnya daun muda, daun tua, atau keseluruhan
daun (Sinaga, 2006). Diseases severity (DS) atau intensitas penyakit adalah
proporsi area tanaman yang rusak atau gejala penyakit yang terjadi karena
serangan patogen dalam satu tanaman. Intensitas penyakit merupakan ukuran
parah-ringannya tingkat kerusakan tanaman oleh suatu penyakit, baik pada
populasi atau individu tanaman (Adnan, 2009).
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui seberapa parah intensitas penyakit
yang ada pada suatu area tanam dan menentukan tingkat serangan pertanaman
dalam populasi. Oleh karena itu terdapat beberapa metode untuk menghitung

tingkat intensitas atau keparahan penyakit. Dua diantaranya adalah metode


kelas serangan (skoring) dan metode proporsi langsung. Kedua metode ini
cocok digunakan untuk penyakit-penyakit yang menunjukkan gejala parsial
(tidak sistemik), contohnya bercak daun.
Metode kelas serangan atau skoring menggunakan pembagian kelas atau skor
dalam menilai skala kerusakan tanaman. Terdapat lima kelas ditambah satu
kelas 0. Pada daun alppukat yang kami amati, penilaian tergantung dari
seberapa luas (%) permukaan daun yang terserang bercak lalu diberi skor
sesuai dengan selang nilai kelas serangannya. Metode proporsi langsung
tidak menggunakan pembagian kelas serangan atau skor.
Hasil perhitungan menunjukkan keparahan penyakit (KpP) pada daun
tanaman alpukat adalah 50%. Dari tingkat keparahan penyakit sebesar 50%
pada tanaman alpukat dapat diduga bahwa kondisi tanaman alpukat harus
segera dilakukan pengendalian penyakit tanaman tersebut karena dapat
menghilangkan hasil tanaman (Crop loss) rata-rata sebesar 50%.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan serta percobaan yang telah


dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat keparahan penyakit (KpP) pada daun tanaman alpukat adalah 50%.
2. Keparahan penyakit lebih dari 50% harus segera dilakukan upaya pengendalian
dengan menggunakan fungisida.
3. Keparahan penyakit 50% pada suatu tanaman dapat menyebabkan tanaman
tersebut kehilangan hasil (crop loss) sebesar 50%.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. F. 2009. Teknologi Penanganan Hama Tanaman Jagung. Prosiding


Seminar Nasional Tanaman Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Diana, 2009. Sistem pengambilan keputusan diagnosis penyakit tanaman padi.
Jurnal Telematik. 1 (1) : 26-32.
Lologau, B.A. 2006. Tingkat Serangan Lalat Penggorok Daun Liriomyza
huidobrensis (Blanchard) dan Kehilangan Hasil pada Tanaman Kentang.
BPTP Sulsel. Makassar.
Sastrahidayat, R. I. 2011. Epidemiologi Teoritis Penyakit Tumbuhan. UB Press.
Malang.
Sinaga, M.S. 2003. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Tuimbuhan. Penebar Swadaya.
Jakarta.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai